iamjustsinner
Semprot Baru
- Daftar
- 5 Dec 2023
- Post
- 34
- Like diterima
- 48
Banyak thread dan curhat an patah hati dimari.
Orang orang yang broken heart. Putus asa. Bingung. Kecewa. Marah. Dsb. Ane juga tidak mau ngadu nasib. Dengan agan aganwati dimari yang mungkin juga sedang mengalami musibah yang sama ( atau lebih parah? Maybe ). Atau lebih hancur hatinya. Ane hanya ingin sharing pengalaman ane yang terjadi baru baru ini. Dan cuman disini ane bisa nulis bebas. Okey lanjut.
Ane kenal dengan seorang cewe. Dikenalin oleh salah satu member disini. Dari sini saja sebenarnya sudah salah. Bagaimana tidak? Saya sudah pasangan dan hampir menikah ( sekarang sudah menikah). Harusnya ane tidak main main hati di saat saat krusial. Dan itu terjadi. Berawal dari fantasi. Menjadi baper sampai ke hati. Hubungan tidak sehat kami berlangsung hingga istri saya mulai mengendus drama sesat ini. Akhirnya dengan berat hati dan pertimbangan yang mendalam. Kami mulai komitmen untuk saling menjaga jarak. Tapi kami masih berhubungan. Sampai suatu ketika. Terjadi hal sesuatu yang belakangan ane sadari adalah titik balik dari hubungan ini. Yaitu? Dia meminta untuk tidak bertemu selama 3 bulan. Ane sungguh kaget waktu itu. Selama 2 tahun kami berhubungan. Baru kali ini dia sendiri yang meminta tuk menjaga jarak selama itu. Dari biasanya ketemu seminggu sekali. Hingga 3 bulan. Alkisah pulang lah dia ke kota nya. Satu bulan pertama. Ane masih kontak kontakan. Dua bulan keatas. Komunikasi kami renggang. Ane tau dia jalan keluar dengan cowo lain. Kebetulan ane punya banyak akun medsos bayangan untuk kepentingan tertentu. Akhirnya di suatu titik. Dengan segala komunikasi yang sudah "tidak wajar". Dan Status hubungan yang tidak jelas. Segala alasan dan ketidak jujuran dia kalau nge cafe atau healing ke kota lain dengan cowo lain. Ane ambil sikap tegas. Kita putus! Bagus kan? Lha wong ane juga udah keluarga. Harus e bagus donk? Seharusnya. Apalagi respon dia juga seolah olah biasa atau 'ya udah klo mau mu gitu ' seolah ga ada beban. Masalah selesai? Ternyata tidak. Dia masih sering nyari saya. Manggil saya dengan panggilan kesayangan. Nah? Repot kan. Karuan klo stop ya stop aja gitu maksud saya. Jangan menaruh harap. Tapi dia masih kadang nyari saya. Dan.... Nha ini... Dia sering flirting saya ketika dia ada maunya. Dan ga jauh jauh dari soal uang. Sering saya turuti, saya kasih itu uang walau sebenarnya itu masalah. Hubungan macam apa ini pikir saya. Akhirnya untuk memastikan itu. Suatu hari mumpung ada kesempatan. Saya susul dia ke kota nya. Kita ketemuan. Tanpa sepengetahuan istri saya. Saya paksa dia jujur saat ini dia dekat dengan siapa dan sejauh apa. Apapun jawaban dia ane dah siap. Taruhlah dia udah ML dengan cowo lain pun ane udah siap dengan tsunami fakta yang datang. Tapi? Dia ga ngaku. Beralasan macam macam. Dan lain lain. Mau saya. Udah jujur saja. Ngga apa apa. Kecewa udah pasti. Tapi ngga apa apa. Karena itu udah resiko dari hubungan yang dari awal udah 'sesat' dan ane sadar betul itu. Malam nya kita ML. Jatah mantan lah sebutannya. Tapi ada yang aneh. Boleh percaya boleh tidak. Kontol ane tidak ereksi maksimal saat ML tersebut. Keras, tapi tidak sekeras maksimal. Tembus vagina doi tapi jadi kurang mentok. Entah kenapa ada perasaan ragu atau bahasa jawanya. 'Atiku ra tekan '. Ane tau dia yang ane kangen i. Dia di depan mata. Dia sedang ane entod. Tapi terasa jauh. Seperti orang asing. Ane ML pun juga ane yang maksa tubruk duluan. Biasanya ane datang ketempat nya dia yang langsung bikin saya on fire. Kali itu dia ogah ogahan. Seperti malas berhubungan. Walau akhirnya pas udah terangsang dan sama sama telanjang. Tetap saja hubungan itu terjadi. Tapi terasa hambar. Tidak ada multiorgasm waktu itu. Tidak ada squirt yang terjadi. Padahal biasanya pasti jemur kasur atau sprei setelah kita ML. Singkat cerita. Besok nya saat kita pamitan. Ane peluk dia. Padahal biasanya dia yang selalu minta peluk duluan. Itu sebenarnya adalah pesan ane buat dia. Yang mungkin tidak dia sadari. Ane ingin meyakinkan. Apakah ada dirinya yang dulu yang masih tersisa di tubuh yang sedang kupeluk ini. Jawabannya muncul di beberapa Minggu kemudian. Ketika wa dan chat ane tidak dibalas. Dicuekin sama dia. Padahal ane tau dia punya beberapa akun tele, beberapa nomor wa yang ane stalk diam diam dan bagaimana caranya ane tau kalau sebenarnya dia AKTIF. Akhirnya ane ambil sikap tegas. Kali ini tidak ada lagi kata kata manjanya yg mempan ke ane. Ane kasih statement tegas ke dia dan dia ga berani chat ane lagi. Kemudian ane baru sadar. Saat kita ketemu terakhir kali itu. Kita tidak salaman. Dia tidak cium tangan ane. Pelukan ane itu adalah pelukan terakhir. Sekaligus pesan patah hati ane ke dia. Bahwa hati yang sudah jauh. Itulah sejauh jauhnya hubungan. Walau kota nya dia cuman 4jam perjalanan. Walau tidak ada satupun nomor nya yang diblokir. Walau tubuhnya ada di dekapan. Dia sudah tidak ada disitu. Saya merindukan dia. Tapi dia yang dulu. Dan dia yang dulu sudah tidak ada lagi. Ditutup dengan kata kata mutiara dari Imam Syafi'i. "Cinta itu tidaklah menyakitkan. Yang menyakitkan adalah mencintai orang yang tidak mencintaimu". Selamat pagi
Orang orang yang broken heart. Putus asa. Bingung. Kecewa. Marah. Dsb. Ane juga tidak mau ngadu nasib. Dengan agan aganwati dimari yang mungkin juga sedang mengalami musibah yang sama ( atau lebih parah? Maybe ). Atau lebih hancur hatinya. Ane hanya ingin sharing pengalaman ane yang terjadi baru baru ini. Dan cuman disini ane bisa nulis bebas. Okey lanjut.
Ane kenal dengan seorang cewe. Dikenalin oleh salah satu member disini. Dari sini saja sebenarnya sudah salah. Bagaimana tidak? Saya sudah pasangan dan hampir menikah ( sekarang sudah menikah). Harusnya ane tidak main main hati di saat saat krusial. Dan itu terjadi. Berawal dari fantasi. Menjadi baper sampai ke hati. Hubungan tidak sehat kami berlangsung hingga istri saya mulai mengendus drama sesat ini. Akhirnya dengan berat hati dan pertimbangan yang mendalam. Kami mulai komitmen untuk saling menjaga jarak. Tapi kami masih berhubungan. Sampai suatu ketika. Terjadi hal sesuatu yang belakangan ane sadari adalah titik balik dari hubungan ini. Yaitu? Dia meminta untuk tidak bertemu selama 3 bulan. Ane sungguh kaget waktu itu. Selama 2 tahun kami berhubungan. Baru kali ini dia sendiri yang meminta tuk menjaga jarak selama itu. Dari biasanya ketemu seminggu sekali. Hingga 3 bulan. Alkisah pulang lah dia ke kota nya. Satu bulan pertama. Ane masih kontak kontakan. Dua bulan keatas. Komunikasi kami renggang. Ane tau dia jalan keluar dengan cowo lain. Kebetulan ane punya banyak akun medsos bayangan untuk kepentingan tertentu. Akhirnya di suatu titik. Dengan segala komunikasi yang sudah "tidak wajar". Dan Status hubungan yang tidak jelas. Segala alasan dan ketidak jujuran dia kalau nge cafe atau healing ke kota lain dengan cowo lain. Ane ambil sikap tegas. Kita putus! Bagus kan? Lha wong ane juga udah keluarga. Harus e bagus donk? Seharusnya. Apalagi respon dia juga seolah olah biasa atau 'ya udah klo mau mu gitu ' seolah ga ada beban. Masalah selesai? Ternyata tidak. Dia masih sering nyari saya. Manggil saya dengan panggilan kesayangan. Nah? Repot kan. Karuan klo stop ya stop aja gitu maksud saya. Jangan menaruh harap. Tapi dia masih kadang nyari saya. Dan.... Nha ini... Dia sering flirting saya ketika dia ada maunya. Dan ga jauh jauh dari soal uang. Sering saya turuti, saya kasih itu uang walau sebenarnya itu masalah. Hubungan macam apa ini pikir saya. Akhirnya untuk memastikan itu. Suatu hari mumpung ada kesempatan. Saya susul dia ke kota nya. Kita ketemuan. Tanpa sepengetahuan istri saya. Saya paksa dia jujur saat ini dia dekat dengan siapa dan sejauh apa. Apapun jawaban dia ane dah siap. Taruhlah dia udah ML dengan cowo lain pun ane udah siap dengan tsunami fakta yang datang. Tapi? Dia ga ngaku. Beralasan macam macam. Dan lain lain. Mau saya. Udah jujur saja. Ngga apa apa. Kecewa udah pasti. Tapi ngga apa apa. Karena itu udah resiko dari hubungan yang dari awal udah 'sesat' dan ane sadar betul itu. Malam nya kita ML. Jatah mantan lah sebutannya. Tapi ada yang aneh. Boleh percaya boleh tidak. Kontol ane tidak ereksi maksimal saat ML tersebut. Keras, tapi tidak sekeras maksimal. Tembus vagina doi tapi jadi kurang mentok. Entah kenapa ada perasaan ragu atau bahasa jawanya. 'Atiku ra tekan '. Ane tau dia yang ane kangen i. Dia di depan mata. Dia sedang ane entod. Tapi terasa jauh. Seperti orang asing. Ane ML pun juga ane yang maksa tubruk duluan. Biasanya ane datang ketempat nya dia yang langsung bikin saya on fire. Kali itu dia ogah ogahan. Seperti malas berhubungan. Walau akhirnya pas udah terangsang dan sama sama telanjang. Tetap saja hubungan itu terjadi. Tapi terasa hambar. Tidak ada multiorgasm waktu itu. Tidak ada squirt yang terjadi. Padahal biasanya pasti jemur kasur atau sprei setelah kita ML. Singkat cerita. Besok nya saat kita pamitan. Ane peluk dia. Padahal biasanya dia yang selalu minta peluk duluan. Itu sebenarnya adalah pesan ane buat dia. Yang mungkin tidak dia sadari. Ane ingin meyakinkan. Apakah ada dirinya yang dulu yang masih tersisa di tubuh yang sedang kupeluk ini. Jawabannya muncul di beberapa Minggu kemudian. Ketika wa dan chat ane tidak dibalas. Dicuekin sama dia. Padahal ane tau dia punya beberapa akun tele, beberapa nomor wa yang ane stalk diam diam dan bagaimana caranya ane tau kalau sebenarnya dia AKTIF. Akhirnya ane ambil sikap tegas. Kali ini tidak ada lagi kata kata manjanya yg mempan ke ane. Ane kasih statement tegas ke dia dan dia ga berani chat ane lagi. Kemudian ane baru sadar. Saat kita ketemu terakhir kali itu. Kita tidak salaman. Dia tidak cium tangan ane. Pelukan ane itu adalah pelukan terakhir. Sekaligus pesan patah hati ane ke dia. Bahwa hati yang sudah jauh. Itulah sejauh jauhnya hubungan. Walau kota nya dia cuman 4jam perjalanan. Walau tidak ada satupun nomor nya yang diblokir. Walau tubuhnya ada di dekapan. Dia sudah tidak ada disitu. Saya merindukan dia. Tapi dia yang dulu. Dan dia yang dulu sudah tidak ada lagi. Ditutup dengan kata kata mutiara dari Imam Syafi'i. "Cinta itu tidaklah menyakitkan. Yang menyakitkan adalah mencintai orang yang tidak mencintaimu". Selamat pagi