Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Cerita Nazwa

Mending mana?


  • Total voters
    96
Status
Please reply by conversation.
Chapter 4

POV Salma


Semua berawal ketika aku mulai pertama masuk kuliah. Ini pertama kalinya aku harus ngekos di dekat kampus mengingat rumahku terletak di daerah kabupaten, jauh dari kampusku saat ini. Aku di terima di salah satu PTN favorit di kota B dengan jurusan Sekolah Teknik Elektro yang mana merupakan salah satu jurusan favorit di kampus ini. Bukannya sombong, cuma orang2 pintar yang bs masuk jurusan ini karena nilai passing grade SBMPTN-nya pun hampir mencapai 700.

Aku sebagai salah satu santriwati teladan di pondok berhasil masuk jurusan tersebut dengan jalur rapot yang memang nilaiku di atas rata-rata. Orang tua sampai Teman2ku di pondok pada heran kenapa aku mau masuk jurusan Teknik, padahal aku bisa saja kuliah di kairo atau di negeri arab lainnya mengingat aku sebagai santriwati teladan memiliki kemampuan dan nilai yang memenuhi standar untuk mencapai semua itu. Namun aku menolak, aku memilih kuliah di jurusan teknik elektro karena aku selalu bercita2 untuk membuat sebuah inovasi teknologi yang nantinya mempermudah umat manusia kedepannya, dibanding hanya belajar agama di luar negeri yang hanya bermanfaat bagi agamaku saja.

Namun ada satu hal konsekuensi yang harus aku ambil ketika mengambil kuliah teknik, yaitu banyaknya mahasiswa laki-laki dan aku mau tidak mau harus mulai membiasakan diri dari sekarang, padahal waktu pesantren dulu laki-laki dan perempuan segalanya terpisah dan tentunya aku jauh lebih terbiasa hidup bersama para perempuan.

Untuk penampilanku sendiri? Kalian bebas mendeskripsikan aku kok, yang jelas kulit wajahku putih glowing, dengan kaca mata yang selalu menempel ditambah aku memiliki tinggi tubuh 160 cm dengan berat badan yang ideal. Payudara ku pun cukup besar, dengan ukuran 34 C.

Kehidupan kampusku dimulai. Selama masa ospek, ada dua orang senior tingkat akhir yang begitu perhatian padaku, yang pertama Faiz dia adalah salah satu senior idaman para wanita di kampus, selain karena dia adalah mantan ketua BEM fakultas, Faiz pun juga seorang mahasiswa berprestasi di tingkat Fakultas sehingga membuat profil dia begitu sempurna dimata kaum hawa. Apabila dilihat dari penampilan fisik, Faiz bisa dibilang cowok tambun, tingginya 170cm, berat badannya pun cukup berisi sekitar 85kg, namun dengan wajah baby face yang dihiasi kumis dan janggut tipis, ditambah kacamata yang selalu melekat di wajahnya, membuat pesona Faiz dapat dengan mudahnya memikat para wanita termasuk aku hehe.

Dan yang kedua, senior yang begitu perhatian denganku bernama Krisna. Berbeda dengan Faiz, Krisna ini adalah salah satu cowok bergajulan yang ada di kampus. Menurut cerita dari orang-orang, Krisna selalu mendapat masalah di luar kampus. Krisna terlibat aktif di komunitas moge sehingga ia kerap ikutan balapan liar dengan taruhan yang berbagai macam hal, dan hal itu lah yang membuat kampus sering memberikan peringatan kepada Krisna.

Dari segi penampilan, Krisna sebenarnya jauh lebih tampan dari Faiz, dengan wajah sedikit blasteran, rambut gondrong, tinggi 180cm dengan berat tubuh yang ideal, namun karena jarang aktif di kampus, dia kurang populer di mata perempuan. Fyi, Krisna seorang nonmuslim dan hal itu yang membuatku seperti ada halangan jika nanti kita akan jauh lebih serius.

Selama ini, aku merasakan bahwa Faiz begitu perhatian padaku, bukan nya ge er, tapi aku merasakan perlakuan yang berbeda yang kualami dibanding teman2 perempuan lain di fakultas. Setiap malam Faiz selalu menge-chat aku, menanyakan kabar, atau kesan2 selama ospek berjalan. Faiz pun selalu membuka obrolan dengan topik2 yang seru hingga membuatku nyaman jika berlama2 terhubung dengan dia. Bahkan, Faiz selalu diam2 membawakan ku bekal makan siang selama ospek berlangsung. Oh my god, cewek mana sih yang ga klepek2 jika diperlakuan seperti itu.

Di sisi lain, Krisna pun tidak kalah perhatian padaku. Namun, cara perhatian yang krisna lakukan padaku berbeda dengan yang faiz lakukan. Krisna orangnya lebih suka membelikan ku barang2 kesukaanku. Bahkan tak jarang, Krisna selalu memberi aku uang jajan yang sebenarnya aku sendiri segan utk menerimanya, tapi krisna selalu bersikeras memaksa agar aku menerima. Krisna jarang menghubungiku lwat chat, tapi krisna selalu hadir di saat dia ada waktu luang. Entah malam dia sudah ada depan kosan ku dengan membawa buah tangan, hingga dia selalu mengajak ku jalan2 keluar diwaktu sengang dengan moge kesanyangannya.

Apakah Faiz dan Krisna tau bahwa aku memang dekat dengan keduanya? Entah lah, mungkin teman2 yang lainnya ada yang memberi tahu dibelakangnya, aku tidak tahu. Yang jelas, aku melihat apa yang mereka lakukan padaku benar-benar tulus. Begitulah perasaan perempuan berbicara.

Singkat cerita aku harus memilih antara Faiz dan Krisna. Karena aku tidak bisa hidup dengan menjalani hubungan secara bersamaan. Aku harus mengambil sikap. Di saat yang bersamaan, Faiz duluan lah yang menembakku dan meminta aku menjadi kekasih dia. Sebenarnya ini yang aku tunggu2 karena walaupun aku suka Krisna, tapi tetap perbedaan agama lah yang akan menjadi penghalang ke depannya.

Setelah dua bulan aku kuliah, aku dan Faiz resmi pacaran. Banyak yang lebay bilang bahwa hari ini merupakan hari patah hati bagi cewek2 fakultas. Tentunya aku bangga menjadi pilihan Faiz. Di sisi lain, aku memberitahu kepada Krisna bahwa aku dan Faiz telah resmi jadian. Namun sungguh di luar dugaan, aku melihat suatu sikap besar hati yang diperlihatkan oleh Krisna. Dia tidak mempermasalahkan aku telah memilih siapa, yang jelas ada satu permintaan terakhir krisna kepadaku, yaitu ia ingin memelukku untuk yang terakhir kalinya.

Lalu pada malam hari seperti biasa, krisna sudah hadir di depan kosanku. Aku pun turun kebawah dan menghampiri dia. Tanpa banyak bicara krisna langsung memelukku sambil menitikkan air mata. Kami berpelukan selama 10 menit. Terasa hangat sekali tubuh krisna. Dan ini adalah pertama kali seumur hidup aku memeluk pria lain yang bukan keluargaku. Dia memberikanku sebuah surat yang mana surat itu hanya boleh dibuka jika aku putus dengan Faiz. Dia percaya bahwa aku tidak akan membuka surat itu di luar amanat yang td dia pinta. Jikalau pun aku menikah dengan Faiz, bakarlah atau buang surat tersebut tanpa harus aku baca. Pada malam itu hubunganku dengan Krisna berakhir....

Hari-hari yang kujalani setelah aku dan Faiz resmi pacaran terasa begitu indah. Sebuah perasaan yang tidak pernah terbayangkan selama aku menjadi seorang santri. Dua bulan pertama gaya kita berpacaran masih terhitung normal. Kami hanya sebatas pegangan tangan, bahkan berpelukan pun tidak pernah. Kita hanya menghabiskan waktu bersama di kafe2, atau tempat rekreasi lain di Kota B.

Ciuman pertama? Setelah menjalani lima bulan masa pacaran, hubungan kita telah memasuki tahap lanjutan. Waktu itu adalah hari terakhir UAS di kampus. Faiz mengajakku kemping di bumi perkemahan di sebelah utara Kota B untuk menjernihkan pikiran. Disana kita saling bencengkraman sambil menikmati api unggun dan terangnya bulan di angkasa. Waktu telah menunjukkan pukul 12 malam, orang2 yang berkemah di sekitar sana mulai masuk tenda. Kita memasang dua tenda secara bersamaan. Aku begitu respek terhadap Faiz yang tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk berbuat macam2.

Terakhir, sebelum aku masuk tenda, Faiz menggemgam tanganku, dan mencium keningku. Wajahku merah bak kepiting rebus karena itu pun pertama kalinya bagiku. Setelah itu, aku hanya bisa memejamkan mata dan menahan perasaan yang meledak di dalam hati ini. Melihat ekpresiku yang menggemaskan saat itu, Faiz pun menambah kecupan di bibirku. Aku pun kaget, perasaan ku saat itu sulit untuk dilukiskan. Kulihat Faiz pun hanya tersenyum dan dia pun masuk tendanya dia. Aku pun sambil bengong masuk ke tendaku sendiri.

Libur semester ganjil tiba. Faiz mengajakku untuk berlibur di salah satu villa milik keluarga dia di daerah P. Aku pun tanpa ada rasa curiga mengiyakan ajakan Faiz. Setelah kejadian di bumi perkemahan, Faiz mulai sering mengecup keningku, bahkan jika ada kesempatan dia pun selalu menambahkan kecupan di bibir. Bagiku hal ini sekarang sudah mulai menjadi sesuatu yang wajar. Aku tidak keberatan tiap Faiz melakukan hal tersebut karena selalu ada perasaan yang sulit dilukiskan dibalik sebuah kecupan kening dan bibir.

Kami pun akhirnya tiba di Vila tersebut setelah menempuh perjalanan hampir tiga jam. Aku tidak menyangka bahwa ternyata Faiz dilahirkan dari keluarga yang kaya karena apabila melihat dari penampilan sehari-hari, Faiz selalu terlihat hidup sederhana. Bahkan kita kesini pun Faiz harus meminjam mobil sahabatnya yang ditinggal pergi pulang kampung. Faiz selalu menjungjung tinggi hidup mandiri, hal itu lah yang membuat aku semakin kagum kepadanya.

Villa keluarga Faiz terletak di tengah2 perkebunan teh. Tidak terlalu megah tempatnya, namun bangunannya yang memiliki nuansa klasik mengingatkan ku dengan rumah "Pengabdi Setan". Begitu masuk ke dalam vila tersebut, aku merinding. Entah lah, lukisan bergambar orang tua di sudut ruangan seperti memelototiku. Villa tersebut jarang ditempati orang. Faiz bilang setiap dua minggu sekali vila tersebut selalu dibersihkan oleh salah seorang suruhan keluarganya.

Sebelum memilih kamar masing-masing2. Aku dan Faiz pun duduk di ruang tengah terlebih dahulu. Saat itu kami tiba pukul 10 malam. Kami melepaskan penat terlebih dahulu di sofa kulit tua yang dihadapannya ada tv tabung tua. Dari awal kami komitmen utk tidur masing-masing di kamar yang terdapat di villa.

Faiz pun akhirnya menunjukkan kamar di mana nanti aku tidur. Kamarnya bersampingan dengan kamar Faiz tidur. Aku tidak berani apabila harus tidur berjauhan dr kamar Faiz nantinya. Jujur, aku tipenya orang yang penakun walaupun dulu aku 6 tahun tinggal di pondok pesantren.

Aku pun masuk kamar tersebut dan menata barang bawaan ku di kamar tersebut. Setelah membereskan barang2, aku bersiap untuk mandi. Nuansa kamar di mandi pun tak kalah jauh bikin aku merinding. Dinding2 penuh lumut dan juga udara yang pengap membuatku tidak berlama2 utk disana. Setelah mandi aku pun tidak lupa menjalankan ibadah. Tidak lupa setelah itu aku membaca kitab suci agar aku dijauhkan dari mahkluk2 gaib penghuni ruangan ini.

Selanjutnya, setelah melakukan beberapa aktivitas di kamar, aku keluar kamar untuk menemui Faiz di ruang tengah yang sudah menyiapkan makan malam. Aku menggunakan kerudung bergo dan daster panjang, tampil sesopan mungkin dihadapan Faiz. Kami menghabiskan waktu bersama dengan makan, ngobrol sampai rasa kantuk datang.

Tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul dua belas. Cuaca di luar villa hanya menyisakan, namun begitu dingin berbeda dengan cuaca di Kota B. Kami pun beranjak untuk kembali ke kamar masing-masing. Tak lupa Faiz mengecup manis kening dan bibirku sebelum aku menutup pintu.

Aku pun mulai berbaring di ranjang tua yang ada di kamar. Seperti biasa sebelum tidur, aku membaca doa lalu memejamkan mataku.

Belum sempat 15 menit aku memejamkan mata. Aku mendengar suara aneh di bawah ranjang tua yang sedang aku tiduri ini. Aku kaget, ada perasaan tidak enak yang membuatku ketakutan. Aku tidak memberanikan diri untuk melihat suara aneh apa yang ada di bawah ranjangku ini.

"Ngiiiik... ngiiikk.... ngiiikkk..."

Perlahan namun pasti, suara aneh tersebut makin terdengar jelas. Aku semakin ketakutan. Buluk kuduk ku merinding. Aku hanya bisa membaca doa2 untuk menghilangkan rasa takutku ini. Udara di kamar ini pun entah kenapa semakin terasa dingin. Aku hanya bisa menutupi seluruh tubuh ini dengan selimut, berahap semua ini akan berlalu.

"Ngiiiiikkkkkk... Ngiiiiiiikkk.... Ngiiiiiikk....."

Suara aneh itu semakin terdengar keras, aku pun mengumpulkan keberanian untuk mengecek apa yang ada di bawah rangku ini. Aku mulai berpikir bahwa hal seperti ini perlu aku cek biar segalanya makin jelas, daripada hanya aku simpan dan hanya menumpuk rasa takut saja.

Aku pun turun dari ranjang. Sambil terus membaca doa aku mulai berjongkok untuk mengecek secara langsung suara apa yang ada di bawah sana.

Aku pun mulai menundukan kepalaku ke arah bawah ranjang dengan segala keberanian yang aku miliki saat ini.

Begitu aku melihat secara langsung ke bawah ranjang. Aku terkaget-kaget. Jantungku berasa hampir copot. Seluruh tubuhku menjadi dingin. Mataku terbelalak. Aku melihat sosok nenek tua dengan wajah pucat yang sedang melototiku.

"Aaaaaaaaaaaaaaahhhh" aku pun menjerit hingga aku terbangun dari tidurku. Sambil ngos-ngosan, aku ternyata hanya bermimpi.
kejadian tadi tak lain hanya lah mimpi buruk semata. Aku bersyukur ternyata tidak ada hal aneh yang benar2 terjadi. Aku sedikit membuang ludah sebanyak tiga kali ke sisi kiriku.

Kulihat jam di hp telah menunjukan pukul setengah dua. Aku pun mulai memejamkan mata kembali, namun aku malah tidak bisa tidur untuk kali ini. Ada perasaan cukup gelisah di dada ini. Walaupun tadi hanya mimpi buruk, namun masih terasa sekali dalam benakku bahwa kejadian tadi sepertinyata sehingga membuatku semakin susah tidur.

Aku mulai menitikan air mata. Aku menangis karena masih ketakutan akan mimpi burukku yang sangat berdampak sekali pada psikis ini. Entah niat dari mana, aku mulai beranjak dari kasur dan keluar meninggalkan kamarku. Aku menuju kamar Faiz. Entah apa yang aku pikirkan, namun aku merasa bahwa Faizlah adalah jawaban atas segala kekhawatiranku ini.

Aku sudah ada di depan kamar Faiz dan mengetuk pintunya.

"Tok, tok, tok"

"Faiz, Faiz" aku memanggil Faiz sambil mengetuk pintu kamarnya.

Tidak lama kemudian faiz pun membuka pintu.

"Salma, kamu kenapa nangis?" Faiz bertanya padaku dengan wajah kusut setelah terbangun dari tidurnya.


"Faiiizzz... " aku menangis sambil secara tiba-tiba memeluk Faiz.

"Faiz, aku takut. Huu huu huu" Aku mulai merengek dibalik pelukan dadanya.

"Ssshh.. ssshh knapa, knapa coba cerita?" Faiz berusaha menenangkanku sambil mengelus-elus rambut dibalik kerudungku.

"Aku tadi mimpi buruk, aku terbangun gara2 mimpi buruk, trus sekarang aku ga bisa tidur huhuu" aku mulai menceritakan kejadian yang baru saja aku alami.

"Yaudaah, ga usah takut lagi, aku temenin malam ini sampai kamu tidur" Faiz mulai menuntunku kembali ke kamar, berusaha memberikan solusi atas ketakutanku ini.

Aku pun mulai berbaring kembali di atas ranjang sambil menarik selimut. Faiz pun juga naik ke atas ranjang, namun ia hanya duduk di ranjang sambil menyelimuti kakinya yang kedinginan.

"Yaudah tidur lagi sana, kamu ga usah takut, di sini ada aku. Nanti kalau kamu udh tidur aku balik lagi ke kamarku, yang penting kamu dulu harus tidur, aku mah bisa belakangan." Ujar Faiz sambil mengelus-elus bahuku. Faiz berada di sampingku hanya untuk menungguiku tidur.

Entah kenapa, antara sadar dan tidak sadar aku berkata begini pada Faiz.

"Faiz, kenapa kamu ga tidur bareng di sini aja bareng aku."

Bersambung...
 
Terakhir diubah:
POV Salma

Semua berawal ketika aku mulai pertama masuk kuliah. Ini pertama kalinya aku harus ngekos di dekat kampus mengingat rumahku terletak di daerah kabupaten, jauh dari kampusku saat ini. Aku di terima di salah satu PTN favorit di kota B dengan jurusan Sekolah Teknik Elektro yang mana merupakan salah satu jurusan favorit di kampus ini. Bukannya sombong, cuma orang2 pintar yang bs masuk jurusan ini karena nilai passing grade SBMPTN-nya pun hampir mencapai 700.

Aku sebagai salah satu santriwati teladan di pondok berhasil masuk jurusan tersebut dengan jalur rapot yang memang nilaiku di atas rata-rata. Orang tua sampai Teman2ku di pondok pada heran kenapa aku mau masuk jurusan Teknik, padahal aku bisa saja kuliah di kairo atau di negeri arab lainnya mengingat aku sebagai santriwati teladan memiliki kemampuan dan nilai yang memenuhi standar untuk mencapai semua itu. Namun aku menolak, aku memilih kuliah di jurusan teknik elektro karena aku selalu bercita2 untuk membuat sebuah inovasi teknologi yang nantinya mempermudah umat manusia kedepannya, dibanding hanya belajar agama di luar negeri yang hanya bermanfaat bagi agamaku saja.

Namun ada satu hal konsekuensi yang harus aku ambil ketika mengambil kuliah teknik, yaitu banyaknya mahasiswa laki-laki dan aku mau tidak mau harus mulai membiasakan diri dari sekarang, padahal waktu pesantren dulu laki-laki dan perempuan segalanya terpisah dan tentunya aku jauh lebih terbiasa hidup bersama para perempuan.

Untuk penampilanku sendiri? Kalian bebas mendeskripsikan aku kok, yang jelas kulit wajahku putih glowing, dengan kaca mata yang selalu menempel ditambah aku memiliki tinggi tubuh 160 cm dengan berat badan yang ideal. Payudara ku pun cukup besar, dengan ukuran 34 C.

Kehidupan kampusku dimulai. Selama masa ospek, ada dua orang senior tingkat akhir yang begitu perhatian padaku, yang pertama Faiz dia adalah salah satu senior idaman para wanita di kampus, selain karena dia adalah mantan ketua BEM fakultas, Faiz pun juga seorang mahasiswa berprestasi di tingkat Fakultas sehingga membuat profil dia begitu sempurna dimata kaum hawa. Apabila dilihat dari penampilan fisik, Faiz bisa dibilang cowok tambun, tingginya 170cm, berat badannya pun cukup berisi sekitar 85kg, namun dengan wajah baby face yang dihiasi kumis dan janggut tipis, ditambah kacamata yang selalu melekat di wajahnya, membuat pesona Faiz dapat dengan mudahnya memikat para wanita termasuk aku hehe.

Dan yang kedua, senior yang begitu perhatian denganku bernama Krisna. Berbeda dengan Faiz, Krisna ini adalah salah satu cowok bergajulan yang ada di kampus. Menurut cerita dari orang-orang, Krisna selalu mendapat masalah di luar kampus. Krisna terlibat aktif di komunitas moge sehingga ia kerap ikutan balapan liar dengan taruhan yang berbagai macam hal, dan hal itu lah yang membuat kampus sering memberikan peringatan kepada Krisna.

Dari segi penampilan, Krisna sebenarnya jauh lebih tampan dari Faiz, dengan wajah sedikit blasteran, rambut gondrong, tinggi 180cm dengan berat tubuh yang ideal, namun karena jarang aktif di kampus, dia kurang populer di mata perempuan. Fyi, Krisna seorang nonmuslim dan hal itu yang membuatku seperti ada halangan jika nanti kita akan jauh lebih serius.

Selama ini, aku merasakan bahwa Faiz begitu perhatian padaku, bukan nya ge er, tapi aku merasakan perlakuan yang berbeda yang kualami dibanding teman2 perempuan lain di fakultas. Setiap malam Faiz selalu menge-chat aku, menanyakan kabar, atau kesan2 selama ospek berjalan. Faiz pun selalu membuka obrolan dengan topik2 yang seru hingga membuatku nyaman jika berlama2 terhubung dengan dia. Bahkan, Faiz selalu diam2 membawakan ku bekal makan siang selama ospek berlangsung. Oh my god, cewek mana sih yang ga klepek2 jika diperlakuan seperti itu.

Di sisi lain, Krisna pun tidak kalah perhatian padaku. Namun, cara perhatian yang krisna lakukan padaku berbeda dengan yang faiz lakukan. Krisna orangnya lebih suka membelikan ku barang2 kesukaanku. Bahkan tak jarang, Krisna selalu memberi aku uang jajan yang sebenarnya aku sendiri segan utk menerimanya, tapi krisna selalu bersikeras memaksa agar aku menerima. Krisna jarang menghubungiku lwat chat, tapi krisna selalu hadir di saat dia ada waktu luang. Entah malam dia sudah ada depan kosan ku dengan membawa buah tangan, hingga dia selalu mengajak ku jalan2 keluar diwaktu sengang dengan moge kesanyangannya.

Apakah Faiz dan Krisna tau bahwa aku memang dekat dengan keduanya? Entah lah, mungkin teman2 yang lainnya ada yang memberi tahu dibelakangnya, aku tidak tahu. Yang jelas, aku melihat apa yang mereka lakukan padaku benar-benar tulus. Begitulah perasaan perempuan berbicara.

Singkat cerita aku harus memilih antara Faiz dan Krisna. Karena aku tidak bisa hidup dengan menjalani hubungan secara bersamaan. Aku harus mengambil sikap. Di saat yang bersamaan, Faiz duluan lah yang menembakku dan meminta aku menjadi kekasih dia. Sebenarnya ini yang aku tunggu2 karena walaupun aku suka Krisna, tapi tetap perbedaan agama lah yang akan menjadi penghalang ke depannya.

Setelah dua bulan aku kuliah, aku dan Faiz resmi pacaran. Banyak yang lebay bilang bahwa hari ini merupakan hari patah hati bagi cewek2 fakultas. Tentunya aku bangga menjadi pilihan Faiz. Di sisi lain, aku memberitahu kepada Krisna bahwa aku dan Faiz telah resmi jadian. Namun sungguh di luar dugaan, aku melihat suatu sikap besar hati yang diperlihatkan oleh Krisna. Dia tidak mempermasalahkan aku telah memilih siapa, yang jelas ada satu permintaan terakhir krisna kepadaku, yaitu ia ingin memelukku untuk yang terakhir kalinya.

Lalu pada malam hari seperti biasa, krisna sudah hadir di depan kosanku. Aku pun turun kebawah dan menghampiri dia. Tanpa banyak bicara krisna langsung memelukku sambil menitikkan air mata. Kami berpelukan selama 10 menit. Terasa hangat sekali tubuh krisna. Dan ini adalah pertama kali seumur hidup aku memeluk pria lain yang bukan keluargaku. Dia memberikanku sebuah surat yang mana surat itu hanya boleh dibuka jika aku putus dengan Faiz. Dia percaya bahwa aku tidak akan membuka surat itu di luar amanat yang td dia pinta. Jikalau pun aku menikah dengan Faiz, bakarlah atau buang surat tersebut tanpa harus aku baca. Pada malam itu hubunganku dengan Krisna berakhir....

Hari-hari yang kujalani setelah aku dan Faiz resmi pacaran terasa begitu indah. Sebuah perasaan yang tidak pernah terbayangkan selama aku menjadi seorang santri. Dua bulan pertama gaya kita berpacaran masih terhitung normal. Kami hanya sebatas pegangan tangan, bahkan berpelukan pun tidak pernah. Kita hanya menghabiskan waktu bersama di kafe2, atau tempat rekreasi lain di Kota B.

Ciuman pertama? Setelah menjalani lima bulan masa pacaran, hubungan kita telah memasuki tahap lanjutan. Waktu itu adalah hari terakhir UAS di kampus. Faiz mengajakku kemping di bumi perkemahan di sebelah utara Kota B untuk menjernihkan pikiran. Disana kita saling bencengkraman sambil menikmati api unggun dan terangnya bulan di angkasa. Waktu telah menunjukkan pukul 12 malam, orang2 yang berkemah di sekitar sana mulai masuk tenda. Kita memasang dua tenda secara bersamaan. Aku begitu respek terhadap Faiz yang tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk berbuat macam2.

Terakhir, sebelum aku masuk tenda, Faiz menggemgam tanganku, dan mencium keningku. Wajahku merah bak kepiting rebus karena itu pun pertama kalinya bagiku. Setelah itu, aku hanya bisa memejamkan mata dan menahan perasaan yang meledak di dalam hati ini. Melihat ekpresiku yang menggemaskan saat itu, Faiz pun menambah kecupan di bibirku. Aku pun kaget, perasaan ku saat itu sulit untuk dilukiskan. Kulihat Faiz pun hanya tersenyum dan dia pun masuk tendanya dia. Aku pun sambil bengong masuk ke tendaku sendiri.

Libur semester ganjil tiba. Faiz mengajakku untuk berlibur di salah satu villa milik keluarga dia di daerah P. Aku pun tanpa ada rasa curiga mengiyakan ajakan Faiz. Setelah kejadian di bumi perkemahan, Faiz mulai sering mengecup keningku, bahkan jika ada kesempatan dia pun selalu menambahkan kecupan di bibir. Bagiku hal ini sekarang sudah mulai menjadi sesuatu yang wajar. Aku tidak keberatan tiap Faiz melakukan hal tersebut karena selalu ada perasaan yang sulit dilukiskan dibalik sebuah kecupan kening dan bibir.

Kami pun akhirnya tiba di Vila tersebut setelah menempuh perjalanan hampir tiga jam. Aku tidak menyangka bahwa ternyata Faiz dilahirkan dari keluarga yang kaya karena apabila melihat dari penampilan sehari-hari, Faiz selalu terlihat hidup sederhana. Bahkan kita kesini pun Faiz harus meminjam mobil sahabatnya yang ditinggal pergi pulang kampung. Faiz selalu menjungjung tinggi hidup mandiri, hal itu lah yang membuat aku semakin kagum kepadanya.

Villa keluarga Faiz terletak di tengah2 perkebunan teh. Tidak terlalu megah tempatnya, namun bangunannya yang memiliki nuansa klasik mengingatkan ku dengan rumah "Pengabdi Setan". Begitu masuk ke dalam vila tersebut, aku merinding. Entah lah, lukisan bergambar orang tua di sudut ruangan seperti memelototiku. Villa tersebut jarang ditempati orang. Faiz bilang setiap dua minggu sekali vila tersebut selalu dibersihkan oleh salah seorang suruhan keluarganya.

Sebelum memilih kamar masing-masing2. Aku dan Faiz pun duduk di ruang tengah terlebih dahulu. Saat itu kami tiba pukul 10 malam. Kami melepaskan penat terlebih dahulu di sofa kulit tua yang dihadapannya ada tv tabung tua. Dari awal kami komitmen utk tidur masing-masing di kamar yang terdapat di villa.

Faiz pun akhirnya menunjukkan kamar di mana nanti aku tidur. Kamarnya bersampingan dengan kamar Faiz tidur. Aku tidak berani apabila harus tidur berjauhan dr kamar Faiz nantinya. Jujur, aku tipenya orang yang penakun walaupun dulu aku 6 tahun tinggal di pondok pesantren.

Aku pun masuk kamar tersebut dan menata barang bawaan ku di kamar tersebut. Setelah membereskan barang2, aku bersiap untuk mandi. Nuansa kamar di mandi pun tak kalah jauh bikin aku merinding. Dinding2 penuh lumut dan juga udara yang pengap membuatku tidak berlama2 utk disana. Setelah mandi aku pun tidak lupa menjalankan ibadah. Tidak lupa setelah itu aku membaca kitab suci agar aku dijauhkan dari mahkluk2 gaib penghuni ruangan ini.

Selanjutnya, setelah melakukan beberapa aktivitas di kamar, aku keluar kamar untuk menemui Faiz di ruang tengah yang sudah menyiapkan makan malam. Aku menggunakan kerudung bergo dan daster panjang, tampil sesopan mungkin dihadapan Faiz. Kami menghabiskan waktu bersama dengan makan, ngobrol sampai rasa kantuk datang.

Tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul dua belas. Cuaca di luar villa hanya menyisakan, namun begitu dingin berbeda dengan cuaca di Kota B. Kami pun beranjak untuk kembali ke kamar masing-masing. Tak lupa Faiz mengecup manis kening dan bibirku sebelum aku menutup pintu.

Aku pun mulai berbaring di ranjang tua yang ada di kamar. Seperti biasa sebelum tidur, aku membaca doa lalu memejamkan mataku.

Belum sempat 15 menit aku memejamkan mata. Aku mendengar suara aneh di bawah ranjang tua yang sedang aku tiduri ini. Aku kaget, ada perasaan tidak enak yang membuatku ketakutan. Aku tidak memberanikan diri untuk melihat suara aneh apa yang ada di bawah ranjangku ini.

"Ngiiiik... ngiiikk.... ngiiikkk..."

Perlahan namun pasti, suara aneh tersebut makin terdengar jelas. Aku semakin ketakutan. Buluk kuduk ku merinding. Aku hanya bisa membaca doa2 untuk menghilangkan rasa takutku ini. Udara di kamar ini pun entah kenapa semakin terasa dingin. Aku hanya bisa menutupi seluruh tubuh ini dengan selimut, berahap semua ini akan berlalu.

"Ngiiiiikkkkkk... Ngiiiiiiikkk.... Ngiiiiiikk....."

Suara aneh itu semakin terdengar keras, aku pun mengumpulkan keberanian untuk mengecek apa yang ada di bawah rangku ini. Aku mulai berpikir bahwa hal seperti ini perlu aku cek biar segalanya makin jelas, daripada hanya aku simpan dan hanya menumpuk rasa takut saja.

Aku pun turun dari ranjang. Sambil terus membaca doa aku mulai berjongkok untuk mengecek secara langsung suara apa yang ada di bawah sana.

Aku pun mulai menundukan kepalaku ke arah bawah ranjang dengan segala keberanian yang aku miliki saat ini.

Begitu aku melihat secara langsung ke bawah ranjang. Aku terkaget-kaget. Jantungku berasa hampir copot. Seluruh tubuhku menjadi dingin. Mataku terbelalak. Aku melihat sosok nenek tua dengan wajah pucat yang sedang melototiku.

"Aaaaaaaaaaaaaaahhhh" aku pun menjerit hingga aku terbangun dari tidurku. Sambil ngos-ngosan, aku ternyata hanya bermimpi.
kejadian tadi tak lain hanya lah mimpi buruk semata. Aku bersyukur ternyata tidak ada hal aneh yang benar2 terjadi. Aku sedikit membuang ludah sebanyak tiga kali ke sisi kiriku.

Kulihat jam di hp telah menunjukan pukul setengah dua. Aku pun mulai memejamkan mata kembali, namun aku malah tidak bisa tidur untuk kali ini. Ada perasaan cukup gelisah di dada ini. Walaupun tadi hanya mimpi buruk, namun masih terasa sekali dalam benakku bahwa kejadian tadi sepertinyata sehingga membuatku semakin susah tidur.

Aku mulai menitikan air mata. Aku menangis karena masih ketakutan akan mimpi burukku yang sangat berdampak sekali pada psikis ini. Entah niat dari mana, aku mulai beranjak dari kasur dan keluar meninggalkan kamarku. Aku menuju kamar Faiz. Entah apa yang aku pikirkan, namun aku merasa bahwa Faizlah adalah jawaban atas segala kekhawatiranku ini.

Aku sudah ada di depan kamar Faiz dan mengetuk pintunya.

"Tok, tok, tok"

"Faiz, Faiz" aku memanggil Faiz sambil mengetuk pintu kamarnya.

Tidak lama kemudian faiz pun membuka pintu.

"Salma, kamu kenapa nangis?" Faiz bertanya padaku dengan wajah kusut setelah terbangun dari tidurnya.


"Faiiizzz... " aku menangis sambil secara tiba-tiba memeluk Faiz.

"Faiz, aku takut. Huu huu huu" Aku mulai merengek dibalik pelukan dadanya.

"Ssshh.. ssshh knapa, knapa coba cerita?" Faiz berusaha menenangkanku sambil mengelus-elus rambut dibalik kerudungku.

"Aku tadi mimpi buruk, aku terbangun gara2 mimpi buruk, trus sekarang aku ga bisa tidur huhuu" aku mulai menceritakan kejadian yang baru saja aku alami.

"Yaudaah, ga usah takut lagi, aku temenin malam ini sampai kamu tidur" Faiz mulai menuntunku kembali ke kamar, berusaha memberikan solusi atas ketakutanku ini.

Aku pun mulai berbaring kembali di atas ranjang sambil menarik selimut. Faiz pun juga naik ke atas ranjang, namun ia hanya duduk di ranjang sambil menyelimuti kakinya yang kedinginan.

"Yaudah tidur lagi sana, kamu ga usah takut, di sini ada aku. Nanti kalau kamu udh tidur aku balik lagi ke kamarku, yang penting kamu dulu harus tidur, aku mah bisa belakangan." Ujar Faiz sambil mengelus-elus bahuku. Faiz berada di sampingku hanya untuk menungguiku tidur.

Entah kenapa, antara sadar dan tidak sadar aku berkata begini pada Faiz.

"Faiz, kenapa kamu ga tidur bareng di sini aja bareng aku."

Bersambung...
Ada cerita baru pas buka beranda semprot pas dibuka kayaknya rame banget yg komen
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd