Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Arsella Hasna Hilyani [No Sara] [Update #48]

Status
Please reply by conversation.
Part 2

Tag: Flashback, VCS




bc73a61344037565.jpg

Arsella Hasna Hilyani

Flashback continues

Baru kuketahui Setelah menikah, Gairah seksku ternyata sangat tinggi. Hampir setiap malam aku ajak Mas Bagas berhubungan badan.

Setahun setelah pernikahanku, Aku dan Mas Diki masih sering chat. Karena aku sudah menikah, kadang-kadang aku menimpali ketika diajak membahas masalah seks. Aku juga sedikit banyak belajar dari Mas Diki terkait masalah ranjang ini. Aku tau cewek juga bisa orgasme dari Mas Diki yang memberitahuku. Tadinya aku kira ketika keenakan sedang bersetubuh itu namanya Orgasme. Hihi, ternyata aku salah.

Mas Diki juga memberitahuku posisi seks yang aneh-aneh lewat gambar-gambar dan video bokep. Awal-awal aku merasa jijik dengan gambar dan video seperti ini, lama kelamaan aku terbiasa juga, bahkan kadang aku praktekan dengan Mas Bagas ketika kami sedang berhubungan badan. Mas Bagas kadang bertanya dari mana aku belajar hal-hal seperti ini. Aku tersenyum saja dan bilang belajar dari teman-teman cewekku, padahal belajar dari bokep.

Seiring berjalannya waktu, Mas Bagas yang bekerja sebagai kontraktor makin kebanjiran proyek. Dia juga mendapat promosi jabatan yang mengharuskannya sering keluar kota.

Seperti hari ini sudah hari kedua Mas Bagas keluar kota, dan gairah seks ku sedang tinggi-tingginya. Lalu tiba-tiba hapeku berdering. Aku lihat ternyata Mas Diki yang telepon. Aku angkat saja karena tidak ada suamiku ini dan kupikir sambil mengalihkan pikiranku.

"Halo Assalamu'alaikum Sella"

"Halo, Mas Diki. Ada apa nih telpon malam-malam?"

"Kangen aja aku Dek sama suara seksimu"

"Halah kebiasaan gombalnya. Aku tu dah nikah lho, Mas. Kamu makanya cari istri sana biar ada yang bisa diajak ngobrol."

"Kalau ada istri aku nggak bisa nelponin kamu malam-malam gini dong, Dek. Eh, Mas Bagas keluar kota ya? Tumben kamu bisa angkat telponku dan nggak bisik-bisik."

Hampir satu jam lamanya kami ngobrol ngalor ngidul membahas apa aja, mulai dari teman-teman kami, aktifitas kami, sampai akhirnya menjurus kearah soal ranjang. Mas Diki sudah tau kalau gairah seksku tinggi dari intensitas berhubungan badanku dengan suamiku yang pernah aku ceritakan ke dia.

"Hah, apa itu Phone Sex, Mas? Seksnya pakai telepon gitu, emoh aku ditusuk-tusuk begituan."

"Ealah, cantik-cantik kok kuper. Jadi kamu telponan sama Mas Bagas, terus kalian saling bicara menggoda satu sama lain senakal mungkin. Mas Bagas sambil ngocok penisnya, kamu sambil grepe-grepe badanmu juga. Kamu bisa sambil remas-remas tetek kamu, elus-elus vagina kamu, sampai kamu ngecrot."

"Hiii, hoekk. Emang bisa kaya gitu? Aku juga nggak yakin Mas Bagas bisa deh telponan kaya gitu."

"Ya kamu yang ngajarin lah, Dek. Kan ini buat kamu juga biar nggak kentang kalau ditinggal suamimu."

Ada benarnya juga apa yang dikatakan Mas Diki. Aku memang sering uring-uringan kalau ditinggal suami sendirian tanpa seks seperti ini, "Iya juga sih. Tapi aku malu e, apalagi belum pernah, Mas."

"Hmmm.. Tak ajarin sini mau nggak?" Tanya Mas Diki

"Heh, sama kamu, Mas? Gimana yaaa.." kataku bimbang

"Iyalah sama aku. Gini aja kamu bayangin aku ini Mas Bagas yang lagi di depan kamu."

"Hmmm... Tapi kita nggak saling ngapa-ngapain kan, Mas? Aku kan istri orang." tanyaku

"Ya enggaklah kan kamu disitu aku disini, kita telponan kaya gini."

Aku sejujurnya masih bimbang antara penasaran akan sensasinya dan khawatir mengkhianati suamiku "Hmmmmm.. Gimana ya, Mas. Aku penasaran sih.... Yaudah boleh deh, Mas,. Tapi jangan lama-lama ya, Mas."

"Oke. Kita langsung mulai aja. Kamu ini lagi duduk?" Tanya Mas Diki.

"Iya, Mas. Aku lagi di sofa." jawabku.

"Sekarang coba kamu lepas semua baju kamu sampai telanjang."

"Hah, kok telanjang, Mas.. Isin aku, Mas" , sergahku

"Lho. Lha wong ini kan phone sex, masa iya seks pakai baju. Piye to", balas Mas Diki, "Gini aja Dek, kalau kamu masih ragu-ragu. Biar agak nyaman, kamu pakai Jilbab kamu, tapi jangan pakai yang selain selain jilbabnya."

"Ih Mas, masa pakai Jilbab tapi telanjang" balasku

"Lha aku kan tetep nggak bisa liat kamu, to Dek..." Kata Mas Diki mencoba meyakinkanku

Butuh beberapa saat untuk aku memutuskan "Yaudah deh Mas. Bentar ya".

Aku kemudian masuk ke kamar, lalu melepas dasterku lalu bra dan cdku aku tanggalkan. Aku memilih menggunakan jilbab bergo instan warna hitam. Setelah kupakai, aku kembali berjalan ke sofa ruang tengah.

Aku angkat hpku yang daritadi belum aku matikan. "Mas Aku sudah di sofa nih"

"Pinter. Sekarang hpnya di-loudspeaker aja terus kamu taruh hapenya di ujung sofa menghadap kamu. Kamu duduk di ujung sofa yang lain ya, menghadap hapemu, biar suara loudspeaker nya jelas", perintah Mas Diki. Akupun lalu sedemikian rupa mengatur posisiku. Aku taruh hapeku di depanku seolah-olah aku sedang akan difoto selfie. Tapi dengan posisi layar hape mati, karena kami hanya telponan. Aku yang memang belum tau beginian hanya mengikuti perintahnya.
"Kamu cuma pakai jilbab aja kan ini?" Tanya Mas Diki lagi.

"Mm, iya Mas... Tapi agak gimana gitu, pakai jilbab kok telanjang.."jawabku

"Yaudah nggak papa", kata Mas Diki mencoba meyakinkanku."Yuk kita mulai aja. Sekarang aku panggil kamu Umi, kamu panggil aku Abi, kaya biasanya sama Mas Bagas kamu gitu kan?

"Iya, Mas.." jawabku. Lalu Mas Diki pun memulainya.

"Halo Umi, Abi sudah sampai hotel nih."

"Halo Mas.. eh, Abi.. iya, Gimana perjalanannya, Abi?" Jawabku yang agak gugup. Tapi aku tetap berusaha melanjutkannya.

"Lancar tadi Umi. Umi sendirian aja di rumah?"

"Iya, Abi. Tadi habis beberes rumah, capek. Ini lagi rebahan di sofa."

"Ooh. Umi tadi waktu di Bandara, Abi lihat ada ibu-ibu Ummahat mirip Umi cantiknya."

"Ih Abi, kok matanya jelalatan gitu sih. Awas ntar ya." balasku yang juga sudah mulai terbawa suasana.

"Hehe, iya nih. Abi jadi kangen sama Umi."

"Kangen sama Umi apa punyanya Umi?" tanyaku dengan nada segenit mungkin.

"Hehe, kangen memeknya Umi juga dong... Umi nggak kangen kontol Abi?" Tanyanya. Aku kaget, baru sekali seumur hidup aku mendengar kata itu di dalam konteks ini.

"Ih, apaan sih Abi. Kok jorok gitu.." gerutuku. "Iya Abi, Umi juga kangen kon... Ppenis Abi" jawabku.

"Bukan penis Umi, tapi kontol. Ayo coba bilang."

"I Iya, Abi.. kontol." Jawabku. Ada sensasi yang lain ketika aku mengucap kata itu ke orang lain yang bukan suamiku.

"Ugghhh.. Umi..." Kudengar nafas Mas Diki sudah mulai memberat. Aku hanya membayangkan dia sedang mengelus-elus batang penisnya. "Kontol Abi kangen nih sama memek Umi, sama toket Umi juga. Sini Abi remes toket Umi."

Aku pun secara refleks mulai memegang tetekku, meremas-remasnya.
"Mmmphh..." Tak sadar, aku pun mulai mendesah.

"Ugghhh... Umi... Abi kangen desahan Umi. Mendesah yang kenceng, Umi, buat Abi."

"mmmpphhh.. ohh... Mmphhh..." desahku sambil terus memainkan tetekku. Aku makin intens meremas-remas tetekku, sambil sesekali aku pilin-pilin putingku yang kecoklatan ini.
"Mmmpphhh... Ahhh.. Abi..." Aku makin kencang meremas-remas tetekku. Tangan kananku memainkan tetek sebelah kanan, dan tangan kiriku memainkan tetek sebelah kiri. Terus aku lakukan dengan gerakan memutar, memijat "Ohh ahhhh, Abi...."

"Ughhh, Umi... Umi seksi banget sih suaranya. Kontol Abi sudah keras nih. Abi gesek-gesekin di memek Umi ya.."

Aku secara refleks membimbing tangan kananku turun ke arah vaginaku, dengan tangan kiriku masih tetap intens memainkan tetekku sebelah kiri. Aku lalu mulai memegang-megang vaginaku. Jujur seumur hidup aku tidak pernah melakukan masturbasi. Aku tau masturbasi tapi tidak pernah melakukannya. Ada rasa agak jijik saja. Tapi kali ini dengan orang yang bukan suamiku walaupun hanya via telepon, karena sudah sangat terangsang aku mulai memberanikan menyentuh vaginaku.

"Ugghhh.. kontol keras Abi Abi gesekkan ke klitoris Umi ya.. Ughh..."

Aku kemudian mulai menyentuh sendiri klitorisku. Memain-mainkannya dengan jari-jari tangan kananku.
"Oohhh... Abi..." desahku. Ternyata senikmat ini memainkan vagina sendiri. Aku mulai lebih intens memainkan klitorisku. Sambil menggesek-gesekkan jariku juga ke bibir vaginaku. "Ahhhh.. Ohhh... Abii..."
Ternyata vaginaku sudah mulai mengeluarkan pelumasnya. Tanganku berasa licin dan basah. Ini membuat permainan di vaginaku lebih terasa nikmat.
"Ohhhh.. Abii, Umi kok becek gini sih.. ohhhh... Ahhhh..."

"Ugghhhhh.. Umii, kontol Abi sudah keras banget nih.. Emutin dulu dong Umii..."

"Ahh.. Abi... Umi kan belum pernah emut kontol Abi.. Ahhh.. Ohhhh.. " jawabku dengan mendesah sambil tetap memainkan tetek dan vaginaku.

"Ugghhhhh, iya Umi... Dicoba dulu ya Umi, pasti Umi bakal doyan nanti.. Ughh..." rayu Mas Diki. "sekarang Umi coba masukkan satu jari Umi ke mulut Umi ya.. Ughhh.."

Aku lalu memindahkan tangan kananku yang sudah berlumuran cairan vagina ini ke arah mulutku. Pelan-pelan aku masukkan jari telunjukku ke mulutku sambil tangan kiriku tetap memainkan tetekku bergantian kanan dan kiri. Aku mulai menghisap-hisap jari telunjuk yang berada di mulutku.
"Hmmmmppphh... Hmmmmppphh.. clop.. clop.." desahku sambil intens memasuk- masukkan jari telunjukku.
"Hmmmpph... Hmppphhh.. Cloppp.. cloppp.."

"ugghhh... Umii... Kontol Abi enak banget diemut sama Umi.. besok-besok emut lagi yaa.. Ughhh.."

"Hmmmmppphh... Hmmmmppphh.. clop.. clop.." Aku hanya bisa mendesah karena mulutku tersumpal jariku sendiri.

"Ugghhh.. Umii.. Abi nggak tahan nih, Abi masukkin kontol Abi ke memek Umi yaa.."

"Hmmmpph... Ohh.. Ahhh... Iya, Abi.. Umi juga sudah nggak tahan.." jawabku.

"Uggghhh.. sekarang masukkin jari Umi yang tadi di mulut Umi ke lubang memek Umi ya.. sedikit aja dulu..."

Karena sudah terangsang berat, akupun mengikuti arahan Mas Diki. Aku pindahkan jari telunjuk ku ke depan lubang vaginaku, aku gesek-gesekkan ke bibir vaginaku.
"Ohhh.. Ahhh.. Abi.."
Lalu perlahan aku masukkan ujung jari telunjukku sampai satu ruas jari.
"Ohhhhh... Ahhhhhhhh.... Abii..." erangku penuh kenikmatan. Ini kali pertama ada benda lain selain penis suamiku yang masuk ke lubang vaginaku. Mungkin karena aku sudah terangsang berat, sekaligus aku sudah birahi tinggi karena ditinggal kerja suamiku, sehingga pengalaman ini terasa sangat nikmat..
"Hmmmmppppphh... Ohhhhh...." Aku perlahan memompa jariku itu keluar masuk lubang vaginaku.
"Clepp... Clepp... Clepp..."
"Ohhhh... Ahhhhhh.. Hmmmppphhhh..." Suara keluar masuk jariku di vaginaku bersahutan dengan desahanku yang makin mengeras. Aku juga masih mendengarkan desahan nafas berat Mas Diki di ujung telepon sana, walaupun kalah keras dengan suara di sini.
"Ahhh... Hmmppph....."
"Ahh... Ohhh... Hmmmpphhhhh...."
Aku makin intens memompa jariku keluar masuk vaginaku dengan tangan kananku. Tangan kiriku masih aktif bermain dengan tetekku bergantian kanan dan kiri. Dengan rangsangan seperti ini, desahanku makin mengeras tak karuan. Aku sudah hampir diujung orgasmeku.
"Aahhh.. Ohhh.... Aaaahhhhh..."

"Ugghhh.. Umiii.." tiba-tiba Mas Diki memanggil namaku.. "Uggghhh.. Umiii.. Sebentar lagi Abi call, Umi angkat ya.." aku hanya mengiyakan sambil mendesah mengejar orgasmeku.
Lalu telepon Mas Diki terputus. Hapeku tiba-tiba menyala dan ada panggilan lewat WhatsApp, aku yang sudah terangsang hebat hanya bisa menerima panggilan itu.

Tiba-tiba ada gambar penis muncul di hapeku, ternyata ini panggilan video.
"Ugghhh.. Umiiii.. Lihat nih udah keras banget kontol Abi." Ini adalah pertama kalinya seumur hidupku melihat penis selain suamiku, dan pertama kalinya laki-laki lain melihat tubuhku telanjang. Di dalam kondisi normal, aku pasti malu dan marah akan hal ini. Tapi di kondisi saat ini dimana aku sudah diujung orgasme, aku malah justru makin terangsang dan tanganku makin aktif memainkan perannya di tetek dan vaginaku...

"Aaaahhh... Ohhh.... Abiii... Enak bangett kontol Abi..."
"Hmmmmppphhh... ohhh.. Umi mau keluar nih.."

"Uggghhh... Abi juga nih Ummi... Ugghhh.."

"Ahhhh... Hmmmmppppphh... Abiiiiiiiiii...... Ooohhh...."
"Crit.... Crit...." Klimaks yang sudah kucari dan kutunggu ini akhirnya datang. Ada bermili-mili cairan keluar membasahi sofa ku dan sedikit kena hapeku...

"Oooohhhh... Haaahhh... Haaaahhh..." Tubuhku lemas tak berdaya seketika setelah orgasme ini. Orgasme yang tak pernah kubayangkan akan bisa kudapat dengan cara seperti ini.

Aku sempat sedikit melirik ke hapeku. Sepertinya Mas Diki juga sudah mendapat klimaksnya. Dan sekarang panggilan video tadi sudah mati. Akupun tak menggubris, akupun kemudian tertidur di sofa.

Aku baru terbangun sekitar tengah malam, karena posisi tidur di sofa yang memang kurang nyaman. Aku ambil hapeku lalu berjalan ke arah kamarku. sambil berjalan ke dalam kamar aku cek hapeku. Ada banyak chat dari suamiku. Ahh, besok saja lah aku balasnya. Lalu ternyata ada chat juga dari Mas Diki.

Mas Diki: Dek Sella, makasih ya. Maaf kalau aku tadi lancang, tapi aku puas sekali. Kamu luar biasa, sungguh beruntung suamimu yang bisa memilikimu. Malam ini tak akan pernah bisa aku lupakan seumur hidupku.
Mas Diki: [ gambar penisnya yang berlumuran sperma ]

Aku kaget melihat gambar penis itu, tapi hanya bisa senyum-senyum sendiri saja mengingat aku juga sudah merasakan Orgasme yang begitu nikmat. Aku lalu mereply chatnya.

Aku: iya, Mas. Nggak papa. Aku juga tadi terbawa suasana. Makasih juga ya, Mas.. aku dapet orgasme nikmat banget tadi. Ini aku barusan bangun habis ketiduran di sofa tadi.Oiya, jangan kasih tau siapa-siapa ya Mas soal malam ini.

Ternyata Mas Diki masih online dan segera membalas pesanku.

Mas Diki: Sama-sama, Dek Sella, iya aku bakal jaga rahasia ini kok..
Mas Diki: Oiya, Sella Apa boleh aku minta sesuatu? terakhir deh buat malam ini.
Aku: Minta apa, Mas?
Mas Diki: Minta foto Selfi mu dong. Yang sekarang aja, kamu nggak usah pakai baju dulu.
Aku: Iihh.. apaan sih Mas Diki, kok aneh-aneh gitu mintanya.
Mas Diki: Ayolah, Dek.. buat Mas aja kok ini. Biar Mas bisa mimpi indah

Aku berpikir sejenak, apa aku harus memenuhi permintaannya atau tidak. Toh tadi dia juga melihatku telanjang seperti ini dengan pakaian yang sama. Akupun lalu selfie mengambil beberapa gambar dengan pose seimut mungkin yang menampakkan tetekku dan sekilas vaginaku. Aku juga foto close-up vaginaku yang masih menampakkan lendir bekas orgasmeku yang sudah mengering.

Aku: [kirim gambar selfie]
Aku: [kirim gambar selfie]
Aku: [kirim gambar selfie]
Mas Diki: wuih, dikasih tiga. Makasih ya Dek Sella. Bisa mimpi indah nih aku malam ini.
Aku: nih mas, aku kasih bonus. Hasil dari perbuatanmu tadi, hihihi...
Aku: [kirim gambar close-up vagina]
Mas Diki: wuihhh, indah banget memekmu Dek. Kalau close-up gini kelihatan jelas banget. Masih ada sisa-sisa crotmu juga itu Dek.
Mas Diki: Makasih ya Dek, malam ini aku jadi lelaki paling bahagia.

Kamipun mengakhiri chat itu. Aku lalu bersih-bersih diri kemudian tidur. Ini adalah pengalaman pertamaku mendapatkan orgasme dengan bantuan orang lain tanpa suamiku.

Flashback Ends

Seiring berjalannya waktu, aku masih berhubungan dengan Mas Diki, tentu saja lewat telepon, mana berani aku berhubungan fisik walaupun kami beberapa kali ketemuan rame-rame dengan teman-teman SMA ku yang lain juga.
Kami masih rajin juga melakukan phone sex atau Video Call Sex, terutama saat suamiku keluar kota. Suamiku ternyata bukan orang yang bisa diajak vcs senikmat Mas Diki. Akupun akhirnya dibantu Mas Diki untuk mengisi kekosongan saat-saat suamiku keluar kota itu. Akhirnya aku dan Mas Diki jadi sangat dekat. Saking dekatnya kita sering panggil-panggilan dengan sebutan Sayang. Suamiku tentu saja tidak tahu hal ini. Dia hanya tau kalau kami berteman biasa saja.

Bahkan vcs-an kami sekarang makin hot dan aneh-aneh. Mas Diki membelikanku banyak barang-barang seperti penis-penisan yang kutahu namanya ternyata Dildo. Lalu dia juga membelikanku vibrator getar. Semua itu alat-alat yang kita gunakan sewaktu vcs-an.

Seperti tadi sore saat sebelum suamiku pulang aku sempat vcs-an dengan Mas Diki. Aku memakai dildo di vaginaku, lalu menempelkan vibrator di pinggiran anusku. Sambil melihat Mas Diki mengocok penisnya yang coklat berurat. Sensasinya sangat nikmat. Ketika hampir diujung orgasmeku, Mas Diki lalu memintaku satu hal. Mas Diki tahu kalau aku sudah hampir orgasme pasti aku selalu mengiyakan permintaannya. Dia memintaku untuk datang ke rumahnya besok, saat suamiku keluar kota. Aku hanya bisa mengiyakan saja karena aku sedang mengejar orgasmeku.



End of PART 2 "Flashback"
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd