Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Arsella Hasna Hilyani [No Sara] [Update #48]

Status
Please reply by conversation.
Part 5a

Tag
: Rape, No Sex
......
"... Kak Sella?"

"Eh, Iya, Fan.. hihi.. afwan.." kataku

"Iiih.. ngalamun lagi.." kata Fani berkomentar.

"Kak Sella hari ini nggak semangat kaya biasanya, deh.. kenapa, Kak?" tanya Fani.

"Hihi.. nggakpapa, Kok.. lagi mau dapet tamu bulanan aja kayaknya.."

"Ooooo.." kata Fani sambil memonyongkan mulutnya. Walaupun mulutnya dimonyong-monyongin anak ini tetap saja terlihat cantik.

Tiba-tiba aku mendengar nada dering hapeku. Kulihat di layarnya, ternyata dari Mas Bagas.



[myhubby Is Calling]

"Assalamu'alaykum, Abiku sayang.." jawabku saat kuangkat teleponnya.

"..."

"Iya, masih sama Fani ini, Abii.." jawabku.

"…….."

"Ooh.. gitu.. Lima hari, Abi? Kok tumben lama banget?" balasku

"...."

"Oooh.. Iya.. yaudah, fii amanillah, Abii.." jawabku, sambil kututup teleponnya.



"Iih, Kak Sella pake sayang-sayangan. Dah tau di sebelahnya ada yang jomblo." Celetuk Fani tiba-tiba.

"hihi, Iya, Fan.. dari Mas Bagas tadi, pamit ada proyek di luar kota... Makanya kamu buruan dihalalin biar ada lawan buat bilang sayang-sayangan, hihihi.." kataku. Di depan Fani aku memang kadang memprovokasi anak ini untuk segera cepat-cepat nikah.

"Do'ain aja deh, Kak.." Fani pun lalu diam sambil tersenyum kecut kepadaku menampakkan lesung pipinya itu.


Fani


Sudah tiga mingguan ini aku dan Fani lebih sering bersama karena proyek sosial media yang kami rintis. Tidak disangka ternyata akun dan channel kami mampu menarik perhatian Akhwat dan Ummahat di luar sana begitu cepat. Kami sudah membuat lima content. Bahkan sudah ada produk yang minta diendorse. Hari ini di rumahnya, Aku dan Fani sedang melakukan finishing.

"Balik lagi kesini, Kak.." kata Fani melanjutkan sambil menunjuk laptopnya.
"Ini udah tinggal rendering videonya aja. Kalau pakai laptop baru ini nanti jadinya bakal jauh lebih bagus daripada video kita yang sebelumnya, Kak.." kata Fani menjelaskan. Aku hanya melongo saja kalau Fani menjelaskan soal hal teknis. Aku hanya membantu dari sisi konsep videonya saja, Fani yang bikin konten videonya menjadi lebih menarik dilihat. Fani mendapatkan laptop baru ini dari ikatan alumni di kampus kami. Laptop dengan logo buah tergitigit yang harganya hampir menembus 40 juta ini bisa dibawa Fani. Tak kusangka juga ternyata idenya mampu menarik perhatian kakak-kakak alumni senior.

Aku memang sengaja mengisi waktuku dengan aktivitas ini, terlebih setelah sekitar satu bulan yang lalu aku menerima tiga video dari nomor tak dikenal yang isinya rekaman persetubuhanku dengan Mas Diki di Taman Kota.



Aku shock berat melihat isi video itu. Video yang pertama berisi adegan saat aku bergoyang di atas penis Mas Diki. posisi kamera membelakangiku. Memperlihatkan baju gamis sisi punggungku. Video yang kedua hampir membuatku menjatuhkan hapeku karena terkejut. Masih dengan posisi di atas tubuh Mas Diki, hanya kali ini posisiku berhadapan dengan kamera. Terlihat baju gamisku yang kadang tersingkap menampakkan perutku yang putih. Tanganku yang bertumpu pada lutut Mas Diki, kemudian berpindah meremas-remas tetekku sendiri, sehingga di video itu kadang menampakkan bulatan buah dadaku yang ranum. Video kedua itu berakhir saat aku menggelinjang orgasme dan lemas. Video terakhir menunjukkan aku sedang mengoral penis Mas Diki. Aku yang masih mengenakan jilbab hitam itu dengan rela menghisap-hisap penis coklat itu. Terlihat jelas empotan di pipiku sambil mulutku menghisap penisnya. Video itu berakhir saat aku menelan habis sperma yang keluar dari penis itu dan membersihkan penis itu. Jantungku serasa berhenti berdetak. Video ini jelas direkam bukan dengan kamera biasa saja. Walaupun sepertinya di-zoom, tapi kualitas videonya tergolong bagus dan bisa menunjukkan wajahku dengan jelas. Selang beberapa saat si pengirim video itu mengirimkan pesan, yang langsung aku balas.

Unknown: Hahaha.. siapa sangka Akhwat kaya gini ternyata liar dan binal sekali.
Aku: Siapa ini!? Maksudmu apa!?
Unknown: Tenang, aku nggak akan macam-macam, setidaknya untuk saat ini. Kamu tunggu saja tanggal mainnya.

Aku langsung menitikkan air mata. Siapa yang mengira perbuatanku dengan Mas Diki itu malah menyeretku ke situasi seperti ini. Aku sempat mencurigai kalau Mas Diki ada di balik ini semua. Aku forward video-video itu ke Mas Diki, lalu kutanya apakah ini perbuatannya? Tapi pesanku itu hanya dibaca. Ketika aku coba menelponnya, nomornya sudah tidak aktif. Aku sempat datangi rumahnya berharap menemukan jawaban, ternyata Mas Diki sudah tidak menghuni kontrakannya itu. Sampai sekarang aku tidak bisa menghubungi Mas Diki, dan Mas Diki juga tidak menghubungiku.

Aku tidak mungkin menceritakan masalah ini ke Mas Bagas, karena Mas Bagas pasti akan marah mengetahui aku bersetubuh di belakangnya saat aku ada di dekat dia saat itu. Di depan Mas Bagas aku mencoba terlihat biasa saja. Aktifitas ranjang kamipun masih seperti biasa, hampir setiap malam kami bercinta. Aku mampu melupakan sejenak soal itu saat kami sedang bercinta. Tapi ketika siang harinya, aku kembali kepikiran tentang video-video itu. Mungkin ini cara Tuhan mengingatkanku, agar aku setia dan hanya mengabdi pada suamiku.

Akupun akhirnya pasrah saja memendam pikiran ini sendiri. Aku mencoba menyibukkan diri dengan hal positif lain. Salah satunya dengan proyek sosial media Fani ini. Beberapa Minggu ini kami intens mengerjakan konten-konten untuk mengisi akun dan channel kami itu. Aku juga kadang iseng main-main ke rumah Fani saja sambil menghabiskan waktu. Akupun makin dekat dengan Bu Anisa, Mama Fani yang sehari-harinya juga berada di rumah.



Hingga tibalah tadi pagi saat aku membuka chat di hapeku

Unknown: Aku harap kamu sudah pulang di rumah nanti sore.
Aku: Siapa ini!?? Maumu apa!!??

Pertanyaanku itu sampai siang ini tak dibalasnya. Chat singkat itu yang ada di pikiranku dan seolah tak mau pergi dari benakku sampai detik ini.



"Kak..." tiba-tiba Fani mengagetkankanku.

"Eh, Iya, Fan.."

"Tuuh kan ngalamun lagi.. ntar kesambet lho, Kak.."

"Hihihi.. iya, iya.. sudah selesai editingnya?" tanyaku. Kami pun larut kembali dalam proyek sosial media kami. Hingga tak terasa waktu sudah menjelang sore. Akupun ijin meninggalkan rumah Fani. Ketika aku akan melangkahkan kakiku keluar rumah aku bertemu Bu Anisa, Mama Fani yang kebetulan sedang berada di ruang tamu.

"Sudah mau pulang, Nak Sella?" Tanya Mama Fani saat aku berjalan keluar ke arah mobilku.

"Eh, Iya Umm.. Sudah mau sore ini.. pulang dulu ya, Umm.. Assalamu'alaykum.."

496bbb1345408422.jpg

Arsella Hasna Hilyani

Aku lalu berjalan menuju mobilku dan mulai mengendarai mobilku meninggalkan rumah Fani. Sepanjang perjalanan pikiranku berkecamuk memikirkan pesan yang kudapat tadi pagi. Kenapa aku harus ada di rumah sore ini? Apakah pengirim pesan itu akan ke rumahku sore ini? Apakah dia sudah ada di rumahku saat ini? Perasaanku campur antara penasaran, was-was dan takut menjadi satu, hingga sampailah aku di rumahku.

Tak ada yang aneh di dalam rumahku saat aku sudah masuk di rumahku. Hingga sore harinya, ada kiriman paket datang ke rumah. Aku mendengar suara ketukan pintu gerbang, tapi setelah keluar aku tak melihat ada satu orangpun. Pandanganku akhirnya tertuju pada kotak di dekat pintu gerbang. Rupanya ada kotak yang dilempar dari luar pagar.

Kubuka paket itu. Di dalamnya aku menemukan baju panjang putih mirip gamis dan jilbab berwarna merah yang ukurannya pendek. Di bawahnya kutemukan secarik kertas.

"Pakai Ini Tanpa Yang Lain!! Aku punya videomu. Kamu tau apa yang bisa aku lakukan jika kamu tidak mengikuti perintah ini."

Aku mulai sedikit takut ketika membaca kertas itu. Apa maksudnya ini. Ini bukanlah tipe pakaian ku saat di rumah. Aku di rumah biasanya hanya pakai baju rumah biasa tanpa jilbab kecuali ketika ada tamu. Ini juga bukan tipe pakaianku kalau keluar rumah yang mana aku selalu memakai gamis longgar dan jilbab lebar. Di kertas itu tak dijelaskan apa yang harus aku lakukan setelah kupakai pakaian ini.

Akupun lalu menuruti perintah si pengirim pakaian itu. Aku memakai gamis putih ini dan jilbab merahnya, sambil dihinggapi perasaan takut. Selain takut dengan ancaman di tulisan itu, aku juga takut karena di rumah saat ini aku sendirian. Satu bulan terakhir ini Mas Bagas selalu ada di rumah menemaniku, tapi malam ini Mas Bagas harus keluar kota.

Begitu aku pakai, gamis putih ini ternyata mengatung hanya sebatas mata kakiku. Bagian kerahnya merupakan belahan yang cukup rendah. Bahannya terlampau tipis untuk bisa dibilang sebuah gamis. Jilbab merah ini juga hanya bisa menutupi sampai leher saja, bahkan tidak sampai menutupi bagian atas gamisnya alias ada bagian tubuhku yang tidak tertutup di sekitar bawah leher. Terlebih lagi baju ini cukup ketat sehingga cukup mencetak lekukan tubuhku.

Aku hanya berdiam diri di rumah saja, karena di kertas itu tidak meminta aku melakukan apa-apa selain memakai pakaian ini. Hingga malam haripun datang menjelang.



"Tok Tok Tok." Terdengar pintu depan rumahku diketuk. Aku lalu mengintip dari balik jendela siapa yang berada diluar pintu rumahnya. Terlihat seorang Mas-mas memakai seragam berwarna biru.

"Siapa ya, Mas? Mau cari siapa?" tanyaku yang masih berada di dalam rumah di balik pintu.

"Saya Yono, Bu. Apa betul ini rumahnya Pak Bagas? Tadi kami dapat telepon dari Pak Bagas, ada saluran keran yang bermasalah di rumahnya,Bu." kata Yono menjelaskan.

"Hmm.. Kok saya nggak dikasih tau suami saya ya, Pak. Suami saya lagi nggak ada di rumah, Pak." jawabku.

"Gini aja, Bu. Saya cek sebentar kerannya, kalau memang nggak ada masalah nanti saya langsung izin pergi." kata Yono.

Aku yang berada di balik pintu diliputi rasa bimbang apakah harus membuka pintu itu. Firasatku mengatakan untuk tidak membuka pintu. Akan tetapi kalau benar Mas Bagas menemukan ada saluran air yang rusak, berarti memang ada alasan untuk tukang ini masuk ke dalam rumahku. Dengan berat hati akupun lalu membuka kunci pintu.

Belum sempat aku memegang handle pintu ini, tiba-tiba pintu sudah dibuka dari luar oleh Yono dengan cepat. Aku yang terkejut langsung terperanjat ke belakang hingga menyandar di dinding. Yono tiba-tiba sudah masuk dan memepetku ke dinding.

"Mas.. Apa-apaan ini!" kataku sambil berteriak. Aku memberontak mencoba melepaskan diri dari kedua tangan Yono yang menyekap tubuhku menempel di dinding. Kurasakan tenaga tubuhku ini bukan apa-apa dibandingkan tubuh Yono yang besar yang sedang memepetku ini. Aku mencoba berteriak meronta-ronta, tapi sekejap kemudian Mulutku ditutup oleh salah satu tangannya.

"Hahaha.. Sudah beberapa hari rumah ini tak incer. Siapa sangka ternyata nyonya rumahnya masih muda, cantik pula. Jilbaban tapi bajunya tipis gini. Hahaha.." tawa Yono sambil tersenyum menyeringai. Senyum khas lelaki yang menyiratkan hawa nafsu. Aku yang mendengarnya kembali mencoba berontak melepaskan dekapan tangannya. Tentu saja usahaku ini sia-sia.

Satu tangan Yono lalu bergerak ke arah pahaku dan mulai meraba-raba pahaku dari luar gamisku. Rontaanku masih tertahan oleh bekapan satu tangan Yono.

"Pakai jilbab tapi kok bajunya nyeplak gini, Bu." katanya yang dibarengi dengan gerak tangannya mengangkat baju gamisku.

“Hmmmppphhh… Hhhmmmppphhh..!!” Kataku menjerit terkejut saat telapak tangan Yono menelusup kedalam pahaku dan mulai bergerak-gerak pelan disekitar vaginaku yang tanpa tertutup dalaman apapun ini. Tanganku meronta-ronta sekuat mungkin mendorong badan dan tangan Yono, walaupun kurasakan usahaku ini sia-sia.

"Mmmpphh.. Hmmpph.." rontaku tertahan sembari terus berusaha berontak dari belenggunya.

"Udah Bu. Nikmatin aja, saya mau bikin enak Ibu lho ini. Hahaha.." kata Yono melanjutkan permainan tangannya di vaginaku makin intens.

"Hmmmppphhh… Hhhmmmppphhh.. hhgghhh" Rontaku yang masih tertahan tangannya. Aku masih tetap berusaha mendorong tubuh Yono ke belakang. Tenagaku perlahan makin lemah karena kusadari usahaku tak ada pengaruhnya melawan badan Yono yang tinggi besar ini. Terlebih lagi tubuhku secara refleks mulai menikmati permainan jarinya di daerah sensitifku ini.

Perlawananku makin mengendor. Tubuhku yang masih berbalut gamis tipis dan jilbab pendek ini mulai menyerah dan sedikit menggeliat-geliat ketika kurasakan rasa nikmat di vaginaku. Yono makin memepetkan badannya ke badanku sehingga badanku makin tersandar di dinding tempatku berdiri.

Tangan Yono dengan lincahnya memainkan vaginaku. Tubuhku semakin tenggelam dalam kenikmatan seksual saat vaginaku “digeledah” oleh permainan tangan Yono. Tanganku yang tadinya memberontak, kini hanya diam memegang tangannya.
Aku hanya bisa memejamkan mata dan menengadah menikmati rangsangan tangannya.
"Shhhh… Hmmmppphhhh… ssshhh.." desisku saat tangan Yono tak lagi membekap mulutku.

"Shh Maas.. Jangann Mass, sshh.." pintaku tiba-tiba yang teringat bahwa orang di depanku ini bukanlah siapa-siapaku. Tapi tubuhku seolah-olah tak mendukung mulutku dan malah menyerah pada nafsu syahwat.

Tak digubrisnya perkataanku itu, tangan Yono masih bermain-main di vaginaku

“Mmmphh.. Ahhhhhh…!” desisku sambil setengah menjerit saat tangan Yono mulai menyentuh dan memainkan klitorisku yang tersembunyi di balik vaginaku.

“Awwh... Hhmmmmphh… Janngaann Mmass… Uddahhhh… ahhh... oohh..” Aku semakin meracau antara menolak atau menerima kenikmatan karena permainan jari tangan Yono di klitorisku ini. Vaginaku terdengar semakin becek dengan bunyi kecipak cairan cintaku yang beradu dengan permainan tangan Yono. Cairan vaginaku kurasakan meleleh keluar membasahi pahaku.

"Bilang jangan tapi kok becek banget ini, Bu. Hahaha, perempuan jilbab emang nafsunya gede." kata Yono mengejekku sambil masih terus mempermainkan vagina dan klitorisku.

“Ooohhh… Ssshhh… Uddahhh… oohh…mmmpphh…” gumamku sambil mendesah dengan mata sayu. Sudah lebih dari 10 menit vaginaku diobrak-abrik oleh tangannya. Aku masih berusaha menahan agar tubuhku tak terhanyut oleh nafsu, walaupun kuakui usahaku ini sia-sia belaka.

"Cplek.. Cplek..!!" Terdengar suara becek vaginaku bertumbukan dengan tangan Yono yang makin aktif mengorek-ngorek liang vaginaku ini.

"Wiih.. becek banget memeknya, Bu.. Hahaha. Nggak nyesel malam-malam gini saya main kesini.." kata Yono.

“Awwwwhh.. masshhhh... Sakiitt..” kataku setengah menjerit saat merasakan satu jari tangan Yono memasuki liang sempit vaginaku dengan cepat, lalu menggerakkan jarinya tersebut maju mundur dengan cepat sehingga membuatku menyerah menjerit-jerit.
"Oohhh... Maasshh.... oouugghh....Hhmmp.." rontaku yang bercampur dengan desahan.

Tubuhku kini mulai tak malu menggeliat karena permainan jari Yono di selangkanganku. Aku kini hanya bisa menikmati permainan jari-jari Yono dengan terus menerus mendesah.

Mataku makin tampak sayu. Badanku mulai menggelinjang nikmat saat Yono terus-terusan mengorek-ngorek bagian sensitifku ini.

"Maashhhh.... ooohhh.. udaahhhhh... Sshhhh.. Jangaann.." desahku.

"Ooooooouuggggghhhhhh.. Hhhhhhhhmmmmmpppphhh…" ucapku agak berteriak saat kurasakan orgasmeku datang. Mataku agak membelalak serta seluruh otot tubuhku menegang. Vaginaku mengeluarkan banyak cairan cintanya dengan jari Yono masih menancap di vaginaku. Tubuhku lemas menyender ke dinding yang kurasakan dingin ini.

“Hahaha.. Baru colmek aja udah ngecrot gini, Bu..” Ucap Yono mengejek, sedangkan badanku masih mengumpulkan tenaga. Yono hanya cengengesan melihatku yang menyerah atas nafsu birahiku.



Selang beberapa menit kemudian akalku mulai kembali. Tangan Yono kini tak lagi menahan tanganku. Kuayunkan tangan kananku sekuatnya ke arah mukanya.

"PLAKK.." Yono agak terdorong oleh tamparanku. Kesempatan ini kugunakan untuk berlari menjauh darinya. Baru beberapa langkah, tiba-tiba kurasakan jilbab yang kupakai ini ditarik kebelakang. Tarikan di jilbab ini otomatis membuat rambutku sedikit terjambak.

"Ahhh.." erangku saat jilbabku ditarik hingga sesaat aku kembali berhadapan dengan Yono.
"PLAKKKK" tiba-tiba kurasakan pipiku ditampar sangat keras. Akupun limbung dan terjatuh tak sadarkan diri.


………….
Kurasakan perlahan pandanganku mulai kembali. Aku sudah terduduk di sofa ruang tengah. Gamis dan jilbabku masih kupakai. Kurasakan sakit di pipiku akibat tamparan Yono beberapa saat yang lalu. Air mataku mulai menetes. Seumur hidup aku tidak pernah ditampar lelaki. Ayahku sendiri, bahkan Mas Bagas selalu memperlakukanku dengan lembut.

"Cup.. Cup.. Jangan nangis gitu dong, Bu. Tadi aku reflek, lha Ibu tadi nampar aku keras banget e.." kata Yono.

Aku kaget ketika aku menoleh ke asal suara itu. Yono kini sudah melepas seragamnya dan hanya mengenakan celana dalam. Badannya yang hitam dan kekar bisa kulihat dengan mata kepalaku. Aku terkaget lagi melihat tangan kanan Yono memegang pisau lipat, sambil berjalan mendekatiku.

"Ampunn, Mas.. Mas mau ngapaiin?" kataku yang ketakutan melihat Yono mendekat ke arahku.

"Udah, diem aja Bu. Yang boleh keluar dari mulut Ibu cuma desahan aja." ancam Yono

"Ampunn, Mmass.. Tolong jangan perkosa saya.." kataku sambil gemetar ketakutan saat Yono sudah tepat berdiri di depanku.

"Diem, Bu!!" ancam Yono lagi sambil menempelkan logam pisau lipatnya di lipatan daun telingaku. Kurasakan pisaunya yang dingin menempel membuatku gemetaran dan mulai menangis tertahan. Aku tak mengeluarkan suara hanya air mata yang keluar dari mataku yang kupejamkan.

"Mas.. Mas boleh ambil apa aja di rumah ini, tapi tolong jangan apa-apakan saya, Mas.." kataku lirih masih mencoba memohon sambil gemetaran memejamkan mata. Beberapa saat tak kudengar ada jawaban dari Yono.

"Oke, tunjukkan dimana kamarmu?" perintah Yono.

Aku lalu berjalan menuju kamarku diikuti Yono yang berada di belakang membuntuti. Sesampainya di kamarku Yono langsung merangsek masuk dan membuka lemari pakaianku. Aku hanya berdiri mematung melihat Yono mengobrak-abrik isi lemariku. Kulihat Yono ini sepertinya sudah mahir membongkar isi lemari. Setiap sisi tidak ada yang luput dari jangkauan tangannya yang masih memegang pisau lalu dikeluarkan semua isinya. Hingga dia mendapatkan sebuah kotak kecil yang aku simpan rapi di sela-sela sekat lemariku.

"Haha.. Akhwat kaya Ibu ternyata mainan gini juga ya." Kata Yono sambil membuka kotak itu. Kotak itu berisi koleksi dildo dan vibratorku. Tak banyak isinya hanya lima buah, semua pemberian Mas Diki yang kugunakan sewaktu vcs.
"Nggak ada bedanya sama lonte, nafsu akhwat kaya Ibu gini gede juga ya. Sampai harus dipuasin pakai kontol-kontolan gini." Kata Yono kembali mengejekku.

Tiba-tiba Yono mendekatiku lalu mendorong bahuku hingga aku kini terduduk di pinggir kasur. Pisau lipatnya diarahkan ke wajahku.

"Mas.. tolong lepasin saya, Mas.. Mas boleh ambil apa aja, saya nggak akan laporin ke polisi." kataku gemetaran.

"Hahaha. Emangnya saya ******. Saya lepasin Ibu kalau saya sudah puas sama Ibu." kata Yono sambil berdiri di depanku. Karena aku terduduk di pinggir kasur, pandanganku kini memandang kulit perutnya yang hitam dan berotot ini.
"Sekarang ciumin celana dalam saya." perintah Yono.

Aku hanya menggelengkan kepalaku sambil memejamkan mata. Aku tak ingin lagi kelepasan hanyut dalam birahiku. Sisa-sisa Air mataku masih menetes dari pelupuk mataku.

Tiba-tiba kurasakan logam dingin menempel di pipiku. Aku pun membuka mataku. Pisau lipat Yono sudah ditempelkan ke pipiku. Akupun hanya bisa menangis tertahan.

Tanpa berkata-kata, satu tangan Yono memegang daguku dan mendongakkan kepalaku hingga mataku bertatapan melihat matanya. Sorot mata Yono memancarkan ancaman yang membuat nyaliku menciut seketika. Tangannya lalu berpindah ke belakang kepalaku dan langsung mendorong kepalaku hingga wajahku kini menumbuk celana dalamnya.

"Ayo Bu, dicium.." perintah Yono. Bau pesing langsung menusuk hidungku. Aku yang berada di bawah ancamannya lalu mencoba memonyongkan bibirku seperti hendak mencium. Kepalaku lalu ditekan-tekannya hingga wajahku bertabrakan dengan celana dalamnya mengendus-endus selangkangannya yang bau ini. Bibirku merasakan kerasnya batang penis Yono dari luar celana dalamnya.

"Dijilatin juga, Bu.." perintah Yono lagi. Aku hanya menurut saja. Lidahku kujulurkan dan kusapukan ke permukaan celananya. Rasa asam, asin, dan rasa aneh lainnya berkumpul di lidahku. Entah sudah berapa lama celana dalam kotor ini dipakainya. Sekitar lima menitan aku mencium dan menjilat selangkangan Yono yang masih berbalut celana dalam ini.

"Sekarang copotin kancutku, Bu. Lihat menu utamanya.." perintah Yono lagi sambil tersenyum cabul. Akupun kemudian menurunkan celana dalamnya. Muncullah penis hitamnya yang besar dan keras. Aku sempat kaget akan ukuran penisnya ini.

Kekagetanku ini ternyata dimanfaatkan oleh Yono. Kepalaku didorong seketika, hingga kepala penisnya kini sudah masuk ke mulutku.

"Ayo Bu, sedot kontolku. Udah sange aku dari tadi.." perintah Yono sambil masih memegang belakang kepalaku sementara tangan satunya masih menggenggam pisau di samping pahanya. Akupun mulai menghisap-hisap kepala penis hitam itu. Kepalaku dimaju-mundurkan Yono. Aku menyesali perbuatanku yang membukakan pintu depan tadi. Aku yang seharusnya menjaga marwahku kini malah sedang menghisap penis lelaki yang bukan suamiku. Ini adalah penis ketiga yang pernah masuk ke mulutku selain penis Mas Bagas dan Mas Diki.

"Clopp.. Cloppp.. Sluurrpp... Clopp.. Clopp.."
"Uggghhh.. Enak banget sedotan jilbab ugghh...." Komentar Yono. Perlahan penisnya mulai masuk lebih dalam ke mulutku. Otot-otot mulutku sangat kesulitan menerima batang penisnya yang ukurannya sangat besar ini melebihi batang penis yang pernah masuk ke mulutku. Kepalaku masih dipegang oleh Yono dan makin ditekan sehingga penis ini makin masuk ke dalam mulutku.

"Pakai jilbab tapi bajunya nyeplak gitu, Bu. Toketnya nyembul-nyembul.." kata Tono yang langsung meremas tetekku dari luar gamisku. Remasannya berputar-putar seperti memijat-mijat tetekku.

"Bu, mainin memekmu pakai tanganmu." Perintah Yono sambil masih meremas-remas tetekku. Tanganku perlahan turun masuk ke dalam gamis putih ini dan mulai menggesek-gesek vaginaku.

Tangan Yono melanjutkan remasan nya di tetekku. Remasannya terasa nikmat sekali. Bulatan ranum di dadaku ini kadang diremas pelan dan lembut, lalu kadang diremas kuat-kuat sehingga menimbulkan sensasi tersendiri. Jari-jarinya juga memainkan areolaku menggesek-gesek di sekitarnya.

Permainan tangan Yono kurasakan begitu nikmat di sekitar tetekku. Putingku juga tak luput dimainkan oleh tangannya. Kadang dipilin kadang ditarik ke depan, menimbulkan sensasi birahi yang menggairahkan. Sesaat aku lupa bahwa aku sedang diperkosa.

"Toketmu masih kuenceng gini, Bu.. nggak kaya toket emak-emak yang lain.." kata Yono sambil memelintir putingku yang sudah mengeras ini.

Tanganku makin aktif memainkan vaginaku sendiri. Bibir vaginaku kugesek-gesek dengan tepian jari-jariku. Klitorisku juga tak lupa aku main-mainkan. Dirangsang di vagina dan tetekku ini membuatku malah menikmati perbuatan cabul Yono terhadapku. Bahkan kini mulutku sudah dengan sendirinya memainkan penis Yono.

"Clopp.. Cloppp... Clopp.. Clopp.." pompaan penis Yono di dalam mulutku makin intens. Kadang penisnya keluar masuk dengan cepat hanya setengah. Kadang penisnya masuk secara penuh di dalam mulutku, membuat mulutku kesulitan menampungnya dan membuatku tersedak.

"Ugghhh.. Enak banget sedotanmu, Bu.. Bakal puas aku malam ini.." kata Yono. Tangannya masih terus memainkan tetekku bergantian. Permainan tangan di tetekku ini benar-benar mampu membuatku menggelinjang kenikmatan. Seolah-olah tangannya begitu ahli merangsang payudara. Kocokan tanganku di vaginaku makin kutingkatkan. Ada desakan birahi di dalam diriku yang seolah ingin keluar.

"Clopp.. Cloppp..." Yono masih terus memompa penisnya. Kepalaku pasrah menerima penisnya keluar masuk mulutku. Mulutku makin kuat menyedot penisnya.

"Cplak.. Cplakk.. Cplakkk.." Tanganku makin cepat memainkan vaginaku. Bahkan satu jariku kini mulai cepat keluar masuk di liang vaginaku yang sudah sangat becek ini

"Hmmmmmmmpppppphhhh…. Aaaaaaggggghhhhhhh…" teriakku setengah menjerit saat orgasmeku datang. Badanku menggelinjang hebat hingga penis Yono lepas dari mulutku. Vaginaku mengeluarkan banyak sekali cairan cintanya, membuatku terduduk lemas di pinggir kasur ini.

"Hahaha.. kok ngecrot lagi, Bu.." ejek Yono.

"Clopp.. Cloppp.." belum pulih tenagaku, Yono sudah memaksa mulutku bermain lagi di penisnya. Buah zakarnya kini diarahkan ke depan bibirku

"Slurpp.. slurppp.. Clopp.." Buah zakarnya kini kusapu dan kujilat-jilat dengan lidahku. Tangan Yono masih bermain-main di tetekku.

"KRIIEETTT" kudengar suara pintu kamar dibuka. Ada seseorang masuk dengan memakai seragam biru sama dengan yang dipakai Yono.

"Welah, Wis mulai to Yon?" kata orang itu.

"Mas apa-apaan ini Mas?" kataku terkejut sambil melepas mulutku dari selangkangan Yono.

"Hahaha. Ini temenku Tejo, Bu. Dia harus mbalikin mobil dulu tadi." kata Yono menjelaskan.
"Telat kowe, Jo. Ibu'e dah ngecrot dua kali.." lanjut Yono berbicara kepada Tejo.

"Hehe, ini sih ketuaan kalau dipanggil Ibu. Kita panggil Mbak aja ya.." kata Tejo lalu tersenyum mesum sambil melepas semua pakaiannya, lalu mendekatiku.

Kini ada dua penis hitam berada di depan wajahku.

"Yon, ini pipi Mbak nya kamu tampar yo? Guwoblok kamu Yon, besok kamu siap-siap kena sikat Bos." kata Tejo.

Yono tak menggubris apa yang dikatakan Tejo itu. Satu tangannya memegang belakang kepalaku dan mendekatkan wajahku ke arah selangkangan mereka.

"Ayo Mbak sepong lagi kontolku sama kontol Tejo.." kata Yono sambil menyeringai. Satu tangannya masih memegang pisau lipat, membuatku sedikit bergidik ketakutan. Akupun lalu memajukan wajahku. Yono memajukan penisnya hingga menempel di bibirku. Aku menjulurkan lidahku dan mulai menjilat-jilat penis hitamnya.

Tejo yang sebelumnya diam kini mengarahkan tanganku untuk memegang penisnya. Sambil mulutku memainkan penis Yono, mataku melirik penis Tejo. Penisnya besar, tanganku yang mungil ini tak bisa menggenggam batang penisnya secara utuh. Tanganku lalu digerakkan olehnya mengocok penis Tejo.

"Ugghh.. Alus tenan tanganmu, Mbak.." kata Tejo.

"Slurrpp.. Slurrppp.. Clop.. Clopp.." Yono kini memasukkan penis nya ke dalam mulutku. Penis hitam besarnya itu masih sulit masuk ke mulutku yang mungil ini. Aku harus bersusah payah membuka mulutku selebar mungkin untuk menerima batang penisnya. Yono memasukkan penisnya semakin dalam semakin dalam hingga masuk ke pangkal kerongkonganku, walaupun tidak semua penisnya bisa masuk karena saking panjangnya penis itu.

"Glok.. Glokk.." suara mulutku yang tersedak penisnya yang menusuk pangkal mulutku. Aku tak bisa mengeluarkan penisnya karena kepalaku ditahan tangannya. Aku hampir-hampir kesulitan bernafas hingga air mata keluar dari pelupuk mataku.

"Ugghhh.. Nggak nyangka mulutmu bisa nelen kontolku sampai lebih dari separo gini, Mbak.. Ugghhh.. Jarang ada cewek yang kuat lho, setengahnya aja jarang banget.. emang Jilbab lonte, doyan kontol kamu, Mbak.. Hhhggghhh." Yono lalu mulai menggerakkan penisnya maju mundur di dalam mulutku.

"Clop.. Clopp.. Cloppp.." suara penis Yono keluar masuk. Selangkangannya bertumbukkan dengan wajahku. Satu tanganku masih kugerakkan mengocok penis Tejo. Kulirik Tejo hanya merem melek keenakan penisnya kukocok dengan tangan halusku.

BRETTT.. Baju gamis yang kupakai ini tiba-tiba disobek Yono menggunakan pisau lipatnya. Bahan yang tipis membuat gamis itu mudah saja lepas dari tubuhku. Tubuhku yang terduduk ini kini telanjang menampakkan area yang seharusnya hanya suamiku saja yang melihat. Buah dadaku yang ranum ini kini terlihat menantang bebas. Di bawah perut ku yang putih mulus ini terlihat juga bulu-bulu vaginaku yang menyembul. Aku masih mencoba merapatkan pahaku, tak rela mahkotaku ini dilihat oleh dua orang yang baru kutemui ini.

"Wuihh.. Toketnya mengkel banget. Masih kaya abg gitu.." kata Tejo berkomentar. Penisnya masih kukocok dengan tanganku.
"Yon, gantian kene. Kamu dah dari tadi to.." lanjut Tejo. Tejo pun merebut kepalaku yang masih menyisakan jilbab merah ini dari selangkangan Yono. Kepalaku ditariknya layaknya mainan saja. Sedetik kemudian mulutku sudah menerima penis jumbo Tejo. Bau selangkangan Tejo menyeruak menusuk hidungku. Kurasakan aroma penisnya yang asam entah mungkin campuran bau urin dan keringatnya. Sementara tanganku sekarang gantian mengocok penis Yono.

"Uugghh.. Asssuu Jo, alus tenan tanganne.. Uugghh.." kata Yono yang penisnya aku kocok dengan tanganku. Tanganku yang putih nampak sangat kontras ketika sedang menggenggam batang penis Yono yang hitam ini. Kurasakan batang penis Yono makin mengeras dan bertambah hangat.

"Aarrrggghhh... " Yono mengerang saat penisnya yang masih kukocok tiba-tiba memuncratkan spermanya mengenai tanganku, jilbabku dan tetekku. Aku tak bisa menoleh karena kepalaku ditahan Tejo untuk menghisap-hisap penisnya yang masih berada di dalam mulutku.

Yono lalu mengocok-ngocok sendiri batang penisnya mengeluarkan sisa spermanya tepat di depan dadaku. Beberapa semprotannya mengenai putingku dan meleleh ke arah perutku yang langsing ini. Kepala penisnya diusap-usapkan sambil dibersihkan di tetekku hingga tetekku kini mengkilap karena cairan sperma Yono.

"Clop.. Clopp.. Hmmmpphh.. Hmmm.. " Mulutku masih penuh oleh penis Tejo. Sentuhan penis Yono di putingku membuatku menggelinjang. Putingku memang termasuk daerah yang paling sensitif. Akibatnya penis Tejo makin kuhisap dengan kuat di dalam mulutku.

Tejo lalu menyudahi pompaannya di mulutku. Badanku ditarik ke atas kasur hingga aku kini terlentang. Kulihat Yono hanya duduk di kasur setelah selesai orgasmenya tadi. Tejo lalu mengangkang di atas perutku.
"Jepit kontolku pakai toketmu, Mbak!" perintah Tejo yang menurunkan pantatnya dan memosisikan penisnya di sela-sela belahan tetekku yang putih ini.

Tejo mengarahkan kedua tanganku untuk menekan tetekku hingga penisnya kini tenggelam oleh belahan kedua tetekku. Tejo mulai memaju-mundurkan pinggulnya memompa penisnya yang terjepit tetekku. Sisa sperma di tetekku membuat batang penisnya tak kesulitan menggesek-gesek kulit dadaku. Penis Tejo yang panjang ini membuat Kepala penisnya menyundul-nyundul daguku.

Tejo memerintahku untuk mengeluarkan lidahku. Akupun menjulurkan lidahku. Tetekku yang masih kencang dan ranum ini seolah-olah menelan batang penis Tejo saat penis ini maju mundur. Kepala penis Tejo menyentuh-nyentuh lidahku yang kujulurkan seolah-olah juga menyambut kepala penisnya di mulutku.

Kurasakan dibawah sana ada benda lunak menyentuh vaginaku. Ternyata Yono sudah beranjak kembali dan kini memainkan vaginaku dengan lidahnya. Akupun reflek menggelinjang kegelian saat lidah Yono menyapu pinggiran bibir vaginaku.

"Hmmpp.. Sshhh.." desisanku mulai keluar seolah-olah aku juga turut menikmati tindakan pemerkosaan ini. Lidahku sudah tidak lagi fokus menjilati kepala penis Tejo. Lidah Yono kurasakan makin liar bermain-main di selangkanganku. Semua permukaan vaginaku tak luput dari sapuan lidahnya. Bahkan lidahnya kini bermain-main hingga ke bawah pantatku di sekitar lubang anusku.

"Hhhmmmpphh.. Hhhhmmmpphh.. sssshhh..." Desisku makin mengeras.

Tejo yang sedang berada di atas dadaku juga turut memainkan putingku yang sudah mengeras ini. Putingku dipilin-pilinnya sambil pinggulnya terus memompa penisnya di himpitan buah dadaku. Putingku yang sudah mancung mengeras ini ditariknya hingga badanku juga tertarik ke atas mengikuti tarikannya.

"Sshh.. jangan ditarik, Mmaass.. sakiiit.. sshh.. " rintihku. Tejo sepertinya tak menggubris. Puting cokelat mudaku ini makin sering ditariknya, bahkan kadang dijepit menggunakan jarinya.

"Oooh.. Sshhh... Mmmmhhh.." mulutku mendesah merefleksikan sensasi rasa sakit dan nikmat di putingku serta rangsangan permainan lidah Yono di vaginaku yang makin nikmat.

"Hhhhmmmpphh.. Aaahh.. " desahanku makin mengeras saat klitorisku dihisap-hisap oleh bibir Yono. Aku makin larut kedalam jurang nafsu birahiku. Lidah Yono begitu ahli memainkan vaginaku. Setiap sapuan dan jilatan lidahnya di vaginaku mampu membuatku melayang keenakan melupakan tragedi yang harusnya kutangisi ini. Seolah-olah di setiap jilatannya tau bagian vaginaku yang sebelah mana yang membutuhkan rangsangan.

"Ooohhh... Mmmass.. Aaaaaaaaaarrrhhhhhhh..." Aku melolong keras saat orgasmeku datang. Seluruh badanku seolah kaku dan menegang. Belum lama tadi aku orgasme, tapi kini aku mencapai klimaks lagi karena permainan cabul dua orang ini. Seluruh otot badanku serasa ingin lepas dari tubuhnya.

"Hahaha.. Memek jilbab gini emang beda.. nggak pernah puas kalau cuma sekali ngecrot.." kata Yono mengejekku setelah melepas lidahnya.

Badanku langsung menghempas lemas di kasur. Yono memberiku jeda untuk sesaat menikmati orgasmeku sedangkan Tejo masih memompa penisnya di tetekku. Tak kusangka badanku ternyata mudah sekali menyerah pada nafsu birahi. Aku yang beberapa waktu lalu masih meronta-ronta menolak perlakuan ini, kini sudah lemas menggapai tiga klimaksku.

Beberapa saat kemudian Tejo berpindah posisi. Kini dia duduk selonjor di atas kasur bersandar di dipan. Badanku kini diposisikan menungging menghadap penis Tejo yang tegak menjulang ini. Pantaku dinaikkan oleh Yono yang ada di belakangku hingga tetekku yang membulat ini kini menempel di paha Tejo. Aku yang telanjang hanya mengenakan jilbab kecil inipun cuma bisa pasrah saja. Tidak ada lagi rontaanku yang tadi kulakukan. Kepala ku dipegang oleh Tejo dan kembali diarahkan untuk menikmati penisnya.

"Slurpp.. slurppp.." lidahku langsung melaksanakan tugasnya menjilati batang penis jumbo Tejo ini. Kurasakan aroma sperma yang berasal dari tetekku tadi di penis Tejo. Kujilati bolak balik semua area penis hitam ini hingga basah karena air ludahku. Setelah penisnya kurasa cukup basah, aku membuka lebar bibirku dan mulai memasukkan penis ini ke dalam mulutku. Mulutku masih saja belum terbiasa menerima batang penis sebesar ini. Butuh beberapa saat hingga mulutku bisa beradaptasi dengan si hitam ini.

Tejo lalu mulai menaik-turunkan kepalaku yang sedang menghisap-hisap penisnya. Kini penis besar itu keluar masuk mulutku seiring dengan kepalaku yang naik turun.

Di belakang kurasakan vaginaku digesek-gesek oleh benda hangat dan keras. Pantatku yang menungging ke atas dipegang oleh Yono, sambil penisnya digesek-gesekkan di belahan vaginaku. Aku kemudian tersadar untuk sesaat, aku tak boleh larut dalam birahi ini.


"Mas, tolong jangan dimasukkin, Mas.. saya dah punya suami.. saya moho.. hmmppph.." belum selesai kata-kataku, tiba-tiba Tejo sudah menarik kepalaku dan memasukkan paksa penisnya ke mulutku sedalam mungkin.

Penis Yono masih digesek-gesekkan di bibir vaginaku. Sebentar lagi, tubuhku benar-benar kehilangan kehormatannya sebagai seorang istri. Aku yang menyadari bahwa tak ada gunanya melawan hanya bisa meneteskan air mata dan menangis tertahan.

"Ugghhh.. becek banget memekmu, Mbak.. sempit banget iki mesti.. Uuughh.. wes ra kuat aku Jo.." kata Yono sambil terus menggesek-gesekkan penisnya di vaginaku. Bahkan kini tangannya juga ikut bermain-main di sekitar lubang anusku.

"Heh, ******.. Ojo nekat Yon.. Kamu dah pernah dihajar Yanto, jangan sampe keulang." Kata Tejo masih sambil memegang kepalaku yang naik turun menservis penisnya dengan mulutku.

Selama beberapa menit aku berada di posisi ini. Mulutku masih naik turun dipenuhi penis Tejo, dan dibelakangku Yono memompa pinggulnya menggesek-gesekkan penisnya di bibir vaginaku. Klitorisku juga digesek-gesek oleh penis Yono hingga tubuhku menggelinjang-gelinjang kenikmatan. Vaginaku kini sudah semakin becek. Gesekan penis Yono di vaginaku kurasakan makin cepat membuat klitorisku juga ikut terangsang.

"Plok.. Plokk.. Plokk.." suara pantatku dan pinggul Yono yang bertumbukkan makin cepat. Bibir vaginaku dan klitorisku juga makin cepat bergesekan dengan penisnya. Ini membuat badanku menggelinjang tak karuan menahan nikmat. Penis Tejo di mulutku inipun kuhisap makin kuat.

"Clop.. Clop.. Clop.."

"Ugghhh.. Enak banget sedotanmu, Mbak.. Jilbab lonte gini emang doyan ngemut kontol.. Ugghhh.." kata Tejo mengejekku. Kata-katanya yang mengejekku itu entah mengapa malah membuatku menjadi makin semangat menghisap-hisap penisnya.

Ditambah lagi gesekan penis Yono di vaginaku makin membuatku terangsang. Klitoris ku yang memang sangat sensitif ini makin terangsang saat bergesekan dengan kulit penis Yono. Vaginaku makin banyak mengeluarkan cairan cintanya. Tak terasa aku sudah berada kembali di ambang orgasmeku.

"Hhhmmmpphh.. Hmmmppphhh.." rintihku tertahan penis yang memenuhi mulutku.

Tiba-tiba Yono menghentikan rangsangan penisnya di bibir vaginaku. Penis itu tak lagi menempel di vaginaku. Rasanya ada sesuatu yang hilang dari diriku, terlebih aku sedang di ujung klimaks. Klitorisku gatal seolah ingin mencari penis yang beberapa detik lalu menggesek-geseknya.

Akupun kembali melanjutkan sepongan bibirku di penis Tejo. Penis hitam itu kujilat-jilat dengan liar. Penis keempat yang pernah masuk ke mulutku sekaligus penis dengan ukuran yang paling besar. Kepala penisnya kusedot-sedot dengan kencang dan batang penisnya aku kocok dengan tanganku. Tejo kulihat merem melek merasakan penisnya aku rangsang dengan liar. Aku seolah mencari pelampiasan atas orgasmeku yang tidak jadi kudapat barusan.

Setelah rasa ingin orgasmeku mereda, Yono kemudian kembali merangsang vaginaku, kali ini dengan tangannya dia menggesek-gesek bibir vaginaku.

"Hmmmpph.. Hmmmppphh.. " aku mulai mendesah menahan rangsangan tangan Yono di vaginaku. Tangan Yono mulai menyentuh dan memainkan klitorisku yang tersembunyi di balik vaginaku.

Aku makin merasa nikmat dengan permainan jari tangan Yono di klitorisku. Vaginaku semakin becek dengan bunyi kecipak cairan cintaku yang beradu dengan tangan Yono. Bahkan cairan vaginaku kurasakan banjir meleleh di pahaku.

"Eddaan.. tadi nolak-nolak sampai nampar aku lho Mbaknya.. sekarang becek banget gini.." kata Yono mengejekku sambil masih terus mempermainkan vagina dan klitorisku.

“Hmmmppphhh…mmmpphh…” gumamku tertahan sambil mulutku makin liar mengoral penis hitam Tejo. Satu tanganku mengocok penis Tejo, dan tanganku yang lain memainkan buah zakarnya.

"Enak banget sedotanmu, Mbak.. Ugghhh.. Doyan kontol banget ya kamu, Mbak.. Ughhh.." ejek Tejo

"Cplek.. Cplek..!!" Terdengar suara becek vaginaku bertumbukan dengan tangan Yono yang makin cepat mengobrak-abrik vaginaku ini.

“Hhhmmmppphhmmm...." Jeritku tertahan saat merasakan satu jari tangan Yono memasuki vaginaku lalu menggerakan maju mundur

Pantatku yang putih membulat ini makin menungging di muka Yono. Yono makin liar mengobok-obok liang vaginaku dengan jarinya. Pinggangku makin menggeliat keenakan. Tanpa sadar aku sudah kembali berada di ujung orgasmeku.

Yono lagi-lagi menghentikan rangsangannya di vaginaku. Tangannya ditarik dari vaginaku. Badanku seolah-olah tak rela kehilangan rangsangan itu. Pantatku bergerak-gerak ke belakang seolah-olah mencari kembali jari Yono yang telah merangsangnya tadi. Akupun sudah tak tahan lagi. Penis Tejo kulepas dari mulutku.

"Mmaass.. kok dilepas, Mas.. aku mau nyampee.." rintihku tanpa malu-malu.

"Hahaha.. tadi minta ampun kok sekarang minta dipuasin, Mbak.. dasar jilbab binal.. minta yang bener!!" ejek Yono.

"Mmas, tolong puasin memekku, Mas.. aku mau nyampe.." kataku.

"Hmmm.. coba kamu minta maaf sama suamimu yang ada di foto itu dulu, Mbak.." perintah Yono yang melihat fotoku dan Mas Bagas di samping kasur.

"Abbii.. Maafin Umi, umi minta dipuasin memeknya sama mas ini ya, Abii.. Udah ayo, Mas.." entah setan apa yang merasukiku hingga aku bisa melakukan hal hina macam ini.

"Sepongin kontol temenku itu dulu, Mbak.. kalau kamu nyepongnya bagus ntar tak bikin ngecrot.." lanjut Yono.

Aku yang sudah lupa martabatku sebagai seorang istri dari Mas Bagas ini sekarang hanya takluk pada nafsu birahi. Mulutku mulai kuturunkan lagi hingga kepala penis Tejo sudah tertelan bibirku. Satu tanganku mulai meremas-remas batang penisnya. Aku sedot perlahan-lahan kepala penisnya itu. Tanganku mulai mengocok batang penisnya. Sesekali kulirik Tejo yang kulihat merem melek keenakan. Akupun mulai mempercepat kocokan tanganku. Mulutku kini makin turun hingga setengah batang penisnya masuk dan kuhisap-hisap dengan makin kuat. Setengah batang penisnya yang masuk itu sudah mentok di dalam ujung mulutku dan membuatku kadang tersedak.

"Ugghhh.. Enak banget sedotannya.. Ugghhh.." kata Tejo sambil memegang kepalaku yang masih terbalut jilbab merah ini.

Kurasakan tangan Yono kembali ke vaginaku. Jari-jarinya mulai menggesek-gesek bibir vaginaku, lalu memainkan klitorisku. tubuhku membalas rangsangan itu dengan pantatku yang mulai menggeliat-geliat. Satu jari tangan Yono lalu mulai mengorek-ngorek ke dalam liang vaginaku yang sempit ini.

"Hhhmmmppphh.." Aku hanya bisa mendesah tertahan. Jarinya mulai mengobel-ngobel sisi dalam liang vaginaku. Otot vaginaku yang sempit ini mengedut-ngedut merasakan jari Yono yang masuk mengorek liang senggamaku. Cairan vaginaku makin banyak keluar.

"Mmmmhhhmmmpph.. Hmmpph.." aku mendesah ketika kurasakan ada satu lagi jari Yono masuk ke dalam vaginaku. Kini dua jarinya mengorek-ngorek sisi-sisi sensitif dalam tubuhku itu. Tak lama kemudian perlahan kedua jarinya mulai digerakkan keluar masuk lubang vaginaku.

"Cplek.. Cplekk.. Cplekkk.." cairan vaginaku yang meluber membuat jari Yono dengan mudah keluar masuk lubang vaginaku. Jari-jarinya kadang masuk pelan-pelan tapi menusuk sangat dalam, kadang keluar masuk secara cepat. Tempo permainan jari Yono di vaginaku membuat tubuhku menggelinjang keenakan. Sedotanku di penis Tejo pun makin liar.

Tak berapa lama kurasakan badai orgasmeku kembali mendekat. Sambil masih kumainkan penis Tejo di mulutku, pantatku kugerak-gerakkan ke belakang. Seolah-olah pantatku menyambut permainan tangan Yono, mengejar klimaksku. Satu tangan Yono yang lain meraba-raba pantatku. Kurasakan jari telunjuknya mulai menusuk-nusuk lubang anusku. Aku melepas penis Tejo dari mulutku.

"Mmas.. ngapain, Mas? Jangan disitu.. sakii.." belum selesai protesku, Tejo sudah menjejalkan paksa penisnya kembali masuk ke mulutku. Yono kembali mencoba mengobel-ngobel lubang anusku. Pantat bulatku yang tinggi menungging ini memudahkan usahanya. Perlahan-lahan jari telunjuknya mulai masuk ke anusku walau sebatas satu ruas jari. Aku merasakan perih yang teramat sangat. Ini pertama kalinya ada benda keras memasuki anusku. Air mataku kembali menetes dari pelupuk mataku.

Kini Liang vaginaku diisi dua jari Yono, sedangkan liang anusku diisi satu jarinya. Setelah didiamkan beberapa saat, Yono mulai menggerakkan jarinya kembali. Jari-jarinya mulai keluar masuk lubang vaginaku dan lubang anusku. Aku masih merasakan perih saat jarinya mencoba keluar masuk lubang anhsku. Belum pernah kurasakan sakit seperti ini. Di sisi lain dua jarinya yang keluar masuk liang vaginaku membuatku terangsang nikmat. Rangsangan di vaginaku perlahan-lahan membuatku sejenak melupakan rasa sakit di anusku.

Semakin lama kurasakan jari-jari Yono semakin cepat keluar masuk lubang vagina dan anusku. Campuran antara rasa nikmat dan rasa sakit ini memberikanku sensasi gairah berbeda yang belum pernah aku rasakan. Akupun semakin liar menghisap penis Tejo di mulutku ini.

"ugghhh.. ngentotin mulut jilbab gini emang enak banget.. ugghhh.. dasar istri jilbab doyan kontol... Uuggghhh.. binal banget, kamu Mbak..."

"Glok..Glok..Glok.." penis Tejo semakin cepat keluar masuk di dalam mulutku. Kepala penisnya kurasakan makin mengeras.

Di pantatku aku juga merasakan gairah yang nikmat sekali. Sensasi kenikmatan dari kocokan tangan Yono yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Yono makin mengocok vagina dan anusku dengan gila. Bahkan pantatku yang mulus ini berayun ke depan dan belakang untuk mengimbangi kocokan tangannya. Tubuhku ikut aktif mengejar kenikmatan sendiri. Hingga beberapa saat kemudian, tubuhku mengejang.

"Hhhhmmmmmmmpppphhhh.." jeritanku tertahan penis Tejo saat aku mendapatkan orgasmeku. Mataku membelalak hingga nampak putih, seluruh otot tubuhku menegang dan pantatku makin naik ke atas. Vaginaku mengeluarkan air kencing yang cukup banyak mengucur membasahi kasur ini. Aku mengalami orgasme disertai dengan squirt yang begitu deras. Dengan suamiku saja aku belum pernah squirt seperti ini. Tapi aku malah menyerah takluk pada nafsu birahi oleh dua orang cabul yang baru kutemui ini.

“Hahaha..,ngecrot sampai kencing gini kamu, Mbak..” ejek Yono. Orgasme barusan membuat sedotanku di penis Tejo makin liar. Kuhisap-hisap dan kukocok makin cepat penis hitam jumbo ini. Selang Beberapa saat setelah aku orgasme lalu kepalaku ditahannya.

"Ugghhh.. metu aku, Mbak.. Asssssuuuuuu... uughhhh.."kata Tejo

"Glup.. Glupp..."Aku rasakan penis Tejo menyemburkan spermanya beberapa kali di mulutku. Tangannya yang masih memegang erat kepalaku membuat air maninya langsung tertelan masuk ke kerongkonganku. Aku hampir kesulitan bernafas karena cairan yang masuk di mulutku ini ditambah kepalaku yang ditahannya, membuatku hampir tersedak. Air mataku bahkan sampai keluar.

"Hahaha.. Jilbab doyan pejuh.." ejek Yono di belakangku yang kini mengelus-elus pantat bulatku.

Setelah selesai menelan sperma Tejo dan badai orgasmeku reda, tiba-tiba kepalaku terasa berat. Akupun pingsan tak sadarkan diri.





To be continued
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd