Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Arsella Hasna Hilyani [No Sara] [Update #48]

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Adek ipar ane ukhti juga hu,pake cadar juga, msih gadis tpi gontaganti pacar, jdi penasaran mw gali sisi liarnya, ada kmungkinan hampir2 mirip dalam cerita, tpi akal sehat masih mendominasi hu, pengen ngerasain adek ipar yg ukhti, tpi gk pengen2 amat, tpi pengen juga sih,jdi bngung, mngkin karna akal sehat masih selalu mendominasi kali ya. Mudah2an suatu saat nanti di sediakan waktu dan tempat yg pas buat menggali sisi Liarnya, doain ya semuanya,,, :galau:
Harus di rasakan hu
Kewajiban sang kakak untuk mendidik adik nya
Pisss Hu :D
 
Part 6a
Tag:
Blowjob, Titjob, Threesome, Captivation



"Splook.. Splookk.. Splookk.." suara pinggul Pak Broto yang beradu bertumbukkan dengan pantatku. Tanganku bertumpu di pinggir meja ini, menopang badanku yang sedang menungging menerima terpaan penis kerasnya di vaginaku.

"Ahh.. Sshhh.. Ahhh.."
"Aahh.. Ooohhh.. Ppaakk.. Pipiiissshhh..." Jeritku saat orgasme menderaku. Punggungku kutekuk, tanganku mencengkram meja makin erat hingga kuku jariku menggores meja. Kurasakan banyak sekali cairan orgasme yang keluar dari vaginaku. Orgasme yang entah kesekian kalinya selama dua hari ini aku disekap Pak Broto.

"Uugghh.. Kalau pas orgasme, memekmu malah makin ngeremes kontolku, Mbak.." kata Pak Broto. Penis nya untuk sesaat didiamkannya, menungguku menyelesaikan fase klimaks nikmat surga dunia ini. Pak Broto memegang pinggulku yang lemas, sehingga tubuhku masih tetap menungging.

Sudah tak terhitung berapa kali badanku dijadikan objek pemuas Pak Broto. Aku memang diijinkan makan, mandi dan istirahat tapi hanya sebatas untuk bangun dan melayani nafsu bejatnya itu lagi. Aku yang awal-awal menolak perlakuannya itu lambat laun badanku menyerah menikmati terjangan nafsu syahwat yang melanda diriku.

Aku tak dibolehkannya memakai pakaian. Kalaupun boleh, itupun hanya jilbab saja yang kupakai. Dia punya banyak stok jilbab, mungkin untuk digunakannya saat menikmati mangsa-mangsa akhwat sepertiku ini. Setelah solat subuh pagi tadi Pak Broto hanya mengijinkanku memakai jilbab saja hingga kini jilbab yang kukenakan ini sudah acak-acakan untuk menutupi kepalaku.

Kondisiku dimana Mas Bagas sedang keluar kota membuat Pak Broto makin leluasa menikmati diriku, seolah-olah tak ada halangan apapun baginya.
Di satu sisi permainan seks Pak Broto mampu membangkitkan rangsangan dalam diriku hingga sudah tak terhitung puluhan kali juga aku dilanda orgasme.

Beberapa menit kemudian, Pak Broto kembali melanjutkan pompaan penisnya di dalam vaginaku. Sisa cairan orgasmeku membuat pacuan penisnya tak begitu sulit untuk menemukan ritme yang ideal.

"Splook.. Splookk.. Splookk.."

"Ugghh.. masih sempit aja memekmu, Mbak.. dah dua hari tak pakai, masih manteb jepitannya.. Ugghhh.." erang Pak Broto. Tangannya memegangi pinggulku sambil memompa penisnya dari belakangku.

"Ahh.. Shhh.. Mmmpphh.." suara desahanku beradu dengan suara peraduan selangkanganku menggema di ruangan kamar.

"Splook.. Splookk.. Splookk.."

"Hmmmpphh.. Shh..." batang penis Pak Broto masih terus keluar masuk liang senggamaku membuatku kembali melayang diterpa birahi ini yang hanya kubalas dengan desahan-desahan nikmat.

Krrreekkk. Dari depanku kulihat tiba-tiba pintu terbuka. Cermin yang berada tepat di depanku ini ternyata adalah pintu yang mungkin kupikir tersambung dengan kamar lain. Kulihat sesosok lelaki masuk dan berjalan ke arah ku. Dia berbadan tinggi besar berkulit gelap dan masih berpakaian lengkap. Pak Broto yang sebelumnya menggenjot vaginaku, lalu memelankan tempo genjotannya.

"Sudah siap di sebelah, Yan?" kata Pak Broto.

"Sudah, Bos. Si Yono sudah selesai njemputnya, Bos.." kata lelaki itu. Sesaat kemudian mata si lelaki itu menatap tajam ke arahku yang sedang menungging bertumpu di meja ini sambil penis Pak Broto masih tertanam dari belakangku.
"Wah, ibuke ayu tenan kalau dilihat dari deket gini, Bos. Hehe."

"Hahaha.. Iyo.. Oiya, Mbak Sella, kenalin ini Yanto. Dia supir pribadiku sekaligus asistenku." katanya masih sambil menyodok-nyodokkan penisnya.
"Kalau yang ini beneran udah jadi istri orang, Yan. Hahaha. Tapi muka dan bodinya juara. Istri-istriku aja nggak semanteb yang satu ini." kata Pak Broto melanjutkan.

"Hehe. Njih, Bos. Sing iki kayaknya ncen tipene Bos banget. Alim-alim tapi binal ngoten." Kata Yanto sambil tersenyum, matanya masih memandang fokus ke arahku. Tangan kanannya memegang bungkusan plastik hitam.

Tempo goyangan pinggul Pak Broto kurasakan kembali makin cepat. Tangannya meremas-meremas bongkahan pantat putihku.

"Splok.. Splokk.. Splokk.."

"Ahh.. Hmmmmppphh.. Hhsshh.." mulutku kembali mendesah.

"Bos Broto emang ahlinya kalau soal lonte-lonte yang jilbaban. Hehe." Kata Yanto melanjutkan, membuat telingaku agak panas mendengar kata-katanya itu.

"Ini bukan sembarang lonte, Yan. Urrgghh. Kalau lonte cepet bosen terus dibuang. Yang ini dah berkali-kali tak genjot tapi kontolku masih belum puas. Memeknya masih sempit dan njepit aja. Wis ngono dia juga manut wae kalau tak suruh nelen pejuhku. Hahaha." tawa Pak Broto sambil mempercepat genjotannya di dalam vaginaku.

Telingaku yang mendengar perkataannya itu makin panas, walaupun benar selama dua hari ini sudah tak terhitung berapa kali aku menerima muntahan sperma Pak Broto. Entah di dalam vaginaku hingga mengisi rahimku, atau di sekujur tubuhku, ataupun di jilbab dan gamis yang aku pakai hingga berkali-kali aku diminta ganti jilbab oleh Pak Broto. Dan tentu saja sperma kentalnya itu juga sering memenuhi mulutku yang terpaksa kutelan sambil kumain-mainkan sesuai perintahnya. Bau khas sperma lelaki sudah menyeruak di seluruh sudut kamar yang padahal cukup luas ini hingga hidungku pun tak lagi mempersoalkan bau anyir itu.

"Splook.. Splookk.. Splookk.."

"Ahh.. Ah.. Shh.." desahku yang menunjukkan bahwa tubuhku menikmati perlakuan si Tua ini.

Ditengah pacuan penis Pak Broto yang kian cepat itu, tangannya menarik lepas jilbab yang kukenakan. Tubuhku kini sudah telanjang bulat sembari menerima hujaman batang penis keras Pak Broto di vaginaku. Yanto makin memandang tajam ke arah tubuh bugilku ini sambil tersenyum mesum, seperti sedang menunggu giliran makan dari majikannya.

Satu tangan Pak Broto tiba-tiba menjambak rambutku dari belakang seolah-olah rambutku ini adalah tali kekang sehingga membuat posisiku setengah berdiri. Satu tangannya yang lain meremas bulatan tetekku dari belakang. Hujaman pinggulnya makin cepat membuat dinding-dinding vaginaku terangsang karena gesekan batang penisnya.

"Splok.. Splokk.. Splokk.."

"Ah.. Ahh.. Ppaakk.." suara hantaman pantatku berbaur dengan mulutku yang mengutarakan desahan akibat campuran antara rasa sakit karena rambut panjangku ini ditarik dan rasa nikmat karena hujaman penis Pak Broto.

"Splook.. Splookk.. Splookk.."

"Ugghh.. Kontolku ra bakal bosen iki. Kamu emang bakat jadi lonteku, Mbak.. Bakalan ndatengin banyak duit ni memek. Urgghh.." kata Pak Broto.

Dari depan kulihat Yanto berjalan ke depan mendekat ke arahku, menggeser meja di depanku. Matanya tajam melihatku yang agak berdiri ini membuatnya bisa melihatku secara lebih utuh dari ujung kepala hingga ujung kaki yang juga menghadap ke arahnya. Badannya benar-benar tinggi besar dengan kulit hitamnya. Bungkusan plastik hitam tadi lalu ditaruhnya di sofa yang berada di dekat Pak Broto.

"Kulitnya putih mulus. Badannya jos kayak masih ABG gini. Si Bos emang jago cari bribikan. Kayaknya memeknya manteb banget ya, Bos?" tanya Yanto retoris.

"Hahaha. Kamu mau ngentot dia, Yan? Urrgghh.." tanya Pak Broto.
"Mengko sikik, nek aku wis bosen. Kontolmu ki gede sak jaran bisa-bisa nanti dower memeknya Sella, kaya istri-istriku." Kata Pak Broto melanjutkan sambil masih terus mengayun pinggulnya. Entah aku harus merasa lega atau bagaimana.
"Pakai mulutnya dulu aja, Yan.."

"Ahh.. Nggak mau ssaya, Ppakk.. sshh.." kataku yang berusaha menolak ditengah genjotan penis keras Pak Broto. Rambutku lalu ditariknya hingga kepalanya menempel di sisi kepalaku.
"Ahh.." Rintihku sedikit kesakitan. Mulut Pak Broto lalu ditempelkan di telingaku.

"Badanmu tu dah jadi milikku, Mbak. Apalagi suamimu nggak ada. Sekarang aku yang jadi majikanmu, kamu tu lonteku. Terserah aku mau ngapain sama badanmu ini." kata Pak Broto di samping telingaku. Hati kecilku seolah ingin menangis mendengar perkataannya itu, tapi tubuhku malah terangsang. Aku betul-betul sudah melupakan status ku sebagai istri Mas Bagas.

"Hehe, ijin ya Bos." Kata Yanto. Aku seolah benar-benar seperti boneka milik Pak Broto yang harus seijinnya dulu untuk bisa memainkanku, tak peduli apakah aku mengijinkan atau tidak.

"Oiya, Mbak Sella.. Yanto ini yang ngegep kamu pas lagi selingkuh di taman kota sebulan lalu itu terus dia rekam. Berkat dia akhirnya aku bisa ndapetin kamu, Mbak. Jadi makanya kamu juga harus puasin dia ya.." Kata Pak Broto dengan entengnya

Tangan kasar Yanto bergerak memegang belakang kepalaku, lalu kepalaku didongakkannya. Bibir hitam Yanto sesaat sudah menempel di bibirku.

"Mmmhh.." aku berusaha tidak membuka mulutku. Tapi bibir Yanto tetap saja menciumi bibirku. Lidahnya juga dikeluarkan menjilat-jilat membasahi bibirku hingga hidungku. Aku bisa mencium bau rokok dari bibirnya, aroma yang sangat kubenci dari lelaki.
"Slrrpp.." Bibirku lalu disedot-sedot olehnya. Kepala Yanto harus menunduk karena saking tinggi badannya, dan kepalaku juga harus mendongak. Aku yang tak kuat dengan bau dan jamahan mulutnya itu lalu meronta menggoyang-goyang bibirku. Tapi dengan aku menggerakkan bibirku ini malah menjadi celah bagi lidah Yanto untuk masuk ke dalam mulutku.

"Hahaha. Nggilani lambemu, Yan. Mulutnya Sella kan bekas nelen pejuhku." Kata Pak Broto berkomentar. Tapi Yanto seolah tak peduli dan masih memainkan bibir dan lidahnya di mulutku. Sesekali lidahnya menyentuh-nyentuh lidahku membuatku refleks juga merasakan sensasi nikmat. Perlahan pertahanan mulutku runtuh juga oleh permainan mulut Yanto sekaligus rangsangan di tubuhku yang sedang digenjot Pak Broto dari belakang.

"Mmmhh.. Sllrrpp.. "
"Ffuahh.. bibirnya seksi gini, Bos. Nggak kuat aku, Bos. Mmmpp.. Sllrrpppp.." kata Yanto sesaat sebelum kembali menyedot-nyedot lagi bibirku. Mulutku kini tak lagi memberontak. Lidahku sesekali mengait bermain saat lidah Yanto menyeruak masuk ke dalam mulutku.

"PLAKK.."
"Ahhh.." Aku menjerit dan melepas pagutan Yanto saat tiba-tiba tangan Pak Broto menampar pantatku.

"PLAKK.. Plakkk.."
"Ahh.. Hmmmmpp.." jeritanku kali ini tertahan karena Yanto kembali menarik kepalaku dan menjejalkan lidahnya masuk ke mulutku. Pak Broto makin kencang dan makin sering menampari pantatku hingga kurasakan pantatku panas.

"Splook.. Splook.." suara pinggul Pak Broto yang bertumbukkan dengan pantatku nyaring terdengar. Yanto masih asik bermain-main di mulutku yang juga kubalas permainan mulutnya dengan gerakan bibir dan lidahku yang liar. Lidah Yanto masuk makin dalam hingga rongga mulutku dan menjilat-jilat setiap sisi rongga mulutku ini, membuatku makin diterpa kenikmatan dari permainan mulutnya.

"Hahaha. Dasar akhwat lonte. Tadi nolak-nolak, sekarang malah asik sendiri cipokan sama Yanto. Yanto itu ngudud terus nggak pernah sikat gigi lho, Mbak. Hahaha.." kata Pak Broto.

"Splook.. Splookk.."

"Plakk.."

"Splok.. Splokkk.. Splokkk.." suara peraduan kelaminku yang terdengar jelas mengisi seantero kamar ini, bersaing dengan suara pagutan dari mulutku. Tubuhku juga menyerah pada kenikmatan duniawi ini. Vaginaku mengeluarkan banyak pelumas membanjiri penis Pak Broto.

"Urrgghhh.. Masih njepit banget memekmu, Mbak. Becek tapi kok yo peret banget.. Urrggghh.." erang Pak Broto di sela-sela pacuan pinggulnya itu.

"Mmhhpp.. Sllrrpp.. Mmwaah.." mulut Yanto tiba-tiba dilepaskannya dari mulutku. Kepalaku yang kelelahan karena mendongak sedari tadi ini lalu kutundukkan.

Kulihat Yanto menggerakan tangannya turun ke bawah. Resleting celananya lalu dia turunkan dan sesaat kemudian dia mengeluarkan si juniornya.

DEGG..
Ini adalah penis terbesar dan terpanjang yang pernah kulihat secara langsung dengan mata kepalaku. Batang hitam yang berurat itu padahal masih setengah tegang tapi ukurannya sungguh tak lazim. Badanku yang tengah digenjot dari belakang ini tak sadar berdesir saat melihat batang besar itu. Selama sesaat mataku tak beralih dari ular kadut hitam di tengah celana Yanto itu.

"Hehe.. Dasar cewek, kalau lihat kontol jumbo langsung bengong." kata Yanto sambil tersenyum.

"Asssuu kowe, Yan.. Hahaha.." kata Pak Broto sambil terkekeh dari belakang.

Aku yang mendengarnya lalu refleks mengalihkan pandanganku dari selangkangan Yanto itu. Kemudian tanganku diraih Yanto lalu diarahkan ke penisnya. Penisnya terasa hangat di tanganku. Tanganku kudiamkan saja di penisnya, aku masih memiliki rasa malu untuk tidak memulai mengambil inisiatif. Yanto lalu menggerak-gerakkan tanganku di batang penisnya.

"Wuih.. Alus temen tanganmu, Mbak." Kata Yanto. Tanganku digerakkannya maju mundur mengelus-elus batang penis Yanto. Kurasakan batang penisnya perlahan mengeras.

"Ugghh.. wes ra kuat aku.." kata Yanto sambil mendorong kepalaku ke bawah. Mukaku kini bertumbukkan dengan batang penis keras raksasa ini. Kontras sekali antara mukaku yang putih ini dengan batang penisnya yang legam itu. Tanganku berpegangan pada baju Yanto.

"Splook.. Splookk.. Splookk.." dari belakang Pak Broto masih terus memompa penisnya keluar masuk liang vaginaku. Posisiku yang kembali menungging ini membuat penetrasi penisnya terasa makin dalam.

"Pukk.. Pukk.." di depan mukaku Yanto memukul-mukulkan batang penisnya ke samping pipiku hingga ke telingaku yang tertutup rambut panjangku.

"Splook.. Splookk.. Splookk.."

"Sshh.. Hmmmpphh.. ssshhh.." desahan dari mulutku.

Yanto lalu melepaskan ikat pinggangnya lalu melepas turun celana dan celana dalamnya hingga nampaklah selangkangannya yang berbulu lebat. Dia Lalu mengarahkan ujung kepala penisnya ke bibirku. Aku yang merasa tak memiliki daya upaya untuk memberontak ini hanya diam saja dan sesekali berusaha melengos menghindari penis jumbonya itu.

"Nggaak mau Pakk.. Bessarr, nggak muat di mulutkuu.. Shh.." desahku sambil berusaha menolak penis jumbo Yanto itu.

Akan tetapi genjotan penis Pak Broto di vaginaku dari belakang ini membuat birahiku meledak-ledak hingga pertahananku pun mudah runtuh. Tubuhku yang maju mundur karena pompaan Pak Broto membuat bibirku ini ikut bertumbukkan dengan penis Yanto, tanganku pun refleks berpegangan di paha Yanto. Yanto pun mulai menggoyangkan pinggulnya juga mendorong-dorong penisnya di depanku hingga beberapa saat kemudian ujung penis hitam Yanto ini sudah mulai masuk ke dalam bibirku. Yanto makin kencang memegang rambutku sehingga posisi kepalaku hanya pasrah menerima dorongan penis besar itu. Mulutku terasa sesak saat kepala penis Yanto mulai masuk. Otot-otot pipiku mulai dipaksa meregang mencoba menelan batang penisnya.

"Splook.. Splookk.. Splookk.." Pak Broto nampaknya makin bersemangat memompa penisnya di vaginaku. Kurasakan batang penisnya makin keras menggesek-gesek dinding vaginaku.

"Clop.. Clop.." Di mulutku Yanto juga mulai memompa penisnya. Dorongan maju mundur penisnya dipaksa masuk mulutku semakin dalam hingga beberapa saat kemudian kurasakan kepala penisnya menyentuh pangkal mulutku. Mulutku sudah terasa penuh sesak oleh penisnya namun ternyata itu hanya seperempat penisnya saja yang tertelan di mulutku.

"Plakk.. Plakk.." Pak Broto masih beberapa kali menampari pantatku hingga pantat bulatku yang putih ini terlihat mulai kontras kemerahan.

"Splok.. Splokk.. Splokk.."

"Clop.. Clop.. Clop.." telanjang bulat dan disetubuhi di kedua lubangku oleh dua orang bajingan ini betul-betul membuat harga diriku hancur. Tapi disisi lain entah mengapa tubuhku menyerah menikmati perlakuan paksa dua orang ini terbukti dari lendir vaginaku yang makin banyak keluar.

Beberapa menit kemudian pompaan penis Pak Broto di vaginaku kurasakan makin liar. Penisnya makin keras dan kepala penisnya kurasakan makin hangat.

"Urrggghh.. Keluar aku Mbak.. Uurgghhh.." Penis Pak Broto menyemprotkan spermanya di rahimku untuk kesekian kalinya.

Beberapa detik kemudian penis Pak Broto ditarik keluar dari dalam vaginaku lalu Pak Broto mundur duduk di sofa. Aku yang tak lagi ada topangan dari belakangku inipun seketika jatuh terduduk di lantai. Kurasakan sperma Pak Broto meleleh keluar dari lubang vaginaku membasahi pahaku dan sebagian turun menetes ke karpet kamar ini.

------

"Hoss.. Hoss.." aku bernafas ngos-ngosan ketika mulutku ini tak lagi tersumpal penis Yanto.

Yanto lalu kembali mendekatiku yang masih bersimpuh di lantai karpet ini hingga penisnya tepat berada di mukaku. Akupun hanya mematung memandangi penis besar Yanto ini. Sejujurnya dadaku bergemuruh melihat penis Yanto yang rasanya ingin sekali ku nikmati saat ini juga, seandainya saja aku tidak ingat siapa diriku.

Aku berusaha memalingkan wajahku untuk sesaat, saat kurasakan tangan kekar Yanto mengelus-elus rambut panjangku.

"Sopo sing ngiro kalau aku bakal bisa menikmati kamu, Mbak. Kalau seleranya si Bos emang yang jilbab-jilbab. Tapi nek buatku kamu lebih seksi kalau telanjang bulet gini, Mbak. Haha." Tawa Yanto sambil menolehkan daguku hingga wajahku menatap matanya.

"Puk.. Pukk.." lagi-lagi batang penis Yanto yang basah cairan liurku itu lalu dipukul-pukulkan ke wajahku, kali ini di dahi dan di mataku hingga kini sebagian wajahku ikutan basah air liurku sendiri.
"Saiki fokus karo kontolku, Mbak.." kata Yanto diiringi seringai mesumnya. Yanto melihat ke arah Pak Broto yang sedang duduk seolah meminta ijin, yang hanya dibalas anggukan oleh Pak Broto.

"Kontolku dibikin puas dong, Mbak.." pinta Yanto padaku.

"Pak.. sudah Pak...." Ujarku mengiba.

"Sssttt... Ayo Mbak.." Bisik Yanto di telingaku sambil menunduk.

Jemari lembutku reflek menggenggam penis Yanto, lalu dengan tangan gemetar ini aku membelai batang kemaluan Yanto.

Penis Yanto yang berukuran jauh lebih besar ketimbang semua penis yang pernah kupegang, terasa begitu hangat di dalam genggamanku, dan terasa begitu keras, seakan aku memegang tongkat kayu.

Untuk sesaat aku teringat suamiku.. "Maafkan aku, Mas. Aku hanya ingin ini cepat berakhir." Ujarku dalam hati.

Perlahan aku mulai mencucupi kepala penis Yanto, lalu aku menjilati kepalanya, mengitari kepala penis Yanto dengan lidahku. Tak sampai disitu saja, aku lalu menjilati batang kemaluan besar itu, membuat tubuh si pemiliknya menegang.

"Eeesssttt...." Desis Yanto.

Adrenalinku terpacu, aku semakin liar menjilati rudal hitam Yanto, sembari sesekali aku melirik kearah Pak Broto di sofa yang tampak menikmati adegan di depannya ini.

Oh Tuhan...
Sulit sekali rasanya untuk mempercayai apa yang sedang kulakukan saat ini.

Aku memegangi ujung kepala penis Yanto, lalu aku kembali menjilati batangnya, terus turun menuju biji pelirnya yang tampak kencang, dengan perlahan aku membuka mulutku, dan "hapss.." Aku melahap kantung pelir Yanto.

"Ohkk... Wenak tenan, Mbak." Erang Yanto.

Selama beberapa detik aku menghisap kantungnya, lalu akupun beralih menghisap kembali batang penis Yanto. Kepalaku bergerak maju mundur, menghisap penis Yanto. Walaupun sudah kucoba sedalam mungkin, hanya tak sampai sepertiga penisnya yang berhasil masuk hingga pangkal mulutku.

"Oohh.. Lonte akhwatnya beneran manteb ini, Bos.. Bakalan ndatengin duit banyak buat Bos nih.." Ceracau Yanto, yang hanya dibalas tawa oleh Pak Broto. Aku tak memedulikan apa makna kata-katanya itu.

Sluuuuppss.... Sluuuupps... Sluuupss... Sluuuppss... Sluuuppsss.... Sluuupppss....

Sluuuuppss.... Sluuuupps... Sluuupss... Sluuuppss... Sluuuppsss.... Sluuupppss....

"Pakai susu montokmu dong, Mbak.." Perintah Yanto.

Akupun menghentikan kulumanku, lalu aku menjepit penis Yanto di tengah-tengah buah dadaku, dan dengan dengan perlahan aku mulai menggerakkan tetekku naik turun memijit penis besar Yanto. Saking besarnya penis Yanto, tak semuanya bisa tenggelam di tengah tetekku, berbeda dengan penis-penis lain yang pernah menikmati tetekku.

Ujung penisnya menonjol-nonjol di daguku. Sembari menggerakkan payudaraku naik turun, akupun menjulurkan lidahku, menjilati, menggelitik lubang kencing Yanto dengan ujung lidahku. Setelah sekian lamanya penis ini kumainkan kurasakan batang penis Yanto mulai berkedut-kedut.

"Urrggh.. Mbak.. Metuu.." Tubuh Yanto menegang, dan sedetik kemudian dia memuncratkan spermanya sangat banyak.

Crooootss... Crooootss... Crooootsss... Crooootsss... Croootsss... Crooootssss...

Sperma Yanto menyembur keluar, kuhitung ada enam semburan hingga mengenai wajahku, tetekku dan banyak juga menodai rambut panjangku.

Croootss.. Crooooottsss..

Aku tersentak kaget ternyata kepala penis hitam itu masih menyemburkan lahar kentalnya hingga kali ini sebagian masuk ke mulutku. Akupun dia diam saja membiarkan Yanto menyelesaikan orgasmenya.

------

"Mbak Sella, sekarang kamu mandi bersih-bersih terus pakai pakaian yang ada disini ya.." kata Pak Broto memberikan bungkusan plastik hitam yang dibawa Yanto tadi padaku. Aku yang masih terduduk belepotan sperma Yanto ini menerima bungkusan itu.

Selang beberapa menit kemudian aku berjalan menuju ke kamar mandi untuk bersih-bersih. Kalau biasanya mandipun pasti Pak Broto ikutan masuk ke kamar mandi dan mengerjaiku, tapi kali ini dia hanya duduk di sofa. Aku yang belum mandi sejak semalam ini lalu bergegas melanjutkan membersihkan badanku yang sudah terlalu lengket karena noda sperma di sekujur tubuhku yang masih basah maupun yang sudah mengering di sekujur tubuhku.

------

Kamar mandi yang luas ini membuatku bisa sekaligus mengenakan pakaian yang diberikan Pak Broto. Aku berpikir setidaknya ketika aku keluar sudah berpakaian lengkap seperti ini bisa meminimalisir pikiran cabulnya dan segera melepaskanku untuk bisa pulang. Aku memakai jilbab lebar model bergo dengan gamis. Dalaman yang kupakai hanya celana dalam yang sangat kecil dan tipis dan juga kaos kaki.

13f24a1344035890.jpg

Arsella Hasna Hilyani

Aku menjejakkan kakiku keluar kamar mandi. Di ruang utama kamar ini aku tak melihat sesosok jiwa pun. Instingku seketika menyuruhku untuk melarikan diri. Aku lalu bergegas mengambil handbag-ku dan segera berlari ke arah pintu untuk keluar dan kabur dari kamar ini. Tapi naas ketika aku membuka gagang pintu ternyata pintu yang memiliki lubang kunci ini terkunci dan aku tidak menemukan ada kunci untuk membuka pintu ini. Dengan berhenti berharap, akupun lalu duduk di sofa dengan.

Lima menitan aku menunggu, tiba-tiba Pak Broto dalam keadaan hanya memakai celana kolor masuk kamar dari pintu cermin di sebelahku.

"Ooh.. Sudah selesai to, Mbak.. Ayo ikut saya.." kata Pak Broto.

"Pak, saya mau pulang, Pak.. Tolong buka pintunya..." kataku dengan suara agak tinggi.

"Hahaha. Kita berdua tau kalau bentakanmu itu nggak akan ada pengaruh apa-apanya buat situasi ini. Satu-satunya jalan keluar buat Mbak adalah dengan mengikuti dan menyelesaikan semua keinginan saya. Jadi ayo, Mbak. Ikut saya kalau mau segera cepat pulang."

Dengan berat hati aku lalu berjalan mengikuti Pak Broto dan masuk melalui pintu cermin ini. Benar dugaanku bahwa ini adalah connecting door ke kamar lain. Kamar sebelah ini begitu luas.

DEGG..
Mataku terbelalak kaget menyaksikan adegan yang berada di depan mataku, ketika pandanganku turun ke arah ruang utama kamar ini.



PART 6 "Damsel in Distress" To be continued..
 
Terakhir diubah:
Mantap updatedny...trims hu...semoga sehat selalu dan lancar semuanya
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd