Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Arsella Hasna Hilyani [No Sara] [Update #48]

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Part 9a
Tag:
Lesbianism, Vanilla Sex, BJ, Creampie


79ae6a1354932289.jpg

Arsella Hasna Hilyani

Fani mengulum telingaku, menggelitik lipatan daun telingaku untuk beberapa saat. Lidah dan bibirnya lalu turun menciumi leherku. Fani seolah pandai sekali memainkan lidahnya disekitar titik-titik sensitifku, mungkin karena dia juga perempuan jadi dia tau bagian mana saja di tubuhku yang sensitif.

Fani terus menyerang leherku, sementara Aku mulai dilanda birahiku, sambil aku memejamkan mataku dan mengatupkan rahangku. Kini tangan Fani sedang menyentuh tetekku dari luar daster babydoll pemberian suamiku yang kupakai sejak Fani datang tadi, dia mainkan tangannya disitu hingga beberapa saat kemudian dia mencoba membuka dasterku.

Fani langsung menurunkan lepas dasterku yang model baby doll, hingga sekarang tetekku yang tak terhalang Bra ini sudah terpampang di depannya. Fani lalu menangkupkan tangannya di tetekku, dia meremas-remas tetekku hingga membuat kepalaku mendongak.

Puas bermain dengan tetekku, tangan Fani sekarang menurunkan celana dalam yang kupakai. Hingga kini terpampanglah tubuh telanjangku. Fani kemudian membuka kakiku. Kemudian Fani memasukan tangannya diantara pahaku. Aku kembali mendongakkan kepalaku.

"Nikmat ya, Kak?" Ucap Fani sambil sambil matanya menatap kearahku tetapi tangannya masih diantara dua pahaku.

"Kok udah basah gini" ucap Fani.

Fani menjilat jari telunjuknya kemudian mengulumnya. Setelah itu dia masukan kembali tangannya diantara pahaku.

"HUUUNGGH!" Aku agak berteriak.

Jemari Fani tepat menyentuh belahan bibir vaginaku. Fani tersenyum kemudian tangannya bergerak maju mundur. Jemarinya yang lembut itu bergesekkan dengan lapisan luar bibir vaginaku yang sensitif ini, membuatku maki terbuai keenakan.

Fani masih meneruskan kocokan tangannya. Fani kemudian merangkak naik sambil tangan kirinya masih berada diantara kedua pahaku, lalu dia mengelus rambutku. Aku membuka mataku lalu tersenyum kearah Fani, kemudian aku memajukan kepalaku ke arah Fani dan melumat bibir Fani.

Di kamar tamu ini, dua orang perempuan berciuman, satu masih berpakaian lengkap dengan gamis dan jilbab syar'I senada biru tua, satu yang lain sudah telanjang tak ada lagi kain yang menutupi tubuhnya. Kami seolah terlihat sangat mesra sekali, tak bisa kubayangkan jika ada yang melihat langsung 2 orang akhwat ini sedang saling berciuman.

Kepala Fani lalu kudorong kebawah kemudian Fani menjilati leherku, dan akupun kembali menekan kepalanya kebawah, hingga sekarang wajah Fani berada tepat didepan tetekku. Aku sekilas menatap ke Fani, kemudian Fani tersenyum padaku dan akupun menganggukan kepalaku. Lalu Fani memejamkan matanya dan mulai menjulurkan lidahnya ke arah tetekku dan sekejap kemudian dia mulai menjilati tetekku hingga akupun tak bisa untuk menahan rangsangannya.

"Ooohhh.. Shhh.." desahku.

Fani mengulum buntalan daging putih di dadaku itu dan kadang juga menghisapnya, kemudian dia berpindah ke tetekku yang sebelahnya. Hisapannya kadang lembut kadang kencang kadang menggigit ujung putting tetekku, seolah seperti bayi yang seddang menetek kehausan dari buah dada ibunya. Sungguh sisi liar Fani sekarang sedang keluar dan terlihat sangat menggairahkan. Sahabatku ini ternyata memiliki sisi binal juga.

Aku menikmati serangan Fani di tetekku. Putingku tak jemu-jemunya didera hisapan bibirnya dan sapuan lidahnya. Lama kelamaan akupun mulai kelabakan menghadapi serangan Fani di titik sensitifku ini, hingga mulutku mendesah-desah tak karuan. Keringat mulai keluar membasahi dahiku yang tertutupi rambut halus.

Tiba-tiba Fani berdiri lalu mendorong tubuhku hingga badanku kini terbaring telentang di atas ranjang kamar tamu rumahku ini. Sebagian kakiku masih menjuntai melayang keluar dari batas kasur. Aku yang sudah didera nafsu ini akhirnya pasrah saja. Kudongokkan sedikit kepalaku, kulirik Fani. Ternyata dia sedang melepas celana legging beserta celana dalamnya tanpa melepas gamis dan jilbabnya. Mungkin dia tak nyaman dan ingin lebih leluasa tanpa bawahan di balik gamisnya itu.

Lalu dia merangkak ke atas ranjang dengan posisi di atasku. Kedua tangannya memegang pergelangan tanganku di samping kanan dan kiriku seolah sedang menahan tanganku untuk tak bisa bergerak. Wajah kami berhadap-hadapan, untuk sesaat mata kami saling adu pandang.

Kepala Fani perlahan turun, hingga bibir kami bertemu saling menempel. Bibirku mulai dihisap-hisap oleh bibir merah Fani. Sesaat kemudian kami sudah ber-frenchkiss ria. Suara kecipak liur bahkan mulai nyaring terdengar diantara peraduan bibirku dan bibir Fani.

Entah mengapa berciuman dengan Fani seperti ini memberiku gairah yang berbeda. Birahiku meletup-letup. Bibirnya lalu dipindahkannya hingga menciumi telingaku, membuatku bercampur antara terangsang dan kegelian. Lalu bibirnya berpindah lagi ke leherku dan menciuminya bahkan sesekali mengigitnya hingga bisa kutau pasti itu akan meninggalkan bekas cupangan, diantara banyak cupangan dari bekas kejadian dua hari kemarin.

Ingin rasanya aku membalas rangsangannya itu, tapi tanganku masih ditahan oleh kedua tangan Fani dengan cukup kuat. Akupun hanya bisa makin pasrah dihajar oleh permainan bibir dan lidah Fani. Kepalaku bergerak-gerak ke samping sambil mulutku mengeluarkan desahan-desahan terangsangnya.

Fani lalu mengangkat kepalanya lagi, lalu tersenyum ke arahku. Aku membalasnya masih dengan mimik mukaku yang terangsang hebat. Wajahku dan leherku kini nampak mengkilat karena air liur Fani ditambah peluh tubuhku. Fani lalu melepas pegangannya di tanganku dan memutarkan badannya.

Fani berdiri tepat di atas kepalaku. Lalu perlahan gamisnya diangkat sebatas pinggannya. Dari bawah sini langsung bisa kulihat bibir kemaluan suci miliknya itu. Bulu-bulu halus tak terjamah menghiasi kemaluannya dengan indah. Fani lalu menurunkan lututnya hingga kembali merangkak. Muka Fani tepat di depan selangkanganku yang sudah tak tertutup apapun. Sementara mukaku juga tepat di depan belahan vaginanya yang nampak tembem tak pernah terjamah itu.

"Aiiiihhhh.." aku menjerit saat kurasakan tiba-tiba vaginaku dijilat oleh lidah Fani.

"Hihihi.. Dah becek banget, Kak.." kata Fani sesaat sebelum mulai lagi jilatannya di bibir vaginaku.

Aku yang terbakar birahi ini juga mulai memainkan vagina Fani. Kuelus-elus pinggiran bibir vaginanya. Fani seketika menggeliat seperti tersengat listrik saat vaginanya kusentuh. Tapi jamahan lidahnya di vaginaku tak juga berkurang, malah lidahnya makin jauh menjamah selangkanganku. Tangankupun terus bermain-main di vagina Fani.

Tetek jumbo Fani yang masih tertutup gamisnya itu menempel di perutku. Di balik gamis Fani itu, kurasakan tak ada Bra yang dipakainya. Sempat terlintas pertanyaan apakah sepanjang perjalanan ke rumahku tadi Fani tak mengenakan bra? Aku kemudian kembali larut dalam birahiku.

Kugesek-gesek belahan bibir vaginanya dengan dua jariku. Bisa kurasakan vagina Fani juga mulai lembab. Nampaknya Fani juga terangsang oleh permainannya sendiri sedari tadi. Aku gesek-gesek terus kemaluannya itu searah dengan belahan bibir liang senggamanya, membuat pantat Fani makin menggeliat.

Lidah Fani malah makin liar bermain di selangkanganku. Kini ujung lidahnya menyentil-nyentil lubang anusku, membuatku ikutan tersengat kegelian. Lalu jari jemari Fani ikutan bermain-main di lubang anusku. Satu jarinya mulai dicolok-colokkan ke dalam lubang anusku.

"Uuffhhh.. Kamu apain itu, Say.. Ouuhh.." Desahku. Aku masih merasakan sedikit ngilu di lubang anusku akibat kejadian kemarin.

Sambil tangannya bermain di lubang anusku, bibir Fani kembali menghisap-hisap vaginaku. Biji klitorisku yang mampu ditemukan oleh Fani juga ikutan dihisap-hisap, membuatku kelojotan tak karuan. Badai orgasme mulai mendekatiku. Tanganku tak lagi intens memainkan vagina Fani. Tubuhku seolah fokus menerima rangsangan mulut Fani.

"Slurpp.. Slluuuuurrrrppp.."

"Hssshhh.. Ouuuuuhhh.. Ffaaannn.. Ouuuhh.." desahku sambil kugeleng-gelengkan kepalaku. Tanganku kuturunkan dari paha Fani dan mulai mencengkeram sprei kamar tamu rumahku yang jarang terpakai ini.

"Slurpp.. Slluuuuurrrrppp.."

"Ouuuhhh.. Ssaayyy.. Piiipiiiiiiiiiissshhh.. Oooooooooouuuuuhhhhhhhhh.." Jeritku.

Seerr.. Seeerrrrr.. Seeerrrrr.. Seeerrrrr..

Pantatku kuangkat ke atas hingga tubuhku menekuk saat orgasme ini menderaku membuatku terkencing-kencing. Cairan squirtku banyak sekali keluar. Hingga beberapa detik kemudian pantatku masih tertahan terangkat ke atas saat cairan vaginaku itu masih keluar. Begitu selesai, pantatku langsung ambruk. Badanku lemas sekali didera orgasme.

Baru kali ini aku orgasme pertama hingga selemas ini, biasanya hingga tiga kali orgasme baru aku merasa lemas. Keringat makin membasahi seluruh tubuh telanjangku. Rambutku mulai sedikit acak-acakan. Mungkin karena sensasi bercinta dengan sesama akhwat yang memberiku sensasi kenikmatan ekstra.

"Hossh.. Hossshh.." dengus nafasu ngos-ngosan.

"Bisa sampai nyembur gitu ya, Kak?" tanya Fani tiba-tiba. Saat pantatku kuangkat tadi, Fani memang langsung beranjak menyingkir dari atasku, dan duduk di samping tubuhku.

Fani nampak kaget dan terkesima melihat tubuhku yang dilanda orgasme. Mungkin baru kali ini dia melihat orgasme seorang wanita hingga terkencing-kencing seperti ini. Akupun hanya tersenyum-senyum saja mendengarnya.

Sesaat kemudian, aku beranjak duduk di tepian ranjang ini dengan sisa-sisa tenagaku. Kakiku menjuntai keluar kasur. Fani lalu menggeserkan duduknya hingga di sebelahku. Akupun menoleh ke kanan menatap wajahnya.

"Makasih ya, Say.. Enak banget.. Hihihi.." kataku masih sambil mengatur nafas.

"Iya Kak.." kata Fani tersenyum sambil menatapku.

Kami kembali saling bertatapan. Fani yang masih memakai jilbab dan gamisnya sangat kontras denganku yang sudah telanjang dengan penuh peluh di sekujur tubuhku. Melihat senyum bibirnya yang manis itu, entah dorongan darimana tiba-tiba aku majukan bibirku dan melumat bibir mungilnya.

Fani nampak kaget untuk sesaat tapi akhirnya juga membalasku dengan ikutan memagut bibirku malah lebih liar. Kami saling memejamkan mata sambil berciuman layaknya sepasang kekasih yang sedang memadu cinta. Di lubuk hatiku aku tau ini salah, ini menyalahi kodratku sesuai ajaran agamaku. Aku tempo hari memberanikan diri mencumbunya karena rasa sayangku dengan sahabatku ini dan tak ingin melihatnya larut dalam kesedihan, tapi aksiku yang kali ini lebih didominasi oleh nafsu juga.

Tanganku kugerakkan ke tetek Fani. Kuletakkan di bulatan teteknya, dan perlahan mulai kuremas dari luar gamisnya, sambil kami masih berciuman. Walaupun terhalang gamis, bisa kurasakan kenyal dan padatnya buah dada Fani. Teteknya yang memang besar itu tak muat kugenggam dengan telapak tanganku. Kuremas-remas teteknya dengan kedua tanganku.

Posisi duduk kami yang bersampingan ini membuatku tak leluasa untuk merangsang teteknya. Akupun beranjak berpijak ke lantai dan memutar tubuhku tanpa melepas pagutanku di bibir Fani, hingga kini aku sedikit membungkuk berhadapan dengan Fani. Aku berdiri membungkuk di lantai dan Fani duduk di kasur. Aku memajukan tubuhku, sambil masih berciuman, hingga tubuh Fani terdorong ke belakang hingga akhirnya terbaring di kasur. Aku naikkan kakiku hingga kini aku merangkak di atas tubuh Fani.

"Hmmm.. Cpp.. Sllrrppp.. Cuupp.. Sllrrppp.." suara peraduan bibir kami makin nyaring seiring dengan makin banyak air liur yang saling tertukar. Fani nampak mulai menikmati ini. Pipinya yang putih itu mulai bersemu merah tanda tubuhnya yang terbakar birahi


fcab9c1349614810.jpg

Fani

------

"CKLEKK.. KRIIEEEEEKK.."

Tiba-tiba kudengar suara dari pintu depan. Pintu kamar tamu ini memang sengaja kubuka agar terdengar jelas saat ada suara dari luar. Mendengar suara itu aku langsung beranjak dari kasur.

"Fan.. Mas Bagas sudah pulang e.." kataku yang turun dari kasur dan segera memakai babydoll-ku tanpa dalaman.

Fani yang kentang itu nampak bingung dengan responku ini.

"Kamu tunggu di sini ya. Kalau Mas Bagas tau aku masukin tamu dan liat kondisi kita kayak gini, dia bakal marah. Kamu tenang aja tunggu disini ya.." kataku cepat.

Akupun segera berjalan keluar kamar tamu. Dengan baju babydoll yang begitu saja kupakai, aku bahkan tak sempat menyeka keringat yang membasahi tubuhku. Kulihat Mas Bagas tepat sedang berbalik membelakangiku, sedang melepas sepatunya. Aku menarik daun pintu kamar tamu ini perlahan berusaha tak mengeluarkan bunyi sambil menunggu Mas Bagas berbalik menghadapku.

"Eh Umi.. Assalamu'alaykumm.." sapa Mas Bagas begitu melihatku menunggunya di samping pintu kamar tamu.

"Wa'alaykumussalam, Abi.." jawabku. Mas Bagas lalu berjalan mendekatiku, aku meraih tangannya dan mencium tangan suamiku. Rutinitasku dalam menyambut suamiku pulang kerja. Tanganku lalu meraih tas kerja suamiku.

"Katanya flight sore, kok udah pulang Abi?" tanyaku.

"Iya, Umi. Dah selesai kerjaan tadi pagi."

"Oooh.. Abi dijemput siapa dari bandara?"

"Tadi dijemput si Eko." jawab Mas Bagas.

"Ooohh.. Lha Mas Eko terus ke kantor?" Tanyaku. Eko adalah supir kantor suamiku.

"Iya, Umi.." jawab Mas Bagas sembari mulai memperhatikanku, "Umi kok cuma pakai baju tipis gitu?" tanya Mas Bagas mengernyitkan dahi sambil menatap tubuhku yang hanya mengenakan babydoll tipis ini.

"Hihi.. Nggakpapa, Abi.. Kan Abi yang mbeliin kemarin, mosok nggak Umi pakai.." jawabku.

Mas Bagas melihatku seperti kebingungan. Tapi tetap saja di sorot matanya ada tatapan mesum melihat perempuan yang hanya memakai dress tipis sebatas paha dengan bahan transparan seperti ini.

"Ooh.. Hehe.. Umi habis ngapain emang? Kok kayaknya keringetan gitu?" tanya Mas Bagas, sambil kami berdua berjalan masuk menuju kamar kami. Aku taruh tas kerja Mas Bagas di sofa ruang tengah sambil berjalan.

"Nggakpapa, Abi. Habis beres-beres rumah aja. Sama tadi sempet senam juga." Jawabku. Aku membuka pintu kamarku.

"Abi meh mandi dulu po? Ada makan siang juga kalau Abi belum makan siang." kataku.

Aku sambil membuka lemari pakaian. Biasanya habis pulang kerja gini Mas Bagas langsung mandi. Aku memilih kaos rumahan yang biasa Mas Bagas pakai di tumpukan pakaiannya di lemari ini. Saat aku memilih pakaiannya, dari belakang tiba-tiba tanganku ditarik Mas Bagas. Tubuhku langsung ditempelkan di tembok samping lemari.

"Eh, Abii.. Mau mand.. Hmmmmppphhh.."

Belum selesai kata-kataku, Mas Bagas sudah menyosorkan bibirnya ke bibirku.

"Hmmpphh.. Sllrpp.. Cccppphh.."

Kami berciuman untuk beberap saat, hingga Mas Bagas melepas bibirnya.

"Umi sengaja ya nggodain Abi.. Pakai dress seksi gini, mana kringetan gitu lagi.." Kata Mas Bagas sambil tangannya ditempelkan ke tetekku, dan mulai meremas pelan. Bisa kulihat raut wajah Mas Bagas yang nampak terangsang.

"Hihi.. Emang kenapa kalau Umi nggodain Abi? Kan sama suami Umi ini.." Kataku.

Kulirik di bawah sana, celana Mas Bagas nampak menggembung. Fix kalau suamiku ini juga sudah sange. Kupegang dari luar gundukan menonjol di celananya itu, lalu kuelus-elus pelan penisnya yang kurasakan sudah mengeras walaupun masih tertutup celana katun itu.

"Abi mau balas Umi yang kemarin nggak? Iket-iket Umi gitu.." kataku.

"Emmmm.." jawab Mas Bagas seolah sedang berpikir. "hehe.. Enggak lah, besok aja kapan-kapan Abi iket-iket Umi."

Selesai berkata seperti itu, Mas Bagas kembali menyosorkan bibirnya ke bibirku. Kami kembali berciuman.

Bibir kami saling menghisap satu sama lain. Lidah Mas Bagas mauk ke rongga mulutku yang langsung kusambut juga hingga lidah kami saling melilit. Dari semua lelaki yang pernah menggagahiku, ciuman Mas Bagaslah yang paling nikmat rasanya. Bahkan kadang hanya dengan ciumannya bisa membuat tubuhku panas dingin. Seperti kali ini yang hanya dengan permainan bibirnya, membuat tubuhku terangsang hebat. Vaginaku di bawah sana terasa gatal dan mulai lembab, padahal belum lama tadi aku sudah orgasme dengan Fani.

Aku melepas ciuman pagutan bibir Mas Bagas di bibirku itu. Perlahan lalu aku membuka kancing bajunya satu persatu. Aku lepas bajunya dan kulempar ke lantai. Bibirku lalu mengecup pelan leher Mas Bagas. Kukeluarkan lidahku menggelitik lehernya. Seketika Mas Bagas langsung menggeliatkan tubuhnya.

Tanganku perlahan turun ke arah celananya. Kulepas ikat pinggang kulit yang dipakainya. Bibirku masih bermain di lehernya, lalu perlahan turun ke arah dadanya. Aroma keringat khas lelaki langsung menyeruak ke hidungku. Sudah tiga hari ini Mas Bagas keluar kota, ternyata membuatku kangen juga dengan suamiku itu, walaupun dua hari sebelum kemarin tubuhku dinikmati penis lain. Bau keringat Mas Bagas itu malah membuatku makin terangsang. Ciumanku lalu makin turun ke arah perutnya, hingga tubuhku yang tadinya berdiri, kini perlahan mulai berjongkok.

Tanganku mengelus-elus penisnya dari luar celananya yang sudah menggembung itu. Resleting celananya lalu kutarik turun, lalu kupelorotkan celana cingkrang suamiku itu. Celana dalam yang dipakainya juga kuturunkan hingga lepas.

Tuing. Muncullah penis Mas Bagas yang sudah menegang itu. Penis yang tiga hari ini tak kembali ke sarangnya. Tak berlama-lama, karena aku juga sudah terangsang, aku pegang batang penisnya, dan mulai kukocok pelan.

Bibirku kudekatkan ke ujung kepala penisnya dan mulai kucium-ciumi kepala penisnya itu. Kujilat-jilat lubang kencingnya dengan lidahku hingga membuat suamiku menggoyangkan pantatnya keenakan. Kusedot-sedot pelan lubang kencing itu.

"Mmmcchh.. Slluurrpp.."

Mulutku perlahan kumajukan hingga penis suamiku itu mulai masuk kedalam mulutku. Penisnya yang keras itu perlahan mulai mengisi relung rongga mulutku. Kuhisap-hisap penis yang tertelan itu. Hisapan yang lembut, lalu kemudian makin kencang, hingga pipiku makin mengempot.

"Uurrgghh.. Umiii.. Abi kangen sama sedotan Umii.. Urrgghh.." erang Mas Bagas.

Kulirikkan mataku ke atas, Mas Bagas sedang memejamkan matanya, nampak menikmati hisapanku pada penisnya ini. Tiga hari tanpa belaian mulutku di penisnya nampaknya juga membuat suamiku tak kuat menahan nafsunya.

Aku semakin bersemangat memanjakan penisnya dengan mulutku. Saat mulutku sudah menelan batang penisnya sampai mentok, lalu perlahan kutarik kepalaku mundur sambil masih menghisap-hisap hanya sebatas kepala penisnya saja. Lalu kumajukan lagi kepalaku menelan penis itu kembali.

Selama beberapa saat kepalaku maju mundur di selangkangan suamiku itu hingga otot-otot mulutku terbiasa dengan penisnya. Gerakan kepalaku makin cepat maju mundur.

"Urrghhh.. Umiii.."

Tangan Mas Bagas lalu beranjak turun dan menyelinap ke balik babydoll yang kupakai ini, dan mulai meremas tetekku. Mas Bagas seolah tak ingin diam dan ikut merangsang tubuhku.

Clop.. Clopp.. Clooppp..

Aku masih terus memajumundurkan kepalaku. Penisnya yang terselimuti air liurku yang bercampur dengan precum-nya itu membuat suara kecipak nyaring beradu dengan bibirku. Tangannya makin kuat meremas-remas tetekku, membuatku juga makin terbakar nafsu birahi. Puting tetekku kurasakan sudah kencang sempurna kadang bergesekan dengan telapak tangan suamiku.

Hingga tak lama kemudian penisnya kurasakan semakin keras di dalam mulutku. Aku bisa merasakan penisnya tak lama lagi akan mencapai klimak. Aku lalu memundurkan kepalaku dan melepas penisnya dari mulutku. Mas Bagas nampak bingung melihatku melepas penisnya. Aku lalu bangkit berdiri.

"Abi keluarin di memek Umi aja ya.." kataku sambil tersenyum

Tubuh suamiku itu lalu kudorong hingga Mas Bagas terduduk di kursi yang biasa kupakai untuk merias di depan cermin. Aku lalu majukan tubuhku hingga mengangkangi selangkangan Mas Bagas. Tanganku lalu menggenggam penisnya.

Selangkanganku yang tepat berada di atas penisnya lalu perlahan kuturunkan hingga ujung penisnya menempel di bibir vaginaku. Penis yang mengeras di genggamanku itu lalu kugerakkan maju mundur menggesek-gesek bibir vaginaku. Lubang anusku sudah dihajar habis-habisan oleh dua penis dua hari yang lalu, kini saatnya aku meraih kenikmatan dengan vaginaku.

"Ouuuhh.. Abbbiiii.." aku mendesah.

Penis yang tiga hari ini tak masuk ke sarangnya itu langsung memberiku sengatan ekstra kuat saat kugesekkan-gesekkan sendiri ke bibir vaginaku. Vaginaku makin banyak mengeluarkan cairan cintanya yang ikut membasahi ujung penis suamiku itu. Mas Bagas yang bersandar di kursi juga nampak menikmati perlakuanku ini.

Vaginaku pun terasa makin gatal dan tak ingin berlama-lama lalu kuturunkan pinggulku perlahan. Mas Bagas nampaknya sama tak sabarnya juga memegang pinggulku. Penis suamiku itu beberapa kali kuarahkan juga ke bibir vaginaku, tapi beberapa kali meleset.

Sudah tiga hari ini tak dihinggapi penis entah kenapa seolah membuat vaginaku merapat kembali, berbeda dengan lubang anusku yang masih sedikit ngilu. Aku lalu menggunakan tanganku yang satunya untuk membuka bibir vaginaku hingga sedikit terbuka. Kuturunkan perlahan pinggulku lagi. Masih tetap sulit, tapi setidaknya usahaku kali ini membuahkan hasil. Ujung penis Mas Bagas sudah tepat mengarah ke liang senggamaku. Kuturunkan makin dalam pinggulku.

"Ouuhhhhhhhhhhh.."

Aku melenguh panjang saat penis suamiku itu mulai masuk ke vaginaku. Sensasi campuran antara ngilu dan nikmat merangsek ke sekujur tubuhku. Kurasakan kepala penisnya memaksa bekerja otot-otot bibir vaginaku. Baru sebatas kepala penisnya yang masuk, tapi seolah vaginaku terasa penuh. Aku mendiamkan sejenak pinggulku, mencoba membiasakan vaginaku terlebih dahulu.

Mas Bagas kulihat raut wajahnya memerah seolah juga menahan nafsu.

"Aiiiiiiiihhh.. Abiii.." jeritku nyaring, saat tangan Mas Bagas yang memegang pinggulku tiba-tiba mempererat cengkeramannya dan menurunkan pinggulku. Dari bawah, pantat Mas Bagas juga dinaikkan melawan gerakan pinggulku.

Vaginaku serasa dipaksa menelan penisnya yang tiba-tiba menyeruak masuk. Vaginaku yang tiga hari ini kosong, kini mulai menelan masuk batang hangat itu, membuat seluruh tubuhku rasanya seolah terbakar.

"oouuuuuhh.." desahku

Mas Bagas menggerakkan pantatnya. Penisnya yang bersarang di vaginaku membuat liang senggamaku yang belum terbiasa itu terasa diobrak-abrik. Aku hanya bisa mendesah dan melenguh.

"Urrrgghhh.. Memek Umi kok makin sempit aja sih.. Urrrgghhh.."

Gerakan penis Mas Bagas di bawah sana lembat laun makin meningkat temponya. Tangannya yang memegang pinggulku juga ikutan menggerakkan pinggulku maju mundur. Membuat penisnya makin terasa mengaduk-aduk vaginaku.

"Ouuhh.. Shhhhh.. Abbiiii.. Ouuuhhhh.." hanya desahan yang bisa keluar dari mulutku.

Tanganku berpegangan pada pundak Mas Bagas. Lama kelamaan vaginaku mulai terbiasa dengan penis suamiku itu. Birahiku makin memuncak. Aku kini menggerakkan sendiri pantatku maju mundur di atas selangakangan Mas Bagas. Keringat mengucur deras membuat dress babydoll ku ini makin lepek akibat keringat.

"Shhh.. Mmhhhhpppphhhhh.. Ouuuuhhhhh.."

"Urrrggghh.. Ummmiii.."

Gerakan pantatku makin lama makin cepat. Penis Mas Bagas kurasakan makin mengeras. Batang penisnya yang menggaruk-garuk dinding vaginaku seolah memberiku semangat untuk makin memeras penisnya. Gerakanku maju mundur kadang berputar-putar mengulek batang penisnya yang terasa hangat itu.

3d16e11354958587.gif


Tangan Mas Bagas tak lagi memegangi pinggulku. Dress tidurku ini lalu disingkap ke atas hingga tetekku terpampang bebas, lalu tangannya mulai meremas-remas tetekku. Remasan-remasannya yang kuat itu menambah sensasi kenikmatan, di tengah gerakan pinggulku.

Gerakanku lalu kuubah menjadi naik turun di atas pangkuan Mas Bagas, dengan kakiku berpijak di lantai. Kurasakan penis Mas Bagas masuk ke dalam ke vaginaku seiring dengan pantatku yang naik turun.

Splok.. Splokk.. Splookk..

"Urrgghh.. Umii.. "

Remasan tangan Mas Bagas di tetekku kurasakan makin kencang. Penisnya terasa makin keras dan makin hangat di dalam liang vaginaku. Dan beberapa saat kemudian kurasakan penisnya mulai berkedut-kedut.

"Hhhhhhhrrrrrrrggggggggghhhhhhhhhh.." Mas Bagas mendesis sambil mencengkeram kuat tetekku hingga membuatku sedikit kesakitan. Dan sedetik kemudian penisnya mengeluarkan semua lahar kentalnya di dalam vaginaku.

Crrt.. Crrt.. Crrt..

Kurasakan semburan sperma suamiku itu menyemprot membasahi dinding rahimku. Semburan hangat yang kurindukan selama tiga hari ini. Mas Bagas terpejam setelah selesai menyentak-nyentakkan penisnya di dalam vaginaku melepas isinya, sambil tangannya masih meremas erat tetekku seolah dijadikan pegangan. Keringat membasahi tubuhnya dan tubuhku.

Aku sejenak mendiamkan penisnya sampai tuntas menyelesaikan klimaksnya. Aku sebenarnya juga sudah diambang klimaks saat pantatku kugoyang tadi, tapi belum sampai puncak orgasmeku.

Beberapa saat kemudian, penis Mas Bagas mulai mengendurkan otot-ototnya. Akupun perlahan mulai mengangkat pantatku melepas penis suamiku itu, dan berdiri di depannya. Kurasakan lelehan sperma Mas Bagas turun membasahi paha putihku.

Aku lalu berjongkok di depan Mas Bagas yang masih terduduk di kursi. Penisnya yang mulai tak menegang itu terlihat basah akibat cairan vaginaku dan sisa-sisa spermanya. Tanganku lalu kugerakkan menuju penisnya dan mulai meremas-remas batang penisnya. Aku yang belum mendapat orgasmeku ini diliputi birahi yang saat ini sedang panas-panasnya.

Kepalaku kudekatkan ke penis Mas Bagas, lalu mulutku mulai menciumi batang kemaluan itu. Aroma sperma yang kuhirup langsung membuat nafsuku meluap-meluap. Penis itu langsung kumasukkan ke dalam mulutku. Batang yang masih agak lemas itu tak kesulitan untuk bisa masuk ke mulutku. Mulutku lalu mulai menghisap-hisap penis Mas Bagas.

"Urrrggghh.. Umiii.. Ntar dulu.. Ngiluuuu.. Urrghhhh.." erang Mas Bagas.

Tak kuhiraukan, batang penis di dalam mulutku itu masih kuhisap-hisap. Tanganku kini kugerakkan ke bawah penisnya dan mulai kuelus-elus buah zakar Mas Bagas. Kuremas-remas pelan biji kembar yang menggantung yang telah memuntahkan isinya tadi. Mas Bagas nampak merem melek, antara ngilu dan keenakan kurangsang seperti ini. Pantatnya digerak-gerakkan menggesek bantalan kursi yang didudukinya itu.

Tanganku yang lain kugerakkan menuju selangkanganku. Kuusap-usap bibir vaginaku yang becek akibat sisa-sisa sperma Mas Bagas yang meleleh di pinggirannya. Gesekkan tanganku di vaginaku ini membuatku makin terangsang sendiri. Mulutku masih menghisap-hisap penis suamiku.

Beberapa saat kemudian, kurasakan penisnya mulai mengeras di dalam mulutku. Aku masih terus merangsang dengan menghisap-hisap kepala penisnya dan memain-mainkan buah zakarnya.

Hingga sekian menit setelahnya, penis yang tiga hari tak kutemui itu sudah menegang sempurna kembali. Kepalaku kugerakkan maju mundur menservis oral suamiku itu. Kulirik ke atas Mas Bagas mulai mengerang-ngerang keenakan sambil tetap memejamkan matanya.

Tanganku kugerakkan sambil mengelus-elus pahanya yang berbulu itu. Sambil tanganku yang lain masih terus menggesek-gesek vaginaku, bahkan temponya makin kupercepat. Kurasakan banyak sekali cairan vaginaku yang keluar membasahi jemariku. Batang penis Mas Bagas keluar masuk mulutku seiring kepalaku yang juga kugerakkan maju mundur makin cepat.

Tiba-tiba tubuhku didorong mundur. Penis Mas Bagas lepas dari mulutku. Mas Bagas lalu berdiri, akupun ikut ditariknya berdiri. Daster babydoll yang kupakai ini lalu dipelorotkannya hingga kami sama-sama telanjang bulat. Tubuhku seketika digendongnya, lalu Mas Bagas berjalan ke arah kasur dan merebahkan tubuhku telentang di atas kasur.

Mas Bagas menyusul merangkak naik ke atas tubuhku, hingga kepalanya tepat di atas mukaku. Kami saling bertatapan sejenak sebelum Mas Bagas mulai memagut bibirku. Akupun membalasnya ciumannya itu.

Tanganku memeluk punggung Mas Bagas. Di bawah sana bisa kurasakan penis nya menyundul-nyundul selangkanganku. Pahaku kurentangkan lebar-lebar seolah mempersilakan penisnya memasuki vaginaku.

Sambil masih tetap berciuman, Mas Bagas menggerakkan pinggulnya maju mundur mencoba memasukkan penisnya di liang kemaluanku. Beberapa kali percobaannya, ditambah vaginaku yang sudah sangat becek karena terangsang, membuat penisnya perlahan mulai masuk ke dalam celah vaginaku.

"Mmmcchhh.. Sssshhhhh.. Hmmmmpppphhh.." desisku disela-sela pagutanku, saat penisnya mulai menggagahi vaginaku.

Mas Bagas mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur, membuat batang penisnya perlahan mengisi liang vaginaku makin dalam. Tubuhku perlahan makin terbakar birahi. Badai orgasmeku kurasakan mulai mendekat.

6519451354958597.gif


Gerakan pinggul Mas Bagas makin cepat membuat penisnya makin kencang juga menggesek-gesek dinding vaginaku di posisi missionary ini. Pantatku kini juga kugerak-gerakkan menyambut hantaman penis suamiku.

"Shhhhh… Ouuuuuuhhhhh.. Hmmmmmppphh.." desahku.

Tanganku kupindahkan memegang pantat Mas Bagas seolah memeluknya agar makin dalam memasukkan penisnya di liang senggamaku.

Splok.. Splokk.. Splookkkk..

Vaginaku yang makin banyak mengeluarkan lendir ini membuat penis Mas Bagas makin cepat keluar masuk di sarangnya itu. Hingga beberapa saat kemudian aku tak dapat lagi menahan kenikmatan yang memuncak ini.

"Ouuuuuhhh.. Ummii Keluuuuuaaaarrrrrrrr.. Ooooooooooouuuuhhhhh.. Abbiii.." jeritku.

Tubuhku kelojotan untuk sesaat. Seluruh tubuhku kaku menegang. Kupeluk suamiku makin erat sambil mataku terpejam. Sungguh beda memang klimaks yang didapat dari penis yang menggaruk-garuk dinding vagina, terlebih sudah tiga hari ini vaginaku tak kemasukan penis.

Badai orgasme kedua yang kualami hari ini mampu membuatku terbang melayang menikmati puncak kenikmatan yang kudapat ini. Kakiku melipat di belakang paha Mas Bagas seolah tak ingin tubuhnya lepas dari menyatunya tubuh kami.

Mas Bagas mendiamkanku untuk sesaat. Membiarkanku melepas deburan ombak orgasmeku. Hingga kakiku tak lagi kulipat di belakang pantatnya. Nafasku lemas tersengal-sengal. Mas Bagas yang masih di atasku lalu tersenyum melihatku yang kecapekan dilanda puncaknya ini.

Penis Mas Bagas kurasakan masih keras bersarang di liang vaginaku. Setelah orgasme barusan ini Vaginaku kurasakan semakin sensitif hingga bisa kurasakan batang penisnya itu seolah terasa malah makin keras.

Mas Bagas lalu menggerakkan perlahan penisnya di dalam vaginaku maju mundur. Batang penis kerasnya itu seketika menggesek pelan dinding vaginaku dan membuatku mendadak kelojotan di tengah-tengah kelelahanku ini.

"Ouuhhh.. Abbiiihhh.." aku yang lemas ini hanya bisa mendesah dengan mulutku.

Dengan tempo pelan, Mas Bagas menggerakkan pinggulnya maju mundur di bawah sana. Pantatku pasrah saja kudiamkan menerima rangsangan penisnya di vaginaku.

Mas Bagas kulihat nampak menikmati juga. Vaginaku kurasakan memijat makin keras penisnya, membuatnya memasang mimik muka yang makin keenakan. Setelah sekian menit, Mas Bagas lalu mulai menaikkan tempo genjotannya menjadi lebih tinggi.

Splok.. Splokk.. Splookkkk..

"Ouuuhhh.. Sshhh.. Aahhh.. Hhhhmmppphh.." desahku merintih-rintih.

Mas Bagas terlihat semakin semangat menggenjot vaginaku. Satu tangannya kini digerakkan memegang tetekku, sementara tangannya yang lain memegang kasur menopang tubuhnya. Tubuhku terlonjak-lonjak akibat sodokannya yang makin kencang.

"Ouh.. Ohh.. ouuhhh.. Shhh.."

Tangan Mas Bagas meremas-remas bulatan buah dadaku, membuatku kelojotan nikmat ditengah-tengah gempuran penisnya di vaginaku. Aku sudah mulai on lagi dan makin menikmati juga persetubuhan ini. Satu tanganku kini ikut memainkan tetekku yang lain, meremas-remas dan memijatnya.

Pantatku juga kugerakkan mengayun-ayun menyambut penis suamiku yang hilang timbul di belahan vaginaku. Vaginaku kurasakan makin becek lagi, membuat suara tumbukan bercampur kecipak lendir itu makin nyaring.

Splok.. Splokk.. Splokkk...

Mulutku makin keras mendesah-desah mengisi kesunyian kamar kami ini selain bunyi tumbukan selangkanganku. Penis Mas Bagas masih terasa keras saja di dalam vaginaku.

Mas Bagas lalu menghentikan pompaannya di vaginaku, dan memintaku berbalik. Aku kini memosisikan diriku menungging di atas kasur membelakangi Mas Bagas. Kugunakan lutut dan kedua tanganku sebagai tumpuan tubuhku.

Di belakang sana Mas Bagas lalu memegang pantatku dan mulai meremas-remas bongkahan bulat mulus itu.

"Urrgghh.. Bokong Umi seksi banget sih ini.." kata Mas Bagas.

Plakk.. Mas Bagas menampar keras pantatku, hingga kuyakin meninggalkan bekas merona di pantat putihku itu. Aku hanya meresponnya dengan desisan.

Penisnya lalu mulai ditempelkan di pantatku, dan sesaat kemudian batang keras itu digesek-gesekkan di belahan pantatku. Tangannya masih meremas-remas pantatku. Penisnya yang licin karena lendir vaginaku itu menggesek-gesek lubang anusku memberiku sensasi kenikmatan hingga akupun menggigit bibirku.

a47d231354975608.gif


Cukup lama penisnya digesek-gesekkan di belahan pantatku itu, hingga tiba-tiba tangannya membimbing penisnya untuk makin fokus di lubang pantatku. Aku lalu refleks memajukan pantatku karena kaget. Aku bisa mengira-ngira apa yang akan dilakukan suamiku itu. Lalu kutolehkan mukaku kebelakang menghadap Mas Bagas.

"Abi.. jangan di situ ya.. Pliiis.." rengekku., "Sakit banget Abi, Umi mohon yaah..", lanjutku. "Yang lain deh Umi bakal lakuin. Tapi jangan disitu ya, Abi.."

Aku masih merasa sedikit ngilu saat kurang dari 24 jam yang lalu lubang anusku itu dihajar oleh dua penis. Aku sekarang ini sebetulnya menjadi akhwat yang bisa orgasme dari anal seks. Sayangnya, pengalaman itu bukan kudapat dari suamiku. Aku merasa menyesal harus menyembunyikan hal ini dari Mas Bagas. Terlebih aku juga ingin berjaga-jaga agar Mas Bagas tak curiga kalau lubang anusku sedikit bengkak dan memelar.

"Hehe.. Iya deh Umiku sayang.." jawab Mas Bagas yang seketika langsung menurunkan batang penisnya dan diarahkan ke belahan vaginaku. Nafsu Mas Bagas yang sudah memuncak itu mungkin membuatnya rela tak menganalku dan langsung berpindah ke vaginaku.

Tangan Mas Bagas memegangi pantatku dan sedikit ditarik naik, hingga posisiku makin menungging. Di posisi ini belahan kemaluanku pasti makin terlihat jelas dari posisi Mas Bagas. Suamiku itu tak menunggu lama lalu mulai membimbing ujung penis kerasnya membelah vaginaku.

Sisa-sisa lendir orgasmeku ikut berperan sedikit memudahkan penetrasi batang keras Mas Bagas untuk mulai mengawini betinanya ini. Beberapa kali dorongan kemudian, penisnya mulai masuk membelah liang senggamaku.

"Ouuhhh..." Lenguhku saat kepala penisnya menyeruak masuk ke vaginaku.

Mas Bagas yang sudah dipuncaki nafsu itu tiba-tiba langsung mendorong penuh penisnya makin dalam di vaginaku. Jleeebb..

"Aaaiiiiiiiihhhh.. Abbbiii.. Oouuuuhhhh.." aku melolong keras saat menerima sodokannya yang tiba-tiba itu.

Tak memedulikan jeritanku itu, Mas Bagas mulai menggerakan penisnya di dalam vaginaku. Tangannya memegangi pinggulku hingga membuat pantatku pasrah menerima gempuran penisnya.

Splok.. Splokk.. Splookkk..

Suara peraduan pantatku langsung nyaring terdengar seiring dengan Mas Bagas yang menggenjot vaginaku dengan tempo kencang ini.

6aa2491354958606.gif


"Ouuhhh.. ooohh... Ahhh.. oohh.. Aaabbbii.. ouuhh.. Memek Ummii pennuhh.. Shhh.." desahku.

Tanganku mencengkram erat sprei kasurku ini. Sensasi disetubuhi gaya anjing seperti ini membuat vaginaku terasa makin penuh disesaki penis keras suamiku. Terlebih lagi kurasakan juga penisnya masuk makin dalam di dalam vaginaku.

Selama beberapa saat aku meraung-raung keras akibat dilanda kenikmatan. Genjotan penis suamiku dari belakang ini membuat vaginaku tergaruk-garuk makin nikmat. Mas Bagas yang sudah menyemburkan klimaksnya tadi, kini kurasakan penisnya masih keras dan belum ada tanda-tanda akan klimaks lagi dalam waktu dekat.

Splok.. Splokk.. Splookkk..

"Ouuhh.. Sshhhhh.. Hmmppph.. Aahhhh.." desahku

Pompaan penis Mas Bagas kurasakan begitu nikmat. Keringat makin banyak mengucur di tubuhku, membuatku seolah sedang mandi keringat. Mulutku mengeluarkan desahannya begitu keras, meluapkan rasa nikmat ini. Kepalaku kadang kutolehkan ke kanan dan kiri.

Saat kutolehkan kepalaku itu, kusadari pintu kamar ini ternyata tak tertutup sempurna dan bisa kulihat di luar sana, ternyata Fani sedang mengintip adegan persetubuhanku dengan suamiku ini.



------ >> Fast Forward ------


"Maniro tampi nikahipun Fania Alina Suryoningrum binti Gathot Surojo dhumateng maniro kanthi mas kawin kasebat kabayar kenceng.." ucap lelaki itu dengan lantang dan penuh percaya diri.

Sesaat setelahnya, dari pintu yang berada di samping itu berjalanlah sang wanita dengan gaun anggunnya.


...
------





PART 9 "Arise" to be continued
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Bimabet
Wahhh keren hu... Lesbi nya sayang keputus ya, dan sellanya lepas jilbab. Kayaknya seru kl ada lesbian hijaber party .. Sella, Fani, sama akhwat/ummahat lain ;)...
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd