Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Cerita ini adalah projek ketiga kita dan merupakan cerbung kedua. Cerita ini ditulis oleh dua orang yang berbeda jenis kelamin yang belum pernah bertemu dan akhirnya nekat berkolaborasi. kisah yang kami tuliskan adalah kisah fiksi yang merupakan fantasi dan khayalan kami.

kisah ini bercerita tentang seorang wanita muda yang menjadi binal dan senang bermain seks dibelakang pacarnya sendiri. ia menikmati ketika badannya dijamah dan dinikmati oleh lelaki lain yang bukan pacarnya, bahkan keluarga dekat pacarnya sendiri.

kisah ini akan rutin kami update hingga chapter akhir tiap seminggu sekali. karya ini adalah karya ketiga kami. kami menerima saran dan masukan dari suhu-suhu sekalian hehe. semoga next time kami bisa membuat cerita yang lebih bagus lagi. thank you and we hope you enjoy it.

part 1 (Kesalahan ku)
part 2 (pengkhianatan sedarah)
part 3 (salah curhat)
part 4 (hadiah untuk teman)
part 5 (budak sex keluargaku)

Part 3 (Salah Curhat)
Aku merasa sangat kecewa melihat ayahku sendiri mengentot pacarku, dan lebih parahnya, si Anisa juga menikmati permainan dengann ayahku. Karena aku merasa tidak bisa menyimpan ini sendiri, dengan tekad yang kubulatkan aku ingin menceritakannya kepada sodaraku, Andi. Hari ini sepulang dari kerja seperti biasa aku mengantarkan Anisa pulang. Tapi sebelum itu kami mampir dulu untuk beli makanan. Anisa tampak bersikap biasa saja, dia tidak bertingkah aneh sejak beberapa kali kulihat dia menjadi seperti pelacur dihadapan ayahku dan preman itu. Aku sebenarnya masih sering memikirkan hal itu, tapi aku berusaha tenang dan bersikap seolah hal itu tidak pernah terjadi.

"Yang kok bengong sih?" Kata Anisa mengagetkan ku.

"Eh..ehmm iya yang maaf hehe kecapean ajaa"

"Beneran? Itu tuh ditanyain mau pesen apa"

"Oh sama aja kaya kamu, oh iya minumnya aku teh panas aja yang"

"Yaudah kamu cari meja sana".

Aku meninggalkan Anisa yang sedang antri makanan. Sembari menunggu Anisa, aku chat Andi dan berkata bahwa ada sesuatu yang ingin ku ceritakan. Kebetulan hari itu Andi sedang tidak masuk kerja karena harus menjaga adiknya yang masih berumur 3thn. Tak lama kemudian Anisa datang dengan membawa nampan yang berisi makanan yang kami pesan.

"Nih yang, eh kamu yang ngirim paket ya kemaren?" Kata Anisa

"Iya dong hahaha itu buat perayaan 3th anniv kita”

"Ih.. tapi ya ga gitu juga yang haha masa kado anniv bra sih. mana kekecilan lagi ih. Kamu kan tau ukuran bhku, Yang.” kata Anisa mencubit tanganku gemas.

"Auw.. hehe. Yaa gapapa dong, biar kamu keliatan lebih sexy kalo pake itu, hari ini kamu pake ya?" Kata ku melihat toket Anisa.

"Ih kok tau?? Nyeplak ya yang??" Kata Anisa kaget dan menutupi dadanya.

"Hahaha enggaa kok, aku tau aja soalnya kamu kan gapernah nyia2in hadiah ku" kataku sambil mencium tangan Anisa.

"Idih. Bisa aja. Udah sana makan, Yang.”

Kami pun melanjutkan makan. Setelah merasa kenyang kami kembali ke mobil, aku bilang ke Anisa kalo nanti di rumahnya aku gabisa lama2 karena harus ke rumah Andi. Tapi Anisa bersihkukuh dia ingin ikut dengan ku karena dia juga sudah lama tidak bertemu Andi, Anisa juga sudah kangen dengan Daffa adik Andi yang berumur 3th itu. Karena dia bersih keras untuk ikut akhirnya aku menyetujui hal itu dan kami pun menuju rumah Andi.

"Yang kamu kan udah ngasih aku hadiah, kamu mau ga aku kasih juga?" Kata Anisa.

"Mau dong, paan tuh yang?"

"Bentar"

Tiba2 Anisa melepas kemeja kerjanya dan memperlihatkan toketnya yang hanya tertutup pada putingnya.

"Weiii lagi nyetir Yang, gabisa konsen nih hahaha" kataku sambil sesekali meremas toket Anisa.

"Udah nyetir ajaa"

Anisa mengelus kontolku dari balik celana dan dia menundukan kepalanya. Aku hanya bisa menahan dan harus fokus pada jalanan. Perlahan Anisa membuka resleting celana ku dan mengeluarkan kontolku yang sudah mulai tegang. Anisa meludahi kontolku dan mengocoknya perlahan.

"Hmmmss ah yang enak banget, kamu posisi gini aja yang, enak banget"

Anisa mulai menciumi kepala kontolku dan menjilatinya dengan ujung lidahnya, dia juga memainkan lubang kencingku sehingga membuatku agak geli. Tanpa di komando perlahan Anisa memasukan kontolku kedalam mulutnya dan menghisapnya.

"Slop slop enak ga yang haha" kata Anisa sambil mengocok kontolku.

"Enak banget yang terusinnn"

"Haha konsen jalan ih ntar nabrak lagi"

Anisa melanjutkan seponganya, lidah Anisa kali ini menggeliat di batang kontolku. Aku tidak menyangka sekarang Anisa semakin suka menyepong dan lebih jago dari sebelumnya. Pantas saja ayahku kemaren sampai merem melek ketika disepong Anisa. Anisa juga tidak canggung untuk memasukan dalam2 kontolku ke mulutnya. Bahkan kali ini dia sudah tidam tersedak lagi, Anisa berhasil memasukan kontolku semakin dalam dan menahannya selama beberapa detik.

"Lampu merah yang ga berhenti dulu? Takut ada yang liat"

"Iya yang, muachhh" Anisa menyiumku dan kami bertukar ludah saat lampu merah.

"Udah yang ijo tuh"

Anisa kembali turun ke kontolku dan kini dia semakin cepat menyepong kontolku. Tangan kiri ku kini juga sudah meremas2 toket Anisa. Sesekali aku membantu Anisa untuk menaik turunkan kepalanya sehingga menjadi semakin cepat lagi. Setelah lebih dari 20 menit akhirnya aku ada di puncak kenikmatan, aku menekan kuat kepala Anisa dan menyemprotkan peju ku kedalam tenggorokannya *crot crot crot*. Anisa kemudian menghisap kontolku kuat dan membersihkannya dari peju. Anisa bangkit dan menelan semua pejuku. Dia kemudian kembali merapikan baju dan mengancingkan kemeja nya serta memasukan kembali kontolku.

"Gimana yang hadiah ku hahaha enak kan?" Kata Anisa.

"The best Yang hahaha kamu kok ga jijik? Padahal biasanya aku kamu suruh mandi dulu"

"Gaapapaa...bau asem dikit gamasalah haha rasanya tetep kontolmu kok"

"Wuu dasar *muachh" kataku sambil mengecup keningnya.

Tidak lama kemudian kami sampai di rumah Andi. Tampak sepi dari depan, tidak terlihat aktifitas orang, tapi setelah kami pencet bel nya Andi keluar bersama adiknya. Andi memiliki postur tubuh yang sedikit tinggi dariku dan lebih atletis karena dia merupakan pemain voli di salah satu klub daerah. Kami pun dipersilahkan masuk.

"Eh nisa ikut juga? Gimana nih kabar lu nis?" Kata Andi.

"Baik kok, gimana lu masih main voli di?" Tanya Anisa.

"Iyaa hehe cuman lagi libur jadi bisa pulang, eh dre nih Anisa makin sexy gini lu kasih apa dah? Hahaha" kata Andi memperhatikan sekujur tubuh Anisa.

"Yeee gue biayain lah perawatan dll, emangnya cewe lu dekil hahaha" kataku mengejek Andi.

"Bangke lu hahaha yodah masuk"

Setelah kami masuk aku menginstrusikan Anisa untuk bermain dengan Daffa karena aku hendak berbicara empat mata dengan Andi. Kebetulan situasi rumah sepi dan Tante Sarah sedang ada pekerjaan di luar kota. Saat di ruang tamu hanya ada Andi, aku bercerita kepadanya soal Anisa dengan Ayahku.

"Lu mau ngomongin apa sih ndre?" Tanya Andi.

"Jadi gini di, lu kan anaknya ga heboh dan ga ember yak ini gue ceritain buat lu doang, lu keep aja yak"

"Iyeee apaan sih?"

"Jadi gini di, gue tiga hari yang lalu kan jemput lu, dirumah gue tuh ada Anisa ama ayah gue, lah pas gue pulang, gue ga sengaja liat si Anisa tuh dientot ama ayah gue"

"Hah serius lo? Yang bener ndre??" Kata Andi kaget.

"Beneran njirr, gue liat sendiri Anisa dientot di dapur, dan yang bikin gue syok, Anisa nikmatin banget ngentot ama ayah gue"

"Anjing parah sih om tyo, terus lo apain?" Kata Andi.

"Gue ga berani mergokin, takut hubungan gue rusak, lagian itu ayah gue njir takut gue"

"Iya juga sih gue paham, tapi emang badan cewe lu gitu banget dah hahaha mengundang burung" kata Andi bercanda.

"Yeee lu jangan ikutan sange bangke"

"Iyee kagakk, oh iya gue belum nyiapin minum yak, bentar2 ndre" kata Andi.

"Gue sirup yak hahaha"

Kemudian Andi menuju dapur, aku menuju kamar Daffa dan ternyata Anisa sedang menina bobo Daffa. Melihat itu aku menjadi tersentuh, aku melihat Anisa seperti ibu yang menidurkan anaknya.

--------------

Andi

"Hah serius lo? Yang bener ndre??"

Mendengar cerita Andre memang sih masuk akal kalo om tyo sampe nafsu dengan Anisa, tubuh semok kaya lonte gitu siapa yang ga pengen ngentot, belum lagi mukanya lumayan cantik. Aku jadi penasaran gimana rasanya ngentotin Anisa. Akhirnya gue terbesit buat ngasih obat tidur Andre, supaya nanti aku bisa beraksi nyobain badan montok Anisa.

"Iyee kagakk, oh iya gue belum nyiapin minum yak, bentar2 ndre" kata Andi.

"Gue sirup yak hahaha" kata Andre.

Aku menuju dapur dan membuatkan sirup untuk Andre dan Anisa. Tidak lupa aku memberi obat tidur pada minuman Andre dan sisah obat perangsang yang biasa kugunakan untuk pacarku kedalam minuman Anisa. Setelah tercampur aku memberikan minuman itu ke Andre dan Anisa secara terpisah agar tidak tertukar. Kutunggu hingga 15 menit, obat tidurku bereaksi keda Andre, dia terlihat sangat mengantuk.

"Di gue kok ngantuk banget ya?" Kata Andre.

"Yaudah lu tidur aja gapapa di kamar gue tuh"

"Gue tidur bentar yak, ntar bangunin buat nganterin Anisa balik"

Bodoh lu, Ndre haha mana mungkin gue bangunin, bodoamat dah pokoknya hari ini Anisa gue entotin.

——————————-

(Anisa)

Hari ini aku dan Andre merayakan 3tahun Anniversarry kami. Cuma makan berdua seperti biasa. Kami memang tidak ada acara khusus untuk merayakannya. Selepas makan, aku ikut menemani Andre ke rumah sepupunya, Andi. Andi ini sepupu terdekat Andre, aku juga mengenal baik keluarga Andi. Bahkan, adik Andi, Daffa sangat lengket denganku.

“Mbak Nisaaa...” Daffa langsung berlari dan memelukku saat aku dan Andre baru memasuki rumah Andi.

“Daffa, kamu apa kabar? Mbak kangen deh sama kamu.” kataku sambil membalas pelukan Daffa.

“Sama, mbak. Daffa juga kangen banget main sama mbak.” Daffa masih saja memelukku dengan erat.

“Yaudah, Yang. Kamu temenin Daffa main di kamarnya gih. Aku mau ada yg di omongin nih sama Andi.”

“Oke, Yang.”

“Yuk, Daffa kita masuk ke kamar. Main dikamar, sekalian mbak cek nih kamar Daffa dah bersih atau belum hayo?” kataku sambil menoel hidung Daffa setelah dia melepas pelukannya.

“Rapi dong, mbak. Kan mbak Nisa selalu ajarin kalo kamar harus selalu rapi.” Daffa masih saja mengoceh tentang banyak hal sampai kami masuk ke dalam kamarnya.

“Gimana mbak? Rapi kan?”

“Ih.. iya, pinter adeknya mbak Nisa.” aku mengusap rambut Daffa penuh kasih sayang.

“Iya, doong. Daffa gitu loh. Main congklak yuk, mbak.”

“Boleh.”

Kami pun bermain berdua sampai kurasakan Daffa mulai mengantuk dan beberapa kali menguap.

“Daffa ngantuk ya? Capek?”

“Iya, mbak. Daffa ngantuk.”

“Yaudah, yuk. Tidur”

“Tapi Daffa maunya tidur sama mbak Nisa.”

“Haha. Dasar. Yaudah, mbak Nisa temenin yaa, sayang.”

“Nis, minum lu gue taruh meja ya.” Andi tiba-tiba masuk sambil membawakan minuman.

“Sssttt... Iya taruh situ aja, Di. Thanks ya.”

Aku kemudian melanjurkan meninabobokkan Daffa sampai tanpa sadar aku juga ikut terlelap di sebelahnya.

Aku terbangun ketika ku rasakan ada tangan yang meremasi toketku dari luar baju. “Mmhhh...” Aku pikir aku sedang bermimpi sampai kurasakan remasan di toketku semakin keras. “Aah..”

“Andi... Ahh, Di.. Kamu apaan sih? Jangan, Di. Ada Daaffa disini.” Andi masih saja terus meremas toketku.

“Makanya jangan berisik, Nis. Lu gamau kan Daffa bangun dan mergokin kita lagi kayak gini.” Tangan Andi kini makin berani masuk ke dalam kemejaku.

“Mmmhhh... Diii...” aku mulai merasakan nafsuku naik. Remasan Andi kini terasa sangat nikmat.

“Sini, Nis.” aku kemudian diseret oleh Andi menuju ke kamarnya. Sebelum masuk ia menciumku bibirku dengan ganas. Aku pun membalas ciumannya. Kami saling bertukar ludah .

Saat didalam kamar, aku baru menyadari ada Andre yang sedang tertidur pulas disisi ranjang.

“Mmmhh...” aku berusaha melepaskan ciuman Andi. Namun Andi masih menahanku. Kini bahkan lidahnya kembali dibelitkan ke lidahku. Tangannya juga mulai meremas toketku.

“Mmmmhhh....” Andi kemudian melepaskan ciumannya saat aku mulai meronta untuk dilepaskan.

“Gila kamu, di. Kenapa malah ngebawa aku disini? Itu ada Andre lagi tidur.”

“Ya terus, kenapa? Mending disini toh, setidaknya kalo dia bangun, yang liat kita ngentot si Andre bukan Daffa yang masih belum dewasa.”

“Tapi, Di...” aku tidak menyalahkan ucapan Andi meski perkataannya sangat masuk akal.

“Ayolah, Nisa. Lagian, gue juga mau nyoba memek lu kayak Andre sama Om Tyo.” Andi masih meremas sebelah toketku sambil mulai membuka kancing kemejaku.

“Dii... Ahh.. Jangan...” mulutku berkata jangan tapi anehnya aku sama sekali tidak melakukan perlawanan.

Andi kini sudah berhasil membuka kemeja dan bhku sehingga aku sekarang topless. “Ah, gila, Nis. Toket lu gede banget.” Andi kini memelotoiti toketku dengan pandangan buas. “Pantes bapak sama anak doyan ngentot sama lu.”

“Di.. jangan. Balikin kemejaku.” Aku pura-pura jual mahal dengan menutupi toketku.

“Alah.. lonte lu, Nis. Harusnya kalo lu gamau, lu tinggal ambil kemeja sama bh lu tuh di pojokan.” Andi kini kembali meremas toketku dengan buas.

“Aahh... Di.. sakit, Dii..”

“Biarin. Lonte kayak lu gini emang pantes dikerasin.” Andi kini memelintir kedua putingku dengan keras.

“Aaahhh... Dii, sakiit... Mmmhhh... Enaak...”

“Haha. Dasar lonte lu. Keenakan kan. Lonte emang doyan dikasarin gini.” Sekarang gantian, mulut Andi yang memainkan putingku. Di jilatinya perlahan yang kemudian lama-lama menjadi gigitan kecil sambil tangan Andre melepas kulotku. Tanpa melepas mulutnya dari toketku Andi mengarahkanku ke sebelah ranjang tempat Andre tidur sehingga kini kami sudah berada persis disamping Andre yang sedang tidur menyamping menghadap kami.

“Mmmhh... Ahhh... Dii...” aku makin keenakan dan tidak peduli jika sekarang aku tengah di garap oleh sepupu pacarku di depan pacarku sendiri saat dia sedang tidur. Andai Andre bangun, pemandangan pertama yang dilihatnya tentulah aku yang sedang netein sepupunya.

“Aaahhh... Diii... Aahhh... Teruuus...” aku semakin mengerang tidak karuan saat jempol Andi kini mulai ikut menggosok klitorisku sambil dia tetap mengocok memekku.

Andi kemudian mengangkat tubuhku dan ditidurkan disebelah Andre. Ia kemudian duduk tepat didepan memekku. Kali ini bukan lagi tangannya yang menyapu seluruh memekku tapi lidahnya kini bermain di memekku. “Mmmhhh... Diii... Ahhh....”

Tangan Andi kembali mengocok memekku sementara lidahnya masih menjilati klitorisku. “Enak, Nis?”

“Mmmhh... Iya, Di... Aahhh...” Andi kemudian melanjutkan jilatannya. Kocokannya jarinya kini juga semakin cepat. Nafasku semakin menderu dan eranganku sudah tidak karuan. “Aaaaaaaahhhhh, Diiii...” kurasakan tubuhku mengejang sementara memekku banjir cairan kenikmatan yang langsung dengan sigap dijilati oleh Andre.

“Sekarang waktunya adek gue yang lu puasin, Nis.” Andi kemudian melepas celananya kemudian langsung menancapkan kontolnya ke memekku. Kontol Andi ini sama besarnya dengan kontol Ayah Andre dan preman itu, hanya saja kontol Andi ini lebih panjang sehingga mentok di memekku.

“Aaaaaaahhhh.....” Andi menutup mulutku saat dia lihat Andre mulai pindah posisi tidur. Sekarang dia menghadap kami.

Andi kini mulai menggenjot memekku saaat ia sudah memastikan Andre masih terlelap. “Hhnnggghh...” aku yang keenakan berusaha dengan keras menahan eranganku agar tidak membangunkan Andre.

“Hhmmm... Aahhh... Mendesahlah, Nis. Mendesah sepuas lu. Dia gak akan bangun. Andre sudah gue beri minum yang bercampur obat tidur.”

“Aaahhh... aahhh... Yaah... Diii....” aku kembali mendesah setelah Andi berbicara seperti itu.

“Yaah, Nis. Mendesahlah. Lu makin seksi kalo lagi kayak gitu.”

“Mmmmhhh.... Dii... Enaaakk... Ahh... Kontolmu gede.. Ahhh...”

“Aahh... memekmu peret, Nis.”

“Hmmm... Iya, Di.. Entotin aku sepuas kamu, Di...”

“Iyaah, Lonte. Gue bakal entotin lu.” Kali ini goyangan Andi semakin cepat dan dibuat berputar sehingga makin mengocok memekku.

Aku makin berteriak-teriak keenakan karna ulah Andi yang sedang memasang senyum mesum sambil terus menggenjot memekku.

“Lonte lu, Nis. Di entot sepupu cowok lu di samping dia.”

“Aahhh, Dii. Iyaa... Gue lonteee...”

“Bagus. Kalo gitu lain kali kita main lagi disamping cowok lu ya?” Andi kini makin mempercepat goyangannya.

“Aahhh... Iyaa, Diii...” aku yang sudah bernafsu mengiyakan apa saja permintaan Andi asal aku segera mendapat puncak kenikmatan.

“Nice. You’re my bitch.” Goyangan Andre makin dipercepat dan mulutnya kini mengulum puting susuku sementara tangannya meremas dan memainkan puting susuku yang lain.

“Mmmmhhh... Aahhhh... Diii... Aku mauuu...”

“Gilaa... Memek lu jepit kontol gue. Mau keluar ya lu, Lonte?” Andi makin bersemangat menggenjot memekku dan mengobok-obok dengan kontolnya.

“Mmhhh.... Yah.... Aaaaaaaaaahhhhh....” badanku mengejang saat kurasakan memekku kurasakan menyemburkan cairan kenikmatan.

“Bagus, Lonte. Sekarang nungging lu.” Tanpa memberi kesempatan aku beristirahat, Andi menyuruhku menungging dan langsung menggenjot kontolnya yang sedari tadi masih tertanam di dalam memekku.

“Aaahhh... sakit, Dii.. Ahhh...”

“Bodo amat... Hhgghhh... Memek lontee...” Andi kini menyodok memekku dengan ritme pelan-cepat sehingga nafsuku kembali naik.

“Aahhh... Enaaak, Diii....” aku kini kembali menikmati permainan Andi.

“Bagus Lonte. Sange lagi lu ya.” Andi kini menyodok memekku sambil meremasi toketku yang menggantung. “Mmmhhh....” Sodokan Andi kini terasa kian cepat menggaruk setiap inchi memekku tanpa satupun terlewat.

Sepuluh menit dalam posisi ini kurasakan memekku kembali berkedut. Andi yang merasakan memekku yang semakin menjepit justru malah menelusupkan kepalanya melalui ketiakku dan menyusu di toketku. “Aaahhh... Diii....” aku kembali mengerang keenakan saat Andi memainkan putingku.

“Diii... Akuu... ke... luar...” tubuhku kembali mengejang tepat saat Andi menggigit puting kananku.

“Haha. Lonte lu. Segini aja udah keluar dua kali lu.” Andi kemudian merebahkan tubuhku kembali tanpa mengeluarkan kontolnya.

“Sekarang giliran gue yang dapet kenikmatan, Lonte. Enak aja lu, lu doang yang kelonjotan.” Andi kembali menggoyangkan pinggulnya.

“Mmmhhh... Ahhh... Memeeek lonte emang enaak...” Andi kini menyodok memekku dengan kasar sehingga membuatku kesakitan. “Aahhh... Sakiit...”

“Aaahhhh.... aaahhhh....” tangan Andi tidak tinggal diam. Kini ia meremas kedua toketku sambil sesekali memainkan putingku.

“Mmmmhhh... Enaaak, Dii.. Entot aku.. Kasari aku, Dii...” kurasakan memekku kembali terbiasa menerima kontol besar Andi.

Mendengar ucapanku Andi semakin semangat menggenjotku. Gerakannya kini dibuat sesekali memutar lalu menyodok kembali memekku hingga mentok. Tangannya juga meremasi toketku dengan kasar. Sesekali ia menjepit putingku dengan jempol dan telunjuknya.

“Aaahhh... aaahhhh.... aahhh... Lonte emang suka... dikasari...” sodokan Andi kini kurasa semakin cepat. Memekku juga semakin berkedut kembali. “Aaahhh... Diii... Aku... mau lagii...”

“Bareng, Niiis... Aaaaahhhhh....” kami mencapai kenikmatan berbarengan ditandai dengan kontol Andi yang menancap dalam di memekku. Kami memuncratkan cairan kenikmatan masing-masing dalam keadaan saling berpelukan. Sejenak kami larut dalam diam, meresapi kenikmatan kami masing-masing.

“Enak, Nis?” Andi kembali membuka suara sambil melepaskan kontolnya dari memekku.

“Iya, Di. Thanks ya.”

“Its okay. Yaudah. Mau gue anter balik ke kamar Daffa? Sekalian lu mandi di kamar mandi si Daffa aja. Kamar mandi gue krannya mati.”

“Boleh.” Andi lalu membopongku menuju kamar Daffa. Sesampainya disana, aku langsung menuju kamar mandi. “Eh, Nis, minuman lu tadi ngga lu minum?”

“Minuman apa?” aku menyahut pertanyaan Andi dari dalam kamar mandi.

“Yang gue buatin tadi. Minuman di meja.”

“Oh iya, lupa.” Aku lalu melanjutkan mandiku dan saat keluar kulihat minuman di meja sudah tidak ada. Aku pun menuju ke bawah untuk mengambil minum.

“Eh, Yang? Udah bangun?” Aku kaget saat melihat Andre sudah ada di depanku.

————————————-

(Andi)

Aku membopong Nisa ke kamar Daffa. Selagi dia mandi, aku kembali ke kamarku dan mengambil baju Nisa yang masih berserakan dikamar. Ku lihat Andre masih tertidur pulas tetapi dengan kali ini sudah berganti posisi telentang.

Aku kemudian kembali ke kamar Daffa dengan membawa baju Nisa dan sempat terheran mengapa gelas minuman Nisa di meja masih utuh.

“Eh, Nis, minuman lu tadi ngga lu minum?”

“Minuman apa?” ku dengar sahutan Anisa di sela-sela suara shower air.

“Yang gue buatin tadi. Minuman di meja.”

“Oh iya, lupa.” Dasar lonte. Tanpa obat terangsang aja udah kelonjotan kayak gitu. Beruntung banget si Andre. “Bodo, ah. Yang penting gue udah nyicip badan montok si Nisa.” begitu pikirku sambil kembali menuju ke bawah membawa gelas minuman Nisa. Setelah minum air, aku kembali ke kamar dan tidur di samping Andre.

“Tidur dulu lah sekarang. Nanti mikir lagi gimana caranya biar next time bisa ngegarap lagi si montok itu.” batinku sambil memejamkan mata dan terlelap.

—————————————-

(Andre)

Aku terbangun saat kulihat didepan mataku Andi sedang menyusu pada Nisa dalam posisi berdiri, sementara tangan Andi sudah mengocok memek Nisa.

“Sialan Andi. Ikutan juga ngembat cewe gue.” tapi entah kenapa, lagi-lagi aku tidak bisa marah dan menghentikan perbuatan mereka. Aku justru penasaran dengan tingkah liar Nisa apalagi yang dilakukannya setelah dia ngentot dengan preman dan Ayahku sendiri.

Aku tidak habis fikir, Anisa bisa semurahan ini. Bukan wajah terpaksa yang aku lihat sekarang tapi justru wajah kenikmatan. Di tengah kenikmatan yang dirasakan Nisa, kulihat Andi lalu menggendong Nisa dan ternyata di tidurkan di sebelahku. Dalam posisi membelakangi mereka, aku mendengar desahan dan erangan kenikmatan Nisa.

“Aaaaaaahhhh.....” aku membalikkan tubuhku tepat ketika mendengar teriakan Nisa yang sepertinya di bungkam mulutnya oleh Andi. Aku pun meneruskan berpura-pura tidur karena masih penasaran dengan kenekatan mereka berdua.

Aku tidak habis fikir ketika kulihat Andi kembali menggenjot Nisa sementara Nisa hanya mendesah keenakan dientot oleh sepupu terdekatku. “Gila. Mereka malah lanjut main lagi.” ucapku dalam hati. Batinku sebenarnya tidak terima melihat ini tapi entah kenapa ada dorongan didalam tubuhku untuk tetap bertahan pura-pura tidur dan ikut menikmati permainan mereka.

Diantara mata terpejamku, yang sesekali mengintip kegiatan mereka. Aku mendengar Nisa mengerang panjang dan badannya mengejang sebanyak tiga kali. “Gila. Bagaimana bisa Andi ngebuat Nisa sampai klimaks tiga kali.” batinku.

Aku baru bangun dan beranjak ketika ku rasakan Andi sudah tertidur lelap di sebelahku. Aku kemudian menuju kamar Daffa untuk mengecek Anisa yang ternyata tidak ada di dalam. Aku kemudian turun kebawah untuk mencarinya dan kudapati dia sedang minum air mineral.

“Eh, Yang? Udah bangun?” Nisa terlihat kaget saat mengetahui aku sudah berada di belakangnya.

“Iya, Yang. Kangen kamu nih.” Aku kemudian mencium bibir Nisa. Berharap dia akan melayaniku seperti dia melayani Andi.

“Mmhh... Yang...” Aku melepaskan ciumanku ketika kurasakan penolakan dari Nisa.

“Kenapa, Yang?” tanyaku heran.

“Aku capek. Maaf ya. Lain kali aja.” Nisa lalu meninggalkanku yang masih berdiri mematung.

“Brengsek. Lu ternyata emang lonte, Nis. Liat aja pembalasan gue.” Sungguh, aku sakit hati melihat perlakuan Anisa yang menolakku. Sementara dengan tiga orang pria lainnya dia justru keenakan.

Aku lalu mengambil minum dan duduk di depan ruang TV sambil memikirkan bagaimana caranya mengerjai pacarku yang kelakuannya sudah mirip dengan pelacur.
 
Terakhir diubah:
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd