Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Sekarang Sedang Jatuh Cinta (Side story 10)

Karena yusa sedang bahagia abis bertemu della semalam. Jadi nanti malam bakal update :)
 
Part 3: dan menjadi tiga orang teman.

Saktia membuka kancing celana jeansku, menurunkan retsletingnya dan memasukan tangannya kedalam celanaku. Saktia mengusap-usap penisku yg masih berada dibalik celana dalam, adik kecilku perlahan-lahan tumbuh dewasa yg membuat celana dalamku sesak.

26948617b47c0c6eff92bf2377dcfc2f49d055b1.jpg


"sssshh...."
"wait wait!! Apa-apaan sih Sak. Lo ngapain? Sadar Sak!" aku kebingungan akan serangan dadakan dari Saktia ini.
"lo mau rileks kan? Gw bakal bantu lo buat rileks. Ini bagian pelajaran dari gw." Saktia mengeluarkan penisku dari sangkarnya, ia tersenyum melihat penisku yg sudah menegang. Ia mengusap-usap kepala penisku perlahan sambil tersenyum padaku.
"oouuuhhh... Ahhhh... TUNGGU DULU SAK!"
"Gak! Gak! Lepasin dulu tangan lu dari titit gw, gw gak bisa mikir rasional kalo otak gw pindah ke selangkangan gini!" gw berusaha melepaskan tangan Saktia dari penis gw.
"lo gak mau?" Saktia terkejut melihat penolakanku. Saktia melepaskan tangannya dari penisku.
"gw gak munafik, siapa yg gak mau... Apa ini istilahnya? Dicoliin sama lo. Tapi kalo tiba-tiba gini siapa yg gak takut!" aku tetap mencoba meluruskan ini semua.
"sebenernya tadi di grup kampus gw ada yg ngirimin video skandal junior gw. Awalnya gw kepo, trus gw nonton sampe abis. Trus gak tau kenapa ini gw jadi gatel daritadi. Mana gw pake celana hotpants sempit, trus lo berhenti mendadak terus. Trus gw harus berkali kali megang tangan lo buat ngajarin, ini gw makin gatel!" jelas Saktia panjang lebar sambil memandangi penisku yg masih tegang menjulang. Bagaimana tidak, Saktia menjelaskan itu semua sambil membuka tanktop dan celana jeans pendeknya. Saat ini Saktia hanya dibalut oleh pakaian dalam berenda dengan warna abu abu senada.
"oke gw paham, jadi lu mau minta gw buat bantuin ilangin gatel di... Itu lu? Gw gak akan bantu." tolakku. meski sejujurnya aku sama sekali tidak ingin menolak, tapi aku masih memikirkan persahabatanku dengannya.
"please... Bantuin gw, gw gak tau lagi gimana cara ilanginnya. Gw gak punya pacar dan gw gak mungkin sembarangan minta orang buat bantuin gw kan? Lo satu-satunya cowok yg gw kenal dan gw percaya buat ini." Saktia memohon padaku dengan wajah memelas.
"gak bisa gitu Sak, logika darimana itu. Jujur gw juga udah mulai sange gara-gara lo tiba-tiba mau nyoliin gw gini. Tapi bukan tandanya kita tiba-tiba begini, Della juga pasti udah nungguin kita." aku menghela nafas untuk meredakan emosi dan nafsuku. Hal seperti ini mengejutkan sekali buatku.
"gw udah bilang Della kok kalo lu bakal lama belajarnya. Kyaknya dia juga masih lama disana. Gimana? Tenang kita bisa lama-lama disini. Yuk langsung" jawab Saktia dengan senyum cengengesan sambil tangannya kembali memegang penisku yg mulai menyusut. Dikocoknya perlahan penisku itu.
"lagipula, lo pikir belajar mobil sama gw gratis? Lo harus bayar, ssshh... Dengan titit lu ini." Saktia mulai mengocok penis ku yg sudah kembali menegang dengan konstan.
"ouuuhhh... Sak... Oke gw nyerah. Anggap aja ini bayaran buat ssshhh... Buat latihan hari ini." aku mulai menikmati kocokan Saktia pada batang penisku.

Saktia kini mengocok, mengusap dan mengurut batang penisku dengan tempo sedang. Telapak tangannya lembut, cukup lebar, panjang dan lentik. Kocokan Saktia sedikit kaku, tapi nikmat. Sepertinya Saktia memiliki bakat natural untuk memanjakan penis dengan tangannya itu. Saktia menghentikan permainannya di penisku saat wajah kami perlahan mulai saling mendekat. Saktia memandangi mataku dengan tatapan sayu yg membuatku semakin semangat untuk mempertemukan kedua bibir kami. Kami berdua memejamkan mata dan mulai berciuman.
Ciuman kami begitu lembut. Bibir Saktia begitu manis, lebar, bagian atasnya yg tipis dan bagian bawahnya yg sedikit tebal begitu terasa di bibirku. Kami berciuman cukup lama hingga akhirnya kami berhenti untuk mengambil nafas.


"mpphh... Bibir lu hangat." Saktia berbicara sambil menundukkan kepalanya, perlahan pipinya merona memerah.
"bibir lu manis." balasku memujinya.
"ngomong-ngomong ini ciuman pertama gw loh." rona wajah Saktia semakin memerah.
"really? Maaf gw udah ngambil itu sembarangan." aku merasa bersalah setelah mendengar itu dari Saktia.
"kalo lu yg ngambil, gapapa."
"serius? Makasih udah mempercayakan first kiss lu ke gw."
"mau lagi..."
"duduk sini dong. Biar gampang." Saktia berpindah ke pangkuanku.

Aku mendekap tubuh Saktia yg hampir telanjang ini, tanganku mengusap punggung dan rambut Saktia dari belakang. Tangan kananku menarik kepala Saktia untuk kembali mendekat ke wajahku. Kami berdua kembali berciuman. Ciuman kami memanas.
"mmpphhhhh....." desahan Saktia tertahan saat lidahku mulai memasuki mulutnya.

Lidahku mengabsen giginya, menggelitik langit-langit mulutnya, dan membelit lidahnya. Lidah Saktia tak mau kalah denganku, meski terbilang kaku tapi Saktia mengikuti instingnya untuk saling memainkan lidah kami berdua. Saliva kami bercampur menjadi satu akibat permainan kami. Kutekan kepala Saktia untuk semakin menikmati ciuman kami, ku lumat bibir Saktia yg manis itu, ku hisap lidahnya. Saktia tidak mau kalah dengan permainanku, semakin dalam Saktia melumat bibirku dan semakin gencar kami mengadu lidah. Liur kami belepotan keluar dari sela-sela bibir kami yg beradu dengan liarnya. Cukup lama kami berciuman hingga terbentuk benang saliva akibat ganasnya ciuman kami.


"mpph aahh... Hhhh hhhh sampe belepotan hehe." Saktia mengelap liurnya dengan punggung tangan. Saktia kembali ingin berciuman tetapi tidak ku balas. Mulutku kini mengincar telinganya, ku jilati daun telinganya perlahan hingga ia kegelian.


"nnggghhh Saaa..." Saktia merem melek menikmati gigitan gigitan kecil pada telinganya.

Kini lidahku menyusuri sisi wajahnya, ku sapu lembut dari telinga dan turun perlahan hingga ke samping lehernya yg jenjang. Ku jilati lehernya yg membuatnya mendesah keenakan. Ku gigiti perlahan lehernya hingga Saktia menengadah keatas, memberikan ku ruang agar lebih leluasa menikmati lehernya. Tangan kananku mengelus lembut punggungnya sedangkan tangan kiri perlahan menyusup masuk ke celana dalam Saktia, ku remas perlahan pantatnya yg sekal sambil tetap menjilati permukaan lehernya.


"Ahhhhnnhhh Yusaaaa...." desahan Saktia kembali bergema. Saktia menikmati setiap sentuhan yg kuberikan di leher, punggung dan pantatnya.


Kubuka branya dan kulempar ke belakang, kini tangan kananku mengelus payudara kirinya. Ku sentuh ujung putingnya tiba-tiba yg membuatnya menggelinjang.


"Yusaaaa.... Yusa nakaalll." lenguh Saktia saat aku meremas payudara kanannya dengan lembut. Saktia memandangku dengan wajah yg manja, aku tidak menyangka Saktia akan menjadi begitu manja dan menggoda ketika sedang tersngsang. Sisi lain dari Saktia yg manja yg tidak pernah aku lihat di panggung.


Kuubah posisi Saktia menjadi memunggungiku. Kini aku meremas payudaranya dari belakang, kedua tanganku meremas payudara Saktia dan lidahku menggelitiki belakang telinganya. Saktia menggeliat keenakan, kedua tangannya memegangi tanganku agar aku meremasnya makin kuat. Tangan kananku memilin puting kanannya sedangkan tangan kiriku meremas payudara kirinya dari bawah ke atas. Tanganku meremas payudaranya dan memilin putingnya bergantian.


"Oouuuhhhh Yusaaaa. Geliiii enaaaak... Ouuuuh Terus Yusaaaaa...." Saktia meracau tak karuan menikmati permainanku di payudaranyanya itu. Tangannya tak tinggal diam, ia mencari-cari penisku dan kemudian memijatnya.
"Saktia, gw mau nenen." bisikku di telinga Saktia sambil sedikit meniupnya.
"hnnnhhh Iyaaahh Yusaa kalo mau nenen Saktiaaah, siniihhh." Saktia berpindah posisi dan kini berada di bawahku.

Kami berdua melucuti pakaian kami yg tersisa dan melemparnya ke bangku belakang. Aku kembali meremas payudara Saktia yg berukuran sedang itu. Perlahan-lahan kuhisap putingnya yg kecil itu. Kujilati puting pink kecoklatan yg sudah menegang itu didalam mulutku.


"Yusaaa ouuuuhhhh..."
"Teruuuss....."
"mmppphhhh Yusaaaa..."
Saktia mendesah tak karuan oleh permainan lidahku yg menggelitiki ujung putingnya kanannya. Ku jilati memutar areolanya. Aku bermain di putingnya bergantian.
"Janganhh diemut terusss. Gak bakal keluaarhhh Hahaha" Saktia tertawa kecil disela desahannya ketika aku mengemuti putingnya seperti anak bayi sedang menyusui. Kedua tanganku tak hentinya meremas kedua payudara Saktia.
"Yusaaaaaaaa...... Ahhnnnhhhhhhhh..... Ahhhhh........ Keluaaarrrghhhhhh..... Ooooohhhhh........ " Saktia menjerit panjang ketika puting kirinya ku gigit dan puting kirinya ku cubit bersamaan. Pinggul Saktia mengejang-ngejang. Cairan vaginanya menyemprot ke dashboard, kaca dan menetes ke joknya. Nafas Saktia tersengal sengal menikmati orgasme pertamanya. Saktia merebahkan diri di jok mobil sambil mengatur nafasnya. Saktia tersenyum sambil mengatur nafasnya yg ngos-ngosan.


"Yusa nakal hhhh... Saktia keluar duluan nnhhh..." Saktia tersenyum padaku, menyuruhku mendekat dan kemudian mencium bibirku lembut. Kami kembali berciuman sesaat. Aku mengocok penisku sendiri agar tetap dalam posisi siap.
"Yusa mau ngapain??? Pelan-pelan..." Saktia memandangiku yg sedang mengusap penisku di permukaan vaginanya. Ku basahi penisku dengan cairan vaginanya dan perlahan menerobos masuk.


Sempit sekali...

Vagina Saktia begitu sempit dan hangat. Penisku seperti digigit oleh dinding-dindingnya.


"hnnnhhh..." Saktia melenguh saat aku mendorong masuk penisku perlahan. Kudorong masuk penisku semakin dalam sampai aku merasa penisku seperti menyentuh sesuatu.
"Sak?" aku tidak percaya dengan ini.
Yusa..." Saktia memanggil ku pelan, "tunggu..."
"aku..." Saktia menghentikan kata-katanya.
"apa?"
"aku... Aku..." Saktia sedikit tertahan.
"jangan bilang...
Lo belom pernah."
"iya belom..." Saktia memalingkan wajahnya dariku.
"trus gimana? Gw gak mau sembarangan merawanin anak orang. Gila kali" kataku yg menarik penisku perlahan.
"Aaaaahhhhhh jangan digerakin sa!" Saktia kembali melenguh ketika aku menarik penisku.
"Tapi sak, gw gak bisa..." Aku bimbang. Tidak mungkin aku memerawani salah satu temannya sahabatku. Bahkan Saktia adalah sahabatnya sahabatku.
"kalo kamu gapapa." Saktia tersenyum meyakinkanku.
"ini beda dengan ciuman pertama Sak. Harusnya gak segampang itu." aku kebingungan. Apalagi karena vagina Saktia yg amat menggigit penisku. Rasanya aku ingin cepat cepat menggenjotnya saat ini, tapi tidak bisa.
"gapapa, karena itu kamu." Saktia memastikan ku.
"Sak..."
"gapapa Sa. Tolong ambil punya aku."
"Sak gak bisa."
"Yusa, gapapa." Saktia menarik kepalaku dan kembali mencium bibirku. Meyakinkanku untuk mengambil hal yg paling berharga bagi seorang wanita.
"Tahan ya Sak." aku mendorong kembali penisku kedalam vagina Saktia.
"ngghhh Yusaaa... Pelan-pelan" Saktia meremas pahaku dan mencakar punggungku.
"aku dorong ya Sak..." kudorong penisku hingga menyentuh selaput daranya. Aku berhenti sejenak sebelum aku benar-benar mengambil keperawanan Saktia.
"Yusa..."
"YUSAAAAA!!!!!!!!!!!" Saktia berteriak kesakitan saat aku menerobos selaput daranya.

Aku telah mengambil keperawanan Saktia.

"Yusa... Sakit... " air mata mengalir dari tepi mata Saktia.

"Tahan sebentar ya Sak, abis ini enak kok"
Kurasakan penisku menyeruak masuk kedalam lubang vagina Saktia, dapat kurasakan dinding dinding dalam vagina Saktia menjepit ku dengan erat dan menyedot batang penisku untuk masuk lebih dalam.

"Memek lu enak Sak sempit banget... "
Saktia tak menjawab, dia menggigit bibirnya menahan perih, air matanya mulai membanjiri pipinya. Sedikit kasihan, aku membiarkan penisku terbenam tanpa menggerakkannya. Ku dekatkan wajahku kemudian ku kecup bibir Saktia lembut.

"maaf ya..." ucapku pelan
Saktia menatapku sambil tersenyum, ia tampak lebih tenang sekarang
"Pelan pelan" ujarnya kemudian.
Aku mengangguk, menarik pinggulku perlahan kemudian mendorongnya kembali.

"Ahnnnhh....." desah Saktia.
Kupompa perlahan vagina Saktia, membiarkannya terbiasa dengan vaginanya yg pertama kalinya di masuki oleh penis.

"Gue genjot ya Sak, kalo sakit bilang" Saktia menjulurkan kedua tangannya keatas. Tentu aku menyambutnya, dan memeluknya, aku tau Saktia ingin senyaman mungkin untuk pengalaman pertamanya.
Aku dengan sabar menggenjot vaginanya dengan tempo lambat. Desahan demi desahan keluar dari mulut Saktia, dengan penisku aku terus menggaruk-garuk dinding vaginanya yang sempit.

"Gimana?" tanyaku pada Saktia.
"Enak... cepetin sa" jawabnya malu-malu.
"oke."

Aku menuruti permintaan Saktia, ku genjot vagina Saktia dengan kecepatan sedang.
Tubuhnya mulai mengikuti dorongan yang kuberikan. Naik dan turun seirama dengan payudaranya yang ikut bergoyang. Penisku bagai diurut oleh vagina Saktia, mungkin karena belum pernah dimasuki batang penis sebelumnya hingga jepitannya masih terasa begitu kuat. Dinding dinding vaginanya memeluk erat batang penisku. Seperti memaksa untuk terus menghujamkan penisku didalamnya.

"Hnnnghhh... Yusa kok aku kyak mau pipis ya?" ujar Saktia tiba-tiba.
Aku mencengkeram kedua pahanya sehingga penisku masuk lebih dalam lagi, kemudian ku genjot sekuat tenaga lubang vagina Saktia. Tubuhnya semakin berguncang tak karuan akibat goyangan pinggul kami. Kepalanya menggeleng kesana kemari. Pasti rasa gatal dalam vaginanya sedang terpusat, ku garuk terus rasa gatalnya dengan penisku.

"Ahhnnn... keluar sa mmhhhh... hhhaaahhh" lenguh Saktia panjang.
Aku membenamkan penisku dalam-dalam demi menikmati kedutan vagina Saktia yang tengah mengalamai orgasme. Tubuh Saktia bergetar seperti orgasme pertamanya tadi.
"Aku keluar lagi..." Saktia memasang wajah sebal yg dibuat-buat, manis juga dia.
"enak kan Sak..." jawab ku bangga.
"Yusa... Saktia gak enak ya?" Tanya Saktia padaku.
"enak banget Sak... Kok kamu nanya gitu?"
"abis kamu belom keluar, Saktia udah 2 kali" balasnya dengan wajah malu."
Aku kembali menggerakkan penisku yang masih tertanam dalam vaginanya, Saktia melenguh kembali.
"karena kamu enak, makanya aku gak mau keluar cepet-cepet."
"lanjut lagi dong? " tanya Saktia yg hanya kubalas dengan senyum menyeringai.


Langsung ku pompa penisku dengan kecepatan sedang. Saktia tampak kesakitan, mungkin karena vaginanya masih sensitif. Tapi aku tak mau menunggu. Ku bantu Saktia untuk bangkit dan duduk dipangkuanku. Penisku semakin menyeruak masuk didalam vagina Saktia.


"Hnnnhh... Enak sa..." ujar Saktia matanya menutup meresapi penetrasi penisku yang menusuk semakin dalam.
Aku merangkulnya dan menggenjot penisku dari bawah membuat tubuh Saktia memantul naik turun memberi kenikmatan yang luar biasa.


"Memek lu enak banget Sak, pengen gw genjot terus" kataku memancing .
Mendengar kata-kataku yg vulgar membuat Saktia mulai ikut menggoyangkan pinggulnya, mengarahkan batang penisku untuk menggaruk titik sensitif dalam vaginanya. Tindakannya itu membuat vaginanya menjepit penisku semakin erat, kalau aku tak konsentrasi aku bisa langsung keluar.


"Hmmm... Kamu pinter juga mainnya." pujiku pada Saktia.
"nnngghhh Aku cuma ngikutin kamu aja" jawab Saktia sambil terus mendesah.
"goyang terus Sak"
"hnnnhhhh.... Enak sa?"
"enak. Terus Sak..."
"mhhhhmhhh kita bisa belajar terus biar oouuhhh... Biar lebih enak."
Goyangannya semakin tak beraturan, kadang naik turun kadang diselingi gerakan mengulek. Membuat penisku semakin tidak karuan. Karena itu aku menghisap puting Saktia yang sedari tadi bergoyang goyang didepan mataku.

"Nhhh... geli" racau Saktia saat aku menghisap putingnya, ia semakin tak karuan menerima rangsangan pada sekitaran payudaranya.
Aku terus menyedotnya kuat-kuat, menghisap dan sesekali menggelitiki putingnya dengan lidahku. Saktia semakin acak-acakan, keringat mulai mengucur membasahi tubuhnya yg sexy.

"Yusa.... Aku mau pipis lagi... ummhhh" ujar Saktia tanpa menghentikan goyangannya.
Mendengar itu aku kembali menghajar vagina Saktia makin kuat. Saktia sama sekali tak melepaskan pelukannya. Tubuh kami menempel tanpa jarak, kulit kami saling bergesekan seirama goyangan pinggul kami berdua.
Rasa gatal pada penisku akhirnya datang juga, kurasakan kepala penisku semakin menggembung bersiap untuk meledakkan isinya.

"Sak bareng ya... Aku dikit lagi keluar" ujarku memberitahu Saktia.

Saktia mengangguk, aku mempercepat pompaan penisku, kuhentakkan dalam-dalam agar rasa gatal itu semakin menjadi-jadi.
Saktia semakin menggila, desahannya mungkin dapat terdengar dari luar, mobil ini bergoyang-goyang semakin kuat. Entah apa yg terjadi bila ada orang lewat yg melihat kami. Saat ini yg kami pedulikan hanyalah kepuasan masing-masing, tubuh bawahnya mengikuti gerakan memompaku.
Rasa gatal itu sudah sampai diujung, aku berniat menyemprot diluar. Saktia terus menggoyangkan pinggulnya untuk orgasme ketiganya. Kucabut penisku dan kuputar tubuh Saktia menjadi dibawahku saat aku merasa spermaku akan keluar.

"YUSAAA!!!!!!!!!!!! MMMMMHHH..........." Saktia mendesah panjang ketika orgasmenya datang saat aku mencabut penisku tiba-tiba.


Ku kocok penisku dengan cepat dan ku arahkan ke wajah manis khas sumatranya itu. Saktia masih tersengal-sengal menikmati orgasmenya, matanya terpejam menikmati badai orgasmenya yg ketiga. Perutnya naik turun dan lagi-lagi jok mobilnya dibasahi oleh caira vaginanya.
Penisku sudah semakin diujung tanduk untuk mengeluarkan isinya. Ku kocok semakin cepat didepan wajah Saktia yg masih dalam keadaan tiduran itu.
"Sak sebentar lagi sak ooohhhh...." Saktia yg mengerti mengambil alih kocokan pada penisku, mengocoknya dengan cepat dan mengecup ujung kepala penisku.

Crooot...
Croott...
Croooot....
Croot...

Lembutnya kecupan Saktia di kepala penisku membuat pertahananku jebol. Penisku menembak dengan kuat dan brutal, tembakannya mengenai rambut, kelopak mata, hidung dan membajiri wajahnya. Saktia memejamkan mata saat orgasmeku tiba dan kini wajahnya dipenuhi oleh spermaku.

"Yusa nakal, muka aku jadi blepotan sperma kamu nih..." kata Saktia sambil lidahnya menjilati sperma yg mengalir ke bibirnya.
"hehe abis kamu enak banget dan waktu liat muka kamu yg napsuin minta dipejuin" balas ku yg kembali duduk di kursi pengemudi untuk menikmati sisa sisa orgasmeku.
"oohhh gini rasanya ya... Enak juga hhhh..." Saktia mengambil tissue dan mengelap sisa pertempuran kami.

Kami beristirahat sebentar untuk mengatur nafas kami sebelum akhirnya kami memakai kembali pakaian kami. Aku membuka kaca dan pintu mobil ini agar hawa persetubuhan kami keluar dan tidak mengendap di mobil. Saktia menyemprotkan minyak wanginya agar bau tubuh kami hilang.

"Yusa, makasih ya." Saktia menggenggam tanganku dan mencium pipiku.
"harusnya aku yg makasih sama kamu karena kamu percaya sama aku sebesar ini dan menyerahkan dirimu seutuhnya ke aku." aku mencium tangan Saktia lembut.
"karena..." Saktia menghentikan kata-katanya. Wajahnya kembali memerah.
"kenapa Sak?"
"karena aku sebenernya udah lama suka sama kamu." Saktia memalingkan wajahnya dan menatap keluar.
"jangan becanda Sak, lagi kyak gini masih sempet-sempetnya lo hahaha" aku yg sempat terkejut tertawa karena menganggap ini akal-akalan Saktia.
"karena lu selalu menjadi diri lu, dimanapun dan kapanpun. Lu rasional, sifat lu yg cuek tapi diam-diam merhatiin itu yg buat gw jatuh cinta sama lu. Lu selalu peduli pada siapapun, dan sifat lu yg lembut itu buat gw luluh" tambah Saktia.
"Sak, lu serius..." Aku kebingungan. Setelah tiba-tiba mau mengajariku mengendarai mobil, mengelus penisku, memberikanku pengalaman pertamanya, dan kini dia menyatakan perasaannya padaku. Kalau bisa, mungkin kepala ku sudah pecah karena pikiran yg campur aduk.
"Sak, maaf. Mungkin aku adalah orang yg paling kurang ajar, setelah seenaknya ngambil perawan mu. Sekarang aku ngerasa harus menolakmu." aku menarik bahu Saktia untuk melihatku.
"aku udah suka sama orang lain. Aku gak bisa berhenti suka sama dia saat ini."
"gw tau, lu dari dulu suka sama Della kan. Keliatan kok." balas Saktia kembali.
"gak, mungkin gw dulu pernah suka sama della, tapi sekarang gak. Gw sayang sama gaby, oshi gw. Itu yg saat ini gw rasakan."
"jangan munafik, karena gw bisa ngerasain itu, perhatian lu ke Della itu bukan sekedar teman dari kecil. Lu sayang sama Della, tapi lu terlalu takut dengan keadaan."
"Sak, gw sendiri bingung dengan perasaan gw yg sebenarnya, tetapi yg pasti. Belum ada tempat buat lu masuk ke hati gw. Maaf" aku kembali memegang kedua tangan Saktia untuk meyakinkannya.
Saktia yg masih menunduk tidak ingin menatapku, terdiam. Ia terus memandang kebawah, genggamannya melemah. Tubuhnya berguncang pelan.

"Sak..."
"Sak..."
"nangis?" pikirku dalam hati.


Saktia masih terdiam ketika aku memanggil namanya dan berusaha menenangkannya.
"HAHAHAHAHAHA GAK NYANGKA GW KALO LO BAKAL KENA!!" Saktia tertawa kencang sekali. Aku bengong melihat dia tiba-tiba tertawa.
"HAHAHAHAHAHA GILA GILA, gak nyangka gw kalo lu emang sebaik itu hahaha" Saktia terpingkal-pingkal melihat ku yg memasang wajah bodoh ini.
"maaf, gak ada tempat di hati gw buat lo, HAHAHAHAHA" Saktia menirukan perkataanku.
"bener-bener lo, gw kira lo serius tadi. Sialan hahaha" balas ku ikut tertawa.
"emang deh kalo urusan ngelawak dan ngerjain orang, lo paling jago hahaha."
"yaudah yuk pulang, kasian tuh kesayangan lo nungguin di mall sendirian." kata Saktia saat melihat hpnya yg menunjukan pukul 21:49. Banyak notification dan missed call dari Della.
"iya ayo, mallnya udah mau tutup Della masih disana nunggu kita." aku mengambil kunci mobil dan menyalakannya. Ku pacu mobil Saktia untuk menjemput Della di mall.
"bener Sak gw lebih rileks setelah tadi. Emang deh guru gw terbaik, Saktia-sensei!" hormatku pada Saktia lalu kemudian kembali menyetir.
"ini bukan karena rileks, ini karena Della" balas Saktia yg sedang melihat keluar jendela.

Sudah pasti bisa bertemu denganmu suatu hari disuatu tempat~
Percayalah pada kekuatan takdir yg menyatukan~



Hp ku berbunyi, aku bisa menduga kalau itu telfon dari Della.


“Gak diangkat?” tanya Saktia heran.

“Gak usah, biar pas sampe dia liat kalau gw yg bawa mobilnya.” balasku pada Saktia.


Setelah beberapa menit akhirnya kami sampai ke lobby mall itu dimana Della sedang berdiri disana dengan raut wajah khawatir.


Beep! Beep!


Della menyadari mobil kami telah sampai. Wajahnya yg khawatir berubah menjadi lebih tenang, tetapi wajahnya masih terlihat marah dan siap untuk membunuh kami. Della masuk ke kursi belakang dan kupacu kendaraanku menuju rumah Saktia.


“Dell, liat siapa yg bawa.” aku menyombongkan diri pada Della.

“Ya udah liat.” balasnya singkat.

“Hehe gak sia-sia lo minta tolong Saktia buat ajarin gw, akhirnya mobil gw bisa gw pake deh buat kemana-kemana.” balas ku lagi.

“Baguslah.” balas Della lagi ketus.

“Kenapa sih? Gw bisa salah, gak bisa salah. Gw gak ngerti sama lo.”

“Gapapa. Akhirnya tujuan lu tercapai kan.” balas Della singkat.

“Tujuan gw belajar mobil? Biar gampang kan kalau dibutuhin.” balas ku bingung.

“Kalo gw bisa bawa mobil, gw mau ajak Gaby jalan-jalan. Lo mau bantuin gw kan? Lo lupa pernah bilang gitu?” Della menirukan perkataanku.

Aku baru ingat kalau aku pernah mengatakan hal itu padanya. Sebenarnya itu hanya gurauan yg pernah aku katakan pada Della dan aku katakan pada Gaby juga di handshake. Ternyata respon dari Gaby adalah dia mau nunggu sampai aku bisa membawa mobil. Aku selalu menceritakan apapun pada Della seperti dia menceritakan apapun padaku, jadi sudah pasti cerita di handshake ku dengan Gaby pun pasti aku ceritakan.


“Lo mau bantuin gw? Serius?” tanyaku bersemangat.

“Iya.”

“Thanks Dell, lo emang sahabat terbaik gw. Yaampun sayang banget gw sama lo.” Wajahku berseri-seri. Senang sekali rasanya aku selangkah lebih maju bersama oshiku, apalagi dibantu oleh sahabatnya langsung.

Akhirnya kami bertiga sampai dirumah Saktia, setelah kami membantu Saktia beres-beres mobilnya dan berpamitan dengan keluarganya. Aku mengeluarkan motorku dari rumah Saktia dan bersiap untuk pulang. Tak berselang lama datang sebuah ojek online yg berhenti tepat di depan rumah Saktia.


“Atas nama Della?” tanya supir ojek itu.

“Iya pak.” balas Della singkat dan langsung menaiki motor ojek online itu.

“Loh loh lu gak bareng gw?” tanyaku kebingungan.

“Gak.” jawabnya singkat.

Della pun menyuruh abang ojek online itu untuk jalan. Sebelum pergi abang ojek online itu berhenti disebelahku.

“Mas, ceweknya saya jagain sampai selamat dirumah. Semoga cepet baikan dan masalahnya selesai ya.”

“Dia bukan cewek saya!”

“Dia bukan cowok saya!” jawab kami bersamaan. Ojek online itupun pergi dan meninggalkan kami.


Saktia hanya tertawa kecil melihat insiden yg terjadi didepan rumahnya itu. Dia masuk kedalam rumahnya. Aku yg tinggal sendirian akhirnya memutuskan untuk pulang kerumah karena lelah.

*pov Author*
Saktia berjalan ke kamarnya dan langsung merebahkan diri dikasur. Ia menarik nafas panjang sebelum membuka HPnya dan membuka twit**ter. Mengabari fans-fansnya diluar sana. Kemudian ia memandangi wallpaper HPnya yg merupakan foto 2shootnya dengan Yusa yg diambil dari twit**ter milik Yusa. Dia pernah 2shoot dengan Yusa saat roulette di theater. Air mata Saktia membasahi pipinya.


“Yusa, Becanda ku cuma becanda. Terima kasih telah menemaniku hari ini, karena hanya hari ini aku sepenuhnya bisa menjadi milikmu. Karena bila esok tiba kembali dan kita kembali menjadi tiga orang teman” kata Saktia kemudian terlelap.


Diperjalanan pulang, Della hanya memandang jalanan dan gedung-gedung ibu kota. Malam ini langit amat cerah dipenuhi bintang-bintang dan bulan sabit yg indah. Suasana yg sangat kontras dengan hatinya saat ini.


“Neng kenapa cemberut aja dari tadi?” tanya si supir ojek melihat Della yg murung.

“Gapapa bang” jawab Della singkat.

“Berantem ya sama cowoknya?” tanya supir ojek itu lagi.

“Gak bang, saya gak berantem dan dia bukan cowok saya.”

“Trus kenapa neng murung?”

“Abang pernah gak, udah tau kalau yg abang punya bakal ilang, padahal itu belom ilang?” tanya Della, matanya kini menatap lurus pada bulan sabit dilangit.

“Waduh gak pernah saya neng”

“Nah itu yg saya rasain bang” balas Della lagi, “Saya takut kehilangan apa yg saya takut untuk miliki.”


Indahnya malam yg begitu cerah, dihiasi lampu-lampu jalan, pantulan sinar mobil, gedung gedung pencakar langit yg berkilau, dan bulan sabit yg benderang. Malam ini amat cerah hingga membuat kunang-kunang dan matahari tidak dibutuhkan sinarnya.
 
Terakhir diubah:
Saran aja, hu
Kalo ganti POV, tolong dikasih tahu jangan tiba-tiba ganti gitu
Takutnya yang baca nanti jadi bingung

Alias

Nice update hu
Waduh, merawanin anak orang di mobil?!
Calon kampret baru nih kayaknya :pandaketawa:
 
Kok tiba2 POVnya berubah?
Saran aja, hu
Kalo ganti POV, tolong dikasih tahu jangan tiba-tiba ganti gitu
Takutnya yang baca nanti jadi bingung

Alias

Nice update hu
Waduh, merawanin anak orang di mobil?!
Calon kampret baru nih kayaknya :pandaketawa:
Masih belum terlalu paham soal pergantian POV. Biasanya di tulisan Pov author gitu ya? Next ya, masih pemula masih belajar. Terima kasih banyak suhu :ampun:

Yusa gak kampret kok, tenang aja

Della naik motor mulu makanya congean, ga perform2 kan sekarang!
Senpai jangan ledekin della terus!

Only today ~


Wah, Yusa gak peka :groa:
Sepertinya konsepnya sudah mulai terbaca ya? Hehe
Maaf Yusa setia bukan gak peka.
 
terima kasih buat suhu-suhu yg udah ngingetin soal POV. mulai update berikutnya mungkin akan lebih banyak POV tuhan dibanding POV Yusa.
tapi karena itu, updatenya agak sedikit diundur ya karena harus di edit ulang part 4nya

btw tadi waktu Yusa lagi nyetir vario bobroknya, ada Line masuk yg isinya gini
Saktia

Yusa, latihan mobilnya belom selesai loh, kapan mau latihan? :)
 
Bimabet
Wajib lanjut suhu
Naruh hejak dulu hu, sambil nunggu up
Lanjutkan hu
Ditunggu pelajaran selanjutnya
Mohon maaf ya harus ditunggu sedikit lama, karena sedang sakit saat ini. Tapi karena dari kemarin Saktia ngeshare foto yg gemas. Akan diusahakan meski sedang sakit :)
Wah hebat nih saktia baru diajarin sekali udah lancar...
Saktia emang cepat belajar orangnya meskipun agak sedikit ngaco wkwk
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd