Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Dua hati satu wanita (real story)

Kintazali

Semprot Kecil
Daftar
25 Apr 2024
Post
55
Like diterima
76
Bimabet
Cerbung dengan banyak bumbu

hari ini minggu,
hari kelulusan Fikri, remaja jangkung itu sedang mematut diri nya di kaca di kamarnya. Senyum sumringah terpampang di wajahnya.

Dia merapikan toga nya yang miring, dan mematut dirinya sekali lagi. Barulah ia meninggalkan kamarnya dengan mantap.
"gila anak mama! keren banget yang mau sarjana" perempuan berkebaya pink dan hijab yang senada itu menyambut anak laki laki satu satunya yang tersenyum bangga di pekarangan rumah.

Fikri baru saja menyelesaikan s1 nya, ia mengambil jurusan akuntansi.

Di wisuda ini, ia merasa sangat percaya diri. walaupun tidak cumlaude, nilai nya cukup baik dan menyelesaikan studi s1 nya dengan waktu yang pas. Selain itu, relasi dari ayah nya membawa ia langsung memiliki pekerjaan bahkan sebelum ia menyelesaikan skripsi nya.

ia mendapat pekerjaan di sebuah perkantoran di wilayah jakarta selatan.
Deru mobil mewah di halaman auditorium membawa pandangan orang orang mengarah ke arah mobil fikri dan orang tuanya.

Mereka bertiga turun dan melangkah ke auditorium diikuti tatapan kagum dari orang orang di sekitar. Bagaimana tidak, orang tua fikri khususnya ayah nya merupakan pemilik toko atk terbesar di kota itu dan digadang gadang menjadi orang terkaya di jakarta selatan.

Fikri mendekati teman temannya, sedangkan orang tua nya dipandu untuk menduduki sofa di barisan depan.

acara wisuda hari ini berlangsung lancar, beberapa orang tua dan mahasiswa yang dianggap berpengaruh dipanggil untuk menyampaikan pidato di atas. Lalu acara ditutup dengan ramah tamah.

"fikri! siniii!" panggil mama fikri, fikri yang sedang berkumpul dengan teman temannya izin untuk menghampiri orang tuanya.

didepan orang tua fikri, terdapat 2 pasangan suami istri yang sebaya dan disampingnya ada wanita berambut panjang, tampak menggunakan toga wisuda juga.

"nah, ini fikri anakku" ayah fikri menepuk bahu nya, fikri melemparkan senyuman ke 3 orang didepannya
"fikri, ini kerabat papa, ini Ita, teman kerja mu nanti dikantor"
"oh iya, salam kenal om, salam kenal tante, halo itaa" fikri melempar senyuman ke arah mereka.

"kamu harus akrab loh sama ita, besok kalian di satu departement" ucap mama fikri sambil tersenyum.

Ita, gadis mungil berambut panjang dengan fitur wajah yang kecil. Badannya yang mungil serta wajahnya yang imut menutupi fakta bahwa ita sudah sarjana.
Fikri tersenyum ke arah Ita,mereka saling bertukar pandang sementara kedua orang tua mereka saling berbincang.

Sepulang acara wisuda, fikri merebahkan badannya di kasur empuknya sambil berselancar di sosial media. Rasanya ia ingin rebahan saja sepanjang sisa hari sambil memainkan handphone miliknya.
Tiba tiba, satu denting notifikasi masuk ke salah satu sosial medianya.

'Melita.Ita mulai mengikuti anda'
Fikri sontak terduduk dan menyinggungkan senyum. Yang mengikuti sosmednya adalah ita, anak teman relasi ayahnya yang ia temui siang tadi. Dari awal melihat ita, fikri tak berkedip jika memandang wajahnya, kecantikan ita sangat khas, bukan hanya karena polesan make up.

Fikri pun menjadi lebih semangat ketika mengetahui bahwa Ita akan menjadi rekan kerja nya kelak.

Ia menekan tombol ikuti balik pada halaman profil Ita dan berselancar di foto foto postingannya.

Matanya berbinar, ita memiliki body yang bagus, ia tampak membagikan foto nya saat sedang fitness.

fikri pun tertarik untuk mengenal ita lebih dekat. Ia mengirim pesan kepada ita.
"hai Ita"
"eh haloo fikri"
"hehe 2 minggu lagi kita jadi rekan kerja, kayaknya kita butuh penyesuaian deh"
"hmm penyesuaian gimana?"
"iyaa lusa kita jalan jalan ke kantor yuk?"
"ohh haha boleh juga, sekalian kenalan gitu yaa sama orang orang disana"
"sama aku juga dong kenalannya"
"hahaha! iya iya"
"okedeh lusa kita ketemu di kantor, mmm jam 10 pagi gimana?"
"amann, okee see you fikri!"
fikri tersenyum tipis lalu meregangkan badannya, aktivitasnya seharian tadi cepat membawanya ke alam bawah sadar.
hanya hitungan beberapa detik ia tertidur.

saat ini fikri sedang duduk dikantin kantor, menunggu ita datang. Ia sibuk memainkan handphone nya. Di grub chat whatsapp nya, teman temannya semasa kuliah sedang membagikan dan bercanda tentang kegiatan mereka yaitu mencari kerja. Fikri bersyukur ia memiliki relasi dan dapat langsung bekerja.

Tepukan pelan di bahu fikri membuatnya tersentak dan menoleh ke arah tepukan tersebut.

"hahaha! asik banget sih" ucap Ita dengan senyum jenaka, ia mengambil posisi duduk didepan fikri.

"aduh ngagetin aja sih" fikri terpaku sejenak dengan penampilan ita. Hari itu ia menggunakan rok sepaha dan kemeja yang dimasukkan ke dalam roknya. Body ita yang ideal serta kakinya yang mulus dan putih ditambah riasan tipis di wajahnya membuat fikri menelan ludah.
"kamu udah masuk ke dalam?"
"belum, aku nungguin kamu biar barengan aja"

"cieee mulai gabisa jauh dari aku yaa?"
"hahaha geer! aku malu soalnya hari ini juga kan para calon karyawan lagi wawancara, pasti kantor rame"
"hmm eh tapi kita kan juga karyawan"
"iya, karyawan jalur vip!"

lantas mereka tertawa berderai derai. Setelah mengobrol sebentar, mereka berdua beranjak dan mengunjungi departement kantor mereka. Mereka disambut oleh pria ber jas yang sepertinya manajer kantor itu.

"fikri, ita, sini!" teriaknya dari ujung lorong, tampaknya disana terdapat sebuah ruangan. Ternyata, setelah mereka mendekat, ruangan tersebut adalah ruang tunggu para calon karyawan sekaligus ruang wawancara.

"maaf ya, kalian duduk dulu disini, berbaur dengan calon rekan kerja kalian, saya ada urusan sedikit, nanti saya ajak kalian keliling" ucap pria yang belakangan diketahui namanya adalah pak lukman.

Ita dan fikri mengamati sekitar, pria dan wanita berkemeja putih dan bawahan biru berbaur di ruangan bernuansa coklat itu.

Ita memicingkan matanya, memfokuskan pandangannya pada suatu titik, lantas mulutnya menganga kaget.

"ada apa?"
"ituu, itu alfin, teman kelas ku di kampus"
"yaudah, ayo kita samperin"
mereka berdua berdampingan menuju ke pojok ruangan tersebut. tempat alfin berada.

"hei alfin"
pria berkacamata dan berkulit putih itu terkejut sejenak
"loh, ita?!"
"kamu melamar kerja disini?"
"iya, loh kamu juga ngapain di sini?"
"aku juga bakalan kerja disini"
"oh ya? asyik dong"
"iya haha, eh iya kenalin, ini fikri. Fikri, ini alfin, teman dekat ku di kampus"
fikri merasa hati nya panas, ia melihat kedekatan yang intens diantara mereka berdua, mata alfin berbinar binar menatap Ita, senyum Ita pun lebih lebar berhadapan dengan Alfin.

Hari ini hari pertama fikri masuk kerja, ia melangkah mantap ke arah kantor barunya itu. Akhir akhir ini, fikri intens bertemu dengan Ita, bahkan ia sudah berjalan jalan di mall selama 3 kali bersama ita. Fikri semakin yakin bahwa ia menyimpan rasa suka dengan gadis mungil itu.

Keriangan di hati Fikri seketika luntur, dari belakang ia melihat sosok ita sedang asyik bercanda dengan pria yang di temuinya tempo hari, alfin.

Alfin, pria itu sudah 2 tahun menyimpan rasa untuk ita, diam diam ita pun mengagumi sahabat nya itu. Alfin adalah sosok pekerja keras. Ia lahir di keluarga yang kurang mapan. Ia harus bekerja di sela sela padatnya jadwal kuliah untuk membiayai pendidikannya sendiri.

Kondisi ekonomi inilah yang membuat alfin tidak berani bertindak lebih jauh, mengingat ita merupakan anak dari keluarga yang berada. Tempo hari saat bertemu ita saat wawancara, alfin merasa kecil hati. Tampaknya ita dekat dengan pria tampan dengan postur tubuh yang gagah, fikri.

Terlebih lagi, Fikri memiliki derajat keluarga yang setara dengan ita. Ia berusaha mengubur perasaannya dalam dalam. Namun, tanpa ia sangka. Justru ita yang menyatakan kekaguman padanya. Ia pun diterima dan ditempatkan di department yang sama dengan ita, tentu juga sama dengan fikri.

Fikri menarik kursinya dengan kasar, ia membanting tubuhnya dan menciptakan suara dan membuat ita dan alfin yang berada sekitar 2 meter dari alfin menoleh. Alfin hanya menggigit bibirnnya getir.

Ia tahu sejak mereka bertemu, bahwa fikri menyukai ita. Ia secara terang terangan menunjukkan rasa tidak suka nya terhadap alfin. Huft! baru saja ia mulai menjalin hubungan yang lebih intim dengan ita, masalah mulai mendekati mereka.

Jam menunjukkan pukul 8, ita izin pamit menuju ke meja kerja nya, mereka sibuk menyelesaikan tugas masing masing dengan dipandu oleh staff di kantor tersebut.

"fikri, mau makan siang bareng?" fikri tersenyum menyadari suara ita di belakangnya, namun dengan singkat senyumnya luntur melihat alfin ikut berdiri di samping ita, menyunggingkan senyum ke arahnya

"boleh, aku ikut" fikri acuh tak acuh dengan kehadiran alfin, ia mengajak ita mengobrol hal hal yang ia yakin alfin tak paham, tentang bisnis ayahnya. fikri berusaha membuat alfin sadar bahwa ia tak setara dengan ita.

Hari demi hari dilalui fikri. Kebersamaannya dengan ita selalu diusik oleh kehadiran alfin.

Fikri yang arogan menjadikan ia menanam benih benci pada pria itu. Ia menginginkan ita dan tak ada yang bisa menghalanginya.
"itaa, sini!" fikri melambaikan tangannya ke arah ita yang tampak kebingungan mencari sosoknya.

Weekend ini, ia mantap untuk menyatakan perasaannya ke ita.
"hai, maaf ya nunggu lama" ita duduk di sofa cafe itu, di hadapan fikri.
"ga lama kok, buat seorang ita"
"hahaha! bokis!"
"yuk pesan makan dulu?"
"oke boleh"
denting sendok beradu dengan piring serta obrolan hangat mereka didukung dengan suasana cafe yang tenang. Mereka tak henti hentinya saling melempar candaan.

Saat piring mereka sudah diambil pelayan, fikri meraih tangan ita dan menautkan tangan mereka di tengah meja.

"ah, eumm" ita salah tingkah
fikri terkekeh geli
"kenapa? salting?"
"gak ah, kaget aja"
"ita, kamu tahu kan aku suka kamu?"
ita membulatkan matanya, ia menyadari sikap fikri yang berbeda padanya sedari awal. Namun ia tidak menyangka fikri menyatakan perasaannya secepat ini.
Apalagi, ia menyimpan rasa kagum untuk alfin, sedangkan fikri hanya ia anggap sebagai sahabat nya.

"hah? kamuu.. suka aku"
"haha! kamu lucu kalau confused"
"ih jangan bercanda"
"iyaa iyaa, aku suka kamu"
"ah? aduh jadi bingung"
"kamu gak perlu ngapa ngapain, sekedar tahu aja kalau aku suka kamu.

Fikri tersenyum menutupi rasa kecewe yang mengelabuhi hatinya. Ia tahu respon ita akan kaget bahkan cenderung menolak. Karena ia tahu sejak awal bahwa ita tidak menyimpan perasaan untuknya. Namun bagaimana lagi, fikri sangat mengagumi gadis dihadapannya ini.

Ita menundukkan kepalanya dalam, ia takut takut menunggu respon dari alfin, sore ini ia meminta alfin untuk membicarakan hal ini. Walau belum menjalin hubungan serius, ita tahu bahwa hal ini menjadi masalah untuk kedekatan mereka berdua.

"hmm emangnya kamu suka fikri?"
"sukaa sebagai sahabat, aku kan sudah bilang kalau aku kagum sama kamu"
"fikri jauh lebih diatas aku"
"maksud kamu apa?"
"fikri adalah pria yang setara dengan kamu"

"tapi kamu yang aku suka!"
"apa yang menjamin rasa suka? kamu memiliki keluarga yang berkualitas tinggi. Tanpa ditanya pun, mereka akan lebih memilik fikri daripada aku"

ita menggigit bibirnya, ia menatap wajah alfin yang memaksakan senyumnya.

ita meraih tangan alfin
"aku suka kamu itu sudah lebih dari cukup untuk menggerakkan keluarga aku. Apa artinya setara kalau aku gak cinta?"

ita memeluk badan kokoh didepannya itu.

Nafas mereka beradu menunjukkan kekhawatiran mereka.

Mereka melempar senyum
"aku emang cinta sama kamu, tapi aku lebih senang melihat kamu bahagia"
"dan aku bahagianya sama kamu" ita tersenyum lebar.

mereka berdua tahu, fikri adalah orang yang arogan dan orang tuanya merupakan orang yang berpengaruh.
Ita tak bisa menjauhi fikri,mengingat ia adalah anak dari relasi bisnis orang tuanya.

alfin,fikri dan ita sama sama berada di posisi bimbang
 
Terakhir diubah:
Dibilang cinta segitiga ...bukan...karena ita cuma suka Alfin tidak dgn Fikri...lanjut
 
Masih sibuk bikin pesanan cerita, nanti dilanjutkan Hu, baru awalan, belum masuk perdramaan, dan per ewean
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd