kisaku
Adik Semprot
- Daftar
- 7 Sep 2012
- Post
- 117
- Like diterima
- 266
Featuring:
Olgaaaaa......
Lydiaaa!!!
##################
"Mbak Farah...!", seorang laki-laki tambun berlari tergopoh-gopoh mendekati seorang wanita cantik yang baru saja menyelesaikan proses rekaman untuk sebuah acara yang akan ditayangkan di salah satu stasiun televisi swasta.
"Oh, ada apa ya?", wanita cantik bertubuh sexy yang saat itu sedang didampingi oleh seorang wanita yang juga tak kalah cantik, langsung menghentikan langkahnya.
"Maaf mengganggu Mbak, bisa minta waktunya sebentar?".
"Bapak sendiri siapa?", wanita cantik itu sedikit mengerutkan keningnya karena merasa ia belum pernah bertemu dengan laki-laki tersebut sebelumnya.
"Oya, nama saya Subagyo", laki-laki itu mengulurkan tangan kanannya
.
Si wanita ikut mengulurkan tangan kanannya dan mereka pun berjabatan tangan.
"Saya adalah kepala Lapas ***", laki-laki yang mengaku bernama Subagyo itu kemudian mengeluarkan dompetnya dari saku celana belakangnya. Dari dalam dompet laki-laki itu mengeluarkan sebuah kartu nama dan menyerahkannya kepada si wanita tersebut.
"Dalam waktu dekat ini saya berencana membuat sebuah program pelatihan masak memasak untuk para narapidana di tempat saya, pelatihan itu akan dilaksanakan selama satu hari dan saya ingin mengundang Mbak untuk menjadi instrukturnya".
"Hhhmm... what a instristing idea", wanita itu tersenyum manis.
Laki-laki tambun itu kemudian melanjutkan kata-katanya, "Saya sudah biasa melihat acara Mbak di televisi dan tadi juga saya sudah melihat langsung Mbak memasak, saya rasa Mbak akan menjadi instruktur yang benar-benar cocok, bagaimana kira-kira Mbak bisa menerima tawaran saya ini?".
"Untuk sekarang tentunya saya belum bisa memberi jawaban, tapi Bapak bisa dengan manager saya ini, jika natinya kita bisa sama-sama memperoleh kesepakatan saya tentu tidak keberatan untuk mengisi program Bapak tadi".
"O baiklah, kalau begitu bisa saya meminta nomor telepon yang nantinya saya bisa hubungi".
"Dea, please give your number to this man so he can contact you about his program".
Kini selembar kartu nama telah berpindah tempat ke tangan Subagyo. Sejenak laki-laki itu mengamati apa yang tercantum di dalam kartu nama tersebut.
"Bapak bisa menghubungi saya di nomor itu".
"Terima kasih Mbak".
"OK Pak Subagyo sekarang saya harus pergi, senang berkenalan dengan anda", kini giliran wanita cantik itu yang mengacungkan tangannya.
"Terima kasih juga atas waktunya Mbak Farah, saya akan menghubungi Mbak secepatnya".
Kedua wanita berparas ayu dan berbodi sexy itu lalu berjalan meninggalkan Subagyo. Mata nakal Subagyo langsung beraksi melahap setiap gerakan tubuh molek tersebut. Walaupun sedari tadi ia sudah berusaha untuk sesopan dan seserius mungkin, namun harus diakuinya kalau dibawah sana sudah berontak melihat pemandangan indah di depannya tadi. kembali laki-laki itu melihat kartu nama di genggamannya dan tersenyum kecil. Bagaimana pun juga ia gembira karena obsesinya mendatangkan Farah Quinn ke dalam Lapas yang dikepalainya akan terwujud. Tunggu dulu... Farah Quinn? Iya Farah Quinn, si koki sexy.
Siapa sih yang tidak mengenal nama Farah Quinn? Ia adalah seorang koki wanita pemandu acara memasak di layar kaca salah satu stasiun TV swasta. Sebetulnya sudah banyak acara serupa di TV, tapi kehadiran Farah memberi sensasi tersendiri. Bukan karena format acara yang unik, toh acaranya juga standar-standar saja. Bukan pula karena masakannya yang nikmat, toh belum semua orang pernah mencicipi hasil memasaknya. Pengalaman Farah di dunia kuliner pun bisa dibilang belumlah teruji benar. Saat ia menikah dengan pria Amerika dan pindah domisili ke negeri Paman Sam tersebut, dirinya memang pernah membuka kafe di sana. Tapi popularitasnya pun tidak tenar-tenar amat. Namanya baru terangkat saat Farah dan suaminya pulang ke Indonesia. Sekali lagi, bukan karena prestasi di dunia masak-memasak, melainkan lebih karena faktor kemolekan tubuh. Ya, dibanding koki-koki wanita lainnya, Farah Quinn memang memiliki anugerah yang memikat hati banyak pria. Wajahnya sih tidak terlalu cantik, warna kulitnya pun sawo matang khas wanita Indonesia. Tapi ia memang punya keeksotisan tersendiri, suatu hal yang mampu menarik mata lelaki asing, seperti sering terlihat di pusat-pusat perbelanjaan. Kalau dibandingkan dengan Luna Maya atau Kinaryosih, kecantikan parasnya masih kalah. Namun kalau berbicara soal bentuk tubuh, Farah unggul telak dibanding kedua nama tersebut. Yang paling istimewa ialah payudaranya yang berukuran ekstra untuk bodi semungil dirinya. Tak heran jika setiap pria yang bertemu dengan dirinya, otomatis perhatian utamanya tertuju kepada kedua buah dadanya itu. Mungkin penasaran, ingin melihat seperti apa gumpalan montok di dalam bajunya. Rasanya ini faktor utama penyebab kesuksesan acara Ala Chef yang ia pandu. Mungkin inilah acara memasak yang tidak hanya menarik perhatian para remaja wanita dan ibu-ibu, tetapi juga remaja pria dan para suami. Kalau pemirsa wanita memperhatikan resep dan cara memasak, pemirsa pria – kaum adam yang mupeng – lebih terhibur dengan menonton lekuk tubuh dan gerak-gerik pembawa acaranya. Apalagi Farah memang terkesan sengaja mengidentikkan dirinya dengan sebutan Sexy Chef. Tingkah lakunya sepanjang acara pun terkadang suka menggoda iman, apalagi di akhir acara ia selalu berkata "Hmm.. Yummy". Haha, pikiran ngeres para pria pun langsung melayang dibuatnya. Menonton Ala Chef, bukan hanya selera makan yang bangun, tapi "si otong" pun ikut terbangun
Farrah Quinn
Seiring kesuksesannya di layar kaca, Farah Quinn makin sering diundang menghadiri acara off-air. Roadshow ke beberapa kota besar kian kerap ia lakukan menjawab undangan dari banyak panitia. Popularitasnya terus melambung. Tak salah memang keputusannya kembali ke tanah air. Mungkin hal ini pula yang membuat Subagyo tertarik untuk mengundang si koki sexy untuk beraksi di Lapas tempatnya bekerja. Ibarat sebuah peribahasa "sambil menyelam minum air", maka mengundang seorang Farah Quinn selain bisa mengangkat namanya dan memudahkan promosi, ia juga bisa melihat langsung tubuh montok si koki yang biasanya hanya bisa ia lihat di layar televisi.
"Gimana Bos? Sukses?", seorang laki-laki lain berperawakan pendek bertubuh gempal dan bergigi tonggos. Laki-laki itu adalah Handoko atau lebih sering disebut dengan sebuan Bagong, salah satu staf LP.
"Belum sih Han, tapi paling nggak Farah tadi sudah menunjukkan ketertarikannya".
"Artinya kita musti usaha lebih keras Bos, pokoknya tu cewek musti datang ke LP kita".
"Tumben lu semangat gitu?".
"Gimana nggak semangat Bos, tu cewek bodinya mantep pisan, apalagi tu toket bikin ngiler abis kan jarang-jarang tuh kita dapet kunjungan cewek, gersang nih batin Bos gersang banget he he he".
"Dasar otak mesum! Gue ngundang si Farah Quinn serius buat ngadain acara bukan buat main-main, lu jangan mikir yang aneh-aneh ya...", Subagyo berusaha menutupi diri kalau dalam hati ia juga sedikit tergoda dengan perawakan Farah Quinn yang memang menggiurkan.
"Ya namanya juga usaha Bos he he he".
"Ngaca dulu Han, muka lu tu ancur abis nggak mungkin dilirik ama tu cewek".
Handoko hanya bisa cengengesan.
"Udah lu buruan deh ambil mobil, kita balik ke kantor sekarang".
"Siap Bos he he he".
Setelah memasukkan kartu nama yang didapatkannya tadi ke dalam dompet, Subagyo pun berjalan menuju lobi hotel tempat acara demo memasak diselenggarakan. Senyum masih terkembang di wajahnya yang juga jauh dari tampan, sama seperti staf yang diajaknya. Dengan sedikit usaha negosiasi ia yakin obsesinya mengundang Farah Quinn akan segera tercapai. Tak lama mobil yang dikendarai Handoko sampai dan mereka pun meninggalkan tempat tersebut.
#####################
"Bapak tadi agak sedikit nggak waras kali ya Far, masa ngundang acara masak di dalam LP sih he he he", wanita yang diakui oleh Farah Quinn sebagai managernya tadi membuka percakapan di dalam mobil.
"Lo memang kenapa Dea?".
"Nggak apa-apa sih, cuma kedengarannya aneh aja".
"Gue juga ngerasa sedikit aneh sih tapi nggak ada salahnya kan kalo kita sedikit ganti suasana?".
"Ganti suasana sih fine-fine aja menurut gue, tapi LP? Emang nggak ada tempat lain?".
"Iya sih, ya sudah kalo gitu kita tunggu aja tu Bapak beneran ngubungin lu ato cuma sekedar basa-basi aja".
"Yeah, moga-moga sih nggak beneran he he he".
"Eh, kalo misalnya beneran gue bakal musti ngisi acara masak di LP, kira-kira gue musti masak apa ya?".
"Halah, kalo lu yang ngisi acara sih nggak penting apa masakannya apalagi tu LP pasti isinya cowok-cowok semua, tua-tua lagi pastinya he he he".
"Ah? Maksudnya?".
"Kan udah bukan rahasia umum kale Far, kalo cowok-cowok suka acara lu cuma karena mau ngeliat bodi sexy lu".
"Gila lu ya ha ha ha".
"Mau bukti?", wanita yang bernama Dea itu kini bersuara sedikit berbisik.
"Mana?".
Dea kemudian mendekatkan bibirnya ke telinga Farah. "Lu liat deh sopir kita di depan, dari tadi kan dia ngelirik-ngelirik tuh ke belakang, pasti ngeliatin lu deh he he he".
"Dasar gelo!", Farah langsung menepuk pundak managernya tersebut. Memang tadi Farah sempat melirik ke arah sopir dari mobil yang mereka kendarai dan kata-kata Dea ada benarnya. Bahkan kata-kata Dea sebelumnya pun ada benarnya juga. Harus ia akui kalau penampilannya yang sensual memang membuat acara masak-memasak yang dipandunya memiliki rating yang tinggi. Dan Farah pun sadar ketika ia harus mengekspos ke-sexy-annya tersebut, setiap kali tampil dalam acara on air ataupun off air.
"Ye, ati-ati lo Far lu musti mikirin masak-masak buat nerima tawaran tu Bapak, LP tempat yang berbahaya lo klo nggak ati-ati lu bisa-bisa diperkosa disana!", kali ini terdengar nada serius dari suara Dea.
"Come on Dea, lu jangan mikir yang nggak-nggak deh lagian itu kan cuma sekedar undangan demo masak sama seperti undangan-undangan lain yang biasa gue terima".
"Well it's up to you, I'm only your manager".
#####################
Seminggu kemudian.
"Far, guest who's called me just now?".
"Who?".
"Pak Subagyo...".
"Pak Subagyo?".
"Iya Pak Subagyo, lu inget Bapak yang bilang bakal ngundang lu ke LP? Well that's Pak Subagyo".
"Ooo... that man... gimana? Dia jadi ngundang gue?".
"Jadi, gue udah bilang ke dia tentang syarat-syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi kalo mau ngundang lu, gue juga udah bilangin tarif yang musti dibayar dan dia bilang nggak masalah, jadi sekarang semuanya terserah lu".
"Hhhmm... gue pikir-pikir dulu deh, kapan dia bilang bakal nelpon lagi?".
"Gue bilang kalo kita yang bakal ngubungin dia lagi, so kapan lu mau ngasi jawaban gue bakal contact lagi tu Bapak".
"OK deh, kalo gitu lu hubungi lagi Pak Subagyo ntar biar gue yang ngomong langsung ke dia soal kesepakatan acara ini".
"OK", Dea mengambil ponselnya dan mulai men-dial sebuah nomor.
Bagi Farah Quinn undangan kali ini memang penyelenggaranya sedikit unik, yaitu lembaga pemasyarakatan (LP) di sebuah kota di pulau Jawa. Saat pertama memperoleh undangan, Farah memang agak heran. Kok ada LP yang mengundang dirinya? Namun setelah sempat berbicara dengan kepala LP lewat sambungan telepon saat finalisasi kontrak, Farah merasa paham. Kepala LP tersebut memang sengaja membuat acara demo masak bagi para narapidana sebagai bentuk acara keterampilan. Adapun tujuannya terbilang positif, yaitu supaya napi-napi punya keahlian khusus yang dapat dimanfaatkan sebagai mata pencaharian saat mereka keluar LP nantinya dan para napi itu tentunya lebih tertarik bila acara tersebut dipandu oleh seorang chef cantik seperti dirinya dibanding oleh mas-mas atau bapak-bapak tua yang membosankan. Sayangnya, karena belum terlalu lama tinggal di Indonesia, Farah belum mengetahui benar reputasi LP yang akan ia kunjungi hari ini. Di sana, terdapat empat napi residivis yang sudah sering masuk keluar penjara. Keempatnya merupakan komplotan napi yang dipidana akibat kasus perampokan dan pemerkosaan terhadap gadis-gadis belia di kampung-kampung seputaran kota itu. Masing-masing bernama Encep, Gatot, Amar, dan Tinus. Tentunya mereka pasti akan sangat antusias saat mengetahui LP mereka bakal kedatangan seorang Farah Quinn yang sering mereka tonton di TV. Sebagai komplotan yang sudah makan asam garam di dunia kriminal, mereka langsung menyusun rencana busuk. Tujuannya? Apalagi kalau bukan mencicipi seksinya tubuh Farah yang selama ini hanya bisa dibayangkan dalam mimpi atau sambil onani.
"Kapan rencananya kegiatan itu akan dilaksanakan Pak?", Farah nampak sedang berbicara melalui ponselnya.
"Seminggu lagi Mbak Farah, tepatnya hari sabtu depan".
"O I see, bagaimana kalau diundur sehari jadi minggu Pak, soalnya sabtu saya ada keluarga di luar kota?".
"Hhhmm... nggak masalah sih Mbak, asalkan Mbak mau acaranya dimulai agak siang".
"Nggak masalah sih Pak".
"OK kalau begitu kita sudah bisa menyepakati jadwal kegiatannya, bagaimana soal penandatanganan kontraknya? Kapan bisa dilaksanakan?".
"Dua hari lagi, manager saya akan menerima Bapak di kantor saya, draft kontrak akan kami kirimkan sehari sebelumnya untuk Bapak pelajari".
"Baiklah, kalau begitu saya tunggu kabar berikutnya, senang akhirnya kita bisa mencapai kesepakatan Mbak Farah".
"Sama-sama Pak Subagyo".
Telepon pun ditutup dan percakapan berakhir.
"Lu yakin lu mau melaksanakan kegiatan "aneh" ini Far?", Dea yang sedari tadi duduk di samping Farah seakan-akan ingin menegaskan kembali keyakinan Farah menerima tawaran kegiatan dari Pak Subagyo.
"Gue yakin Dea, memang kenapa?".
"Perasaan gue nggak enak aja sih".
"Hei, sejak kapan lu punya sixth sence gini sih?".
"Bukannya gitu, soalnya hari itu gue nggak bisa ikut bareng ama lu ke LP itu, kan gue ada acara lain di luar kota".
"Nggak apa-apa kok, lagian Pak Subagyo juga sudah bilang kalau dia akan menyiapkan seorang artis buat jadi host waktu acara itu".
"Oh artis lain? Siapa?".
"Gue juga nggak tau, Pak Subagyo bilang dia dengan itu artis belum mencapai kesepakatan soal harga, jadi dia belum berani bilang ke gue".
"Ya udah, syukur deh jadi lu cukup ditemenin ama crew lapangan aja kan?".
"Iya, santai aja".
Walaupun Farah Quinn terlihat santai, namun tidak dengan Dea,managernya. Di dalam hati wanita cantik itu seakan-akan tetap ragu untuk membiarkan Farah Quinn untuk ikut dalam acara masak yang diadakan oleh Pak Subagyo. Seakan-akan ada perasaan yang mengganjal dan terus berbisik kalau sesuatu yang buruk akan terjadi. Entah apa itu, ia sendiri tidak tahu. Tapi yang jelas perasaannya sangat jarang sekali salah.
#####################
Masih di hari yang sama, di tempat yang berbeda.
"Skak...!!".
"Loh kok bisa gitu? Lu curang nih Cep!".
"Gimana bisa curang? Wong lu juga dari tadi disini terus, jangan ngeles lu baru mau kalah ha ha ha".
"Aduh kayaknya melayang lagi nih rokok gue satu bungkus", laki-laki bertampang sangar itu menggaruk-garuk kepalanya.
Dua orang laki-laki berperawakan kasar dan bengis yang kini sedang bermain catur adalah Encep dan Gatot. Keduanya adalah narapidana yang kini sedang menjalani masa tahanannya di LP tersebut. Keduanya dihukum karena telah sering melakukan perbuatan perampokan dan perkosaan di beberapa tempat. Walaupun sudah sering keluar masuk penjara, namun mereka seakan-akan tidak pernah kapok mengulangi perbuatan bejat mereka. Terakhir kali mereka disini adalah karena perbuatan mereka memperkosa dua orang gadis desa. Tidak hanya mereka berdua yang berada di dalam sel khusus tersebut. Dua orang rekan sekelomplotan mereka yang lain juga ditahan di sel yang sama. Mereka adalah Amar dan Tinus.
"Busyet...!! tu toket gede amat ya Mar?".
"Iya tuh, tu toket apa melon yak? Ha ha ha".
Amar dan Tinus kini sedang terlihat berkonsentrasi menonton televisi yang sedang menyala di luar sel mereka.
"Eh Bang, volumenya di besarin dong!", teriak Tinus, yang berperawakan besar penuh dengan otot dan sekujur tubuhnya dipenuhi oleh tato.
Handoko atau Bagong, staf LP bagian keterampilan yang saat itu sedang tugas piket langsung menoleh ke sumber suara. "Sewot amat sih lu? Ini udah besar kale".
"Ah Abang, situ sih deket jadi denger nah kita-kita kan di dalem sel Bang?".
"Ya udah...", Bagong mengambil remote televisi dan mulai menambah volume suaranya.
"Tu cewek bening amat Bang, siapa tuh namanya?", tanya Amar.
"Namanya Farah Quinn...".
"Bule ya Bang?".
"Nggak orang lokal, cuman kawinnya aja ama bule".
"Sexy bener...! Jadi kangen gue ama si Surti di kampung, toketnya kan gedenya sama tuh ama tu cewek di TV", Amar mulai membayangkan tubuh tukang jamu di kampungnya. Memang sudah beberapa tahun mereka semua terkurung di dalam jeruji besi, sehingga hampir tidak pernah lagi mereka merasakan nikmat dan hangatnya tubuh seorang wanita.
"Sontoloyo lu, cewek bening kayak gitu lu samain ama Surti si tukang jamu!", Tinus yang sedari tadi menampakkan ekpresi mupeng ke arah televisi langsung protes mendengar kata-kata kawannya, karena merusak lamunan joroknya.
"Sama aja kale, paling tampilan luarnya aja yang beda, lu belum pernah nyobain Surti sih! ha ha ha".
"Eh, berisik bener sih lu pada? Nggak tau kali gue lagi konsentrasi nih!", Gatot berteriak kesal kearah dua temannya. Rupanya ia masih kesal dengan melayangnya sebungkus rokok miliknya kepada Encep sehingga ia kembali menantang kawannya itu. Sedangkan Encep sendiri hanya bisa cengar-cengir sambil menghisap sebatang rokok hasil kemenangannya di ronde pertama.
Amar dan Tinus menoleh ke arah Gatot untuk sesaat, namun kemudian melanjutkan aktifitas mereka menonton televisi.
"Tukang masak ya dia Bang?", Amar melanjutkan pertanyaannya.
"Heeem...", laki-laki betubuh pendek dan bergigi tonggos itu hanya menangguk sedangkan matanya tetap tertuju ke televisi.
"Duh Nus, nganceng nih kontol gue liat tu cewek".
"Lu pada nonton apaan sih?", Encep rupanya sedikit terusik dengan percakapan kedua rekannya. Melihat Gatot belum juga memindahkan biji caturnya, laki-laki berambut gondrong itu pun beranjak dari tempat duduknya.
"Ini lo Cep, nonton Farah Quinn...", Tinus menjawab.
"Siapa tuh? Artis sinetron?".
"Bukan Cep, tukang masak".
"Tukang masak? Sejak kapan lu doyan nonton acara masak-masak? Kayak ibu-ibu aja lu he he he".
"Wah yang ini lain Cep, yang ini tukang masaknya sexy bener!".
"Masa? Mana?", Encep memincingkan matanya yang memang sudah agak minus ke arah televisi.
"Mantap kan Cep?", Amar berucap dengan mata berbinar.
"Busyet...!! Dasyat tuh!".
"Lu-lu orang baru liat di TV aja udah pada konak gitu, gimana lu-lu liat aslinya langsung? Ha ha ha", Handoko tertawa terbahak-bahak mendengar komentar-komentar para napi yang dijaganya tersebut.
"Liat aslinya? Mana mungkinlah Bang, masa cewek bening gitu mau main ke LP? Aya-aya awe...", Amar menimpali.
"Lom tau si lu pada, minggu ini Farah Quinn mau dateng ke LP kita", Bagong berucap.
"Serius nih Bang?", kini giliran Tinus yang menimpali.
"Ya seriuslah, malah besok Pak Kalapas mau teken kontrak ama managernya Farah Quinn".
"Wih, artinya minggu depan kita kedatengan bidadari nih Cep", Tinus langsung tersenyum mesum.
"Semua napi bakal ikutan acara masak tu ya Bang?".
"Nggak semualah, bakal dipilih beberapa napi aja".
"Bang, bisa atur supaya kita berempat bisa ikutan acara masak itu nggak?", Tinus nampak bersemangat. Gatot yang tadi terlihat sibuk memikirkan langkah biji catur berikutnya, kini telah ikut bergabung bersama kawan-kawannya yang lain.
"Wah susah tuh, yang milih orang-orang yang ikutan langsung dari Pak Kalapas sih".
"Ayo dong Bang, usahain dong ntar setoran ke Abang kita tambahin deh", Tinus terus mendesak.
"Iya Bang, setoran plus uang rokok deh", Amar yang memang sudah nganceng sedari tadi ikutan membujuk si staf LP.
"OK deh, gue usahain".
"Nah gitu dong Bang! He he he", Tinus tertawa mesum dan kemudian menatap ketiga kawan-kawan segengnya. Ketiga laki-laki berwajah sangar dan bengis lainnya pun balik tersenyum, seakan-akan mereka mengerti makna tatapan Tinus.
Sebuah ide jahat, kini sudah muncul di dalam kepala keempat resedivis kambuhan tersebut. Dan sebuah rencana yang tak kalah jahat pun siap disusun.
#####################
Hari yang ditunggu-tunggu.
"Selamat datang Mbak Farah!", sapa Pak Subagyo, sang kepala LP saat menyambut kedatangan Farah Quinn. Sebagai pimpinan LP yang merasa harus menjaga wibawa, ia mencoba bersikap sopan dengan menatap wajah tamunya itu.
"Terima kasih Pak Subagyo, duh.. cukup gerah juga ya udaranya di sini", ujar Farah yang baru turun dari mobil ber-AC.
"Aduh jangan terlalu formal-lah Mbak Farah, cukup panggil saya Bagyo saja", mata nakal laki-laki bertubuh tambun itu langsung berkontraksi dengan otak mesumnya melihat kedatangan sang tamu spesial.
"Oh iya Pak Bagyo".
Cuaca di kota tersebut memang terkenal panas. Farah yang hari itu sepanjang di mobil mengenakan jaket denim, langsung melepaskan jaketnya tersebut. Langsung terpampanglah kemeja ketat berwarna biru yang ia pakai di balik jaketnya tersebut. Saking ketatnya kemeja Farah, payudaranya kian terekspos jelas. Dua gumpalan empuk itu seakan ingin memberontak keluar dari kemeja biru tersebut. Melihat pemandangan itu, Subagyo mau tak mau langsung mencelos hatinya. Niat sopan pada awalnya kini kalah dengan naluri kelelakiannya.
"Mmmaa.. rrrii.. mb.. mbbak Far.. Farah... Mari sss.. si.. silakan ma.. mass.. massssuk...", tiba-tiba ucapan Subagyo menjadi terbata-bata saat mempersilakan Farah masuk ke LP binaannya.
"Okay, thank you Pak... tapi Bapak kok ngomongnya jadi nggak jelas gitu sih? Kayak Azis Gagap deh.. lucu...", seloroh Farah sambil mencolek pinggang Subagyo. Farah memang suka iseng menggoda lawan bicaranya kalau ia tahu lawan bicaranya itu terpesona melihat kemolekan tubuhnya.
"Ah.. nggak kok... rrr... itu... anuu... saya kagum aja sama susu Mbak Farah... eeeeh... maaf... maksud saya... susunan acara yang akan diikuti Mbak Farah hari ini", Subagyo jelas makin gelagapan diisengi seperti itu.
"Oooh... begitu toh Pak. Iya, saya juga kagum sama dedikasi Bapak dalam membina LP ini. Bapak sepertinya memang tipe responsible man, lelaki bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. I like such man. Pasti bisa membahagiakan istri juga. Hmm.. yummy", tutur Farah dengan ucapan khasnya, terus menggoda Subagyo.
"Haha... ha... Mbak Farah bisa saja.. haha..", Subagyo terkekeh, menutupi rasa malu dan groginya. Apalagi saat melihat kemeja Farah yang asalnya memang sudah ketat, terlihat kian menantang karena mulai dibasahi kucuran keringat. Otomatis bayangan bra dan kemontokan buah dadanya makin membayang.
"Ma... mari Mbak, kita masuk ke ruangan acaranya, para napi binaan kami sudah menunggu", lanjut Subagyo sambil bersegera masuk ke aula LP, tempat demo masak bakal diselenggarakan. Farah Quinn mengikuti dari belakangnya. Ia tidak menyadari bahwa aula tersebut bakal menjadi saksi bisu satu pengalaman yang tak akan terlupakan sepanjang hidupnya.
"Sorry Pak Bagyo, kata Bapak akan ada artis juga yang akan menjadi host acara ini, siapa ya orangnya?".
"Oh iya, hampir saja saya lupa, orangnya sudah di aula tempat acara dia baru datang beberapa menit yang lalu".
"Begitu ya? Terus siapa orangnya?".
"Ya, Mbak Farah bisa lihat sendiri nanti", Subagyo kembali mempersilakan Farah Quinn beserta dengan rombongannya untuk beranjak menuju aula tempat acara akan dilangsungkan.
###########################
Keriuhan di aula LP sudah terjadi sejak pagi. Segala persiapan dilakukan, mulai memasang panggung, backdrop, mengatur meja dan kursi, melengkapi bahan-bahan masakan dan peralatan masak yang sebelumnya sudah diminta oleh Farah melalui surat. Mengingat kemampuan masak para napi yang diperkirakan Farah belum terlalu tinggi, ia sengaja memilih menu-menu masakan Eropa yang simpel dan mudah dibuat. Yaitu fish, sausage, 'n chips, milkshake buah-buahan, dan puding vla. Di dalam aula, terdapat pula sebuah kamera video yang dipasang di depan panggung. Maksudnya tentu untuk mendokumentasikan demo masak karena jarang-jarang LP ini mengadakan acara sebesar ini, apalagi mengundang tamu koki terkenal segala. Paling banter acara keterampilan memasak yang pernah dibikin di sini hanya mendatangkan koki kota setempat. Untuk peserta, para napi diseleksi secara khusus meliputi napi-napi yang memang sering ikut kelas memasak sebelumnya. Subagyo, sang kepala LP, memercayakan seleksi ini kepada kepala bagian keterampilan, Handoko, yang biasa dipanggil Bagong karena bentuk tubuhnya yang agak pendek dan gempal, berwajah kurang sedap dipandang dan bergigi tonggos, laksana Bagong si tokoh punakawan. Suatu kesalahan fatal karena Bagong merupakan pengurus LP yang paling dekat hubungan pertemanannya dengan empat sekawan Encep, Gatot, Amar, dan Tinus. Kuartet yang di luar juga dikenal sebagai "Entot Anus", karena kegemaran mereka melakukan anal sex terhadap korbannya. Ketika tahu rencana LP mereka mendatangkan Farah Quinn dan Bagong menjadi semacam ketua panitianya, Gatot yang di dapuk sebagai pimpinan komplotan, langsung menghubungi kawannya itu. Ia membeberkan rencana kawan-kawannya terhadap koki seksi tersebut. Tanpa pikir panjang, Bagong langsung menyetujui dan memasukkan kuartet itu sebagai peserta acara. Ternyata selama ini, dirinya pun memendam hasrat terhadap Farah Quinn. Mengubah acara "demo memasak ala Farah Quinn" menjadi "demo memaseks (memasak sambil ngeseks) bersama Farah Quinn".
"Wah ramai juga ya Pak?".
"Iya Mbak, maklum jaman sekarang banyak godaan yang bikin orang-orang baik yang berubah jadi penjahat, resikonya ya LP jadi penuh sesak gini", kembali Subagyo menyempatkan diri melirik ke arah dada Farah. Seperti yang dikatakannya tadi, banyak godaan yang membuat orang-orang jadi berpikiran jahat termasuk dirinya sendiri yang begitu tergoda melihat gundukan besar dan kenyal milik sang tamu.
"Jadi yang ada di aula ini adalah semua napi yang ada di LP ini?".
"Nggak semualah Mbak, kalau semua pastilah aula ini nggak bakal muat atuh".
Farah Quinn hanya mengangguk-angguk melihat aula tempat akan dilangsungkannya acara terlihat begitu penuh sesak. Semua napi yang hadir adalah napi laki-laki, dengan tampang dan perawakan yang jauh dari kata tampan. Hampir semua berwajah sangar dan bengis. Semuanya seolah-olah menatap tajam ke arahnya, bak segerombolan serigala yang melihat seekor domba segar. Farah pun sedikit bergidik melihat kenyataan ini.
Ketika Farah tengah asyik menyapu pandangannya sekeliling ruangan aula, sebuah tepukan mendarat di pundaknya.
"Hai Farah, datang juga akhirnya".
Farah Quinn membalikkan tubuhnya guna melihat siapa yang menepuk pundaknya tadi.
"Oh, Olga... ngapain lu disini?", Farah tersenyum lebar.
Kedua wanita itu kemudian bersalaman dan saling berciuman pipi.
"Rupanya kalian sudah saling mengenal, Mbak Olga Lydia ini yang akan menjadi host Mbak dalam acara demo memasak hari ini", Subagyo menjelaskan.
"Elu toh hostnya, tadi gitu kan kemarin gue telepon lu jadi kita bisa berangkat bareng".
"Gue tahu sih kalau bintang acara hari ini adalah the great Farah Quinn, tapi gue kan nggak enak juga nelpon soalnya pasti lu pasti bakal sibuk banget nyiapin segala sesuatu buat hari ini he he he".
"Biasa aja sih, kan acara-acara demo masak seperti ini udah biasa gue lakuin jadi nggak perlu persiapan yang terlalu ribet".
"Maaf, Mbak-Mbak berdua bukannya saya ingin mengganggu obrolannya, tapi acara sebentar lagi akan dimulai mungkin Mbak berdua bisa mengambil tempat langsung di depan", Subagyo menyela pembicaraan kedua wanita cantik tersebut.
"OK Pak, kalau begitu biar staf saya mempersiapkan perlengkapan terlebih dahulu".
Farah lalu memberi isyarat kepada kepala rombongannya untuk memulai menyiapkan segala sesuatunya di meja panjang di depan aula. Rombongan Farah yang beranggotakan dua orang wanita dan tiga orang laki-laki itu pun mulai bekerja memindahkan peralatan masak dan juga bahan-bahan masakan ke tempat dimana Farah akan melakukan demo memasak.
"Semua udah siap Far?", Olga Lydia memastikan terlebih dahulu kalau semuanya sudah siap sebelum ia membuka acara.
"OK, I am ready...".
"Sorry Far, gue nitip kamera digital gue di tas lu dong, males nih gue balik lagi ke mobil".
"OK, tapi entar lu inget ngambilnya ya, kalo nggak gue langsung balik nama he he he".
"Dasar... sip deh!".
Acara demo masak pun kemudian berjalan dengan normal. Pembukaan pun dilakukan oleh Olga Lydia dengan mengenalkan terlebih dahulu sang bintang, Farah Quinn kepada seluruh peserta yang ada di aula tersebut. Tepuk tangan riuh pun langsung terdengar di penjuru ruangan aula. Kemudian acara dilanjutkan dengan kata sambutan dari Handoko, sebagai ketua panitia dan akhirnya acara dibuka dengan prosesi penyalaan kompor oleh Subagyo, sebagai Kepala LP.
Olga Lydia
Tak ada yang aneh selama acara demo masak tersebut berlangsung. Semua peserta demo masak nampak "serius" memperhatikan segala gerak-gerik yang dilakukan oleh Farah Quinn. Entah serius memperhatikan apa yang didemokan oleh sang koki, atau justru mereka serius memperhatikan gerakan anggota tubuh sang koki yang menang terlihat agak lebih "menonjol" daripada resep yang kini sedang dipraktekkan. Demikian pula halnya Olga, wanita oriental ini bersaing dengan Farrah menjadi pusat perhatian mereka.
"Busyet Mar, ternyata aslinya lebih mupengin daripada kalo cuman di TV ya?", Tinus berbisik kepada Amar yang duduk di sebelahnya.
"Gue setuju banget Nus, nganceng abis nih gue, si amoy Olga itu juga bikin gua ngaceng tuh, liat tuh pahanya bagus banget putih mulus, gemes pengen ngelusin".
"Tahan dikit lagi Mar, kalo rencana Gatot berjalan lancar sebentar lagi kayaknya kita bakal bisa ngerasain tuh koki".
"Iya nih, gue penasaran lebih enakan mana sih masakannya atau kokinya langsung nih ha ha ha", Tinus tertawa tertahan. Bagaimanapun ia tidak boleh membiarkan napi-napi lainnya mendengar apa yang sedang mereka berempat rencanakan.
"Lagian si Encep ama Gatot lama banget sih perginya? Kayaknya ni acara bentar lagi kelar bisa gawat tuh kalo tu koki sexy keburu pergi".
Memang saat ini Farah Quinn terlihat sedang menyiapkan bahan-bahan untuk membuat milkshake buah-buahan yang merupakan hidangan terakhir yang berfungsi sebagai pencuci mulut, selain puding vla yang telah selesai dibuat sebelumnya. Sementara Olga berinteraksi dengan para peserta demo sehingga suasana tidak sepi.
"Nah tu si Encep ama Gatot dateng", Tinus menunjuk ke arah kedua kawannya yang kini sedang berusaha berjalan mendekati mereka diantara para napi yang duduk berjajar.
"Gimana Cep? Beres?", Amar bertanya penuh harap.
"Beres Mar, semuanya udah kita urus bareng si Bagong".
Mereka berempat pun tersenyum penuh kemesuman sambil menatap tajam ke arah Farah Quinn yang masih sibuk menjelaskan tentang bagaimana mencampur buah-buahan dengan adonan susu di dalam sebuah loyang besar. Beberapa kali terdengar suara tawa dari para napi ketika ditengah penjelasannya, Farah sedikit melontarkan joke-joke segar sebagai pencair suasana.
#####################
Akhirnya acara hari itu pun ditutup ketika para napi yang hadir di aula selesai menikmati masakan yang tadi didemokan oleh Farah Quinn. Kini para napi sudah dikembalikan kembali ke dalam sel mereka masing-masing. Yang ada di ruangan aula saat ini hanya Farah Quinn, Olga Lydia, Subagyo dan Handoko. Sedangkan rombongan Farah Quinn sendiri nampak sibuk merapikan alat-alat masak yang tadi digunakan dan kemudian memasukkannya ke dalam mobil.
"Terima kasih Mbak Farah dan Mbak Olga sudah bersedia hadir hari ini", Subagyo membuka percakapan setelah beberapa menit yang lalu aula mulai nampak sepi.
"Sama-sama Pak Bagyo, ini sungguh sebuah pengalaman baru buat saya", Farah tersenyum manis. Sementara Handoko atau Bagong yang berdiri di samping Subagyo sedari nampak gelisah. Agaknya laki-laki tonggos itu, sudah tidak kuat lagi menahan dorongan birahi yang sudah sedari tadi melanda dirinya akibat melihat tubuh montok dan molek milik sang tamu kehormatan.
"Tapi saya ingin membicarakan tentang satu hal dengan Mbak Farah".
"Oh apa itu Pak?".
"Begini Mbak, seminggu lagi LP kami diminta untuk mengisi salah satu stand dalam pameran pembangunan yang dilaksanakan oleh Departemen Hukum dan Ham dimana rencananya kami akan membuka stand masakan dalam acara tersebut".
"O I see, terus?".
"Dalam rangka pelaksanaan acara tersebut, kami ingin meminta tolong kepada Mbak Farah untuk sedikit memberikan kursus memasak kilat barang setengah jaman kepada beberapa napi yang telah kami pilih, sehingga nantinya mereka bisa siap dengan model-model masakan baru".
"Hhhmm...", Farah Quinn mengerutkan dahinya. "Tapi ini tidak ada di dalam kontrak?".
"Iya saya tahu, masalahnya saya baru mendapat telepon dari Pusat setelah kontrak selesai kita tandatangani, jadi kalau bisa saya meminta bantuan ini secara personal kepada Mbak Farah".
"Hhhmm... bagaimana ya?".
"Besar lo harapan saya, Mbak mau menerima permintaan kami ini".
"Lu gimana Ga? Mau balik sekarang?", sejenak Farah mengalihkan perhatiannya kepada Olga Lydia yang berdiri disampingnya.
"Kalo gue sih musti balik secepatnya Far, abis ntar malem gue musti ngisi acara live di TV".
"Tanpa host nggak apa-apa Pak?".
"Oh nggak apa-apa Mbak, soalnya ini kan sifatnya privat langsung kepada napi-napi yang telah dipilih".
"Terus apa peralatan saya perlu diturunkan lagi?".
"Tidak usah Mbak, semua peralatan sudah kami siapkan, selain itu Mbak juga tidak perlu memasak lagi Mbak cukup menjelaskan dengan teori-teorinya saja kepada para napi".
"OK kalau begitu, saya bersedia tapi hanya untuk setengah jam".
"Terima kasih Mbak Farah", senyuman langsung terkembang di wajah Subagyo. Namun senyuman yang paling terkembang adalah senyuman dari si Bagong yang merasa rencananya bersama empat napi agaknya akan berjalan lancar.
"Kalo gitu gue balik duluan deh Far".
"OK deh Ga, see you soon ya...".
"Kalau begitu saya akan mengantar Mbak Olga ke pintu depan, Mbak Farah bisa ikut dengan staf saya, Handoko, menuju ke tempat dimana para napi sudah kami kumpulkan".
Kedua wanita cantik itu pun saling melambaikan tangan. Olga Lydia berjalan menuju ke pintu depan ditemani oleh Subagyo, sementara Farah Quinn diantarkan oleh Bagong ke tempat "khusus" yang telah disiapkan dimana para napi telah menunggu dengan tidak sabar.
###################
Olgaaaaa......
Lydiaaa!!!
##################
"Mbak Farah...!", seorang laki-laki tambun berlari tergopoh-gopoh mendekati seorang wanita cantik yang baru saja menyelesaikan proses rekaman untuk sebuah acara yang akan ditayangkan di salah satu stasiun televisi swasta.
"Oh, ada apa ya?", wanita cantik bertubuh sexy yang saat itu sedang didampingi oleh seorang wanita yang juga tak kalah cantik, langsung menghentikan langkahnya.
"Maaf mengganggu Mbak, bisa minta waktunya sebentar?".
"Bapak sendiri siapa?", wanita cantik itu sedikit mengerutkan keningnya karena merasa ia belum pernah bertemu dengan laki-laki tersebut sebelumnya.
"Oya, nama saya Subagyo", laki-laki itu mengulurkan tangan kanannya
.
Si wanita ikut mengulurkan tangan kanannya dan mereka pun berjabatan tangan.
"Saya adalah kepala Lapas ***", laki-laki yang mengaku bernama Subagyo itu kemudian mengeluarkan dompetnya dari saku celana belakangnya. Dari dalam dompet laki-laki itu mengeluarkan sebuah kartu nama dan menyerahkannya kepada si wanita tersebut.
"Dalam waktu dekat ini saya berencana membuat sebuah program pelatihan masak memasak untuk para narapidana di tempat saya, pelatihan itu akan dilaksanakan selama satu hari dan saya ingin mengundang Mbak untuk menjadi instrukturnya".
"Hhhmm... what a instristing idea", wanita itu tersenyum manis.
Laki-laki tambun itu kemudian melanjutkan kata-katanya, "Saya sudah biasa melihat acara Mbak di televisi dan tadi juga saya sudah melihat langsung Mbak memasak, saya rasa Mbak akan menjadi instruktur yang benar-benar cocok, bagaimana kira-kira Mbak bisa menerima tawaran saya ini?".
"Untuk sekarang tentunya saya belum bisa memberi jawaban, tapi Bapak bisa dengan manager saya ini, jika natinya kita bisa sama-sama memperoleh kesepakatan saya tentu tidak keberatan untuk mengisi program Bapak tadi".
"O baiklah, kalau begitu bisa saya meminta nomor telepon yang nantinya saya bisa hubungi".
"Dea, please give your number to this man so he can contact you about his program".
Kini selembar kartu nama telah berpindah tempat ke tangan Subagyo. Sejenak laki-laki itu mengamati apa yang tercantum di dalam kartu nama tersebut.
"Bapak bisa menghubungi saya di nomor itu".
"Terima kasih Mbak".
"OK Pak Subagyo sekarang saya harus pergi, senang berkenalan dengan anda", kini giliran wanita cantik itu yang mengacungkan tangannya.
"Terima kasih juga atas waktunya Mbak Farah, saya akan menghubungi Mbak secepatnya".
Kedua wanita berparas ayu dan berbodi sexy itu lalu berjalan meninggalkan Subagyo. Mata nakal Subagyo langsung beraksi melahap setiap gerakan tubuh molek tersebut. Walaupun sedari tadi ia sudah berusaha untuk sesopan dan seserius mungkin, namun harus diakuinya kalau dibawah sana sudah berontak melihat pemandangan indah di depannya tadi. kembali laki-laki itu melihat kartu nama di genggamannya dan tersenyum kecil. Bagaimana pun juga ia gembira karena obsesinya mendatangkan Farah Quinn ke dalam Lapas yang dikepalainya akan terwujud. Tunggu dulu... Farah Quinn? Iya Farah Quinn, si koki sexy.
Siapa sih yang tidak mengenal nama Farah Quinn? Ia adalah seorang koki wanita pemandu acara memasak di layar kaca salah satu stasiun TV swasta. Sebetulnya sudah banyak acara serupa di TV, tapi kehadiran Farah memberi sensasi tersendiri. Bukan karena format acara yang unik, toh acaranya juga standar-standar saja. Bukan pula karena masakannya yang nikmat, toh belum semua orang pernah mencicipi hasil memasaknya. Pengalaman Farah di dunia kuliner pun bisa dibilang belumlah teruji benar. Saat ia menikah dengan pria Amerika dan pindah domisili ke negeri Paman Sam tersebut, dirinya memang pernah membuka kafe di sana. Tapi popularitasnya pun tidak tenar-tenar amat. Namanya baru terangkat saat Farah dan suaminya pulang ke Indonesia. Sekali lagi, bukan karena prestasi di dunia masak-memasak, melainkan lebih karena faktor kemolekan tubuh. Ya, dibanding koki-koki wanita lainnya, Farah Quinn memang memiliki anugerah yang memikat hati banyak pria. Wajahnya sih tidak terlalu cantik, warna kulitnya pun sawo matang khas wanita Indonesia. Tapi ia memang punya keeksotisan tersendiri, suatu hal yang mampu menarik mata lelaki asing, seperti sering terlihat di pusat-pusat perbelanjaan. Kalau dibandingkan dengan Luna Maya atau Kinaryosih, kecantikan parasnya masih kalah. Namun kalau berbicara soal bentuk tubuh, Farah unggul telak dibanding kedua nama tersebut. Yang paling istimewa ialah payudaranya yang berukuran ekstra untuk bodi semungil dirinya. Tak heran jika setiap pria yang bertemu dengan dirinya, otomatis perhatian utamanya tertuju kepada kedua buah dadanya itu. Mungkin penasaran, ingin melihat seperti apa gumpalan montok di dalam bajunya. Rasanya ini faktor utama penyebab kesuksesan acara Ala Chef yang ia pandu. Mungkin inilah acara memasak yang tidak hanya menarik perhatian para remaja wanita dan ibu-ibu, tetapi juga remaja pria dan para suami. Kalau pemirsa wanita memperhatikan resep dan cara memasak, pemirsa pria – kaum adam yang mupeng – lebih terhibur dengan menonton lekuk tubuh dan gerak-gerik pembawa acaranya. Apalagi Farah memang terkesan sengaja mengidentikkan dirinya dengan sebutan Sexy Chef. Tingkah lakunya sepanjang acara pun terkadang suka menggoda iman, apalagi di akhir acara ia selalu berkata "Hmm.. Yummy". Haha, pikiran ngeres para pria pun langsung melayang dibuatnya. Menonton Ala Chef, bukan hanya selera makan yang bangun, tapi "si otong" pun ikut terbangun
Farrah Quinn
Seiring kesuksesannya di layar kaca, Farah Quinn makin sering diundang menghadiri acara off-air. Roadshow ke beberapa kota besar kian kerap ia lakukan menjawab undangan dari banyak panitia. Popularitasnya terus melambung. Tak salah memang keputusannya kembali ke tanah air. Mungkin hal ini pula yang membuat Subagyo tertarik untuk mengundang si koki sexy untuk beraksi di Lapas tempatnya bekerja. Ibarat sebuah peribahasa "sambil menyelam minum air", maka mengundang seorang Farah Quinn selain bisa mengangkat namanya dan memudahkan promosi, ia juga bisa melihat langsung tubuh montok si koki yang biasanya hanya bisa ia lihat di layar televisi.
"Gimana Bos? Sukses?", seorang laki-laki lain berperawakan pendek bertubuh gempal dan bergigi tonggos. Laki-laki itu adalah Handoko atau lebih sering disebut dengan sebuan Bagong, salah satu staf LP.
"Belum sih Han, tapi paling nggak Farah tadi sudah menunjukkan ketertarikannya".
"Artinya kita musti usaha lebih keras Bos, pokoknya tu cewek musti datang ke LP kita".
"Tumben lu semangat gitu?".
"Gimana nggak semangat Bos, tu cewek bodinya mantep pisan, apalagi tu toket bikin ngiler abis kan jarang-jarang tuh kita dapet kunjungan cewek, gersang nih batin Bos gersang banget he he he".
"Dasar otak mesum! Gue ngundang si Farah Quinn serius buat ngadain acara bukan buat main-main, lu jangan mikir yang aneh-aneh ya...", Subagyo berusaha menutupi diri kalau dalam hati ia juga sedikit tergoda dengan perawakan Farah Quinn yang memang menggiurkan.
"Ya namanya juga usaha Bos he he he".
"Ngaca dulu Han, muka lu tu ancur abis nggak mungkin dilirik ama tu cewek".
Handoko hanya bisa cengengesan.
"Udah lu buruan deh ambil mobil, kita balik ke kantor sekarang".
"Siap Bos he he he".
Setelah memasukkan kartu nama yang didapatkannya tadi ke dalam dompet, Subagyo pun berjalan menuju lobi hotel tempat acara demo memasak diselenggarakan. Senyum masih terkembang di wajahnya yang juga jauh dari tampan, sama seperti staf yang diajaknya. Dengan sedikit usaha negosiasi ia yakin obsesinya mengundang Farah Quinn akan segera tercapai. Tak lama mobil yang dikendarai Handoko sampai dan mereka pun meninggalkan tempat tersebut.
#####################
"Bapak tadi agak sedikit nggak waras kali ya Far, masa ngundang acara masak di dalam LP sih he he he", wanita yang diakui oleh Farah Quinn sebagai managernya tadi membuka percakapan di dalam mobil.
"Lo memang kenapa Dea?".
"Nggak apa-apa sih, cuma kedengarannya aneh aja".
"Gue juga ngerasa sedikit aneh sih tapi nggak ada salahnya kan kalo kita sedikit ganti suasana?".
"Ganti suasana sih fine-fine aja menurut gue, tapi LP? Emang nggak ada tempat lain?".
"Iya sih, ya sudah kalo gitu kita tunggu aja tu Bapak beneran ngubungin lu ato cuma sekedar basa-basi aja".
"Yeah, moga-moga sih nggak beneran he he he".
"Eh, kalo misalnya beneran gue bakal musti ngisi acara masak di LP, kira-kira gue musti masak apa ya?".
"Halah, kalo lu yang ngisi acara sih nggak penting apa masakannya apalagi tu LP pasti isinya cowok-cowok semua, tua-tua lagi pastinya he he he".
"Ah? Maksudnya?".
"Kan udah bukan rahasia umum kale Far, kalo cowok-cowok suka acara lu cuma karena mau ngeliat bodi sexy lu".
"Gila lu ya ha ha ha".
"Mau bukti?", wanita yang bernama Dea itu kini bersuara sedikit berbisik.
"Mana?".
Dea kemudian mendekatkan bibirnya ke telinga Farah. "Lu liat deh sopir kita di depan, dari tadi kan dia ngelirik-ngelirik tuh ke belakang, pasti ngeliatin lu deh he he he".
"Dasar gelo!", Farah langsung menepuk pundak managernya tersebut. Memang tadi Farah sempat melirik ke arah sopir dari mobil yang mereka kendarai dan kata-kata Dea ada benarnya. Bahkan kata-kata Dea sebelumnya pun ada benarnya juga. Harus ia akui kalau penampilannya yang sensual memang membuat acara masak-memasak yang dipandunya memiliki rating yang tinggi. Dan Farah pun sadar ketika ia harus mengekspos ke-sexy-annya tersebut, setiap kali tampil dalam acara on air ataupun off air.
"Ye, ati-ati lo Far lu musti mikirin masak-masak buat nerima tawaran tu Bapak, LP tempat yang berbahaya lo klo nggak ati-ati lu bisa-bisa diperkosa disana!", kali ini terdengar nada serius dari suara Dea.
"Come on Dea, lu jangan mikir yang nggak-nggak deh lagian itu kan cuma sekedar undangan demo masak sama seperti undangan-undangan lain yang biasa gue terima".
"Well it's up to you, I'm only your manager".
#####################
Seminggu kemudian.
"Far, guest who's called me just now?".
"Who?".
"Pak Subagyo...".
"Pak Subagyo?".
"Iya Pak Subagyo, lu inget Bapak yang bilang bakal ngundang lu ke LP? Well that's Pak Subagyo".
"Ooo... that man... gimana? Dia jadi ngundang gue?".
"Jadi, gue udah bilang ke dia tentang syarat-syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi kalo mau ngundang lu, gue juga udah bilangin tarif yang musti dibayar dan dia bilang nggak masalah, jadi sekarang semuanya terserah lu".
"Hhhmm... gue pikir-pikir dulu deh, kapan dia bilang bakal nelpon lagi?".
"Gue bilang kalo kita yang bakal ngubungin dia lagi, so kapan lu mau ngasi jawaban gue bakal contact lagi tu Bapak".
"OK deh, kalo gitu lu hubungi lagi Pak Subagyo ntar biar gue yang ngomong langsung ke dia soal kesepakatan acara ini".
"OK", Dea mengambil ponselnya dan mulai men-dial sebuah nomor.
Bagi Farah Quinn undangan kali ini memang penyelenggaranya sedikit unik, yaitu lembaga pemasyarakatan (LP) di sebuah kota di pulau Jawa. Saat pertama memperoleh undangan, Farah memang agak heran. Kok ada LP yang mengundang dirinya? Namun setelah sempat berbicara dengan kepala LP lewat sambungan telepon saat finalisasi kontrak, Farah merasa paham. Kepala LP tersebut memang sengaja membuat acara demo masak bagi para narapidana sebagai bentuk acara keterampilan. Adapun tujuannya terbilang positif, yaitu supaya napi-napi punya keahlian khusus yang dapat dimanfaatkan sebagai mata pencaharian saat mereka keluar LP nantinya dan para napi itu tentunya lebih tertarik bila acara tersebut dipandu oleh seorang chef cantik seperti dirinya dibanding oleh mas-mas atau bapak-bapak tua yang membosankan. Sayangnya, karena belum terlalu lama tinggal di Indonesia, Farah belum mengetahui benar reputasi LP yang akan ia kunjungi hari ini. Di sana, terdapat empat napi residivis yang sudah sering masuk keluar penjara. Keempatnya merupakan komplotan napi yang dipidana akibat kasus perampokan dan pemerkosaan terhadap gadis-gadis belia di kampung-kampung seputaran kota itu. Masing-masing bernama Encep, Gatot, Amar, dan Tinus. Tentunya mereka pasti akan sangat antusias saat mengetahui LP mereka bakal kedatangan seorang Farah Quinn yang sering mereka tonton di TV. Sebagai komplotan yang sudah makan asam garam di dunia kriminal, mereka langsung menyusun rencana busuk. Tujuannya? Apalagi kalau bukan mencicipi seksinya tubuh Farah yang selama ini hanya bisa dibayangkan dalam mimpi atau sambil onani.
"Kapan rencananya kegiatan itu akan dilaksanakan Pak?", Farah nampak sedang berbicara melalui ponselnya.
"Seminggu lagi Mbak Farah, tepatnya hari sabtu depan".
"O I see, bagaimana kalau diundur sehari jadi minggu Pak, soalnya sabtu saya ada keluarga di luar kota?".
"Hhhmm... nggak masalah sih Mbak, asalkan Mbak mau acaranya dimulai agak siang".
"Nggak masalah sih Pak".
"OK kalau begitu kita sudah bisa menyepakati jadwal kegiatannya, bagaimana soal penandatanganan kontraknya? Kapan bisa dilaksanakan?".
"Dua hari lagi, manager saya akan menerima Bapak di kantor saya, draft kontrak akan kami kirimkan sehari sebelumnya untuk Bapak pelajari".
"Baiklah, kalau begitu saya tunggu kabar berikutnya, senang akhirnya kita bisa mencapai kesepakatan Mbak Farah".
"Sama-sama Pak Subagyo".
Telepon pun ditutup dan percakapan berakhir.
"Lu yakin lu mau melaksanakan kegiatan "aneh" ini Far?", Dea yang sedari tadi duduk di samping Farah seakan-akan ingin menegaskan kembali keyakinan Farah menerima tawaran kegiatan dari Pak Subagyo.
"Gue yakin Dea, memang kenapa?".
"Perasaan gue nggak enak aja sih".
"Hei, sejak kapan lu punya sixth sence gini sih?".
"Bukannya gitu, soalnya hari itu gue nggak bisa ikut bareng ama lu ke LP itu, kan gue ada acara lain di luar kota".
"Nggak apa-apa kok, lagian Pak Subagyo juga sudah bilang kalau dia akan menyiapkan seorang artis buat jadi host waktu acara itu".
"Oh artis lain? Siapa?".
"Gue juga nggak tau, Pak Subagyo bilang dia dengan itu artis belum mencapai kesepakatan soal harga, jadi dia belum berani bilang ke gue".
"Ya udah, syukur deh jadi lu cukup ditemenin ama crew lapangan aja kan?".
"Iya, santai aja".
Walaupun Farah Quinn terlihat santai, namun tidak dengan Dea,managernya. Di dalam hati wanita cantik itu seakan-akan tetap ragu untuk membiarkan Farah Quinn untuk ikut dalam acara masak yang diadakan oleh Pak Subagyo. Seakan-akan ada perasaan yang mengganjal dan terus berbisik kalau sesuatu yang buruk akan terjadi. Entah apa itu, ia sendiri tidak tahu. Tapi yang jelas perasaannya sangat jarang sekali salah.
#####################
Masih di hari yang sama, di tempat yang berbeda.
"Skak...!!".
"Loh kok bisa gitu? Lu curang nih Cep!".
"Gimana bisa curang? Wong lu juga dari tadi disini terus, jangan ngeles lu baru mau kalah ha ha ha".
"Aduh kayaknya melayang lagi nih rokok gue satu bungkus", laki-laki bertampang sangar itu menggaruk-garuk kepalanya.
Dua orang laki-laki berperawakan kasar dan bengis yang kini sedang bermain catur adalah Encep dan Gatot. Keduanya adalah narapidana yang kini sedang menjalani masa tahanannya di LP tersebut. Keduanya dihukum karena telah sering melakukan perbuatan perampokan dan perkosaan di beberapa tempat. Walaupun sudah sering keluar masuk penjara, namun mereka seakan-akan tidak pernah kapok mengulangi perbuatan bejat mereka. Terakhir kali mereka disini adalah karena perbuatan mereka memperkosa dua orang gadis desa. Tidak hanya mereka berdua yang berada di dalam sel khusus tersebut. Dua orang rekan sekelomplotan mereka yang lain juga ditahan di sel yang sama. Mereka adalah Amar dan Tinus.
"Busyet...!! tu toket gede amat ya Mar?".
"Iya tuh, tu toket apa melon yak? Ha ha ha".
Amar dan Tinus kini sedang terlihat berkonsentrasi menonton televisi yang sedang menyala di luar sel mereka.
"Eh Bang, volumenya di besarin dong!", teriak Tinus, yang berperawakan besar penuh dengan otot dan sekujur tubuhnya dipenuhi oleh tato.
Handoko atau Bagong, staf LP bagian keterampilan yang saat itu sedang tugas piket langsung menoleh ke sumber suara. "Sewot amat sih lu? Ini udah besar kale".
"Ah Abang, situ sih deket jadi denger nah kita-kita kan di dalem sel Bang?".
"Ya udah...", Bagong mengambil remote televisi dan mulai menambah volume suaranya.
"Tu cewek bening amat Bang, siapa tuh namanya?", tanya Amar.
"Namanya Farah Quinn...".
"Bule ya Bang?".
"Nggak orang lokal, cuman kawinnya aja ama bule".
"Sexy bener...! Jadi kangen gue ama si Surti di kampung, toketnya kan gedenya sama tuh ama tu cewek di TV", Amar mulai membayangkan tubuh tukang jamu di kampungnya. Memang sudah beberapa tahun mereka semua terkurung di dalam jeruji besi, sehingga hampir tidak pernah lagi mereka merasakan nikmat dan hangatnya tubuh seorang wanita.
"Sontoloyo lu, cewek bening kayak gitu lu samain ama Surti si tukang jamu!", Tinus yang sedari tadi menampakkan ekpresi mupeng ke arah televisi langsung protes mendengar kata-kata kawannya, karena merusak lamunan joroknya.
"Sama aja kale, paling tampilan luarnya aja yang beda, lu belum pernah nyobain Surti sih! ha ha ha".
"Eh, berisik bener sih lu pada? Nggak tau kali gue lagi konsentrasi nih!", Gatot berteriak kesal kearah dua temannya. Rupanya ia masih kesal dengan melayangnya sebungkus rokok miliknya kepada Encep sehingga ia kembali menantang kawannya itu. Sedangkan Encep sendiri hanya bisa cengar-cengir sambil menghisap sebatang rokok hasil kemenangannya di ronde pertama.
Amar dan Tinus menoleh ke arah Gatot untuk sesaat, namun kemudian melanjutkan aktifitas mereka menonton televisi.
"Tukang masak ya dia Bang?", Amar melanjutkan pertanyaannya.
"Heeem...", laki-laki betubuh pendek dan bergigi tonggos itu hanya menangguk sedangkan matanya tetap tertuju ke televisi.
"Duh Nus, nganceng nih kontol gue liat tu cewek".
"Lu pada nonton apaan sih?", Encep rupanya sedikit terusik dengan percakapan kedua rekannya. Melihat Gatot belum juga memindahkan biji caturnya, laki-laki berambut gondrong itu pun beranjak dari tempat duduknya.
"Ini lo Cep, nonton Farah Quinn...", Tinus menjawab.
"Siapa tuh? Artis sinetron?".
"Bukan Cep, tukang masak".
"Tukang masak? Sejak kapan lu doyan nonton acara masak-masak? Kayak ibu-ibu aja lu he he he".
"Wah yang ini lain Cep, yang ini tukang masaknya sexy bener!".
"Masa? Mana?", Encep memincingkan matanya yang memang sudah agak minus ke arah televisi.
"Mantap kan Cep?", Amar berucap dengan mata berbinar.
"Busyet...!! Dasyat tuh!".
"Lu-lu orang baru liat di TV aja udah pada konak gitu, gimana lu-lu liat aslinya langsung? Ha ha ha", Handoko tertawa terbahak-bahak mendengar komentar-komentar para napi yang dijaganya tersebut.
"Liat aslinya? Mana mungkinlah Bang, masa cewek bening gitu mau main ke LP? Aya-aya awe...", Amar menimpali.
"Lom tau si lu pada, minggu ini Farah Quinn mau dateng ke LP kita", Bagong berucap.
"Serius nih Bang?", kini giliran Tinus yang menimpali.
"Ya seriuslah, malah besok Pak Kalapas mau teken kontrak ama managernya Farah Quinn".
"Wih, artinya minggu depan kita kedatengan bidadari nih Cep", Tinus langsung tersenyum mesum.
"Semua napi bakal ikutan acara masak tu ya Bang?".
"Nggak semualah, bakal dipilih beberapa napi aja".
"Bang, bisa atur supaya kita berempat bisa ikutan acara masak itu nggak?", Tinus nampak bersemangat. Gatot yang tadi terlihat sibuk memikirkan langkah biji catur berikutnya, kini telah ikut bergabung bersama kawan-kawannya yang lain.
"Wah susah tuh, yang milih orang-orang yang ikutan langsung dari Pak Kalapas sih".
"Ayo dong Bang, usahain dong ntar setoran ke Abang kita tambahin deh", Tinus terus mendesak.
"Iya Bang, setoran plus uang rokok deh", Amar yang memang sudah nganceng sedari tadi ikutan membujuk si staf LP.
"OK deh, gue usahain".
"Nah gitu dong Bang! He he he", Tinus tertawa mesum dan kemudian menatap ketiga kawan-kawan segengnya. Ketiga laki-laki berwajah sangar dan bengis lainnya pun balik tersenyum, seakan-akan mereka mengerti makna tatapan Tinus.
Sebuah ide jahat, kini sudah muncul di dalam kepala keempat resedivis kambuhan tersebut. Dan sebuah rencana yang tak kalah jahat pun siap disusun.
#####################
Hari yang ditunggu-tunggu.
"Selamat datang Mbak Farah!", sapa Pak Subagyo, sang kepala LP saat menyambut kedatangan Farah Quinn. Sebagai pimpinan LP yang merasa harus menjaga wibawa, ia mencoba bersikap sopan dengan menatap wajah tamunya itu.
"Terima kasih Pak Subagyo, duh.. cukup gerah juga ya udaranya di sini", ujar Farah yang baru turun dari mobil ber-AC.
"Aduh jangan terlalu formal-lah Mbak Farah, cukup panggil saya Bagyo saja", mata nakal laki-laki bertubuh tambun itu langsung berkontraksi dengan otak mesumnya melihat kedatangan sang tamu spesial.
"Oh iya Pak Bagyo".
Cuaca di kota tersebut memang terkenal panas. Farah yang hari itu sepanjang di mobil mengenakan jaket denim, langsung melepaskan jaketnya tersebut. Langsung terpampanglah kemeja ketat berwarna biru yang ia pakai di balik jaketnya tersebut. Saking ketatnya kemeja Farah, payudaranya kian terekspos jelas. Dua gumpalan empuk itu seakan ingin memberontak keluar dari kemeja biru tersebut. Melihat pemandangan itu, Subagyo mau tak mau langsung mencelos hatinya. Niat sopan pada awalnya kini kalah dengan naluri kelelakiannya.
"Mmmaa.. rrrii.. mb.. mbbak Far.. Farah... Mari sss.. si.. silakan ma.. mass.. massssuk...", tiba-tiba ucapan Subagyo menjadi terbata-bata saat mempersilakan Farah masuk ke LP binaannya.
"Okay, thank you Pak... tapi Bapak kok ngomongnya jadi nggak jelas gitu sih? Kayak Azis Gagap deh.. lucu...", seloroh Farah sambil mencolek pinggang Subagyo. Farah memang suka iseng menggoda lawan bicaranya kalau ia tahu lawan bicaranya itu terpesona melihat kemolekan tubuhnya.
"Ah.. nggak kok... rrr... itu... anuu... saya kagum aja sama susu Mbak Farah... eeeeh... maaf... maksud saya... susunan acara yang akan diikuti Mbak Farah hari ini", Subagyo jelas makin gelagapan diisengi seperti itu.
"Oooh... begitu toh Pak. Iya, saya juga kagum sama dedikasi Bapak dalam membina LP ini. Bapak sepertinya memang tipe responsible man, lelaki bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. I like such man. Pasti bisa membahagiakan istri juga. Hmm.. yummy", tutur Farah dengan ucapan khasnya, terus menggoda Subagyo.
"Haha... ha... Mbak Farah bisa saja.. haha..", Subagyo terkekeh, menutupi rasa malu dan groginya. Apalagi saat melihat kemeja Farah yang asalnya memang sudah ketat, terlihat kian menantang karena mulai dibasahi kucuran keringat. Otomatis bayangan bra dan kemontokan buah dadanya makin membayang.
"Ma... mari Mbak, kita masuk ke ruangan acaranya, para napi binaan kami sudah menunggu", lanjut Subagyo sambil bersegera masuk ke aula LP, tempat demo masak bakal diselenggarakan. Farah Quinn mengikuti dari belakangnya. Ia tidak menyadari bahwa aula tersebut bakal menjadi saksi bisu satu pengalaman yang tak akan terlupakan sepanjang hidupnya.
"Sorry Pak Bagyo, kata Bapak akan ada artis juga yang akan menjadi host acara ini, siapa ya orangnya?".
"Oh iya, hampir saja saya lupa, orangnya sudah di aula tempat acara dia baru datang beberapa menit yang lalu".
"Begitu ya? Terus siapa orangnya?".
"Ya, Mbak Farah bisa lihat sendiri nanti", Subagyo kembali mempersilakan Farah Quinn beserta dengan rombongannya untuk beranjak menuju aula tempat acara akan dilangsungkan.
###########################
Keriuhan di aula LP sudah terjadi sejak pagi. Segala persiapan dilakukan, mulai memasang panggung, backdrop, mengatur meja dan kursi, melengkapi bahan-bahan masakan dan peralatan masak yang sebelumnya sudah diminta oleh Farah melalui surat. Mengingat kemampuan masak para napi yang diperkirakan Farah belum terlalu tinggi, ia sengaja memilih menu-menu masakan Eropa yang simpel dan mudah dibuat. Yaitu fish, sausage, 'n chips, milkshake buah-buahan, dan puding vla. Di dalam aula, terdapat pula sebuah kamera video yang dipasang di depan panggung. Maksudnya tentu untuk mendokumentasikan demo masak karena jarang-jarang LP ini mengadakan acara sebesar ini, apalagi mengundang tamu koki terkenal segala. Paling banter acara keterampilan memasak yang pernah dibikin di sini hanya mendatangkan koki kota setempat. Untuk peserta, para napi diseleksi secara khusus meliputi napi-napi yang memang sering ikut kelas memasak sebelumnya. Subagyo, sang kepala LP, memercayakan seleksi ini kepada kepala bagian keterampilan, Handoko, yang biasa dipanggil Bagong karena bentuk tubuhnya yang agak pendek dan gempal, berwajah kurang sedap dipandang dan bergigi tonggos, laksana Bagong si tokoh punakawan. Suatu kesalahan fatal karena Bagong merupakan pengurus LP yang paling dekat hubungan pertemanannya dengan empat sekawan Encep, Gatot, Amar, dan Tinus. Kuartet yang di luar juga dikenal sebagai "Entot Anus", karena kegemaran mereka melakukan anal sex terhadap korbannya. Ketika tahu rencana LP mereka mendatangkan Farah Quinn dan Bagong menjadi semacam ketua panitianya, Gatot yang di dapuk sebagai pimpinan komplotan, langsung menghubungi kawannya itu. Ia membeberkan rencana kawan-kawannya terhadap koki seksi tersebut. Tanpa pikir panjang, Bagong langsung menyetujui dan memasukkan kuartet itu sebagai peserta acara. Ternyata selama ini, dirinya pun memendam hasrat terhadap Farah Quinn. Mengubah acara "demo memasak ala Farah Quinn" menjadi "demo memaseks (memasak sambil ngeseks) bersama Farah Quinn".
"Wah ramai juga ya Pak?".
"Iya Mbak, maklum jaman sekarang banyak godaan yang bikin orang-orang baik yang berubah jadi penjahat, resikonya ya LP jadi penuh sesak gini", kembali Subagyo menyempatkan diri melirik ke arah dada Farah. Seperti yang dikatakannya tadi, banyak godaan yang membuat orang-orang jadi berpikiran jahat termasuk dirinya sendiri yang begitu tergoda melihat gundukan besar dan kenyal milik sang tamu.
"Jadi yang ada di aula ini adalah semua napi yang ada di LP ini?".
"Nggak semualah Mbak, kalau semua pastilah aula ini nggak bakal muat atuh".
Farah Quinn hanya mengangguk-angguk melihat aula tempat akan dilangsungkannya acara terlihat begitu penuh sesak. Semua napi yang hadir adalah napi laki-laki, dengan tampang dan perawakan yang jauh dari kata tampan. Hampir semua berwajah sangar dan bengis. Semuanya seolah-olah menatap tajam ke arahnya, bak segerombolan serigala yang melihat seekor domba segar. Farah pun sedikit bergidik melihat kenyataan ini.
Ketika Farah tengah asyik menyapu pandangannya sekeliling ruangan aula, sebuah tepukan mendarat di pundaknya.
"Hai Farah, datang juga akhirnya".
Farah Quinn membalikkan tubuhnya guna melihat siapa yang menepuk pundaknya tadi.
"Oh, Olga... ngapain lu disini?", Farah tersenyum lebar.
Kedua wanita itu kemudian bersalaman dan saling berciuman pipi.
"Rupanya kalian sudah saling mengenal, Mbak Olga Lydia ini yang akan menjadi host Mbak dalam acara demo memasak hari ini", Subagyo menjelaskan.
"Elu toh hostnya, tadi gitu kan kemarin gue telepon lu jadi kita bisa berangkat bareng".
"Gue tahu sih kalau bintang acara hari ini adalah the great Farah Quinn, tapi gue kan nggak enak juga nelpon soalnya pasti lu pasti bakal sibuk banget nyiapin segala sesuatu buat hari ini he he he".
"Biasa aja sih, kan acara-acara demo masak seperti ini udah biasa gue lakuin jadi nggak perlu persiapan yang terlalu ribet".
"Maaf, Mbak-Mbak berdua bukannya saya ingin mengganggu obrolannya, tapi acara sebentar lagi akan dimulai mungkin Mbak berdua bisa mengambil tempat langsung di depan", Subagyo menyela pembicaraan kedua wanita cantik tersebut.
"OK Pak, kalau begitu biar staf saya mempersiapkan perlengkapan terlebih dahulu".
Farah lalu memberi isyarat kepada kepala rombongannya untuk memulai menyiapkan segala sesuatunya di meja panjang di depan aula. Rombongan Farah yang beranggotakan dua orang wanita dan tiga orang laki-laki itu pun mulai bekerja memindahkan peralatan masak dan juga bahan-bahan masakan ke tempat dimana Farah akan melakukan demo memasak.
"Semua udah siap Far?", Olga Lydia memastikan terlebih dahulu kalau semuanya sudah siap sebelum ia membuka acara.
"OK, I am ready...".
"Sorry Far, gue nitip kamera digital gue di tas lu dong, males nih gue balik lagi ke mobil".
"OK, tapi entar lu inget ngambilnya ya, kalo nggak gue langsung balik nama he he he".
"Dasar... sip deh!".
Acara demo masak pun kemudian berjalan dengan normal. Pembukaan pun dilakukan oleh Olga Lydia dengan mengenalkan terlebih dahulu sang bintang, Farah Quinn kepada seluruh peserta yang ada di aula tersebut. Tepuk tangan riuh pun langsung terdengar di penjuru ruangan aula. Kemudian acara dilanjutkan dengan kata sambutan dari Handoko, sebagai ketua panitia dan akhirnya acara dibuka dengan prosesi penyalaan kompor oleh Subagyo, sebagai Kepala LP.
Olga Lydia
Tak ada yang aneh selama acara demo masak tersebut berlangsung. Semua peserta demo masak nampak "serius" memperhatikan segala gerak-gerik yang dilakukan oleh Farah Quinn. Entah serius memperhatikan apa yang didemokan oleh sang koki, atau justru mereka serius memperhatikan gerakan anggota tubuh sang koki yang menang terlihat agak lebih "menonjol" daripada resep yang kini sedang dipraktekkan. Demikian pula halnya Olga, wanita oriental ini bersaing dengan Farrah menjadi pusat perhatian mereka.
"Busyet Mar, ternyata aslinya lebih mupengin daripada kalo cuman di TV ya?", Tinus berbisik kepada Amar yang duduk di sebelahnya.
"Gue setuju banget Nus, nganceng abis nih gue, si amoy Olga itu juga bikin gua ngaceng tuh, liat tuh pahanya bagus banget putih mulus, gemes pengen ngelusin".
"Tahan dikit lagi Mar, kalo rencana Gatot berjalan lancar sebentar lagi kayaknya kita bakal bisa ngerasain tuh koki".
"Iya nih, gue penasaran lebih enakan mana sih masakannya atau kokinya langsung nih ha ha ha", Tinus tertawa tertahan. Bagaimanapun ia tidak boleh membiarkan napi-napi lainnya mendengar apa yang sedang mereka berempat rencanakan.
"Lagian si Encep ama Gatot lama banget sih perginya? Kayaknya ni acara bentar lagi kelar bisa gawat tuh kalo tu koki sexy keburu pergi".
Memang saat ini Farah Quinn terlihat sedang menyiapkan bahan-bahan untuk membuat milkshake buah-buahan yang merupakan hidangan terakhir yang berfungsi sebagai pencuci mulut, selain puding vla yang telah selesai dibuat sebelumnya. Sementara Olga berinteraksi dengan para peserta demo sehingga suasana tidak sepi.
"Nah tu si Encep ama Gatot dateng", Tinus menunjuk ke arah kedua kawannya yang kini sedang berusaha berjalan mendekati mereka diantara para napi yang duduk berjajar.
"Gimana Cep? Beres?", Amar bertanya penuh harap.
"Beres Mar, semuanya udah kita urus bareng si Bagong".
Mereka berempat pun tersenyum penuh kemesuman sambil menatap tajam ke arah Farah Quinn yang masih sibuk menjelaskan tentang bagaimana mencampur buah-buahan dengan adonan susu di dalam sebuah loyang besar. Beberapa kali terdengar suara tawa dari para napi ketika ditengah penjelasannya, Farah sedikit melontarkan joke-joke segar sebagai pencair suasana.
#####################
Akhirnya acara hari itu pun ditutup ketika para napi yang hadir di aula selesai menikmati masakan yang tadi didemokan oleh Farah Quinn. Kini para napi sudah dikembalikan kembali ke dalam sel mereka masing-masing. Yang ada di ruangan aula saat ini hanya Farah Quinn, Olga Lydia, Subagyo dan Handoko. Sedangkan rombongan Farah Quinn sendiri nampak sibuk merapikan alat-alat masak yang tadi digunakan dan kemudian memasukkannya ke dalam mobil.
"Terima kasih Mbak Farah dan Mbak Olga sudah bersedia hadir hari ini", Subagyo membuka percakapan setelah beberapa menit yang lalu aula mulai nampak sepi.
"Sama-sama Pak Bagyo, ini sungguh sebuah pengalaman baru buat saya", Farah tersenyum manis. Sementara Handoko atau Bagong yang berdiri di samping Subagyo sedari nampak gelisah. Agaknya laki-laki tonggos itu, sudah tidak kuat lagi menahan dorongan birahi yang sudah sedari tadi melanda dirinya akibat melihat tubuh montok dan molek milik sang tamu kehormatan.
"Tapi saya ingin membicarakan tentang satu hal dengan Mbak Farah".
"Oh apa itu Pak?".
"Begini Mbak, seminggu lagi LP kami diminta untuk mengisi salah satu stand dalam pameran pembangunan yang dilaksanakan oleh Departemen Hukum dan Ham dimana rencananya kami akan membuka stand masakan dalam acara tersebut".
"O I see, terus?".
"Dalam rangka pelaksanaan acara tersebut, kami ingin meminta tolong kepada Mbak Farah untuk sedikit memberikan kursus memasak kilat barang setengah jaman kepada beberapa napi yang telah kami pilih, sehingga nantinya mereka bisa siap dengan model-model masakan baru".
"Hhhmm...", Farah Quinn mengerutkan dahinya. "Tapi ini tidak ada di dalam kontrak?".
"Iya saya tahu, masalahnya saya baru mendapat telepon dari Pusat setelah kontrak selesai kita tandatangani, jadi kalau bisa saya meminta bantuan ini secara personal kepada Mbak Farah".
"Hhhmm... bagaimana ya?".
"Besar lo harapan saya, Mbak mau menerima permintaan kami ini".
"Lu gimana Ga? Mau balik sekarang?", sejenak Farah mengalihkan perhatiannya kepada Olga Lydia yang berdiri disampingnya.
"Kalo gue sih musti balik secepatnya Far, abis ntar malem gue musti ngisi acara live di TV".
"Tanpa host nggak apa-apa Pak?".
"Oh nggak apa-apa Mbak, soalnya ini kan sifatnya privat langsung kepada napi-napi yang telah dipilih".
"Terus apa peralatan saya perlu diturunkan lagi?".
"Tidak usah Mbak, semua peralatan sudah kami siapkan, selain itu Mbak juga tidak perlu memasak lagi Mbak cukup menjelaskan dengan teori-teorinya saja kepada para napi".
"OK kalau begitu, saya bersedia tapi hanya untuk setengah jam".
"Terima kasih Mbak Farah", senyuman langsung terkembang di wajah Subagyo. Namun senyuman yang paling terkembang adalah senyuman dari si Bagong yang merasa rencananya bersama empat napi agaknya akan berjalan lancar.
"Kalo gitu gue balik duluan deh Far".
"OK deh Ga, see you soon ya...".
"Kalau begitu saya akan mengantar Mbak Olga ke pintu depan, Mbak Farah bisa ikut dengan staf saya, Handoko, menuju ke tempat dimana para napi sudah kami kumpulkan".
Kedua wanita cantik itu pun saling melambaikan tangan. Olga Lydia berjalan menuju ke pintu depan ditemani oleh Subagyo, sementara Farah Quinn diantarkan oleh Bagong ke tempat "khusus" yang telah disiapkan dimana para napi telah menunggu dengan tidak sabar.
###################
Terakhir diubah: