Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT SDS - Syahwat di Sekolah (No SARA)

Status
Please reply by conversation.
Part 6

Siangnya

"Gimana rasanya disini, Jak." tanya Pak Rizki guru kelas 5A yang dikabarkan dekat dengan Bu Putri guru agama.

"Enak, Pak."

"Lah, enak gimana? Emangnya apaan enak. Hahaha."

"Enak, Pak. Bisa ngentotin dua guru padahal baru masuk sini." jawab batin Gw yang enggak mungkin bisa Gw ucapkan secara lisan kepadanya.

"Ya enak gitu, Pak. Orangnya baik-baik, seru-seru, asik-asik." jawab Gw.

"Ahh, yakin baik-baik, Jak? Pak Hendra kamu bilang baik? Hahaha."

"Nah, itu pengecualian, Pak. Hahaha."

"Ya emang orangnya gitu dia, mentang-mentang masih saudaraan sama yang punya yayasan."

"Ohh, gitu. Baru tau saya. Tapi saudaraan juga sama Pak Sulai?"

"Enggak, Jak. Beda. Pak Sulai mah muridnya yang punya yayasan."

"Ohh gituu."

*Jedakkk
Tiba-tiba pintu pantry terbuka keras seperti di dobrak.

"Bagus kamu ya, udah jago ngegosip sekarang." Bu Putri marah kepada Pak Rizki. Hal ini semakin meyakinkan Gw bahwa Bu Putri dekat dengannya. Apakah mereka berpacaran? Ta'aruf mungkin?



"Ehh, enggak kok. Orang aku ngasih tau Jaka aja."

"Ya iya!! Gosip namanya!!"

"Yaudah, maaf. Gak lagi."

Bu Putri pun meninggalkan kami sambil membawa teh manis.

"Pacaran, Pak?" tanya Gw memecah keheningan.

"Enggak, tapi langsung dinikahin." sambut Rudi si guru olahraga.

"Lah, sok tau kamu Rud." jawab Pak Rizki.

"Tau lah, emang gak mau dinikahin, Pak? Apa buat saya aja, Pak?"

"Yaudah." jawab Pak Rizki.

"Hahh?? Buat Rudi nih, Pak?" saut Gw kaget.

"Lah, gampang banget, Pak. Hahaha." timpal Rudi keheranan.

"Yehh, maksudnya yaudah saya nikahin. Ente berdua gimana sih." jelas Pak Rizki.

"Ahelah, Pak. Udah seneng tuh padahal." kata Rudi.

"Lah, walaupun kata Pak Rizki boleh belom tentu Bu Putri mau ama lu lah Rud." timpal Gw.

"Nah, ini baru sohib saya. Hahaha. Sini gabung, Rud." ajak Pak Rizki ke Rudi untuk bergabung sama kami.

"Ahh, abis nemenin anak-anak olahraga nih, masa langsung kena asep rokok sih, dimana healthy life nya." kata Rudi sambil membakar rokok yang diambil dari sakunya.

"Jak, gak perlu saya jelasin kan siapa adiknya Pak Hendra?" kata Pak Rizki ke Gw.

"Lah, lu adeknya Pak Hendra, Rud?" tanya Gw.

"Iyak, mangapa?"

"Tingkahnya gak beda sama abangnya. Hahahaha." kata Gw disusul tertawaan kami ke Rudi.

"Heh, tolong dibedakan mana yang lahir di rumah sakit sama mana yang lahir di angkot yak." jawab Rudi.

"Ohh, gitu." Gw mencoba menyimak.

"SI RUDI LAHIR DI ANGKOT JAKKK. HAHAHAHA." seru Pak Rizki disusul tertawaan kami bertiga.

"Serius lu lahir di angkot, Rud?" tanya Gw.

"Udah terselip di nama Gw, Jak. Rudi Haryadi alias Turun Di Haryadi." jelasnya.

"Haryadi apaan?" tanya Gw.

"Nama tempat di daerah rumah Gw dulu."

"Makanya kamu kalo manggil si Rudi jangan panggil namanya." jelas Pak Rizki.

"Terus apa dong?"

"BANG, KIRI BANG. HAHAHAHA." jawab mereka berdua bersamaan yang dilanjutkan dengan tawa kami bertiga membuat seru obrolan kami.

"Abang-abang ganteng, tolong yaa suaranya dikecilin. Anak-anak lagi pada sholat di bawah. Kalian bukannya jagain malah ketawa-ketawa disini." tegur Muti.



"Iya, maaf ya, Mut." saut Pak Rizki.

"Jaka, kamu dicariin Bu Sinta tuh tadi."

"Lah? Kenapa?" tanya Gw.

"Gatau, dia cuma nyariin. Rud, Bu Ana nyariin kamu. Katanya ada anak yg nitip duitnya ke kamu, anaknya nyari-nyariin kamu tuh."

"Astaghfirullah!!" kata Rudi sambil pergi meninggalkan kami.

"Pak Riz, bantuin bikin soal yukk."

"Yah, Mut. Males ah. Kamu bisa sendiri juga." jawab Pak Rizki.

"Oke, berarti Bapak bisa sendiri kan bikin Bu Putri gak sebel sama Bapak lagi kan?" timpal Muti sambil meninggalkan kami.

"Heh?? Hahh?? Yaudah yaudah sini." kata Pak Rizki mengejar Muti.

Entah kenapa Bu Sinta mencari-cari Gw. Apa karena tugas kelas 6? Kan itu Pak Hendra yang ngerjain. Apa Pak Hendra maksa Bu Sinta untuk ngerjain tugas itu?

"Assalamualaikum." ucap Gw memasuki ruang TU yang hanya terdapat Bu Sinta seorang diri.

"Wa'alaikum salam, Jak. Nah, kebetulan. Saya cari-cari tadi."



"Kenapa ya, Bu?" tanya Gw.

"Udah, panggilnya Sinta aja. Umur kita kan gak beda jauh."

"Ehh, iya kenapa, Sin?"

"Begini, saya dapet kabar kalo saya dicariin sama Umi ya?" tanya Sinta ke Gw. Penjelasan singkat, Umi adalah panggilan akrab kami kepada guru liqo' kami.

"Gak tau deh. Aku aja udah lama nih enggak liqo' lagi. Hehehe."

Iya, setelah disibukkan dengan pekerjaan ditambah Bu Nisa dan Bu Lena, gw mulai jarang hadir dalam pengajian liqo' tempat Gw dan Sinta ta'lim.

"Yah kamu, sama aja kayak saya. Hahaha."

"Ya abis gimana, Sin. Udah capek disini bantuin Bu Nisa sama Farhah."

"Ohh, yaudah deh aku minjem HP kamu yah, mau nelpon Umi."

"Yaudah nih silahkan." kata Gw sambil menyodorkan HP Gw ke Sinta.

Dia pun menelepon Umi menggunakan HP Gw di sudut ruangan. Gw hanya terdengar sedikit bahwa mereka sedang membicarakan tentang kehadiran Sinta dalam liqo' yang biasa dihadirinya. Juga Gw.

Karena iseng, Gw menggunakan laptop kerja Sinta untuk berselancar di YouTube. Terlihat di home nya bahwa dia suka sekali dengan dekorasi rumah, pohon hias dan segala macamnya. Gw coba menonton salah satu videonya hingga selesailah Sinta menelepon Umi menggunakan HP Gw.

Karena fokus menonton video di YouTube, Gw tidak memperhatikan apa yang di lakukan oleh Sinta. Hingga tiba-tiba dia menghampiri Gw dan berkata.

"Jak."

"Kenapa?" jawab Gw yang masih menonton.

"Ini serius?" tanya nya.

"Apanya yang serius?" tanya Gw santai.

Lalu Sinta menyodorkan HP Gw dan memperlihatkan notifikasi WA dari Bu Nisa.

"Jak, kan semalem kamu udah sama Bu Lena. Hari ini ngentotnya sama aku yah."

*Deggg

Badan Gw seolah membeku. Ruangan yang ber-AC ini seketika terasa begitu panas dan gerah.

"Jadi, kamu, Bu Nisa sama Bu Lena ... " kata Sinta tanpa melanjutkan kalimatnya.

"Ii,, ii,, iya, Sin." jawab Gw sebelum Sinta melanjutkan kalimatnya.

"Aku gak nyangka sama kamu deh." kata Sinta kecewa.

"Tapi aku juga ngelakuin hal yang sama. Mungkin kamu juga kecewa." tambahnya.

"Aku bingung harus respon apa." Sinta menunduk sambil menghela nafas.

"Aku sebenernya penasaran sama kamu, Sin. Kenapa kamu mau sama Pak Hendra." timpal Gw.

Sinta mengangkat pandangannya menuju ke mata Gw. Gw bingung mau ngapain dengan situasi itu.

"Kalo kamu ngasih tau aku, aku bakal ceritain gimana hal ini bisa terjadi."

Dia kembali menundukkan pandangannya. Jemarinya melakukan gelagat seperti orang yang gugup.

"Aku juga dipaksa sama dia, Jak." katanya memelas.

"Kok mau sih?" tanya Gw penasaran tanpa membentaknya.

"Karena terpaksa." jawabnya singkat.

"Terpaksa gimana tuh?" tanya Gw masih penasaran.

"Jadi gini . . . " kata dia memulai ceritanya.

"Awalnya, salah aku juga sih."

"Aku kan punya pacar, dia tipikal bad boy gitu. Bengal sih, cuma kok aku sayang banget sama dia. Aku juga heran."

"Sampe suatu saat dia minta aku foto telanjang gitu."

"Aku kirim kan tuh."

"Kok kamu mau sih?" tanya aku memotong ceritanya.

"Ya kan aku bilang, entah kenapa aku sayang sama dia. Takut kehilangan dia."

"Dan waktu aku lagi kerja, aku pake WhatsApp Web, Pak Hendra minjem laptop aku."

"Cuma bodoh nya aku, aku iyain aja. Dan dia buka-buka WhatsApp Web aku sama pacar aku itu."

"Dan seperti yang kamu tau, dia nyimpen foto aku. Dan ngancem aku pake foto itu."

"Awalnya aku disuruh foto telanjang gitu juga."

"Lama-lama, senjata dia makin bertambah. Dia mulai maksa aku untuk ngasih unjuk payudara aku secara langsung."

"Dia megang-megang aku."

"Sampe akhirnya, ya dia maksa aku untuk ngelakuin hal itu."

"Dan itu alasannya kenapa waktu aku pergok kamu, kamu nangis kejer banget ya." timpal Gw.

"Jakaaa." kata dia sambil menangis.

"Lah, lah. Kenapa kamu nangis?" tanya Gw kaget.

"Aku gak tau kenapa kamu baik sama aku."

"Baik gimana?"

"Pertama, kamu punya video aku sama Pak Hendra lagi telanjang di kamar mandi. Aku kira kamu bakal maksa aku kayak Pak Hendra. Tapi ternyata enggak." jelas Sinta.

"Dan kamu ngertiin aku waktu kamu ngasih tugas ke Pak Hendra. Kalo kamu waktu itu gak bilang bahwa harus dia yang ngerjain, pasti dia bakal nyuruh aku yang ngerjain." tambahnya.

"Aku takut, kamu bisa aja jahat ke aku. Tapi ternyata enggak."

Sinta mulai berhenti menangis. Lalu tersenyum melihat Gw.

"Makasih ya, Jak." ucapnya sambil tersenyum.

"Iya, Sin. Sama-sama." jawab Gw.

"Mentang-mentang aku berbuat dosa makanya aku dipanggil SIN ya." candanya sambil cemberut.

"Ehh, ehh. Enggak gituu." jawab Gw.

"Hahaha. Bercanda, Jak." katanya sambil menyapu air matanya sambil tersenyum.

"Abis kan tadi nyuruhnya jangan manggil Bu. Ya aku panggil Sinta, jadinya Sin deh."

"Kan tuaan aku nih .. " ucapnya.

"Aku panggil Kak aja yakk?" timpal Gw memotong omongannya.

"Nahh. Kamu mikirin apa yang aku pikirin. Hahahaha."

"Oke deh Kak Sinta."

"Nah, sekarang giliran kamu ceritaaaa." serunya.

"Ya gitu, Kak. Awalnya kan aku bantuin Bu Nisa. Terus dia ngasih aku hadiah."



"Hadiahnya begituan?" tanyanya.

"Bukan. Hadiah itu makan sama nonton. Ya cuma dia juga punya keresahan sih. Dia udah lama gak dikasih nafkah lahir batin sama suaminya. Kalo masalah uang kan Bu Nisa bisa nyari sendiri dengan kerja disini. Cuma kalo masalah syahwat, dia gak bisa ngapa-ngapain kan."

"Jadi, kamu nolongin dia dong?" tanyanya lagi.

"Bukan cuma nolongin sih, Kak. Tapi rejeki juga buat aku. Hahaha."

"Nah, terus sama Bu Lena?"



"Nah, kalo itu karena aku pernah pergokin dia lagi main sama Bang Sani."

"Hahh?? Seriuss??" tanyanya kaget.

"Iya, bener. Jadi suaminya Bu Lena itu impoten dan dia masih butuh kepuasan kan. Dia tadinya mau sama gigolo, tapi takut. Akhirnya dia coba sama Bang Sani. Katanya dikasih 200 ribu terus dia main."

"Jadi, karena kamu pergokin, kamu maksa dia untuk kamu gituin gitu?" tanyanya lagi lagi dan lagi.

"Enggak, Kak. Dia sendiri yang cerita kalo sama Bang Sani enggak puas. Soalnya mainnya cuma sebentar."

"Terus, kenapa bisa main sama kamu?" tuh kan nanya lagi.

"Bu Nisa ceritain kalo dia main sama aku. Terus Bu Lena gak percaya kan. Waktu itu aku sama mereka kan survei di villa. Waktu Bu Putri sama Pak Rizki lagi keliling, Bu Nisa ngasih unjuk ini aku, terus dia isep ini aku di depan Bu Lena. Akhirnya Bu Lena tertarik deh."

"Gila kamu, Jak. Kamu gak mikir gimana perasaan suaminya Bu Lena?"

"Mikirin dong kak. Dan ternyata Bu Lena udah izin sama suaminya. Hahahaha."

"Hahh?? Yang bener??" nanya lagi kan? Tapi kali ini kaget.

"Iya bener, bahkan tadi pagi suaminya ngobrol sama aku. Dia bilang kalo mau silahkan-silahkan aja."

"Ahh, gila kamu, Jak. Beruntung banget kamu."

"Makanya, aku juga heran."

Lalu Kak Sinta menggeser kursinya ke dekat Gw. Kayaknya, dia masih penasaran dengan cerita Gw.

"Udah berapa kali kamu main sama mereka?" tanyanya berbisik.

"Hmm. Serius nih Kak, nanyanya gini? Hehehe." Gw mulai mencari cara supaya dia tertarik sama Gw.

"Ya abis aku kaget aja, kok kisahnya bisa kayak gitu."

"Kalo sama Bu Nisa udah sering, Kak." kata Gw berbohong.

"Kalo sama Bu Lena baru semalem aja." lanjut Gw.

"Terus enakan sama siapa?" tanyanya sambil tersenyum-senyum.

"Jujur, enakan Bu Nisa. Karena belum pernah ngelahirin kan. Tapi kalo pengalaman seruan sama Bu Lena."

"Seru gimana?"

"Ahh, malu ah ceritanya."

Kak Sinta bangkit dari duduknya. Dia menuju ke pintu ruang TU dan menguncinya dari dalam. Lalu dia kembali duduk di kursi yang tadi dia duduki, merapihkan duduknya lalu berkata.

"Kamu cerita, aku copotin satu-satu." katanya sambil memegang kancing blazer nya.

"Hahh?? Serius, Kak?"

Satu kancing pun dia buka.

"Menurut kamu?"

"Yaudah deh, jadi gini. Kalo menurut aku, Bu Nisa itu lebih enak. Karena lebih muda dari Bu Lena kan." kata Gw sambil melihat Kak Sinta yang membuka kancing kedua dari blazernya.

"Tapi, Bu Lena lebih seru. Banyak variasinya."

Kini, Kak sinta telah membuka blazernya dan menaruhnya di senderan punggung kursinya.

"Contohnya kemarin, Bu Lena ngajarin aku itu."

Lalu Kak Sinta menghentikan niatnya untuk membuka kancing bajunya.

"Kamu berhenti cerita, aku juga berhenti bukanya nih." tantangnya.

"Hmm. Bu Lena ngajarin aku 69." kata Gw sambil melihat dia membuka kancingnya satu per satu.

"Jadi, dia naik ke atas aku. Terus dia jilatin ituan aku sedangkan aku jilatin ituan dia."

"Ihh, Jak. Yang jelas dong apanya." godanya.

Sekarang, setengah dari kancingnya sudah terbuka.

"Itu. Bu Lena jilatin kontol aku, sedangkan aku jilatin memeknya dia."

Terbukalah semua kancing yang ada di bajunya. Sekarang, terlihat jelas tank top ya yang berwarna hijau gelap itu.

"Bahkan, kemarin dia jilat sunhole aku."

Dia membuka baju luarnya hingga terlihat ketiaknya yang putih bersih itu.

"Gila, itu enak banget. Aku sampe kegelian."

Dia pun menghentikan kegiatan buka membukanya.

"Kamu udah nih ceritanya? Aku pake lagi nih?" tantang Kak Sinta.

"Abis bingung mau cerita apa." jawab Gw.

"Apapun." ucapnya sambil tersenyum.

"Oh, iya. Aku main sampe tiga kali kan sama Bu Lena semalem. Pas yang terakhir dia minta peju aku dikeluarin di mukanya aja."

"Gilaaa!!" teriaknya kaget.

"Tiga kali main?? Parah kamu, Jak." ucapnya.

Gw cuma bisa nyengir sambil melihat bentuk tubuhnya yang mulai terbentuk nyata.

"Nih, karena kamu bikin syok aku. Bonus langsung."

Kini Kak Sinta membuka tank topnya dan juga BH nya. Terlihat bulat toket indahnya. Lebih kecil dari Bu Nisa tetapi lebih kencang. Pentilnya berwarna coklat mirip seperti Bu Lena. Pengen aja rasanya langsung memegangnya.


"Nah, sekarang Bu Nisa."

"Hah??" ucapnya kaget.

"Kenapa kaget, Kak?" tanya Gw.

"Aku udah buka yang atas nih. Kalo kamu cerita, aku harus buka yang bawah dong?"

"Mau gak mau, Kak. Hahaha." Gw pun tertawa karena berhasil mengerjainya.

"Sialan kamu, Jak. Hahaha." ucapnya sambil tertawa.

"Jadi, kalo Bu Nisa lebih kalem. Sama dia feel romance nya kena banget."

Kak Sinta berdiri sambil membuka kaitan celananya.

"Sama Bu Nisa lebih enak lama-lama. Ciuman dulu, jilat-jilat dulu, isep-isep dulu. Baru main."

Sekarang Kak Sinta menurunkan celananya hingga terlihat celana dalamnya.

"Tapi pernah main cepet-cepet juga. Dan hasilnya itu parah banget. Hahaha."

Gw sengaja menghentikan cerita Gw agar dia penasaran.

"Parah gimana, Jak?" tanya dia.

"Kalo kakak penasaran, buka dulu dong. Hihihihi."

"Sialan kamu, Jak. Bisa banget ngerjain aku nya." kata dia sambil senyum-senyum malu.

Kini telanjang sudah Kak Sinta di hadapan Gw. Tubuhnya langsing, beda seperti Bu Nisa dan Bu Lena yang berisi. Toketnya lumayan, namun padat. Jembutnya sedikit lebat. Lebih lebat dari Bu Nisa malah.


"Udah nih. Terus parahnya kenapa?" tanya dia sambil duduk kembali di kursinya.

"Kami main di kamarnya Bang Sani. Sampai kasurnya reot. Hahahaha."

"Ihh, seru banget ya kayaknya."

"Lah, emang kakak gak pernah ngerasain se seru itu?" tanya Gw.

"Enggak. Sama pacar aku ya begitu doang, malah dia kasar. Sampe aku di tabok-tabok lah, di tampar-tampar lah. Kadang di cekek."

"Kalo sama Pak Hendra gak lagi-lagi. Cuma sebentar doang. Dan kalaupun lama aku gak bakal nikmatin itu, karena aku terpaksa." tambahnya.

Lalu ruangan itu hening. Tidak ada suara dari kami berdua. Gw lebih memilih menikmati tubuh indah Kak Sinta yang ada di depan mata daripada sia-sia. Tapi seiring waktu, semakin Gw menikmatinya semakin keras batang kontol Gw berdiri.

"Ihh, udah naik. Hahahaha." kata Kak Sinta mengomentari kontol Gw yang berdiri.

"Kak, kayaknya enggak fair deh kalo kakak sendiri yang telanjang. Aku ikut ya?" tanya Gw.

"Yaaa, silahkan aja. Lagian juga enak nih telanjang begini jadi terasa bebas. Hahaha."

Lalu Gw pun melucuti pakaian Gw satu persatu. Hingga sampai Gw mau melepas CD Gw, Kak Sinta mencegahnya.

"Jak. Entar dulu."

Gw pun membatalkan niat Gw untuk melepas CD Gw lalu menatapnya.

"Kenapa, Kak?"

Kak Sinta berdiri di hadapan Gw, lalu berlutut.

"Kalo yang ini aku yang buka, gimana?"

Gw terperanjat kaget. Karena sudah pasti apa adegan yang akan terjadi setelah Kak Sinta berhasil melepas CD Gw nanti.

"Ya silahkan aja, Kak."

Kak Sinta menggenggam karet CD Gw untuk menariknya ke bawah. Setelah ditariknya, betapa kagetnya dia melihat kontol gw yang sudah berdiri keras memantul ke depan setelah berhasil keluar dari sangkarnya.

"Ohh ini yang udah naklukin dua guru di sekolah ini?" ucapnya.

"Kira-kira bisa nambah satu guru lagi gak yah?" tanya Gw.

"Kayaknya sih bisa. Abis barangnya gemesin banget sih. Yang punya juga nyenengin. Hahahaha."

"Kayaknya barangnya butuh kecupan deh, Kak."

*Mmuaachhh

Kak Sinta mencium kepala kontol Gw.

"Ishh, gemeshhh." ucapnya.

"Dipegang aja atuh kalo gemes mah. Hahaha." ucap Gw.

Dan Kak Sinta pun menggenggam kontol Gw yang udah keras itu. Dia begitu penasaran dengan kontol Gw hingga tidak lepas sorotan matanya itu dari kontol Gw.

"Kenapa sih barang ini bisa bikin dua orang takluk ke kamu?" tanyanya penasaran sambil mengocok pelan kontol Gw.

"Gak tau, Kak. Mungkin rasanya manis." ucap Gw menggodanya untuk menjilati kontol Gw.

"Ahh, masa sih?." tanyanya tidak percaya. Yang padahal dia tahu bahwa hal itu tidak mungkin.

Lalu Kak Sinta menjilat kepala kontol Gw untuk membuktikan hal itu. Sekalinya di jilat. Dua kali. Tiga kali.

*Shhh

*Ahhhhh

"Mana manisnya. Ini mah biasa aja. Cuma kerennya kalo dijilat ada suara aneh gitu. Hahaha." candanya.

Dia membuka mulutnya dan memasukkan kontol Gw ke dalamnya. Sepertinya dia udah beberapa kali melakukan hal ini tapi tidak sering. Soalnya dia udah bisa menghindari pertemuan antara kontol Gw dengan giginya tetapi tidak lihai memaju mundurkan kepalanya.


"Kak? Serius?" Gw menanyakan keyakinannya untuk menyepong kontol Gw yang padahal Gw mengharapkan banget hal itu.

*Plukk
Dia mengeluarkan kontol Gw dari mulutnya.

"Kamu baik sama aku. Sedangkan aku belum ngasih apa-apa ke kamu." ucapnya.

Lalu dia melanjutkan adegan menyepong kontol Gw. Gw dari atas hanya bisa melihat dia memaju mundurkan kepalanya

"Shhh. Kakk." kata Gw mengerang.

"Mmmmpphhhhh."

*Plukk
"Kontol kamu enak banget, Jak." ucapnya lalu melanjutkan sepongannya.

"Erghhhh."

"Shhh."

"Ahhh. Kakk.

*Crott crott
"Hmmmmm." suaranya tertahan karena mulutnya penuh dengan kontol Gw.

"Aahhhh."

*Plupp

*Glukk glukk

"Jak, ngomong-ngomong dulu ihh kalo mau keluar." ucapnya.

"Hehehe. Maaf. Abisnya mulut Kak Sinta enak banget sepongannya."

"Makasih atas pujiannya." balasnya malu.

*Drtt drrtt
Mata kami berdua langsung tertuju ke HP Gw yang tergeletak di atas meja. Terlihat bahwa Bu Nisa menelepon Gw, mungkin mencari Gw untuk menuntaskan syahwatnya.

"Yah, udah dicariin ya." ucapnya murung.

"Gabisa lanjut dong." tambahnya.

Lalu Gw mengangkat tubuhnya untuk berdiri. Gw kecup bibir manisnya.

*Muachh
Gw pun memeluk tubuh bugilnya dan dia menyambutnya dengan melingkarkan kedua tangannya di leher Gw.

"Jadiin aku yang ketiga, Jak." ucapnya lembut di telinga Gw.

*Degg
Anjir. Kok bisa-bisanya dia ngomong begitu. Kalo dia mau ngentot sama Gw kan tinggal bilang ngentotin aku gitu. Tapi, kok dia bilang jadiin yang ketiga. Gw enggak bisa bales ucapan dia itu karena Gw sangat menikmati pelukan dia dengan tubuh bugilnya itu.

*Tok tok tok
"Assalamualaikum, Bu Sinta?"

Tiba-tiba ada suara ketukan pintu mengagetkan kami berdua.

LANJUT
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd