Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT ANCAMAN YANG SEMPURNA

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Setelah sekian lama, akhirnya ada juga yang posting cerpan karya sendiri. Mantap gan!
Btw, mohon dipertimbangkan juga gan. Melihat alur ceritanya, seandainya ada kelanjutannya mungkin ini lebih pas di sub-cerpan 'Sedarah'. Tapi ngga tau deh. Mungkin nanti admin yang menentukan. Terus berkarya gan!
:Peace:
ituh dia, dirikuh teh gagal terus dalam postingan, jadi sekenanya ajah... Hatur nuhun, Agaaan
 
Siappp, Komandan.... Mabok mah teu beuki uy, aya bajigur? Cingaaan lahhhh, saencroteun... haha. Hatur nuhun, Juragaaan
haha =)) bajigur punah ey didieumah teu aya nu jualan deuii.. Ganti ku ciu kang =))


btw ieu si ridwan meunang jatah teu ti indungna kang..? Mun henteu mah ngango atth, henteu gentle lah ceuk bahasa gaulna mah :bingung:
 
haha =)) bajigur punah ey didieumah teu aya nu jualan deuii.. Ganti ku ciu kang =))


btw ieu si ridwan meunang jatah teu ti indungna kang..? Mun henteu mah ngango atth, henteu gentle lah ceuk bahasa gaulna mah :bingung:
antosan weh ke wengi lah... Manawi aya nu ngadangkak colokkeun sarerea. Nuju dirapihan keneh supados raos dibacana... Tur nuhun pisan tos sindang, Brader. Dalam
:)
 
antosan weh ke wengi lah... Manawi aya nu ngadangkak colokkeun sarerea. Nuju dirapihan keneh supados raos dibacana... Tur nuhun pisan tos sindang, Brader. Dalam
:)
oke kang di antos apdetna ke wengi :jempol:
 
BAGIAN II

***
Ridwan bangun kesiangan. Saat keluar pintu kamarnya, dia mendengar ibunya sedang mengolah masakan. Teringat kejadian semalam, otak sadarnya merasa malu hati, bahkan tak berani untuk sekadar pergi ke kamar mandi untuk cuci muka. Dengan mengendap-endap seperti maling jemuran, Ridwan keluar rumah kontrakannya, langsung tancap gas, terbirit-birit menuju bengkel tempat kerjanya.
Selama bekerja, Ridwan gelisah sekali. Kerja pun serba salah. Hingga beberapa kali kena semprot Koh Ahong, si pemilik bengkel.

Dan sepulang kerja, seperti biasanya dia mampir untuk nongkrong di warung minuman Bang Manap, di situ dia minum gila-gilaan. Bahkan sampai dikira sinting, saking banyaknya minuman yang membakar usus di perutnya. Belum lagi pil koplo yang ditenggaknya bareng minuman.
Dan gilanya, makin mabuk, otaknya makin membayangkan tubuh telanjang berkeringat ibunya. Untungnya Si Ningsih, pelayan warung minuman Bang Manap sedang masuk angin gara-gara semalam nonton dangdutan pulang subuh. Kalau ada di situ, mungkin sudah diperkosa sama Ridwan yang sedang mengalami birahi tinggi. Tadinya Ridwan berniat mabuk sampai pagi, namun entah apa yang terjadi. Tiba-tiba saja dia berdiri sempoyongan, melemparkan uang seratus ribuan ke meja Bang Manap yang sedang anteng nonton sinetron, tanpa menunggu kembalian, dengan langkah terhuyung-huyung dia pergi. Tak memperdulikan teriakan teman-temannya yang memangggilnya dengan rasa heran. Aneh memang, biasanya dia betah mabuk di situ sampai jam tiga subuh, sementara sekarang baru jam sembilan, anak itu sudah pulang.

Entah sadar atau tidak, langkah mabuk Ridwan membawa kakinya menuju ke arah rumahnya! Beberapa kali dia hampir kecebur got gara-gara mabuknya yang sudah kelewatan. Sesampainya di depan pintu rumah kontrakannya, ia tertegun kebingungan. Hanya karena otak mabuk yang sudah terpengaruh bisikan setan, berhasil memaksanya masuk ke dalam rumah. Setengah membanting pintu dia menutup kembali pintu kontrakannya. Ibunya yang sedang asik menonton sinetron sampai terlonjak kaget mendengar suara bantingan pintu. Terheran-heran melihat Ridwan sudah pulang. Melihat jalannya yang terhuyung-huyung, maklumlah dia, bahwa anak itu sedang mabuk. Maya, ibu Ridwan, tidak terlalu kaget melihat Ridwan mabuk, karena ia sering mendengar anaknya sepulang kerja selalu mabuk-mabukan di warung minuman Bang Manap. Tak berani ia menegur, karena merasa ikut bersalah akan keadaan yang terjadi sebelumnya, ia paham sekali kenapa Ridwan jadi pemabuk seperti itu dan hanya mampu berdoa di dalam hati, walau pun sering mabuk, semoga Ridwan tidak sampai membuat keonaran di tempat umum yang tentu saja akan membuat masalah tambah besar.

“Tumben sudah pulang?” tanya Maya dengan suara heran.
“Hmmmhhh...,” gumam Ridwan tak jelas. Langkahnya makin tak tetap, sementara Ibunya kembali duduk melanjutkan kegiatannya menonton sinetron. Tanpa menyadari sedikit pun akan mata nyalang anaknya yang sedang menatap tubuhnya. Dalam pandangan Ridwan, tubuh itu seakan sedang duduk dalam keadaan bugil, sedang berkeringat, dengan pinggul naik-turun bergoyang dan berputar. Otak Ridwan benar-benar dalam keadaan sinting. Apalagi ketika tanpa sengaja, saat ibunya merubah posisi duduknya, baju tidurnya tersingkap sehingga pahanya yang putih padat terpampang jelas. Setan segera melihat kesempatan tersebut, membisikkan sesuatu ke hati Ridwan yang sudah menggelegak panas.
Dengan sedikit kesadaran yang tersisa, Ridwan masuk ke dalam kamarnya, mengambil kaset film biru dari laci lemari pakaiannya, setelah sebelumnya menyambar pisau cutter dan diselipkan ke balik bajunya. Celana jeans dilepaskan hingga menyisakan celana kolor yang menonjol akibat penisnya yang sudah kaku menegang. Setelah keluar kamar, ia menghampiri ibunya yang sedang asik menonton.

“Apa itu?” tanya ibunya, saat Ridwan tanpa bicara menghidupkan VCD room.
“Kaset film,” jawab Ridwan pendek.
“Ntar aja dulu, lagi nonton sinetron, tanggung! Kamu sudah makan? Di dapur masih ada nasi sama lauknya? Atau mandi dulu biar segar,” protes ibunya.
“Sudah makan di warung. Nonton film saja mendingan,” sahut Ridwan lagi.
“Ya sudah, film apa? Film India?”
“Jangan banyak omong! Nonton saja!” Ridwan melotot. Lalu duduk di samping ibunya, duduknya begitu mepet. Sehingga ibunya mencium aroma alkohol dari napas Ridwan yang memburu.
“Iya, kalau begitu ibu bikinin minum aja dulu, mau teh manis atau tawar?” sahut ibunya hendak bangkit, risih dengan duduk Ridwan yang begitu mepet. Tapi secepat kilat Ridwan menarik tangan ibunya, memaksanya untuk duduk kembali. Menahan pundak ibunya agar tak bisa bangkit lagi.

“Sudah diam! Duduk saja!” bentak Ridwan kasar.
Ibunya terdiam, takut juga hatinya dengan kekasaran Ridwan yang sedang dalam keadaan mabuk.
“Ikhhh!” mendadak dia menjerit tertahan. Saat melihat tontonan mesum dari film yang distel anaknya. Mencoba meronta saat Ridwan mendekapnya.
“Apa-apaan kamu! Lepaskan! Kamu mabuk tau!”
“Diam!” tiba-tiba saja, di leher ibunya sudah menempel pisau cutter.
“Kamu...!”
“Diam dan tonton filmnya! Atau kamu memilih mati!” geram Ridwan pelan, sebelah tangan mempererat pelukannya.
Diancam seperti itu, ibunya sama sekali tak berkutik, di leher pisau cutter telah menempel, sekali gores saja, habis sudah. Sementara pelukan Ridwan semakin erat, napasnya terasa panas memburu, meniup pipinya. Dengan posisi badan tak berkutik seperti itu, mau tak mau, Maya terpaksa melihat tontonan mesum dari VCD yang tengah berlangsung. Risih benar dia menontonnya. Tapi entah kenapa, tiba-tiba saja dia merasa ada yang menggeliat dari hasratnya yang berusaha ditekannya dalam-dalam. Mencoba untuk mempertahankan alam sadarnya dengan memejamkan mata.
“Kk..., kamu, kamu mabuk, Nak. Ini ibu..., ibumu. Tt..., tto-long lepaskan!” pinta Maya menghiba. Mencoba sedikit meronta.
“Kubilang diam! Tonton saja!” bentak Ridwan kembali, napasnya makin memburu. Tak disangka-sangka, tiba-tiba dia mencoba mencium bibir ibunya yang langsung memberontak kaget. Pisau cutter yang menempel di leher, bereaksi. Mengiris sedikit leher putih dan jenjang itu. Darah mulai merembes.
“Aduhhh...,” rintih Maya merasakan perih di lehernya.
“Minta mampus kau!” Ridwan melotot marah.
“Aku ibumu, Nak! Nyebut.., nyebuuut!” rintih Maya mulai menangis ketakutan.
“Masabodoh!” jawab Ridwan tak perduli. Dia benar-benar sudah dikuasai nafsu setan. Mendekap erat tubuh montok dan padat itu.
“Lleee..., lepaskan! Atau aku akan teriak!” ancam Maya yang sudah tidak mempunyai pilihan.
“Teriaklah! Dan sekampung akan tahu perselingkuhanmu dengan Si Bangsat Hendi satpam itu!” Ridwan menyeringai kejam.
“Aa..., apa?!” Maya membelalak kaget. Serasa mendengar ada petir yang meledak di samping telinganya, “Kk..., kamu!” tak sanggup ia melanjutkan kata-katanya saking terkejutnya.

“Ya! Aku melihat semuanya semalam. Kalau Si Satpam Bangsat itu bisa, kenapa aku tidak? Dia memberi uang buat bayar kontrakan, sementara aku membiayai hampir seluruh hidupmu dan biaya berobat bapak! Kenapa aku tidak bisa, Hah!” bentak Ridwan makin keras. Hatinya benar-benar panas sekali.
“Ppe-pelankan suaramu! Ibu mohon maaf, ta..., tapi bukan seperti ini caranya. ..., kemarin ibu bingung dan gelap mata. Yang punya kontrakan terus datang menagih. Ibu mohon, kita bicara baik-baik,” pinta Maya dengan suara memelas.
“Kau butuh duit berapa? Makanya bilang! Jadi nggak sampai jual tubuh!” makin keras benar suara Ridwan.
Muka Maya tambah pucat, “Pelankan suaramu, masih banyak orang di luar, tidak enak. Ibu mohon lepaskan dulu ibu. Kita bicara baik-baik, Nak!”
“Hmmm, takut ketahuan Mbak Rohanah kamu ya? Bahwa suaminya malam-malam ada di sini!” dengus Ridwan sinis.
Maya terdiam, lehernya terasa perih bekas goresan pisau cutter yang masih jg menempel.
“Lalu..., kamu mau apa?’ tanyanya kemudian dengan suara lemas.
“Kamu nonton dan diam saja. Kalau masih cerewet juga, kamu perlu tahu. Perselingkuhanmu semalam dengan Si Hendi sudah kurekam di HP, kalau masih juga kamu menolak semua keinginanku, akan kusebarkan video perselingkuhanmu ke semua orang!” ancam Ridwan sambil menyeringai penuh kemenangan.

Maya benar-benar tidak bisa berkutik lagi. Tubuhnya benar-benar lemas oleh keadaan yang tengah dihadapinya saat ini, “Kamu benar-benar gila! Aku ibumu, Nak. Sadarlah!” ujarnya masih mencoba untuk menyadarkan Ridwan.
“Sialan! Bisa diam tidak sih? Atau sekarang juga aku ke Mbak Rohanah buat kasih liat videonya?” tukas Ridwan mulai kesal.
“Jj..., jangan. Tt..., ttapi jauhkan dulu pisaunya, aduhhh perihhh,” rintih Maya dalam keputus asaannya.
“Asal kau mau berjanji tidak cerewet saja!”
“Aa..., ibu, ibu berjanji!” Maya mengangguk lemas.
Sambil tertawa penuh kemenangan, Ridwan melempar jauh pisaunya. Ke dua tangannya makin leluasa untuk memeluk ibunya, “Tonton saja filmnya!” bisik Ridwan sambil menjilat kuping Maya yang segera bergidik kegelian.
Maya merasakan hatinya hancur. Namun ia memang sudah tidak mempunyai pilihan lain untuk menghadapi kegilaan dari Ridwan anaknya ini. Ia seperti tengah bermimpi buruk yang sangat menakutkan.

Dalam pelukan erat Ridwan yang tangannya mulai merayap ke mana-mana. Maya mencoba mengalihkan perhatiannya dengan menonton film mesum yang mempertontonkan adegan yang makin panas saja. Diam-diam gairahnya mulai terbangkitkan oleh tontonan mesum itu. Gairah yang sudah terpendam selama-bertahun-tahun, dari mulai Rudi, suaminya, mengalami stroke. Gairah yang hampir terlampiaskan semalam dengan Pak hendi yang ternyata tak mampu memuaskannya.
Maya menggigit bibirnya saat jari-jari tangan Ridwan merayap ke balik pakaian tidurnya yang longgar, meremas-remas gemas payudaranya yang masih terbungkus bra. Mulut Ridwan menjelajahi lehernya, tengkuknya, bahkan menjilati darah yang menetes akibat irisan pisau cutternya tadi. Maya mulai menggelinjang geli, dia merasakan seluruh bulu-bulu rambutnya merinding. Namun saat mulut Ridwan mau mencium bibirnya, Maya menghindar. Kehormatannya masih melarang dia untuk menerima ciuman penuh nafsu dari Ridwan. Ridwan itu anakmu! Begitu peringatan alam sadarnya yang sudah mulai goyah, terbuai oleh sentuhan dan remasan jari-jari Ridwan.
“Hrrrr!” dengus Ridwan marah. Dia menarik kepala ibunya agar menghadap dia, tanpa kata-kata, segera ia melumat bibir ibunya dengan ganas.
“Hmmmfffhhh,” Maya menggeleng-gelengkan kepalanya, matanya terpejam, dengan bibir terkatup erat. Mencoba bertahan dari serangan ciuman Ridwan. Hatinya sangat hancur sudah.
“Buka!” bentak Ridwan marah.
“Wan...,hmfh.” Hanya sepatah kata itu saja. Karena Ridwan sudah menyerbu bibirnya, menjilat, mengecup dan memagut, lidahnya menyerbu jauh menelusuri ke dalam rongga mulut Maya yang mengap-mengap. Bau alkohol memuakkan menekan ulu hatinya. Hampir saja ia muntah.
Jari-jari tangan Ridwan makin sibuk bergerilya, kini dia membuka beberapa kancing atas baju tidur ibunya, setelah melonggar, ditariknya hingga ke bawah pundak. Dengan cepat ia melepaskan kancing bra yang membungkus payudara ibunya.
Begitu terpampang sepasang payudara yang putih bulat, padat dan kenyal itu. Ridwan seperti mendadak edan. Mulutnya menyelusup di antara dua daging padat itu. Dibantu tangannya yang meremas-remas gemas. Dia mencucup, menghisap, menggigit bergantian ke dua puting yang mulai mengeras itu.

Tubuh Maya mulai mengejang, dia mencoba untuk menahan mati-matian rangsangan birahinya. Namun akhirnya, pertahanannya jebol, saat jari-jari ke dua tangan Ridwan turun menelusuri punggungnya, kemudian singgah untuk meremas-remas ke dua buah pantatnya yang mengkal dan memelorotkan celana dalamnya ke lutut. Hatinya menjerit-jerit untuk melawan, hanya saja seluruh otot-otot tubuhnya telah melemas. Apalagi saat jari-jari tersebut menyentuh belahan vaginanya yang sudah mulai basah dan licin. Mengelus dan mengorek. Beberapa kali, pantatnya reflek mengedut ketika jari-jari itu menyentuh benda paling sensitif di vaginanya.
“Enggghhhh..., Wan, ibu mmoo-honnn, hentikaaaan...., ahhhhh,” Maya mendongak, matanya seakan hendak terbalik. Ketika merasakan satu jari Ridwan menyelusup masuk dan mengocok vaginanya, “Clek-clek-clek...,” terdengar bunyi berdecak berirama.
Ridwan mulai tak sabaran. Ia segera melepaskan baju tidur dan celana dalam ibunya, kemudian melemparkannya sembarangan. Selesai itu, dia juga melepaskan celana kolornya, tanpa memakai celana dalam. Penisnya yang berukuran besar dan berurat, terlihat kekar berotot, mengacung tegak gagah perkasa.

Sekilas Maya melihat pemandangan menakjubkan dari penis anaknya itu, tapi ia segera memejamkan mata dengan hati berdebar-debar. Jauh sekali perbedaan penisnya Ridwan dengan penis Hendi yang semalam memasuki vaginanya. Penis Pak Hendi Cuma punya gemuk, tapi pendek dan cepat letoy, kalau dibandingkan dengan penis suaminya, Rudi, ternyata lebih kekar punya Ridwan, belum lagi urat-urat yang menonjol melingkar-lingkar batang penisnya.
Gila kamu! Itu anakmu...! itu anakmuuu! Nurani Maya terus berseru-seru. Tapi akhirnya hanya menjadi bisikan sayup-sayup ketika Ridwan telah menindih tubuh ibunya yang sudah telentang pasrah.
Ke dua paha Maya diangkat supaya memudahkan penetrasi penis Ridwan masuk. Kepala penisnya yang mirip helm baja itu mengelus naik turun, membelah bibir vagina ibunya yang membusung tembem dan sudah membanjir oleh lendir birahi. Begitu licin dan basah.

Ke dua telapak tangan Ridwan meremas dan memijit sepasang payudara putih padat ibunya. Membuat si pemilik payudara mulutnya mengap-mengap seperti orang kehabisan udara. Dan mulut mungil itu pun telah disambar oleh mulut Ridwan yang berbau alkohol. Kembali memagut, menjilat, menggigit. Tapi Maya masih bertahan untuk bersikap pasif, ternyata alam bawah sadarnya masih terus mengirimkan sinyal peringatan, yang terus melemah..., dan kemudian lenyap. Saat kepala penis besar Ridwan mendesak ke liang vaginanya!

“Enghhhhhh...,” Maya mengerang panjang. Punggungnya melengkung ke atas saat kepala penis itu telah memaksa masuk dengan susah payah ke dalam vaginanya. Baru kepalanya saja yang masuk, Maya sudah merasa sesak napas dan sesak selangkangan.
Ridwan pun merasa kesulitan untuk terus mendesak penisnya masuk ke dalam lubang vagina ibunya. Ia menarik napas sebelum menarik mundur penisnya yang sudah mulai dihisap oleh tarikan dinding-dinding vagina ibunya yang lembut dan panas. Pelan-pelan ia mulai maju mundur, sehingga perlahan tapi pasti, penisnya terus melesak masuk.
“Aggghhhh! Sakiiittt,” Maya melengak. Matanya membeliak. Saat sepertiga batang penis Ridwan telah berada di dalam rahimnya.

“hhhhrrr,” Ridwan mengggeram. Merasakan dari mulai batang penisnya sampai kepalanya terasa ngilu oleh pijatan dan remasan lembut namun panas dari vagina ibunya. Tapi ia masih memaksakan menekan terus penisnya, hingga batas batas maksimal, dan;
“Pret! Blesekh!”
“Arrgghhhh!”
“Hrrrrr!”
Dua tubuh mengejang kaku. Memejamkan mata, menikmati sensasi kenikmatan yang membuat mereka serasa melayang-layang di nirwana. Maya merasakan kenikmatan tiada tara sampai terasa kebas ke buku-buku jari kakinya.

Sesaat kemudian, Ridwan mulai aktif menaik-turunkan pantatnya. Memompa dengan kecepatan konstan. Terlihat indah, saat batang penisnya ditarik, bibir vagina ibunya ikut tertarik sampai monyong, dan saat ditekan, bibir vagina itu turut melesak dalam. Batang penis Ridwan telah penuh berlumur cairan putih dari vagina ibunya yang seolah-olah menjadi pelumas sehingga memudahkannya untuk mengayuh bahtera kenikmatan yang luar biasa tersebut.
Maya berdesis-desis seperti kepedasan. Matanya meram-melek. Malu hatinya mengakui bahwa pengalaman persetubuhan ini baru pertama kali dialaminya. Dan gilanya, hal ini dilakukan dengan anaknya!

Beberapa saat kemudian, Maya merasakan ada yang mendesaknya untuk cepat sampai ke puncak kenikmatan. Rintihannya makin keras. Sampai suatu ketika, ke dua tangannya memeluk punggung Ridwan erat-erat. Pinggulnya ditekan keatas, menahan hentakan dari pinggul Ridwan. Dia tengah mengalami orgasme pertamanya! Badannya menjengking dengan pinggang melenting. Kenikmatan luar biasa, merayap ke seluruh pori-pori tubuhnya, dari ubun-ubun sampai ke buku-buku jarinya terasa kram. Sementara Ridwan merasakan batang penisnya seperti diperas dan diremas habis. Ngilu luar biasa. Ngilu yang nikmatnya tiada tara. Dia ikut terdiam, pompaan pantatnya merasakan pijatan dari dinding vagina ketat ibunya yang terus berkedut-kedut sambil terasa ada cairan panas membanjiri batang penisnya.
Saat mereka sedang terdiam dalam kebisuan yang nikmat, medadak terdengar suara keras dari dalam kamar depan.
“Mmm..., maaayyy. Mmm-maaayyy!”
Itulah suara Rudi, suami Maya, bapaknya Ridwan.

Maya membuka matanya, mendorong tubuh Ridwan, “Plop!” terdengar bunyi tersebut saat penis Ridwan tertarik paksa keluar dari lubang vagina ibunya. Tubuh Ridwan terguling. Secepat kilat Maya berdiri, tertegun sejenak setengah kebingungan dengan tubuh berkeringat dan telanjang menatap bergantian kepada tubuh Ridwan yang telanjang juga ke tubuhnya.
“Aaa-paaa kita? Ini..., ini,” serunya gagap dan terengah-engah. Dia menyambar baju tidurnya dan memakainya dengan cepat tanpa mempedulikan celana dalam dan branya yang masih berserakan. Saat ia hendak beranjak, secepat kilat Ridwan bangkit dan menangkap pinggang ibunya. Penisnya yang masih menegang menekan pantat Maya hanya terhalang selembar tipis baju tidur.
“Mau ke mana?” geram Ridwan.
“Bapakmu..., bapakmu mungkin hendak ke kamar mandi!”
“Hhhh, biarkan saja!” tukas Ridwan sambil berusaha mencium bibir ibunya yang segera melengos.
“Jjja-ngaaan. Nanti dia bisa curiga. Ibu mohon lepaskan ibu, biar membawa dulu bapakmu ke kamar mandi. Tolong berpakaianlah sebentar,” ujar ibunya memohon pengertian.
“Baiklah, tapi selesai mengantar bapak, kamu kemari lagi,” kata Ridwan setelah berpikir sejenak. Kemudian dia mengambil celana kolornya, memakainya tanpa memakai kembali kaosnya, hanya bertelanjang dada masuk ke kamarnya hanya untuk mengambil sebotol minuman keras, karena persetubuhan barusan, selain menyita energinya juga telah banyak menurunkan otak mabuknya menjadi setengah sadar. Karena tanggung malu, akhirnya ia nekad untuk mabuk lagi, setidaknya ia bisa menendang rasa malu yang barusan menerpa alam sadarnya.
Ridwan duduk selonjoran, sambil sesekali meneguk minuman keras. Dia menonton kelanjutan dari film mesum yang masih berlangsung. Dan di luar sana masih ada keramaian dari lalu-lintas motor yang ke luar masuk gang atau pun suara dari para ibu-ibu sebelah kontrakannya yang sedang ramai bergosip.

Ridwan berusaha tak perduli, apakah perbuatannya barusan ada yang mencurigai dari orang-orang di luar sana atau tidak. Pikiran itu juga yang menggelayuti Maya yang merasa cemas. Kalau sampai ketahuan perbuatan tabu sama anaknya, akibatnya tentu akan lebih hebat daripada ia ketahuan berselingkuh dengan Pak Hendi. Setelah memindahkan tubuh suaminya yang sudah tak berdaya ke kursi roda, diam-diam Maya tambah khawatir, takut sekali suaminya mengetahui perbuatan mereka di ruang depan kamarnya. Tapi suaminya hanya diam saja, kalau tahu tentu sudah meracau begitu ia masuk ke kamar.

Sambil mendorong kursi roda keluar kamar menuju kamar mandi, lewat ke ruangan tadi ia mendengar suara mesum dari film yang sedang ditonton oleh Ridwan.
“Pelankan suaranya! Malu terdengar suara tetangga!” katanya tanpa menoleh ke Ridwan yang menyeringai senang, matanya menatap tajam pinggul dari ibunya yang bergoyang-goyang mendorong kursi roda menuju ke kamar mandi.
“Gue akan menikmati kembali pinggul itu,” pikir Ridwan senang, otaknya sudah mulai tidak normal lagi akibat dikuasai minuman memabukkan yang terus-menerus ditenggaknya.

Sementara di kamar mandi, sambil menunggu suaminya yang sedang buang hajat, diam-diam Maya mencuci vaginanya yang masih basah dari cairan sisa orgasmenya tadi. Vaginanya terasa sedikit perih. Air matanya menetes kembali, dari penyesalan atas persetubuhan dengan anaknya barusan, “Duh Gustiii, ampuni hamba!” keluhnya dengan hati pedih.
***
 
:mantap: Udah update, woww ada scene selingkuh sekarang perkosaan, :confused:...Ayo ridwan bikin ibumu senang dan ketagihan, jadi hanya milikmu :nenen::klove:
 
lebih asik kalau dibuat tragedi, bukan begitu, Brader?
:D
Yoi hu, jadi bikin Sulit melupakannya ya.:semangat:
Kalo masih panjang mendingan hu pindah ke cerbung aja dan nanti tamat. Disini sepertinya sepi yg baca, biar suhu Semangat dan sayang cerita menarik gini sepi:Peace::ampun:
 
Yoi hu, jadi bikin Sulit melupakannya ya.:semangat:
Kalo masih panjang mendingan hu pindah ke cerbung aja dan nanti tamat. Disini sepertinya sepi yg baca, biar suhu Semangat dan sayang cerita menarik gini sepi:Peace::ampun:
Yoi hu, jadi bikin Sulit melupakannya ya.:semangat:
Kalo masih panjang mendingan hu pindah ke cerbung aja dan nanti tamat. Disini sepertinya sepi yg baca, biar suhu Semangat dan sayang cerita menarik gini sepi:Peace::ampun:

whaduhhh... gimana cara mindahinnya? ga ngerti euyyy. Plis, kumaha dan bagaimana caranya? :'(
 
PM moderator aja hu minta pindah. biasanya cepat koq ditanggapinya...
btw sapa itu moderatornya? maaf, bener-bener nge-blank... heu heu.
Mohon ampuuun, buat Master Admin Forum, tanpa permisi dulu ke tuan rumah, musafir ini telah lancang tanpa perkenalan... mohon dimaafkan...
 
btw sapa itu moderatornya? maaf, bener-bener nge-blank... heu heu.
Mohon ampuuun, buat Master Admin Forum, tanpa permisi dulu ke tuan rumah, musafir ini telah lancang tanpa perkenalan... mohon dimaafkan...

Mod nya banyak koq hu, tapi kalo yg sekarang online Master Koko koji. Kali mau Coba aja PM
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd