Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Antara Aku, Kamu, dan Para Pengejarmu

lan454

Semprot Kecil
Daftar
14 Jun 2022
Post
86
Like diterima
630
Bimabet
Bab 1 Istriku Menikmatinya
Dari Sisi Aku (Lukito Anwar)


“..Ennaak….ssh…”, samar terdengar berbisik dari mulut Elsa, istriku, ketika gerakan tubuhnya perlahan naik turun dipangkuan Rudi Sahputra yang duduk bersender pada dipan ranjang, mulut pria itu sibuk meciumi kedua payudara yang berukuran tidak besar, milik istriku. Lelaki yang berprofesi sebagai pengusaha tambang timah itu seakan juga menikmati sajian tubuh Elsa Likantari yang naik turun dan meliuk2 memaksa bergerak erotis, walau sedikit kaku.

Kedua pinggul mereka menempel rapat, dan tentunya kedua kemaluan mereka pasti sedang menyatu. Kemaluan yang satu masuk dan kemaluan yang satunya lagi dimasuki.

Sial…Elsa ternyata menikmati persetubuhan terpaksa itu, ya…terpaksa karena ini merupakan sebuah kesepakatan antara aku dan Rudi. Dan sialnya lagi, gerakan tubuh naik turun Elsa semakin cepat, semakin meliuk, dan semakin mempesona. Kadang ia tahan ketika posisi turun, sekian detik dan aku paham apa yang istirku lakoni. Biasanya ketika ia diam dan menengadahkan wajahnya ke atas, Elsa menjepit benda yang ada didalam lubang miliknya, lubang yang seharunya hanya aku, suaminya, yang berhak menikmatinya.

“Gerak lagi…El..”, perintah Rudi, “tapi jangan kamu kendorin jepitannya..” lanjutnya.

Istriku tidak serta merata mengikuti perintah pria itu, malah kedua tangannya yang tadi menopang bahu tubuh kekar itu, melingkar di leher si pria, memeluk..dan wajah Rudi semakin terbenam didada istriku.

Kedua telapak tangan Rudi mendarat di kedua bongkahan pantat Elsa, mulai meremas keduanya, dan terlihat memaksa mengangkatnya. Namun Elsa masih bertahan diposisinya, memberi isyarat apa yang ia rasakan, dan benar saja….

“Waaaa…..!”, Elsa setengah teriak, setengah desah. Kemerduan suara Elsa seolah memberi tahu lawan persetubuhannya bahwa ia sedang mengeluarkan hasratnya.

“Hangat El, di dalam sana hangat, keluarin yang banyak”, ujar Rudi sedikit terengah-engah karena wajahnya didekap paksa oleh tangan lembut istriku.

Sadar akan Rudi yang terengah-engah, Elsa mengendurkan dekapannya dan terlihat mulai nafsu mencium bibir pria itu, ia yang tadinya bersikap malu-malu, kini melumat bibir berkumis tipis dengan penuh hasrat. Dia yang tadinya kaku, kini menaik turunkan tubuhnya, awalnya lambat laun dan kemudian semakin cepat, semakin erotis, semakin mempesona pantat yang montok itu beradu dengan paha kekar pria yang tidak lain adalah teman SMA nya.

Sang pria dengan tangan di punggung tentu saja merasa senang, dan aku yakin dia pun dipicu hasratnya sendiri untuk mencapai apa yang dirasa Elsa. Dan istriku, semakin memberikan pancingan-pancingan kenikmatan, mungkin kenikmatan itu sudah diraihnya, tinggal memberikan kenikmatan bagi lawan persetubuhannya. Entah, apakah istriku ingin buru-buru menuntaskan, atau mungkin ia juga ingin meraih puncak hasrat yang berikutnya.

“Ahhh….hheemm, enak banget”, ujar istriku ditengah gerakannya.

“..hhmm….apa yang enaak?”, tanya Rudi yang tubuhnya sama sekali tak digerakan, hanya tangannya masih bertengger di punggung Elsa, dan sesekali turun untuk mencengkram bongkahan pantat itu.

“Kamu dan itu kamu…”, kata istriku, kembali terdengar terengah-engah, dan ini suatu kewajaran, karena di persetubuhan itu, istrikulah yang aktif, memberikan hasrat ke pria yang dahulu ditolak cintanya, yang pasif bergerak.

“Kalo milik dia?”, tanya Rudi sambil melirikku yang duduk terpukau di kursi yang menghadap ke sisi sebelah kanan tempat tidur itu. Dan ia sunggingkan senyuman, lalu memberikan isyarat jempolnya sambil berkata, “luar biasa Elsa mu, mas Luk….!”.

Posisi dudukku yang menghadap ke persetubuhan mereka, dengan celana pendek yang sudah ada di betisku, sementara tangan kanan mengelus kemaluanku sendiri. Batang kemaluan yang lubang pipisnya sudah meluber cairan halus lengket, dan perasaan cemburu yang sulit untuk diungkapkan, serta sensasi aneh, menyatu kala itu. Tangan kiriku masih menggenggam smartphone untuk mengambil gambar mereka, mereka yang bergumul, melakuan yang seharusnya tak mereka lakukan dan seharunya pula tak pantas pula aku izinkan. Dan sialnya aku terpaksa menyaksikan.

Dan limabelas menitan mereka melalkukan gerakan-gerakan persetubuhan cepat, mulailah istriku merancu, “enaak….sama enaknya dengan Mas Luki..uwaaaaaaaa….!”, dan istriku diam diposisi turun, mencengkram erat belakang kepala Rudi, membenamkan wajah pria itu di dadanya, kepala menengadah ke atas, “lebih gemuk, akh kamu lebih gemuk, sesak di lubangku…”

“Aku tuntasin ya, El…”

“Ayo, tunatasin, Rud…

“terimaaaaaaaaa…”, kini teman SMA istriku itu yang teriak, mengangkat pantat machonya sehingga tubuh Elsa ikut terangkat, dan tampak sekali Elsa malah menurunkan tubuhnya, agar semakin melekat kemaluan-kemaluan mereka.

Kedua tubuh itu mengejang, menikmati apa yang mereka raih. Hasrat itu seperti terasa didirku. Dan aku sangat menikmati tontonan di depanku. Mereka saling mengerang, mendesah dan teriak kecil. Bersahutan namun tak lama, karena mulut mereka saling memagut. Hingga sekian detik ketegangan tubuh mereka mengendur, dan sampailah mereka menikmati sisa-sisa hasrat mereka yang baru dituntaskan.

Dan akupun “ aaaaakkkhhh….”, mendesakh pelan, kurasakan hangat di jari-jariku yang bergerak naik turun di kemaluanku.

“Luar biasa kamu, el..”

“hmm…sama”, lirih istriku. Ia beringsut ke sisi tubuh rudi, melepaskan diri dari pelukan sang pria. Dan Rudi pun seolah tak rela melepas tubuh Elsa, membiarkan tubuh itu ke tepi ranjang dan merebah dengan posisi membelakangi ku, Rudi menyunggingkan senyuman ke Elsa, dan aku yakin istriku membalasnya.

“Istirahat..??”, tanya Rudi, tapi tak ada jawaban dari tubuh telanjang itu. Namun Rudi malah ikutan merebahkan diri disisi tubuh Elsa dan kulihat ia memeluk tubuh itu.

Kupakai celana pendekku, dan beranjak dari tempat yang aku duduki sedari awal. Dan melangkah menuju mereka, menuju ranjang dimana tempat aku dan Elsa sering melakuan persetubuhan sebagai suami istri.

Aku mengelus punggung dan bahu istriku, yang sekilas matanya sudah kulihat terpejam.

“aku keluar dulu, sayang…”, Elsa terdiam.

Rudi Sahputra, yang menurut istriku dahulu ketika mereka putih abu-abu, mengejarnya, menginginkan Istriku yang saat itu berpenampilan menarik, cantik, dan baik, untuk dijadikan kekasih, akhirnya berkesempatan juga bisa menikmati tubuh wanita yang dulu pujaannya. Dan aku yakin ini tidak diduga olehnya. Karena, menurut istriku juga, ketika dengan halus ditolaknya cinta pria ini akibat tidak disetujui oleh mertuaku, Rudi pergi entah ke mana, dan belakangan baru diketahui ia merantau ke seberang pulau Jawa. Sekian tahun lamanya sampai kini ketika dia sudah mendapatkan kekayaan dari hasil tambangnya, sang pemuja istriku ini membuka kantor baru untuk urusan birokrasi dan administrasi usahanya di kotaku. Dan…Rudi Sahputra adalah BOSS ku. (Bersambung...)
Mohon arahan dan komen, biar semakin berpengalaman..

:ampun:

 
Terakhir diubah:
Semoga ada kelanjutannya dari POV sang istri 😍😍😍
Ada....
kancrutkeuuuuuuuuuuuunnnnnn.......
Oke lah kalo begitu
Lnajut....
Siap
Ninggal jejakk duluu
Balik lagi di mari ya....
Stay tune.....
Thanks...alright
Lih udah tamat aja? :panik:
Belom dong...
Nebeng nimbrung suhu
Silaken...
Woowww banget suhu
Terilustrasi dari cerita kejadian nyata dari seorang teman, suhu
Bagus... Ko udah tamat aja?
Blom tamat, masih nyambung...
 
Bab 2 Maafkan aku, Elsa
Dari Sisi Aku (Lukito Anwar)
(lanjutannya...)


Ada rasa ragu dalam hati ketika menutup pintu kamar itu, betapa teganya aku yang meninggalkan Elsa dengan kondisi demikian lelah setelah bercinta dengan atasanku? khawatirku malah jangan-jangan Elsa menikmatinya, sesalku melanda karena aku malah biarkan atasanku menumpahkan hasratnya justru pada Elsa, istriku sendiri, yang merupakan teman SMA nya dulu.

“Maafkan aku, El…”, bathinku berujar. Sambil meninggalkan daun pintu yang sudah ku tutup dan melenggang menuju sofa ruang tamu.

Aku duduk di sofa tunggal, ku atur sofa itu menghadap ke pintu kamarku. Mataku menatap daun pintu berwarna coklat tua terbuat dari kayu jati, dengan fikiran berkecamuk. Antara cemburu, marah, serta sensasi aneh, menyatu dan bergejolak di otak. Ku lihat jam dinding, sudah pukul satu, berarti masih lama waktu mereka untuk berdua di kamar itu. Sesusai kesepakatan, Rudi ditemani Elsa, dikamar itu, berdua, hingga pagi.

15 menit kemudian samar terdengar kucuran air di kamar mandi yang terletak di kamarku, dan aku menerka-nerka siapakah yang di dalam sana. Apakah istriku, Elsa, atau Rudi, atasanku …akh tak peduli lah, yang pasti otakku masih gak karuan, dan tetap yang terlakoni adalah, mereka masih di dalam sana, berdua di dalam kamar dan mereka bebas melakukan apa saja.

Mungkin sekitar 10 menitan aku melenyap, tanpa sadar tertidur. Dengan kaget, aku terbangun, diguncang rasa khawatir terhadap Elsa. Segera aku beranjak menuju kamar mandi di belakang ruangan dekat dapur, dan kukeluarkan air kencingku di sana. Dan aku baru sadar bahwa juniorku masih lengket akibat ketika menyaksikan mereka, aku melakukan onani.

Setelah beres buang air kecil dan membersihkan juniorku, dengan gontai aku kembali ke posisi tadi, duduk santai sambil menyalakan rokok, menghadap daun pintu kamarku, jarak tempat aku duduk dan daun pintu itu sekitar tiga meteran, tidak terlalu jauh dan tentu terdengar suara Elsa, istriku mendesah dan berteriak tertahan. Sehingga otaku langsung membayang Elsa yang sedang bercinta, dengangaya-gaya bercinta yang sangat dia suka. Keinginan untuk mendobrak pintu itu semakin membara, keinginan untuk menghentikan persetubuhan itu semakin bergejolak, namun apa daya, kaki dan tubuh ku terkunci di sofa, ketika ingat sebuah kesepakatan bersama.

Beberapa minggu yang lalu, sebuah kesepakatan tercipta antara aku dan atasanku Rudi. Kesepakatan tentang Rudi yang akan mempercayai aku untuk memegang perusahaannya yang berada di Jakarta, namun dengan sebuah syarat, dia bisa menikmati tubuh Elsa. Kesepakatan yang tentu saja sulit untuk aku terima, sulit untuk aku setujui. Kubicarakan hal ini pada istriku, tentu saja istriku marah, tidak menyetujui hal itu terjadi. Namun ketika aku utarakan alasan-alasannya, akhirnya istriku memahami semuanya. Diawali dengan perdebatan panjang antara aku dan Elsa, akhirnya dia setuju untuk menemani atasanku di atas ranjang. Elsa harus mampu mengimbangi hasrat atasanku, Rudi, yang juga teman SMAnya. Rudi Sahputra yang pernah jatuh cinta pada perempuan yang kini menjadi istriku. Dan malam ini adalah yang pertama istriku menjadi pelayan ranjang, dan bukan untuk melayaniku.

Lamunanku terbuyarkan oleh suara dibalik pintu jat kamar, terdengar semakin teratur irama desah mendesah suara Elsa dan Rudi, seolah memberi isyarat akan kenikmatan yang mereka rasakan, mereka yang dulu pernah saling suka seolah pula mendendam penuh gelora,

beberapa menit kemudian, terdengar teriakan mereka yang agak panjang, aku langsung menduga, mereka sedang mencapai puncak hasrat yang dahsyat, aku semakin terkurung di perasaan cemburu, marah, dan tak menentu, aku kembali pasrah, sementara jam dinding sudah menunjukan pukul 3 pagi.

(akan disambung...)
 
Terakhir diubah:
Bab 3 Aku Melebihi Istrinya
Dari Sisi Aku (Elsa Likantari)


Aku turun dari tubuhnya, kemudian merebah disamping tubuh kekar lelaki itu, tubuh atletis yang dimiliki Rudi, menjadi salah satu pemantik hasratku. Hati kecil dan keinginan bertolak belakang, keinginan untuk meraih kenikmatan dari lelaki selain suamiku, lebih dominan dibanding hati kecilku yang menolak karena norma-norama. Dan aku tak pungkiri untuk memenangkan keinginan itu, toh baru saja terjadi, baru saja aku dipuncak hasrat, dan itu benar-benar kunikmati.
Aku merebah membelakangi suamiku yang masih duduk di kursi kamar. Tubuhku masih telanjang, walau terasa dingin di kamar ini, tapi kenikmatan puncak hasratku masih mampu menghangatkan tubuh telanjangku. Kenikmatan orgasmeku masih bertengger di tubuh, walau lambat laun terasa menurun. Proses penurunan ini lah yang membuat aku meresapinya. Hingga tubuh ini dikagetkan oleh telapak tangan lelaki atletis itu yang mendarat di kening dan mengusapnya dengan penuh kelembutan.


“Istirahat?”, tanyanya. Aku tak merespon, hanya memejamkan mata, karena walau bagaimana, aku masih belum percaya dengan apa yang terjadi. Ya, baru saja aku bercinta, dengan lelaki yang bukan suamiku, dan sialnya, persetubuhan ini atas persetujuan dan disaksikan langsung Mas Luki, di dalam kamarku sendiri.

Aku masih tak percaya dengan apa yang aku lakukan, memberikan tubuhku untuk Rudi, teman SMA ku, yang dulu kami saling suka. Aku yang semasa SMA mampu memendam rasa suka ku padanya, kini memberikan aset-aset tubuhku untuk dinikmati dia, aku yang dulu memegang prinsip wanita pada umumnya, pantang bagi wanita untuk “OPEN” rasa kepada lelaki, kini polos telanjang dihadapan pria itu, dan seolah meloloskan ambisinya untuk memilikiku, seluruhnya.

Dan persetubuhan yang baru saja terjadi, ternyata aku menikmatinya.

Suamiku mendehem, lalu melangkah menuju ranjang tempat aku dan Rudi merebah. Kurasakan ranjang bergoyang. Mas Luki duduk di ditepian ranjang, dan telapak tangannya mendarat dibahuku.

Kutengok Rudi beranjak dari rebahnya dan duduk ditepi tempat tidur, mungkin karena tidak enak dengan suamiku.

“Aku keluar dulu, sayang..”, ujarnya pelan. Aku tak menjawab. Mata masih kupejam. Aku tak mau melihat wajah Mas Luki, benci dan tentu saja ada rasa malu. Suamiku seolah tahu perasaanku, sehingga dia pun beranjak pergi, melangkahkan kakinya meunuju pintu ,kraak..! suara terbuka, blaaam..suara pintu tertutup, Mas Luki keluar dari kamarku.

Sementara aku disini, di atas ranjang ini, tempat keperawananku pecah oleh Mas Luki, terbaring telanjang ditemani tubuh kekar teman SMA ku, yang merupakan atasan suamiku. Lelaki itu kemudian kembali merebah, menghadapkan tubuhnya ke tubuhku, mendekatkan wajahnya sejengkal dengan wajahku, dan sejenak kubuka mataku, ia tersenyum, dan senyum itu sungguh manis, sama seperti dulu.

“Maafkan aku, Elsa…”, ujarnya.

“Kenapa minta maaf??”, kataku sambil berusaha menarik selimut dengan kakiku di bawah sana. Ya, walau gejolak nikmat masih tersisa, deburan angin dari AC mulai menggangguku, aku butuh kehangatan.

Lelaki itu tahu apa yang aku butuhkan, dan segera membantu mengambil selimut itu, dengan lembut segera menyelimuti seluruh tubuhku, “tidak ada maksud aku melecehkanmu, hanya membuktikan bahwa aku masih cinta pada kamu..”.

“Kamu sudah ada istri, aku bersuami.., ini yang ada di fikirku”, kataku dengan terpaksa membuka mata.

“Tapi atas persetujuan suamimu loh, dan aku sebenarnya tak memaksa”, pria itu semakin beringsut mendekati tubuhku. Sehingga terasa tubuhnya menempel. Aku jengah dan segera menjauh sedikit, kutengkurapkan tubuhku dengan wajah menghindar dari wajahnya, menghindari wajahku bertemu dengan wajahnya.

“Lalu istrimu? kamu tega berbuat ini, sementara istrimu di sana mungkin sedang mengharapkan segera kamu pulang, dan memeluknya”.

“aku tak mencintainya”, ujar Rudi dengan nada sinis.

“koq ada hasilnya, anak-anakmu, dua?”, akupun bersilat lidah. Terdengar suara hembusan nafas Rudi lalu terasa menggeser tubuhnya mendekati tubuhku, masuk kedalam selimut yang menutupi tubuh telanjangku, kakinya naik menindih pahaku. Tangannya mulai mendarat dipunggungku, dan mengusap-usap kulit punggungku dari atas hingga akhirnya mendarat di pantatku. Lama bertengger di sana lalu lembut meremas bokong semokku.

Lambat laun remasan itu memantik hasratku, akh...aku memang paling tak kuat diperlakukan seperti ini. Apalagi Rudi mulai mendekatkan bibirnya ke telingaku yang tertutup rambut, menyibakkan helai-helai rambutku, dan menggigit lembut daun telingaku, sambil berbisik,

“ayolah sayang, Elsa manis, jangan ketus gitu akh, dan aku tak sedikitpun kendur untuk segera menikmatimu...!”, bisiknya, dan ini membuat aku terbuai, merinding, dan bulu-bulu halus di sekujur tubuhku berdiri. Ini yang aku takutkan.

“dari mana dia tau kelemahanku, akh...begitu enak tubuhku, sialan, pasti mas Luki membocorkannya”, bathinku berucap.

Semakin liar Rudi mencium telingaku, turun menuju leherku, lalu pipiku, dan kembali telingaku.

“kamu menggairahkan, tak ada alasan aku menghentikan ini, kamu sangat nikmat, tak guna berdebat…”, bisikan itu seolah menghipnotisku. Merindingku kian menjadi, gejolakku kian bergemuruh, dan tak sadar desahanku tak tertahan.

“aaakh….!”, suara itu keluar begitu saja dari mulutku. Aku mulai merubah posisiku, kumiringkan tubuhku membelakanginya, kaki kutekuk, sehingga tubuhku membentuk seperti huruf S.

Kini yang menempel di pantatku adalah miliknya, terasa lambat laun menggemuk. Menggelosor dibelahan pantat semok yang kumiliki. Batangnya menggelitik lubang bokongku, dan ujung batang sang pemujaku sudah menyentuh di belahan milikku.

Menyadari tangannya meremasi bukit dadaku, dan jemarinya memilin puncak bukit itu, terasa semakin panas dada ini, apalagi tengkukku sudah dijilatinya, diciuminya, sehingga semakin menambah hasratku yang tadi hampir saja musnah.

5 menit tubuhku dipanasi Rudi Sahputra, dengan sentuhan-sentuhan tangan lembut, dan bibir liar yang menjilat dan mencium. Menggigit lembut leherku, dan aku yakin itu akan membuat leherku merah.

Seketika gerakannya terhenti. Aku kaget karena sebenarnya tak mau kegiatannya berhenti. Lalu dengan isyaratnya, Rudi mengajakku untuk ke kamar mandi.

“cuci dulu yuk….bekas yang tadi, hihii”, sialan aku kira mau apa,

Aku pun mengikuti atasan suamiku ini, berjalan dibelakangnya menuju kamar mandi. Pengaharum kamar mandi menyadarkanku dari kenikmatan sejenak tadi, segera kau berjongkok untuk melepas campuran cairan pipisku dan cairan kental miliknya.

“seksi sekali kamu kalo seperti itu”, godanya. Aku tersipu malu, dan baru ku sunggingkan senyumku. Sambil menunggu cairan dari bawahku habis, dan segera membilasnya. Setelahnya aku pun langsung beranjak lagi menuju tempat tidur. Hei…kenapa ke tempat tidur? Kenapa tidak menemui suamiku di luar kamar? Kenapa seolah aku pun mau melanjutkan bercinta dengan Rudi? Apakah bercinta dengannya lebih nikmat, dibanding bercinta dengan suamiku?? Oh..tidak. pertanyaaan-pertanyaan itu segera ku buang saat berjalan menuju ranjang, namun ketika aku mulai merebah, kini hasrat itu timbul lagi. Ya..kenapa tidak, aku harus menikmati persetubuhan ini.

“Sudah siap, manis??”, ujar Rudi, yang sudah duduk ditepi ranjang. Benda dipangkal pahanya sudah mengacung ke atas, walau masih tertutup handuk kecilnya.

Tanpa jawaban, aku beringsut mendekati tubuhnya, kuletakan wajahku dipahanya setelah pria itu membuka handuknya. Desiran nikmat kembali menjamah, ketika kelembutan batang kemaluan mulai mengarah ke bibirku, aku tak bisa menahan diri untuk menciumnya, menjilatnya, dan mengulumnya. Lembut aku pancing hasratnya, dan tangannya mulai membelai atas kepalaku.

“kamu melebihi istriku, el. Pantas aku masih mencintaimu, ooh…”, ucapnya. Dan sejenak aku hentikan kegiatanku. Wajahku menengadah. Menatap wajahnya.

“jangan kamu ucap hal itu, aku sudah bersuami, aku milik Mas Luki,”. Segera setelah aku berkata itu, kulanjutkan kegiatanku.

“tapi istri suamimu kini sedang kunikmati, dan segera kita akan menyatu, ayolah Elsa, mengakulah kalo kamu pun masih cinta aku, ooh..dahsyat hisapanmu!!”, dan benar, aku semakin liar menghisap miliknya, menciumi senti demi senti batang gemuknya, urat-uratnya seolah memberi jalur jalan untuk ujung lidahku, dan sensasi ini sangat aku sukai.

Rudi akhirnya menahan kegiatanku, lalu melangkahi tubuhku dan rebah ditengah ranjang. Tangannya menggapai-gapai memberi isyarat agar aku mendekat. Aku menduga dia akan mencium bibirku, dan dugaanku salah.

“sini, menungginglah diwajahku”, ujarnya sembari menarik kedua pahaku. Dan aku sangat mengerti, posisi 69 lah yang ia mau.

Segera aku memposisikan sedemikian rupa. Aku menungging diatas tubuh kekarnya. Dengkulku menopang di atas kasur, dan sikutku menobang dipahanya. Dihadapan wajahku menjulang batang berurat itu terpampang. Sementara di bawah sana, wajah Rudi berhadapan dengan miliiku yang sedikit membelah, basah.

Kugenggam junior gemuk berurat milik temanku lalu mengulumnya, sementara tangan Rudi memeluk pinggulku, serta merta mulut Rudi bertemu milikku, dan tentu saja dia menciumi belahanku. Sapuan-sapuan ujung lidahnya terasa lembut menyeruak belahan itu.

“aaiisst…hhmmm…”, dan aku kembali menikmatinya.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd