Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Arsella Hasna Hilyani [No Sara] [Update #48]

Status
Please reply by conversation.
Part 9.5b - Fani Side Story
Tag:
Handjob, Blowjob, Titjob, Petting, Thighjob,



6b40e21355126907.jpg

Fani

"Yuk, Mas.." Kata Fani.

Bagas yang duduk di tepi kasur itu tak berkedip melihat akhwat di depannya yang baru saja selesai memakai gamis dan jilbabnya di hadapan cermin kini berbalik menghadap Bagas.

"Sik bentar.." kata Bagas.

"Heh.. Kenapa?" Tanya Fani yang nampak bingung.

"Aku masih belum puas liatin kamu, Dek.." kata Bagas. Fani tak menjawab apa-apa, tak tau harus merespon seperti apa.

Bagas terpana oleh sosok Fani yang mengenakan gamis dan jilbab syar'inya itu. Selama dua hari ini Bagas menikmati Fani dengan kondisi Fani telanjang bulat yang menampakkan seluruh keseksia tubuhnya. Tapi kini melihat Fani dengan gamisnya itu membuat Fani terlihat layaknya akhwat sebenarnya. Bagi Bagas, tampilan akhwat macam Fani seperti saat ini malah lenih membangkitkan nafsunya.

"Keburu siang lho, Mas.." kata Fani.

Bagas masih tak berkedip bahkan matanya makin nanar memandang Fani.

"Cantik banget kamu, Dek.." kata Bagas.

"Haiisshh.. Gombal.." kata Fani.

Tapi pipinya malah bersemu merah mendengar gombalan Bagas. Perempuan mana yang tak senang pujian, apalagi datangnya dari lelaki yang sudah berkali-kali membuatnya klimaks. Sebelumnya Fani melihat Bagas sebagai kakak, sama halnya dengan cara pandangnya terhadap Sella.

Fani kagum dengan dua sejoli itu karena kemesraan dan suasana sakinah yang muncul dari Bagas dan Sella. Dari dulu Fani melihat Sella dan Bagas begitu mesra.

Setelah beberapa bulan lalu kejadian yang menimpa Fani dan Sella. Fani ditinggal pergi sang calon yang sudah mengkhitbahnya. Fani menganggap wajar saja. Mana ada ikhwan yang mau mendekatinya dengan aib yang dimilikinya itu, membuatnya mengurung diri di rumahnya selama beberapa lama.

Tapi pandangannya berubah saat melihat sahabatnya. Fani melihat Sella malah makin mesra dengan Bagas yang mengerti akan kejadaian yang menimpa Sella dan Fani. Hal yang tak masuk akal bagi Fani setelah aib yang menimpa mereka. Kondisi Fani dan Sella bertolak belakang saat itu.

Dari itu, dalam hati Fani ingin memiliki juga pendamping hidup seperti sosok Bagas. Ada rasa iri bercampur kekaguman yang muncul dari dalam diri Fani.

Akan tetapi rasa kagum itu seolah perlahan berubah. Ikhwan di depannya ini beberapa saat terakhir sudah membawanya meraih puncak kenikmatan dunia berkali-kali. Ada perasaan berbunga-bunga dalam hatinya, apalagi saat berduaan dengan Bagas seperti saat ini. Perasaan ini dulu pernah dia rasakan dengan Rio saat mereka mulai dekat sebelum Rio pergi meninggalkan Fani.

"Sini duduk dulu, Dek.." kata Bagas tiba-tiba.

Tak berfikir dua kali, Fani pun duduk di sebelah Bagas di tepi ranjang ini. Sambil masih berfikir.

"Kamu kok kayaknya bingung gitu, Dek?" tanya Bagas.

"Eh.. Nggakpapa kok, Mas.." kata Fani.

Bagas melihat Fani menunduk, nampak malu-malu. Bagas merasa Fani sudah mulai takluk padanya, terbukti dari Fani yang sama sekali tak menunjukkan tanda-tanda penolakan.

Bagas lalu meletakkan tangannya di atas tangan Fani yang berada di atas paha Fani. Telapak tangan Bagas lalu dia putar, hingga tangan keduanya saling mencengkeram dengan jari-jari di kedua tangan milik beda insan itu saling terkait.

"Kak Sella gimana, Mas?" tanya Fani.

Sesungguhnya pertanyaan Fani itu mengandung multi tafsir. Fani menanyakan keadaan Sella yang tertidur di kamarnya, sementara Fani beberapa saat lalu sedang berasik-masyuk dengan suami sahabatnya itu hingga mereka beberapa kali mencapai klimaks. Ada perasaan menyesal dan rasa bersalah terhadap sahabatnya itu.

Di sisi lain pertanyaan itu juga menunjukkan bahwa dia amat senang dan bahagia telah dipuaskan oleh Bagas. Dan seolah meminta sensasi yang dia rasakan ini untuk terus berlanjut. Dia berharap kepuasan yang dia terima ini tak berhenti sampai disini.

Bagas lalu mendekatkan kepalanya ke telinga Fani yang tertutup jilbab syar'inya. Fani bisa merasakan nafas Bagas dari balik jilbab yang dipakainya itu.

"Sella udah tidur lagi kok, Dek.." Kata Bagas.

Ucapan Bagas itu menembus jilbab Fani dan masuk ke dalam telinganya. Harusnya Fani merasa bersalah terhadap sahabatnya karena saat ini Fani sedang berkholwat dengan suami sahabatnya itu. Tapi sesungguhnya dia merasa senang dan bahagia bisa berdua dengan Bagas, bahkan hati kecilnya menginginkan agar bisa berlama-lama di momen ini.

"Ini aku juga udah rapi.. Aku dah bilang mau kantor pagi ini.." Ujar Bagas. Tangannya masih menggenggam tangan Fani.

"Eh, iya.. Lihat cd ku nggak, Mas.. Aku cari kok nggak ada ya? Ini aku pake cdnya Kak Sella e.." tanya Bagas.

"Hehe, cdmu aku ambil tadi, Dek.." jawab Bagas.

"Eh, lhoo.."

"Hehe, tak simpen ya, Dek.. Buat kenang-kenangan aja kok.." Kata Bagas, "Kenang-kenangan kalau aku pernah berduaan sama bidadari surga yang cuantik bangett.."

"Hiiih.. Opo to.. Gombal.. Aku bangunin Kak Sella lho ini.." balas Fani semari bercanda.

"Hehe.. Kok gombal to.. Beneran e ini.. Siapa tau aku nggak bisa berduaan lagi sama sosok cantik nan anggun di sebelahku ini, makanya tadi sempakmu tak ambil.. Hehe.." lanjut Bagas.

Fani diam saja dan membalas dengan senyuman di bibir tipisnya. Meski begitu, hatinya kembali sumringah dipuji oleh Bagas seperti itu. Pipi putih Fani pun ikutan memerah.

"Eh, aku mau nanya dong, Dek.." kata Bagas.

Fani hanya menolehkan sedikit wajahnya, sedikit menengok ke arah Bagas hingga hidung manis dan bibir tipis Fani itu bisa terlihat oleh Bagas yang duduk di sebelahnya.

"Kamu beneran masih perawan ya, Dek?" tanya Bagas yang langsung disambut oleh diamnya Fani. "Maksudku, anak jaman sekarang kan kalau pacaran aneh-aneh.."

"Hiih.. Sok tua ih Mas Bagas.." balas Fani.

"Hehe.. Lha kan aku lebih tua to.." kata Bagas," Atau kamu belum pernah pacaran ya sebelumnya, Dek?"

"Mmmm.. Pernah sih, Mas.. Enggak pacaran yang kaya gitu juga deng tapinya, udah pernah mau khitbah aku.." jawab Fani.

"Ooohh.. Calonmu dulu itu ya.. Sella juga pernah cerita sekilas sih.." kata Bagas, "Kalian nggak pernah ngapa-ngapain, Dek? Secara kamu seksi banget gitu.."

"Iih.. Aku kan gamisan gini, Mas.. Harus jaga imej alim, nggak boleh macem-macem juga lah.." balas Fani.

"Hehe.. Alim diluar tapi nakal di dalem ya, Dek.." Kata Bagas sambil masih meremas tangan Fani.

"Eee.. Aku gini gara-gara Kak Sella tuh yang ngajarin.."

"Hehehe.." lanjut Bagas, "Itu beneran calonmu nggak ngapain-ngapain kamu? Kalau aku yang ada di posisinya nggak bakalan kuat aku lama-lama ada di deket akhwat seseksi kamu, Dek. Udah tak garap bolak-balik kamu.."

"Mmm.. Pernah sih sekali waktu itu, Mas.." jawab Fani, "Tapi jangan cerita ke Kak Sella ya, Mas.." lanjut Fani sambil menahan perasaan malunya.

"Hah? Kamu dah nggak perawan berarti ini?" tanya Bagas setengah kaget.

"iiiih, bukan gitu.." jawab Fani, "Waktu itu Rio ke rumahku, Mas."

"Ceritanya habis pulang kajian, terus aku dianter Rio sampai rumah. Biasanya pas habis anterin gitu, Rio emang ikut masuk rumah ketemu sama Mama sama Ayahku di dalem rumah. Tapi pas itu, pas kita udah masuk ternyata rumah lagi ksong, Mbak Nur juga lagi ke pasar."

"Kebetulan Rio juga katanya haus yaudah dia terus langsung ke dapur. Aku yang sungkan karena sendirian terus langsung ke atas ke kamarku pamit ke Rio. Pas di dalam kamar pas mau lepas baju, tiba-tiba Rio masuk ke kamarku. Aku bingung kan harus ngapain, Mas."

"Yaudah aku diem aja berdiri. Terus Rio deket-deket gitu ke aku sambil tiba-tiba pegang tanganku, Mas. Aku masih diem aja pas itu. Terus Rio tiba-tiba cium bibirku. Itu ciuman pertamaku, Mas. Aku kaget terus aku lepas."

"Pas aku lihat ternyata itunya Rio udah dikeluarin dari celananya.." lanjut Fani.

"Kok 'itunya' sih, Dek.." potong Bagas, "Kan tadi dah tak kasih tau to.."

"Hihi.. Iya, Mas.." lanjut Fani, "Aku kaget pas liat.. kontol.. nya Rio dikeluarin gitu, terus agak mundur menjauh. Itu pertama kali aku liat kontol laki-laki di depan mata gitu."

"Rio minta aku buat ngemut kontolnya itu. Tapi aku nggak mau. Terus dia minta aku kocokin kontolnya itu, tapi aku juga nggak mau. Rio terus maksa aku tapi aku tetep nggak mau. Terus aku ngancem dia aku bakal nangis dan teriak kalau dia masih maksa gitu."

"Akhirnya Rio minta aku diem aja terus dia liatin aku sambil kocokin kontolnya sendiri. Yaudah aku turutin aja dia liatin aku sambil onani gitu. Pas aku mlengos, dia minta aku liatin kontolnya yang lagi dikocok gitu." lanjut Fani.

Sambil Fani bercerita, Bagas sesungguhnya mulai terangsang mendengarnya. Tangan Bagas yang tadinya menggenggam tangan Fani kini sudah melepasnya dan mengelus-elus paha Fani yang terlapisi gamis biru tua itu. Fani sebenarnya mengetahui dan merasakan tangan Bagas di pahanya itu namun membiarkan tangan suami sahabatnya itu mulai lagi menjamahi tubuhnya sambil mulutnya terus bercerita.

"Lumayan lama pas Rio ngocok kontolnya gitu sambil aku liatin. Ternyata lama-lama Rio makin deket aja sama aku. Aku yang dibelakangnya udah mepet tembok kan nggak bisa mundur lagi terus diem aja."

"Rio maju sampai ujung kontolnya nempel di gamisku, Mas. Pas aku liat, mukanya udah kaya nahan sesuatu. Terus nggak lama maninya muncrat mbasahin gamisku. Aku nggak tau pas muncratnya, tiba-tiba bajuku dah ada cairan kentel gitu."

"Aku langsung suruh dia pergi dari rumahku. Aku bilang aku nggak mau lagi digituin kalau dia masih mau serius sama aku." lanjut Fani bercerita, "Gitu ceritanya, Mas.."

"Eh.. Lhooo.. Gitu doang ceritanya, kirain kamunya yang sampai dimacem-macemin gitu.. Tiwas udah deg-degan.." sahut Bagas. Celana Bagas sudah mulai menggembung sejak mendengar cerita fani dari awal tadi, menahan laju aliran darahnya yang mulai mengumpul di penisnya.

"Hihi.. Iya, Mas.. Waktu itu aku kan nggak tau sama sekali soal seks, cuma tau dari kajian-kajian pranikah aja. Jadi aku kaget pas liat kontol pertama kali. Masih ada bayang-bayang ngeri sama takut gitu." lanjut Fani.

"Aku tau kalau seks itu nikmat waktu lihat Kak Sella yang pas sama Pak Broto sama temen-temennya waktu itu. Kelihatan kalau Kak Sella juga ikut nikmatin semua perlakuan dari Pak Broto. Sama juga pas kemarin aku ngintip Kak Sella sama Mas Bagas di kamar dari luar pintu, hihihi.." kata Fani mengakhiri ceritanya.

Bagas makin ikut terangsang juga mendengar cerita Fani sejak tadi itu. Fani lalu tak sengaja melirikkan matanya turun hingga melihat tonjolan di selangkangan Bagas.

"Iiih.. Kok jadi gede gitu sih, Mas.." kata Fani seolah terkaget-kaget.

"Hehe.. Ini sih nggak bakal turun kalau masih deket kamu, Dek.." kata Bagas. "Apalagi kamunya pakai gamis dan hijab gitu, bikin makin hot.."

"ih.. Opo to.." balas Fani.

"Iya.. buatku perempuan yang tertutup kaya kamu gitu malah bikin nafsuin, Dek.." lanjut Bagas.

Obrolan antara dua orang itu membuat hubungan keduanya menjadi makin kasual. Bagas juga menyadari bahwa akhwat di sampingnya ini mulai rileks jika berada di dekatnya. Suatu progres bagus di dalam rencananya untuk menguasai sang akhwat. Hanya membutuhkan kegigihan yang berulang untuk benar-benar menaklukan Fani.

"Pas pertama kali aku lihat kamu, kamu adalah makhluk Tuhan paling indah dan paling menawan yang pernah kupandang, Dek. Sayangnya waktu itu aku dah ngelamar Sella."

"Hiissshh.. Gombal meneh.." kata Fani.

Tapi sejujurnya Fani juga tak menolak pujian seperti itu. Ada rasa senang bercampur nafsu yang terpantik di dirinya saat ini. Apalagi tangan Bagas masih mengelus-elus paha Fani dari luar gamisnya, menambah percikan rangsangan buat Fani.

Bagas juga tak berhenti terus memuji Fani sebagai salah satu usahanya untuk menaklukkan Fani. Dia sudah berhasil membuat sang akhwat itu berkali-kali orgasme akibat rangsangannya sejak kemarin. Kini Bagas hanya perlu memolesnya dengan gombalan-gombalan sehingga seolah membuat sang akhwat merasa bahwa dia memiliki tempat spesial di hati Bagas.

"Hehe.. Terserah mau bilang gombal atau apa.. Aku cuma mau bilang apa yang ada di pikiranku.." lanjut Bagas, "Aku dah naksir kamu sejak pertama kali aku lihat kamu. Kamu emang cantik, indah, luar biasa, atau apapun pilihan kata lain yang menunjukkan kalau kamu itu sempurna.."

Fani tak membalas apapun dan diam saja untuk sesaat sambil perlahan gairah mulai menyulut di tubuhnya. Di saat yang sama, tangan Bagas masih di paha Fani, tapi kini posisinya mengelus di sisi dalam paha Fani hingga hampir menyentuh selangkangan Fani. Meski dari luar gamis, Fani bisa merasakan remasan pelan tangan Bagas itu, tubuhnya yang perlahan terbuai birahi itu kini dirasakannya makin sensitif terhadap rangsangan Bagas.

"Dan aku sekarang jadi lelaki paling beruntung bisa berduaan dengan sosok seanggun kamu, Dek.." lanjut Bagas lagi yang tak juga menyudahi gombalannya.

"Udah ah, Mas.. Lebay lama-lama ihh.." kata Fani.

Bagas lalu menggerakkan tangan kirinya yang tadinya bebas untuk membuka resleting celananya. Tangannya masuk dan mengeluarkan juniornya hingga kini penisnya yang mulai mengeras itu terpampang bebas lepas dari celana yang membekapnya.

Fani yang pandangannya langsung tertuju ke batang itu lalu tak berkedip melihat hal itu. Tak ada penolakan dari mulutnya, maupun gestur tubuhnya. Bahkan paha Fani direnggangkan, seolah memberi jalan bagi tangan kanan Bagas yang sedang meremas pahanya makin dalam menuju selangkangan Fani.

"Kamu tu cantik dan nafsuin banget, Dek.. Apalagi pas kamu pakai pakaian akhwat kaya gini.. Ni buktinya kontolku masih keras aja.." kata Bagas sambil tangan kirinya mulai mengocok pelan kontolnya sendiri.

Fani yang melihat penis Bagas yang makin menegang oleh kocokan tangannya itu seolah-olah juga mampu menaikkan nafsu syahwatnya. Pakaiannya yang tertutup rapat itu tak cukup memberi benteng bagi syahwatnya yang makin meninggi.

Nafsunya lalu seolah mendorong Fani untuk memperhatikan batang penis itu. Makin diperhatikan, seolah makin menyuruh Fani untuk ikut bermain-main dengan batang itu. Hingga setelah beberapa saat, Fani lalu menggerakkan tangannya menuju selangkangan Bagas. Tubuhnya seolah terdorong untuk membantu Bagas mengocok penisnya.

Bagas diam saja saat tangan Fani perlahan merayap menuju batang kontolnya, sambil tentunya tersenyum dalam hati. Mangsa Akhwat nya itu kini tak lagi malu-malu untuk ikut aktif tergiring dalam permainan mesumnya, meski pakaiannya tertutup rapat layaknya akhwat pada umumnya.

Bagas memindahkan tangan kirinya dari penisnya, sehingga tangan Fani leluasa menyentuh batang penis Bagas. Tak lama dari itu, kini tangan kiri Fani itu sudah menggenggam batang penis Bagas.

Bagas tak kuat lagi menahan birahinya juga saat tangan halus Fani menggenggam rudalnya itu. Batang itu makin mengeras di genggaman tangan halus Fani. Bagas ikutan meremas paha Fani makin intens.

Fani pun sebetulnya sudah mulai terangsang juga. Di bawah sana vaginanya terasa mulai gatal menggelitik sejak beberapa saat lalu saat Bagas mulai meremas-remas pangkal pahanya, walau dari luar gamisnya sekalipun. Bagas yang melihat wajah Fani mengerti bahwa gadis di sebelahnya ini juga sudah ikutan sange.

Perlahan tangan Fani lalu digerakkan dengan sendirinya. Naik turun, halusnya tangan Fani itu mengocok kontol Bagas. Fani bisa merasakan batang kontol itu makin mengeras. Urat-urat jalan darah yang ada di sekitar batang kontol itu makin terasa di telapak tangannya.

"Urrrghh.."

Bagas mengerang pelan saat kocokan tangan halus menservis batang kontolnya. Fani malah makin semangat saat menyadari suami sahabatnya itu nampak keenakan saat kontolnya dikocok oleh tangannya. Jemarinya makin kuat meremas dan naik turun menyelimuti batang penis Bagas.

Fani yang juga masih melihat kebawah menyaksikan penis Bagas makin menegang sempurna dengan kepala penisnya nampak makin licin. Hal itu turut memanaskan birahi yang membuai nafsu di tubuhnya yang seolah-olah makin panas.

Syahwat Fani yang sudah menderu itu perlahan membimbing tubuhnya makin menunduk hingga kepala Fani yang terbalut jilbab syar'i itu makin turun menuju selangkangan Bagas. Semakin dekat, kontol Bagas yang sedang dikocok tangan halusnya itu semakin terlihat jelas oleh mata Fani.

Gairah Fani makin membakar birahinya, hingga menyulut setiap simpul syaraf si akhwat. Entah setan darimana yang membisik Fani, tiba-tiba bibir tipis Fani itu digerakkan mencium ujung kontol Bagas. Tak ada lagi rasa sungkan akan batang penis yang bukanlah milik mahrohmnya.

Bagas melirikkan matanya ke bawah. Dia mendiamkan aksi Fani itu. Bagas ingin tau seberapa jauh inisiatif yang dilakukan Fani sampai mana. Dalam hatinya masih ada perasaan tak menyangka akhwat Solehah dengan balutan penutup auratnya itu bisa bereksplorasi dengan nafsunya sejauh ini. Akhwat yang tadinya Bagas kira sangat alim dan konservatif itu ternyata memiliki sisi liar dan binal juga.

Gadis cantik yang masih lengkap mengenakan pakaian tertutup sesuai Mazhab nya itu kini sedang menunduk di pangkuan Bagas. Tangan halusnya mengocok batang kontol Bagas, sementara bibirnya bermain-main dengan kepala penis itu. Yang tak lazim adalah semua perbuatan itu dia lakukan atas instingnya sendiri.

Dari tadi Bagas diam saja tak meminta Fani untuk menservis penisnya. Tapi sang akhwat ternyata tersulut birahinya perlahan-lahan akan kontol suami sahabatnya itu. Gairahnya makin meninggi saat menservis Bagas dengan tangannya itu, hingga tak dia sadari memeknya mulai gatal dan sedikit lembab.

Tangan Bagas sebetulnya sudah sedari tadi berhenti meremas paha Fani, tapi ternyata nafsu Fani makin meninggi. Tak disangka juga oleh Fani bahwa hanya dengan memegang dan memainkan penis keras mengacung milik Bagas itu bisa membakar gairahnya.

Fani yang dulunya takut saat pertama kali melihat penis lelaki, kini perasaan itu berubah 180 derajat. Syahwatnya makin tersulut saat melihat kontol dan mulai memainkan kontol Bagas itu. Memek Fani bahkan ikutan becek dari aktivitasnya mengocok kontol Bagas, padahal tak ada jamahan yang dia terima dari Bagas. Kocokan Fani di kontol Bagas itupun kini makin intens.

Dari balik bibir tipisnya itu, lidah Fani tiba-tiba dikeluarkan. Lidahnya lalu dia gerakkan menyapu dari tepi kepala jamur itu kearah atas hingga lubang kencing Bagas. Mata Fani sambil melirik ke atas seolah memberi kerlingan nakal ke arah Bagas. Bagas pun menggeliat keenakan atas rangsangan Fani itu.

Selama beberapa kali lidah Fani itu bermain-main menjilat-jilat kepala kontol Bagas. Hingga kepala jamur yang keras dan licin itu makin mengkilap basah akibat permainan lidah Fani.

Fani lalu menghentikan kocokan tangannya di batang penis keras itu. Bibirnya lalu terbuka. Tangannya membimbing penis Bagas untuk masuk ke dalam bibirnya. Begitu kepala kontol itu masuk membelah bibir tipis itu, Fani lalu perlahan mulai menghisap-hisap nya.

Selama dua hari ini Fani tak juga bosan dengan kontol Bagas itu. Bahkan malah membuat tubuh Fani makin panas dingin terangsang hebat hingga kini dengan sendirinya, kepalanya yang masih terbalut jilbab syar'i itu mulai menelan masuk kontol Bagas ke dalam mulutnya.

Bagas yang melihat kontolnya mulai diservis oleh bibir Fani itu juga merasakan kenikmatan. Tangan Bagas yang tadinya diam lalu bergerak menuju dada Fani.

Tangan kanannya itu langsung bisa menyentuh toket Fani dari luar gamisnya. Fani yang posisinya menunduk itu membuat toket besarnya menggantung bebas. Bagas langsung meremas pelan toket kiri Fani dengan tangannya.

Saat tadi dia mengambil celana dalam Fani, Bagas juga mencari bra milik si akhwat, tapi tak menemukan adanya bra Fani di kamar ini.

"Kamu nggak make beha ya pas kemarin kesininya, Dek?" Tanya Bagas.

Fani tak menjawab karena kepala penis Bagas masih tersumpal di mulutnya, dan bibirnya masih asik menghisap-hisap penis milik suami sahabat dekatnya itu. Sesaat kemudian barulah penis itu dia lepaskan dari belahan bibir tipisnya. Remasan Bagas di dada Fani juga ikut terlepas.

"Enggak, Mas.." Jawab Fani. Sambil sedikit menegakkan punggungnya.

Tangan Fani masih mengocok penis Bagas.

"Kenapa gitu nggak pake beha?" Tanya Bagas lagi.

"Hihi.. Nggak tau, Mas.. Tiba-tiba pengen aja gitu nggak pakai bra. Lagian mau kerumah Kak Sella ini juga, pasti sampai sini langsung enak-enak sama Kak Sella kan.. Yaudah biar praktis nggak usah pake bra aja akunya.."

"Hehe.. Berani ya kamu.. Kemarin naik apa kesininya emang? Nggak liat ada motormu.."

"Naik Bis umum, Mas.." jawab Fani.

"Ooohh.. Hehe.. diliatin nggak tuh kamu nggak pakai beha gitu?"

"Hmmm.. Bisnya lumayan sepi sih, Mas.. Tapi pas mau turun, mas-mas keneknya ngeliatin dada aku lama banget pas ngasih aku kembalian bayarku.." jawab Fani.

"Hehe.. terus kamunya gimana diliatin kaya gitu.." tanya Bagas lagi.

"Deg-degan gimana gitu sih, Mas.. Tapi aku langsung cepet-cepet turun aja habis itu, hihihi.." jawab Fani.

"Hehe.. Kendel juga kamu ya.. Tapi harusnya kamu gitu aja sih, Dek.." kata Bagas. Lalu tangan lelakinya itu digerakkannya lagi hingga menempel di dada Fani dan meremasnya dari luar gamis dan jilbab yang menutupi indahnya toket itu.

"Toketmu yang gede ini emang nggak usah dipake'in beha lagi, Dek. Kalau kamu keluar, kamu tetep pakai gamis dan jilbab lengkap tapi nggak perlu pakai bra, jadi susumu biar kelihatan indah mantul-mantul gini." lanjut Bagas sambil masih meremas toket Fani.

"Hihi.. Masih aneh gimana gitu sih,Mas.." tanggap Fani.

"Lha makanya dibiasain aja mulai sekarang.. Ya, Dek..?"

"Hmmm.." gumam Fani untuk sesaat, "Iya deh, aku coba.. Demi kamu lho ini Mas, hihihi.."

"Nah.. Gitu.." tanggap Bagas.

Fani lalu membalasnya sambil tersenyum. Tangannya masih mengocok penis Bagas yang makin mengeras di genggamannya. Membayangkan kalau kini dia harus tak mengenakan Bra setiap saat untuk keluar rumah entah kenapa malah membuatnya makin terangsang, ada sensasi seru yang mencampuri nafsunya.

"Aku mau lihat toketmu lagi dong, Dek.. Sambil ngocokin kontolku, biar cepet keluar.. Belum keluar nih pas tadi mandi besar sama kamu.." pinta Bagas.

"Hihi.. belum puas sama susuku ya, Mas?" kata Fani.

Tangannya lalu melepas kocokannya di penis Bagas. Fani lalu bangkit berdiri dan menghadap Bagas yang masih duduk di tepi kasur itu.

"Hehe sama tubuh sempurna punyamu itu aku nggak bakalan pernah puas, Dek.." kata Bagas. Fani yang lagi-lagi mendengar gombalan Bagas itu tak lagi mengomentarinya dan hanya tersenyum. "Beruntung banget yang pernah liat tubuh telanjang molekmu itu, Hehehe.." lanjut Bagas.

"Hihi.. Mas Bagas tu satu-satunya cowok yang pernah liat aku telanjang lho.." kata Fani.

"Oiya..? Waah berarti beruntung banget aku ya.." kata Bagas

Tangan Fani lalu meraih belakang punggungnya. Resleting gamisnya itu lalu ditarik turun. Ketika tangannya bergerak dan akan melepas jilbab syar'i nya dari kepalanya, Bagas lalu memberi isyarat kepada Fani untuk tak melakukan itu, dan tetap mengenakan jilbabnya.

Gamis yang masih tersangkut di pundak Fani itu lalu ditarik turun oleh tangan Fani. Tubuh putihnya bak pualam itu kini nampak terlihat oleh mata Bagas yang nanar memandangnya. Fani lalu menyampirkan jilbab syar'i yang menutupi hampir pusarnya itu ke belakang pundaknya.

Kini di depan Bagas terpampang seorang akhwat yang hampir telanjang. Hanya mengenakan jilbab syar,i yang menutupi kepalanya, dan celana dalam tipis yang tak mampu menutupi seluruh area selangkangannya. Tak ada lagi penutup lain selain itu termasuk toket ranum Fani yang kini terpampang menantang siapapun yang melihatnya. Untuk kali ini Bagas lah lelaki yang beruntung itu.

Penisnya mengeras kembali melihat sajian di depannya. Akhwat yang merupakan sahabat dekat istrinya itu kini sedang berdiri di depannya hampir telanjang bulat. Fani yang juga melihat Bagas itu cukup tau bahwa ikhwan di depannya itu makin terangsang melihatnya, mata Bagas tak berkedip memandangi dua gunung kembar miliknya yang seolah meminta untuk dimainkan.

Fani lalu tersenyum melihat muka sange Bagas itu. Kedua tangan Fani lalu dia pindahkan ke area dadanya. Tangannya lalu menggenggam kedua buah dadanya itu. Sambil masih tersenyum dan menatap Bagas, Fani lalu meremas sendiri dua bukit kembarnya itu.

7868f91356784712.gif


Bagas menyaksikan tatapan binal Fani itu, lalu matanya makin tak berkedip saat melihat Fani dengan sendirinya meremas teteknya, bahkan kini Fani memainkan toketnya, menggoyang-goyangkannya hingga toket super itu naik turun nampak lezat di mata Bagas.

Fani melihat penis Bagas yang sudah mengacung tegak di depannya itu. Melihat penis itu membuat gairah Fani ikut kembali terbakar. Setelah puas menggoda Bagas selama beberapa saat tadi, Fani lalu beranjak berlutut tepat di depan Bagas, hingga wajahnya tepat berada di depan selangkangan Bagas.

Fani lalu menarik ikat pinggang Bagas, daan melepas celana Bagas beserta celana dalamnya turun. Bagas mengangkat pingulnya untuk memudahkan bawahannya itu hingga lolos dari kedua kakinya. Jadilah kini Bagas sudah setengah telanjang hanya memakai baju kerjanya.

Tangan Fani lalu meraih lagi penis keras itu. Wajahnya berjarak hanya beberapa senti dari penis suami sahabatnya. Aroma penis lelaki yang selama dua hari ini mengisi hidungnya kembali lagi dia cium. Tangannya perlahan mulai menggenggam erat batang penis itu dan digerakkan naik turun mengocok rudal Bagas itu.

Sambil mengocok penis Bagas dengan tangannya dengan posisi bersimpuh seperti itu, Fani sesekali melirik ke atas melirik Bagas dan memberi kerlingan penuh nafsunya. Sebelum sedetik setelah itu, tiba-tiba bibir yang memberi senyuman ke Bagas itu lalu terbuka, dan Fani mulai menelan batang penis Bagas itu.

Bibir tipis itu mulai dimasuki kontol Bagas seiring Fani yang memajukan kepalanya.

"Uuuuurrgggghhh.." erang Bagas.

Pipi Fani terlihat sangat mengempot saat mulutnya mencoba menghisap kontol itu. Selama dua hari ini seolah Fani tak juga puas akan kontol Bagas itu. Dirinya selalu terangsang melihat penis keras mengacung yang berkedut-kedut milik suami sahabatnya itu.

Clop.. Clopp..

Kepala penis Bagas itu keluar masuk di bibir tipis Fani, menyuarakan bunyi peraduan antara wajah Fani dan selangkangan Bagas. Air liur Fani membuat suara itu makin nyaring. Tangan Fani ikutan dia gerakkan dan memainkan buah zakar Bagas.

Kepala Fani maju mundur di selangkangan Bagas. Bagas merem melek menikmati rangsangan Fani di kontol dan biji pelernya itu. Fani merasakan kontol Bagas juga makin mengeras di dalam mulutnya.

Clop.. Clopp.. Clooppp..

"Urrggghh.." erang Bagas.

Penis Bagas masuk makin dalam di rongga mulut Fani, seiring dengan makin cepatnya kepala Fani maju mundur di selangkangan Bagas. Kepala Fani yang masih terbalut jilbab syar'i yang seharusnya menjadi mahkota bagi perilaku alimnya itu namun malah kontras dengan perbuatan mesum yang sedang dia lakukan dengan mulutnya yang asik menghisap kontol keras milik lelaki yang bukanlah mahromnya itu.

Permainan oral seks yang diberikan oleh Fani itu dia variasikan juga dengan permain lidahnya. Kadang Fani menggunakan lidahnya untuk menjilat dari kepala kontol Bgas lalu turun sampai buah zakarnya, membuat Bagas kelojotan. Kadang buah zakar Bagas itu juga Fani hisap-hisap menggunakan empotan bibir tipisnya itu.

"Urrrrgggghhh.. Enak banget emutanmu, Dek.. Pakai jilbab tapi binal banget kamu.." komentar Bagas disela-sela erangannya.

Selama dua hari ini dicekoki kontol Bagas, membuat servis mulut Fani itu terlihat makin lihai dan liar memainkan batang kemaluan suami sahabatnya itu.

Ditambah lagi, tubuhnya yang hampir telanjang itu makin panas akibat oral seksnya sendiri itu. Celana dalam tipis yang masih dikenakan di selangkangannya itu mulai basah akibat lendir kenikmatan yang perlahan keluar dari celah memek Fani.

Clop.. Clopp.. Cloppp..

"Fffuaahhhh.." Fani melepas kontol Bagas dari mulutnya. Tangannya lalu dia gantikan untuk mengocok batang penis Bagas, sementara tangannya yang lain masih memain-mainkan testikel Bagas.

"Hihihi.. Dah keras banget, Mas.." kata Fani sambil menatap nakal kearah mata Bagas. "Kalau kontolnya dikocok pakai susuku lagi mau nggak, Mas?"

Bagas yang mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Fani itu lalu terkekeh dalam hatinya. Akhwat yang selalu menjaga diri dan perilaku alimnya itu sedang menawarkan proposal kemesuman dengan binal seperti itu. Nampaknya pintu gerbang Bagas untuk menjadikan Fani sebagai alat pemuas nafsunya itu makin terbuka lebar.

"Hehe.. Binal banget kamu, Dek.. Pakai jilbab tapi bilang kaya gitu.." kata Bagas, "Coba minta lagi tapi lebih binal, Dek.." jawab Bagas.

"Hihi.." Fani pun tersenyum lagi.. "Mas Bagas.. Kontolnya aku kocokin pakai toketku ya.. Dijepit enak pakai toket akhwat ya, Mas.." lanjut Fani.

Bagas hanya terkekeh untuk sesaat menyadari akhwat di depannya itu mulai bertekuk lutut dan rela untuk melakukan apa yang Bagas kehendaki. Bagas lalu menganggukkan kepalanya tanda mengiyakan permintaan binal Fani tadi.

Fani lalu menegakkan tubuhnya dan memajukan posisi badannya hingga dadanya tepat sejajar dengan selangkangan Bagas. Jilbabnya sempat turun menutupi sebagian dada bagian atasnya saat mengoral penis Bagas tadi. Tangannya lalu menyampirkan lagi jilbabnya ke belakang.

Toketnya kini terlihat utuh oleh Bagas. Ukuran gunung kembar yang luar biasa besar itu mampu membangkitkan nafsu semua lelaki secara instant, tak terkecuali Bagas.

Fani lalu menempelkan toketnya ke selangkangan Bagas. Kontol Bagas yang sudah mengacung seperti tugu itu lau dia pegang dengan tangan Fani. Fani lalu menempelkan kontol Bagas di toketnya yang sebelah kanan. Kontol itu lalu dia gesek-gesekkan di puting nya.

Tak pelak, itu membuat tubuh Fani ikutan makin terangsang. Putingnya makin mengeras saat kontol Bagas dia gesek-gesekkan sendiri ke toketnya, hingga kepala kontolnya menyentil-nyentil putingnya.

Sesaat setelah menggoda kontol Bagas dengan kenyalnya daging putih toket Fani itu, tangan Fani lalu menggiring kontol Bagas ke tengah belahan toket kembarnya. Kontol Bagas dia letakkan diantara dua gunung kembar itu, lalu kedua tangannya meremas perlahan toket kanan dan kirinya.

Remasan itu membuat penis Bagas seolah dipijat oleh bulatan daging kembar itu. Tangannya menggerak-gerakkan toketnya sendiri.

Akhwat yang hanya menyisakan jilbab syar'i dan celana dalamnya itu kini sedang memainkan sendiri toketnya untuk merangsang penis keras milik suami sahabatnya.

Daging bulat kembar yang membusung itu juga dia gerakkan naik turun seolah bergoyang-goyang memijat kontol keras bagas yang terjepit di tengahnya. Meremas dan memainkan sendiri toketnya itu membuat Fani juga ikut menikmati acara mesum ini.

"Pakai ludahmu biar nggak seret, Dek.." kata Bagas.

"Heh.. gimana maksudnya, Mas?" tanya Fani.

"Itukan seret karena nggak basah kayak di kamar mandi tadi, makanya toketmu kamu basahin pakai ludah dulu.." kata Bagas

Fani lalu menundukkan kepalanya. Ujung penis Bagas terlihat menyembul di tengah padatnya dua bulatan jumbo itu.

"Cuihh.." ludah itu mengenai ujung penis Bagas dan lipatan toket Fani itu.

"Nah itu ludahmu kamu ratain pakai jepitan toketmu, Dek.." kata Bagas.

Fanipun seperti paham apa yang harus dilakukan meski ini pengalaman pertamanya soal ludah meludahi toketnya sendiri. Dia menggoyang-goyangkan bulatan toket itu.

"Cuiihh.. Cuiihhh.."

Insting nafsunya seolah berjalan otomatis. Fani meludah lagi karena dirasakan masih kurangnya air ludah untuk cukup membasahi kontol keras Bagas. Setelah beberapa kali mudahan, Fani kembali menggoyang-goyangkan bukit kembarnya itu untuk meratakan liurnya.

Bagas yang menyaksikan aksi Fani itu tersenyum puas dalam hatinya. Akhwat cantik istri sahabatnya itu ternyata cepat belajar. Naluri wanitanya yang kini sedang terbelenggu syahwat itu seolah mengajarinya untuk menjadi makin binal sebagai pemuas nafsu lelaki.

Kontol Bagas itu kini memiliki pelumas yang cukup untuk dimain-mainkan oleh dua bukit kembar Fani. Sang Akhwat pun kembali meremas-remas dua toket kembarnya, menjepit dan memijat kontol keras Bagas yang terhimpit di tengahnya.

5b1f1f1356784713.gif


Badan Fani ikut digerakkannya naik turun, membuat kontol Bagas serasa dikocok ditengah jepitan toket Fani. Ludahnya yang menyelimuti kontol Bagas itu mampu melumasi batang itu hingga badan Fani naik turun cukup lancar untuk mengocok kontol itu dengan toket besarnya.

Kepala penis Bagas timbul tenggelam perlahan makin cepatr, seirama dengan gerakan badan Fani dan goyangan toket kembarnya. Fani yang melihat kepala kontol Bagas itu sambil meremas-remas sendiri toketnya membuat nafsunya makin meninggi, tubuhnya makin tersulut api syahwat.

"Urrgggghhh.." Erang Bagas.

Badan Fani yang sedari tadi sudah memanas, makin terangsang birahi juga. Syahwatnya menjalari setiap simpul sang akhwat seiring aksi mesum yang dia lakukan di toketnya sendiri untuk memuaskan sang pejantan di depannya. Memeknya makin banyak mengeluarkan lendir kenikmatan.

Fani pun makin intens mengocok kontol keras Bagas. Gairahnya seolah memberi semangat bagi dirinya untuk makin aktif merangsang dan memuaskan lelaki yang bukan mahromnya itu, suami sahabatnya dimana sahabatnya kini sedang tertidur lelap di ruang lain rumah itu.

Bagas sangat menikmati rangsangan Fani itu terbukti dari erangan yang keluar dari mulutnya. Dari mata Bagas, dia bisa toket ranum Fani dengan ukuran yang luar biasa itu bergoyang-goyang dengan kekenyalannya seiring himpitannya yang memijat nikmat penis keras itu.

Selama beberapa, akhwat yang kepalanya masih terbalut jilbab syar'i itu mengocok kontol Bagas dengan toketnya naik turun, sementara di bawah sana memeknya makin becek sejalan dengan tubuhnya yang juga makin terangsang berat.

"Kok masih belum keluar to, Mas?" tanya Fani tiba-tiba sambil masih memainkan toketnya naik turun

"Hehe.. Bentar lagi,Dek.." kata Bagas, "Kamu duduk sini, Dek"

Bagas menepuk pahanya sendiri, isyarat untuk meminta Fani agar duduk di pangkuannya. Fani pun menghentikan jepitan toketnya di kontol Bagas. Lalu seperti pelayan yang tunduk majikannya Fani lalu berdiri menggerakkan tubuhnya ke selangkangan Bagas.

"Madep sana" kata Bagas memberi instruksi.

Fani lalu membalik tubuhnya hingga membelakangi Bagas. Pantatnya lalu dia mundurkan, dan tak menunggu lama bongkahan pantat itu dia turunkan hingga menempel ke selangkangan Bagas. Kontol Bagas yang keras itu langsung menumbuk di belahan pantat Fani.

Bagas yang merasakan penisnya ada antara pinggulnya dan pantat Fani itupun juga merasa keenakan karena penisnya terjepit seperti itu. Antara kontol Bagas dan belahan pantat Fani hanya terbatasi oleh celana dalam Fani yang tipis itu.

Fani masih diam saja, tak tau akan apa yang harus dia lakukan, nafsunya yang membumbung tinggi itu membuat dia pasrah saja akan perlakuan suami sahabatnya itu. Dari bawah lalu Bagas mulai sedikit menggerakkan pinggulnya.

Gerakan maju mundur itu membuat seolah penisnya dipijat oleh pantat seksi Fani. Tangan Bagas lalu bergerak memegang pinggul Fani agar mengikuti gerakan Bagas.

Fani ternyata cukup paham dan dengan sendirinya menggerakkan pinggulnya. Pantatnya kini dia gerakkan maju mundur seirama gerakan kontol Bagas. Kontol Bagas makin menegang akibat pijatan belahan pantat indah mangsa akhwat di depannya itu.

Selama beberapa saat pantat Fani itu dia gerak-gerakkan. Bahkan kadang gerakannya dia variasikan. Pantatnya dia goyangkan ke kanan dan ke kiri, berputar-putar menekan kontol Bagas yang didudukinya itu. Bagas yang menyaksikan goyangan pantat Fani itupun lalu makin terangsang.

Tangan Bagas lalu dia pindahkan ke belahan pantat Fani. Lipatan celana dalam di sisi bawah Fani lalu diangkat sedikit oleh Bagas. Lalu kontol Bagas dia selipkan masuk melalui celah sisi celana dalam tadi, hingga kini kontol Bagas yang tegak berdiri itu bersentuhan langsung dengan belahan pantat Fani.

"Eh, Mas.. Ngapainn ?.." tanya Fani sedikit kaget.

Belahan pantatnya dia rasakan bersentuhan langsung dengan batang keras nan hangat. Fani cukup tau bahwa itu adalah kontol Bagas yang diselipkan dari sisi celana dalamnya.

Dada Fani seketika berdebar kencang. Deg-degan tak karuan saat pantatnya bersentuhan langsung dengan kontol Bagas. Selama dua hari ini Bagas sudah menggoda dan merangsang Fani di semua jengkal tubuhnya termasuk pantatnya namun hanya menggunakan tangan dan mulut Bagas saja. Ini adalah kali pertama Bagas menempelkan kontolnya di pantat Fani secara langsung. Gemuruh di dada Fani makin cepat.

"Nggakpapa kok, Dek.. Aku cuma mau gesek-gesekin di pantatmu aja.. Pantatmu seksi banget, nggak kuat aku.. Hehehe.." kata Bagas.

Fani diam saja tak tau harus merespon apa. Ini kali pertamanya daerah intimnya, meski bukan vaginanya, disentuh oleh kemaluan seorang pejantan. Akan tetapi nafsu syahwat yang membakar tubuhnya menyuruh Fani untuk tak menolak dan mengikuti permainan yang akan diberikan oleh suami sahabatnya itu.

Bagas pun lalu menggerakkan kembali pinggulnya menyadari kalau dia tak ingin merubah mood sang akhwat yang sedang berada di pangkuannya itu. Kontol kerasnya yang tegak itu kini menggesek-gesek belahan pantat Fani.

Sensasi gesekkan kontol di pantat mulusnya itu adalah yang pertama kali bagi Fani. Nafsunya yang memang sudah meninggi membuat rangsangan Bagas itu seolah cambukan tambahan atas gairahnya yang terbakar hebat.

Keringat mulai keluar dari pori-pori tubuh Fani, seiring rangsangan yang diterimanya. Belahan pantat Fani termasuk lubang anusnya yang sensitif itu kini digesek oleh batang hangat yang makin membuat nikmat tubuhnya. Bahkan kini pantatnya perlahan dia gerakkan.

7bdbdc1356784711.gif


Pantat seksinya itu bergerak maju mundur kembali seirama dengan gerakan pantat Bagas. Sisi bawah celana dalam yang dipakai Fani makin basah akibat makin banyaknya lendir kenikmatan yang mengucur keluar dari liang kemaluannya.

Tangan Bagas lalu dia pindahkan ke dua bongkah pantat putih Fani. Tangannya perlahan meremas padatnya pantat gadis perawan itu, membuat Fani juga ikutan terpacu birahinya. Remasan tangan Bagas lama-lama makin kuat hingga tiba-tiba,

Plakk..

"Houhh.." lenguh Fani

Tamparan tangan Bagas di pantat Fani yang tiba-tiba itu malah disambut oleh lenguhan nikmat dari Fani. Sensasi kenikmatan ikut tiba-tiba melanda syaraf Fani bersamaan dengan tamparan Bagas tadi. Menyaksikan respon Fani itu, Bagas lalu mengulangi lagi

Plak.. Plaakkk..

"Houuuggghh.. Emmmppphh.." Desah Fani.

Bagas yang mendengar desahan Fani yang makin keras itu lalu tertawa dalam hati. Tak disangka bahwa akhwat di depannya ini malah keenakan saat dikasari seperti itu. Fani pun juga menyadari bahwa vaginanya makin becek akibat gesekan kontol Bagas dan tamparan tangan Bagas di pantatnya.

"Kamu suka ya pantatnya ditampar gini, Dek?.." Plakk.. kata Bagas diikuti tamparan tangannya.

"Houuhhh.." hanya desahan yang keluar dari mulut Fani.

PLAKKKK..!!
Tiba-tiba kali ini Bagas menampar dengan kekuatan yang beberapa kali lipat dari sebelumnya.

"Ouuuuggghhh.. Emmpppphh..." Fani pun mendesah lebih kuat.

"Jawab, Dek.. Kamu suka ya ditampar pantatnya??" Tanya Bagas.

"Hhgghh.. Iya, Mas.. Suka.. Hhhhgghh.." jawab Fani.

"Hehe.. Kalau suka, coba kamu yang minta sendiri,Dek.." Kata Bagas.

"Iyaaahh.." jawab Fani, "Mas, tolong tamparin pantatkuuh.."kata Fani.

"Hehe.. Iya ukhti binalku.. Rasain nihh.." kata Bagas.

Plakkk..

Tak menunggu lama, Bagas kembali menampar pantat Fani, kali ini atas permintaan Fani. Desahan kembali keluar dari mulut Fani akibat tamparan Bagas.

Plakkk.. Plakkkkk..

"Hmmmmpppphh.. Emmpphhhh.." desah Fani.

Tamparan demi tamparan dilakukan tangan Bagas di pantat Fani. Bulatan dua bongkah daging puting itu kini sudah makin kontras kemerahan. Akan tetapi Fani yang berada di atasnya kini malah lebih cepat menggerakkan pantatnya maju mundur, menggesek-gesek kontol Bagas.

Dari vaginanya, dia rasakan maki banyak lendir kenikmatan yang keluar. Celana dalam yang dipakainya pun dia rasakan makin lembab. Tangan Bagas masih sesekali menampar Fani, tapi itu malah membuat Fani terangsang dan membuat memeknya makin becek.

Sensasi permainan kasar dari Bagas itu seolah membangkitkan satu sisi lain di diri Fani yang mampu memacu gairah Fani. Bagas juga menyadari pinggul gadis perawan itu bergerak makin liar saat dia tampar pantat mulus itu, sambil makin tertawa dalam hatinya.

Sang Akhwat yang mulai tunduk menjadi mangsanya itu ternyata memiliki sisi submissive yang liar. Sisi lain dari Fani yang menunggu untuk ditemukan oleh Bagas melalui rangsangan-rangsangannya. Bagas pun lalu masih menampar-menampar pantat Fani yang mulai memerah itu.

"Heemmpppphh.. Ouuugggghhh.." desah Fani.

Sementara Bagas juga makin cepat menggesek-gesekkan kontolnya di belahan pantat Fani itu seiring dengan nafsu lelakinya yang dia rasakan juga hampir menuju puncak. Fani pun masih menggerakkan pinggulnya seirama akibat rangsangang di belahan pantatnya itu. Memek Fani ikutan mengeluarkan lendir cintanya makin banyak.

"Kamu lebih suka mana, ditamparin pantatnya atau digesekkin kontol gini, Dek?" tanya Bagas.

"Heggghh.. Suka semua, Mas.." jawab Fani.

"Dasar bener-bener akhwat binal kamu, Dek.." kata Bagas

Bagas pun makin intens menggesek-gesekkan kontolnya di belahan pantat sahabat istrinya itu. Dia tak lagi sungkan untuk menyebut kata-kata kotor di telinga Fani. Bukan dianggap sebagai bentuk pelecehan, nafsu sudah membuat Fani seolah terbiasa dengan kata-kata jorok.

Fani yang berada di pangkuan Bagas mendengar kata-kata Bagas itu seolah malah menjadi cambukan birahi buatnya hingga tubuhnya ikutan makin terangsang. Kontol Bagas yang digesekkan di belahan pantatnya itu membuat lubang anusnya seperti dikelitik dan amat terasa nikmat.

Dalam hati Fani mulai membayangkan nikmatnya jika kontol itu masuk ke dalam memeknya. Digesek-gesekkan di belahan pantatnya saja sudah membuat dirinya melayang keenakan, apalagi jika penis itu masuk membelaha vaginanya. Pasti membuatnya kelojotan nikmat.

Membayangkan lepas perawannya oleh kontol Bagas seperti itu malah membuat Fani makin becek. Gelombang orgasmenya tak disangka mulai datang menghampiri di tengah gerakan pantatnya itu.

"Houhhhh.. Emmmphhhhh.." desah Fani

Libido yang membungkus semua tali syarafnya itu membuat gerakan pantat Fani makin liar. Pantatnya kini bergerak bergoyang-goyang memutar-mutar seolah berusaha memijat makin nikmat kontol Bagas, layaknya biduan dangdut yang sedang beraksi.

Gelombang orgasme itu makin dekat menghampiri Fani, saat tiba-tiba Bagas menghentikan rangsangannya. Tangan Bagas memegang pinggul Fani dan mendorongnya ke atas, sehingga pantat itu lepas dari pangkuan Bagas.

Fani lalu berdiri yang kemudian disusul Bagas yang bangkit berdiri dari tepi kasur itu. Fani yang membelakangi Bagas itu lalu dibaliknya hingga kedua insan tak berstatus halal itu kini berhadap-hadapan. Bagas bisa melihat jelas raut muka Fani.

Mata sayu Fani diikuti pipinya yang memerah menandakan bahwa sahabat dari istri Bagas itu juga sedang dilanda gairah yang tertahan akibat rangsangan Bagas tadi berhenti. Jilbab yang dikenakan Fani sudah sedikit lecek akibat keringat yang membasahi tubuhnya. Bagas lalu mulai memagut bibir Fani.

Fani pun langsung membalas pagutan itu, bahkan tangannya kini dia kalungkan di leher Bagas, sebagai respon atas nafsunya yang makin membara. Bagas pun nampaknya sadar bahwa akhwat di depannya itu sedang menahan nafsunya. Tangan Bagas perlahan turun menuju selangkangan Fani.

Sambil bibir tipis Fani itu saling menggigit dengan bibir Bagas, Fani merasakan tangan Bagas menjalar ke bawah ke perut langsingnya yang putih itu, lalu makin turun hingga selangkangannya. Jari Bagas langsung bisa menyentuh celana dalam miliki istrinya yang saat ini sedang dia pakai.

Ketika jemari Bagas itu sedikit ke bawah tepat ke belahan vagina perawan sang gadis, dia bisa merasakan sangat basahnya cd yang Fani kenakan. Tanda bahwa Bagas berhasil membuat Fani keenakan. Dari luar lapisan celana dalam itu, jari Bagas lalu mulai bermain-main.

Dia gesekkan jarinya searah dengan garis belahan memek tembem itu, yang langsung seketika membuat Fani merem melek keenakan. Pantat Fani seketika menggeliat saat belahan memek itu digesek. Tipisnya celana dalam yang Fani pakai tak mengurangi kuatnya rangsangan yang dia terima.

"Hmmmppp.."

Desahan yang keluar dari mulut Fani itu tertahan oleh pagutan bibir Bagas dan bibir Fani. Di bawah sana Bagas makin intens menggesek-gesek belahan memek Fani itu. Tubuh Fani merespon makin hebat dengan makin beceknya vagina gadi Fani.

Keringat makin banyak mengucur di sekitar wajah Fani, membuat mukanya yang masih terhiasi jilbab syar'i itu terlihat makin ayu. Gelombang orgasme kembali menghampiri Fani.

Bagas lagi-lagi mampu menerbangkan Fani ke awang-awang kenikmatan. Di titik ini Fani sebenarnya sudah tidak peduli bahkan jika dia harus memecah keperawanannya. Nafsunya sudah membumbung tinggi hampir menuju orgasmenya.

Di saat-saat seperti itu Bagas lalu melepas ciumannya. Fani juga melepas tangannya dari mengalung di leher Bagas. Bagas melihat sejenak wajah Fani yang menahan sange berhiasi keringat itu. Rambut halusnya sebagian keluar dari celah jilbab syar'inya itu, membuatnya semakin cantik dimata Bagas.

Tangannya yang menggesek-gesek di belahan bibir vagina Fani itu lalu dia hentikan, dan memindahkan tangannya ke pundak Fani. Fani seperti merasa tertahan saat rangsangan Bagas itu berhenti di tengah puncaknya menuju orgasme.

"Dek, aku nggak akan ambil perawanmu," kata Bagas tiba-tiba, "Kamu percaya aku kan?" tanya Bagas.

Fani yang dilanda birahi itu hanya menganggukkan kepala menjawab pertanyaan Bagas itu, meskipun dia tak tau apa yang akan dilakukan oleh suami sahabatnya itu terhadap dirinya.

Dalam hati Fani, sesungguhnya dia telah merelakan jika mahkotanya harus hilang saat ini. Dari semua lelaki, Bagas lah satu-satunya lelaki yang memperlakukannya dengan gentle dan mampu membuatnya melayang-layang keenakan. Pengalaman baru yang kini mewarnai hidup Fani.

Bagas lalu sedikit membungkukkan badannya. Dia pegang sisi kanan dan kiri celana dalam yang menempel di pinggang Fani, lalu dia tarik turun sebatas setengah paha Fani. Bagas lalu kembali menegakkan tubuhnya dan maju mendekat ke arah Fani.

Karena postur Bagas yang lebih tinggi, Bagas sedikit merendahkan tubuhnya lalu makin mepet ke tubuh Fani. Kontol Bagas mulai menyentuh diantara dua paha Fani. Bagas lalu memajukan lagi badannya hingga kini kontolnya terjepit diantara paha Fani di selangkangan perawan sang akhwat.

302cb31356784718.gif


Dada Fani seketika bergemuruh. Batang kontol Bagas itu kini menempel di memek tembem Fani. Jantung Fani berdegup makin cepat. Baru kali ini kemaluan seorang lelaki menempel di kemaluan perawannya. Tak pelak ini membuat Fani malah makin terangsang.

Bagas lalu memundurkan sedikit pinggulnya. Fani yang merasakan gesekan benda hangat di bibir vaginanya itu seolah seperti diberi sengatan listrik. Tubuhnya memang sudah berada di puncak nafsunya,

Hingga ketika Bagas memajukan pinggulnya lagi, kontol kerasnya itu menggesek memek sang akhwat yang kemudian tak dapat lagi ditahan oleh Fani.

"Ouuuuuuuhhhhhhhhhhh.. Heeeegggghhhhhhh.. Mmmaaaassssssshhh.." jerit Fani.

Badan Fani itu mengejang-ngejang beberapa kali ketika orgasme melanda tubuhnya. Mata Fani membelalak menahan kaku tubuhnya. Rangsangan yang sejak tadi didapat oleh Fani yang beberapa kali tertahan itu membuat orgasmenya kali ini seperti berkali-kali lipat nikmatnya.

Cairan orgasmenya keluar membasahi batang penis Bagas tepat berada di bawah celah liang kewanitaan Fani itu. Bagas harus memeluknya dan memegangi badan Fani yang didera fase orgasme itu agar tak terjatuh.

Sebelum orgasmenya itu mereda, Bagas sudah menggerakkan kembali pinggulnya. Batang penisnya kembali menggesek-gesek belahan memek Fani yang masih sedikit mengeluarkan cairan orgasme nya.

"Houggghhh.. Mmmassshh.." desah Fani.

Ditengah lemasnya saat momen paska orgasmenya itu, tubuh Fani harus dipaksa merespon akan nikmatnya gesekan penis Bagas. Ditambah vaginanya yang baru saja klimaksny membuat makin sensitif bibir kemaluannya itu. Gesekan maju mundur penis Bagas memberikan rangsangan ekstar bagi tubuh Fani.

"Mmaashh.. Bentaarrr.." erang Fani.

Yang tentunya tak berefek pada Bagas. Bagas malah makin intens menggesek-gesekkan batang rudalnya itu di selipan paha dan selangkangan Fani. Kontolnya sesungguhnya juga berada di ambang klimaksnya. Tangan Bagas memegangi dua paha Fani dan menekannya, sehingga penisnya makin terasa dijepit.

Hal itu juga membuat vagina Fani makin tertekan oleh penis keras Bagas. Batang hangat yang menggesek-gesek bibir vagina Fani itu membuat vaginanya tak mampu untuk tak mengeluarkan lendir kenikmatan, padahal baru beberapa detik lalu dia dilanda orgasme.

Bahkan Fani seolah mengerti apa yang harus dia lakukan, dua pahanya dia katupkan makin rapai untuk menjepit kontol Bagas yang sedang keluar masuk di selangkangannya itu. Akibatnya, klitoris Fani juga ikut tergesek-gesek oleh bulu-bulu kemaluan Bagas, memberikan sengatan rangsangan bagi pantat Fani.

"Ouuuhhhh.. Heeshhhhh.." Desah Fani.

Cpak.. Cpaakk.. Cpaakkkk..

Beceknya selangkangan Fani itu membuat bunyi nyaring peraduan dua selangkangan insang tak berstatus itu. Bagas juga makin cepat memajumundurkan penisnya mencoba meraih klimaksnya. Pelumas dari lendir vagina itu membuat makin lancar rojokan kontol Bagas di sela-sela Fani.

Fani yang pasrah itu lalu tiba-tiba mendapati sensasi aneh yang menghampiri tubuhnya, seolah badai kenikmatan kembali menghampiri akibat rangsangan di titik sensitifnya.

"Ouhh.. Mmasshh.. Kokkk akkuu.. oohh.." desah Fani.

Cpak.. Cpaakk.. Cpaakkkk..

Bagas makin cepat menggenjot kontolnya di jepitan selangkangan Fani itu hingga beberapa detik setelahnya, Fani kembali menegang kuat.

"Ouuhh.. Mmaasss.. Pipiishhh lagiiiihh.. Oouuuuuhhhhhhhhhhhhh.." jerit Fani melolong.

Bagas pun sudah tak kuat menahan klimaksnya dan menekan pantat Fani hingga makin menekan kontolnya.

Crot.. Crott.. Crott.. Crott.. Crott.. Crott..

Beberapa semburan lahar putih Bagas itu membasahi memek Fani bersamaan dengan kelojotan pantat Fani yang mengeluarkan cairan multi orgasme nya. Bagas langsung memagut bibir tipis Fani di tengah momen orgasme bersamaan mereka, yang langsung dibalas pasrah oleh bibir Fani.

Keduanya saling berpelukan dan menjadi penopang satu sama lain agar tubuh keduanya tak jatuh ke lantai.

Setelah momen orgasme keduanya mereda, Bagas melepas ciumannya di bibir Fani. Bagas sedikit memundurkan badannya dan menundukkan kepalanya ke bawah, melihat selangkangan Fani.

Bercak-bercak sperma memenuhi selangkangan Fani hingga pahanya. Sperma yang bercampur cairan orgasme Fani itu meleleh hingga lutut dan sebagian menetes di celana dalam yang menggantung di lutut Fani.

Bagas lalu membungkuk dan menaikkan celana dalam Fani itu dan langsung memakaikannya kembali seperti semula.

"Eh, Mas.. kok langsung dipake? Kan belum tak bersihin itu vaginaku.." kata Fani.

"Hehe.. Biarin maniku nempel di memekmu sampai mengering, Dek.. Giliran aku yang sekarang ngasih kenang-kenangan ke kamu.." kata Bagas.

Fanipun tak menjawab apa-apa dan hanya tersenyum. Bagas melihat wajah Fani yang makin cantik dengan basah keringatnya saat selesai orgasme seperti itu. Jilbabnya sudah makin kusut membalut kepalanya.

Bagas lalu kembali mencium bibir Fani. Fanipun ikut membalas Pacitan bibir Bagas di bibir tipisnya itu. Selama beberapa saat keduanya berciuman mesra layaknya dua sejoli yang memiliki utuh dunianya.

"Muuaacchh.." Bagas melepas bibirnya, "Yuk aku anterin kamu pulang, Sayang.."

Kata-kata terakhir yang terucap dari mulut Bagas itu langsung membuat sang akhwat merasa berbunga-bunga.




End of PART 9.5 "Kindled"
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd