Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Arsella Hasna Hilyani [No Sara] [Update #48]

Status
Please reply by conversation.
Btw, suhu semua, kalau barangkali ada yang nyimpen Part 1 dari cerita ini, boleh PM ane yakk.. Part 1 nya nggak sengaja kedelete dan ane ilang draftnya. Hiks..

:bata:
Part 1 ada di halaman 1 bukannya Hu? Masih ada kok ceritanya?
 
Part 9.5a
Tag:
HJ, BJ, Titjob, reverse Titjob



⛤ ⛤ ⛤ POV Orang Ketiga ⛤ ⛤ ⛤

6b40e21355126907.jpg

Fani

Waktu beranjak hampir melewati dinihari saat lelaki itu perlahan menggeliat di tengah tidurnya. Matanya mulai terbuka. Tersadar bahwa yang sedang dialaminya bukanlah mimpi belaka. Dia tertidur ditemani dua bidadari cantik di kanan dan kirinya yang tak mengenakan apa-apa selain selimut tipis. Istri cantiknya tertidur di sisi kirinya, sementara sahabat istrinya yang tak kalah cantik tertidur di sebelah kanannya.

Matanya lalu fokus memperhatikan gadis perawan yang ada di sebelah kanannya. Mainan baru yang sejak kemarin siang ikutan asik bergabung di tengah permainannya dengan istrinya. Matanya makin nanar saat melihat gadis itu menggeliat pelan di tengah tidurnya, menyingkap selimut yang dipakainya hingga menampakkan sebagian tubuh sempurnanya itu.

Dada Bagas seketika bergemuruh melihat Fani menggeliatkan tubuhnya seperti itu. Darahnya langsung terpompa terkulminasi ke selangkangannya. Dengan pelan-pelan Bagas lalu menggerakkan tangannya untuk menyingkap makin jauh selimut yang menutupi tubuh Fani.

Penis Bagas langsung menegang, melihat sisi atas tubuh Fani yang terlihat olehnya. Tangannya menyingkap makin jauh selimut itu hingga tubuh Fani kini tak lagi tertutup apapun. Badan Fani menggeliat pelan merasakan angin AC yang menerpa tubuhnya yang tak lagi terselimuti apapun.

Dalam benaknya, Bagas sudah bertekad ingin menaklukan gadis itu sejak kemarin. Kesempatan yang datang tiba-tiba saat dia pulang dari luar kota yang sebelumnya tak pernah terbayangkan. Selama ini Bagas mengagumi Fani sebagai sosok sahabat Sella yang solehah dan selalu menutup aurat. Kini hanya kain tipis yang menutupi tubuh seksi dan ranum itu, tentunya tak ada lelaki yang akan menyia-nyiakan kesempatan itu, tak juga Bagas. Bagai singa kelaparan yang disuguhi daging segar. Bagas lalu menggeser miring tubuhnya.

Tangannya lalu perlahan digerakkan menuju buah dada Fani. Dada bagas makin menggemuruh saat telapak tangannya mulai menyentuh bulatan padat di dada Fani itu. Perlahan, Bagas mulai memijat pelan bulatan toge itu, mencoba untuk tak membuat kaget Fani jika seketika terbangun. Satu tangan lelakinya itu tak bisa menangkup toket besar itu seluruhnya.

Fani mulai menggeliat perlahan merasakan payudaranya diremas pelan seperti itu. Geliat pelan yang terlihat sangat seksi itu membuat Bagas makin terangsang. Remasan tangannya makin kuat dia lakukan di dada Fani. Dengan posisi miring ini, satu tangan Bagas tertindih tubuhnya, membuatnya tak nyaman. Dengan memberanikan diri, Bagas lalu bergerak hingga berada di atas tubuh Fani.

Tangannya kembali dia lanjutkan meremas payudara Fani. Kali dia lakukan lebih kencang dengan memberi remasannya sedikit tenaga lebih. Dua payudara kencang itu membuat tangan Bagas seolah makin gemas untuk meremasnya. Tak disadari, bibir Fani mulai mengeluarkan suara lenguhan pelan di tengah tidurnya itu.

Bagas yang melihat reaksi Fani itu menjadi makin semangat meremas-remas payudara Fani dari atas. Puting Fani lalu dimain-mainkannya menggunakan jemarinya, hingga tak lama kemudian puting itupun mulai mengeras. Fani yang masih tertidur ikut merasakan gelombang kenikmatan yang perlahan ikut membuatnya tubuhnya terangsang. Lenguhan Fani makin keras dan berubah menjadi desahan pelan. Sesaat setelah itu, mata Fani perlahan terbuka.

Melihat Bagas berada di atasnya, seketika membuat Fani kaget. Bagas yang melihat Fani sudah terbangun, lalu menurunkan kepalanya dan langsung mencium bibir Fani. Fani sedikit gelapan. Dirinya yang baru saja terbangun membuka mata, langsung mendapati suami sahabatnya berada di atas tubuhnya, dan langsung menciumnya. Nyawanya belum terkumpul untuk memroses kejadian ini. Mata Fani melirik ke sebelah kiri, dan melihat Sella yang masih tertidur lelap.

Tak lama, Bagas lalu melepas ciumannya dari bibir Fani. Tangannya kembali lagi meremas lembut payudara Fani, yang masih melihat ke arah sahabatnya yang sedang terlelap.

"Hmmmppphh.." desah Fani pelan.

Bagas makin kuat meremas dada Fani. Fani pun sedikit mulai paham akan apa yang sedang dikerjakan suami sahabatnya itu.

"Mas.. Itu Kak Sella.." kata Fani.

"Iya.." jawab Bagas singkat sambil masih meremas buah dada Fani.

"Tapi itu Kak Sella lagi tidur, Mas.." kata Fani lagi.

Batinnya seolah merasa salah akan hal ini. Sedari kemarin siang, permainan yang mereka lakukan atas dasar suka sama suka, termasuk Sella yang secara sadar mengijinkan Fani untuk ikut bermain-main dengan Mas Bagas. Tapi kini dia merasa jika bermain-main dengan suami Sella ketika Sella sedang tertidur, sama saja dengan bermain di belakang Sella, dan bukankah itu artinya dia mengkhianati kepercayaan sahabatnya itu.

"Iya, nggakpapa, Dek.. Sella nggak bakal bangun.. Sella aku kasih obat tidur, makanya bisa tidur duluan kan semalem.." kata Bagas.

Fani diam saja. Mencoba memproses kejadian ini dengan otak dan nuraninya. Tapi Bagas masih terus memain-mainkan teteknya. Putingnya pun tak luput dari sentuhan nakal tangan Bagas itu. Bagas seolah seperti mendapat mainan baru yang dia ingin terus main-mainkan. Perlahan, tubuh Fani itupun merespon layaknya tubuh wanita biasa yang dirangsang di titik sensitifnya, hingga birahinya makin naik sedikit-demi sedikit.

"Houuhhhh.." desah Fani.

Desahannya kali ini lebih kencang, seiring dengan makin kencang juga Bagas meremasi dua toket bulat Fani itu. Bagas kini sedang menduduki paha Fani, sambil kedua tangannya dengan gemas memainkan toket Fani itu. Bagas lalu menurunkan kepalanya, dan menjulurkan lidahnya ikut bermain-main di toket itu.

"Hmmmmhhh.. Ssshhhhh.." desah Fani.

Lidah Bagas bermain mulai dari samping gunung kembar itu. Jilatannya membuat daging putih itu mulai membasah liur Bagas. Dari samping jilatannya lalu menuju ke tengah toket Fani yang sebelah kiri. Tangan Bagas masih terus meremas-remas toket kembar yang ranum itu

"Eemmmmmppphhh.." desah Fani.

Tubuh Fani seolah menafikan seluruh akal dan nalurinya dan perlahan mulai menyerah pada nafsu birahinya. Tangannnya kini memegangi kepala Bagas dan meremas pelan rambutnya. Seolah mengiyakan perbuatan Bagas pada dirinya dan tak mau rangsangan itu cepat berakhir.

Bagas pun menyahuti dengan makin aktif menjalari sekelumit payudara Fani, menjilat-jilat areola Fani yang cukup lebar itu hingga bergeser bermain-main di putingnya.

"Huuuhhhhff.. Shhhhh.. Mmmasshh.."

Selama beberapa saat lamanya Bagas asik bermain-main di toket Fani itu, tak memedulikan istrinya yang berada di sebelahnya yang terlelap pulas.

"Shhh.. Mmass.. Hoouuhhh.. Mmass.. Sebentarr.." kata Fani. Bagas lalu menghentikan sesaat rangsangannya di tubuh Fani.

"Aku mau pipis dulu, Mas. Kebelet nih.."

"Oo.. Iyaa.. Pakai kamar mandi yang di tengah aja, Dek.. Biar nggak berisik, takut mbangunin Sella.." kata Bagas yang segera memindahkan tubuhnya dari atas badan Fani.

Fanipun segera beranjak dari kasur, dan keluar dari kamar menuju kamar mandi yang berada di samping kamar tamu. Sedikit berlari karena pipisnya sudah tak kuat lagi ditahan. Bagas lalu menyusul di belakang Fani dan ikut keluar meninggalkan Sella yang tertidur di kasur. Bagas menunggu di samping pintu kamar mandi.

Sesaat setelah hajatnya dituntaskan, Fani keluar dari kamar mandi. Fani agak kaget melihat Bagas menunggunya di samping pintu. Bagas pun hanya tersenyum-senyum saja, lalu menggenggam tangan Fani.

Fani terdiam untuk sesaat, bingung akan apa yang harus dilakukan. Nuraninya mengetuk akalnya untuk sesaat. Hati kecilnya masih berbisik bahwa ini adalah sesuatu yang salah. Dia tak memiliki ikatan halal dengan lelaki di depannya ini, telebih lagi dia adalah suami dari sahabatnya.

"Kita kesini aja, Dek.." kata Bagas. Bagas lalu menarik tangan Fani menuju kamar tamu.

"Mmm.. Mass.." Fani lalu membuka suaranya. Bagas menoleh ke arah Fani.

"Aku nggak enak sama Kak Sella, Mas. Kak Sella nggak diajak aja?" kata Fani.

Bagas tak menjawab untuk sesaat. Untuk sesaat Bagas tersadar bahwa wanita di depannya ini, meskipun sudah telanjang bulat, masih memiliki perisai di dalam dirinya, menunjukkan kelas akhwatnya. Padahal sejak kemarin siang keduanya sudah berkali-kali saling memuaskan yang tentunya ada Sella saat itu. Tapi tekad Bagas sudah bulat.

Bagas ingin menikmati tubuh ranum gadis perawan ini secara eksklusif tanpa ada orang ketiga. Bahkan dia ingin menaklukan perempuan di depannya ini menjadi alat pemuas nafsunya. Meski itu berarti Bagas harus meruntuhkan perisai keakhwatan yang ada dalam diri Fani itu, tak membuat Bagas patah arang.

Tubuh Bagas lalu didekatkan ke tubuh Fani. Fani yang telanjang lalu tersipu malu dan menunduk mengetahui Bagas memandanginya. Bagas lalu meletakkan tangannya di kedua pundak Fani. Bulu kuduk Fani langsung berdiri saat pundaknya itu disentuh tangan lelaki. Tak pernah ada sebelumnya lawan jenis yang bertindak sampai sejauh ini dengannya, membuatnya merasakan sensasi baru yang unik.

Bagas kemudian menyentuh lembut dagu Fani dan mengangkatnya dengan pelan, hingga mata mereka saling beradu pandang. Bagas mengerti bahwa Fani belum sepenuhnya rela, sehingga dia membuat Fani senyaman mungkin terlebih dahulu.

"Aku cuma mau lanjutin yang tadi aja kok, Dek. Nggak bakal lama juga. Sama seperti yang aku lakuin ke kamu bareng Sella dari kemarin, aku janji nggak akan macem-macemin kamu yang enggak-enggak. Kalau kamu nggak nyaman terus kamu mau berhenti, aku turutin." Kata Bagas.

Begitu selesai mengucap itu, Bagas langsung menundukkan kepalanya mencium bibir Fani. Fani diam mematung menerima ciuman itu. Kata-kata Bagas barusan tadi bermain-main di otak Fani. Dia tak bisa memungkiri bahwa sejak kemarin dia juga merasakan kenikmatan duniawi.

Pengalamannya dengan lelaki-lelaki sebelumnya berakhir buruk. Ada Broto yang dengan iming-iming bisa menyekapnya, lalu Rio yang berniat mengkhitbahnya tapi malah hilang ditelan bumi. Bagas seolah menjadi lelaki pertama yang begitu gentle memanjakannya sebagai wanita. Tubuhnya mengakui kenikmatan-kenikmatan yang dicapainya dari perlakuan Bagas sejak siang hari kemarin.

Tapi tentu saja Bagas tak berniat melepas Fani secepat itu. Masih ada beberapa jam sebelum hari mulai terang dan Bagas harus menunaikan kewajibannya mencari nafkah. Oleh sebab itu, dia bertekad untuk membuat akhwat di depannya ini terbuai kenikmatan hingga kelak tak bisa lepas darinya. Istrinya yang sudah dibuat agar tertidur lelap, membuat niatnya makin menggebu-nggebu untuk segera kembali menjamah Fani, memuaskan nafsunya tanpa perlu khawatir ada orang lain yang mengganggunya. Bibirnya menggigit pelan bibir bawah Fani.

Fani yang nafsunya mulai terbuai birahi itu kini perlahan membalas ciuman Bagas. Nafsunya mengambil alih nalar dan batinnya, dan memerintahkan tubuhnya untuk takluk ke dalam buaian birahi dari lelaki di depannya. Bagas pun menyadari perubahan mangsa yang ada di depannya ini yang berani membalas pagutan bibirnya.

Selama beberapa saat mereka berciuman, hingga Bagas melepas mulutnya dari bibir Fani. Bisa terlihat oleh bagas wajah cantik Fani yang merona merah dilanda nafsu, rambutnya sebahu tergerai indah. Dahi putih Fani mulai sedikit membasah akibat keringat nafsu. Bagas lalu memegang tangan Fani dan menariknya ke kamar tamu. Mangsa betinanya itu kini tak lagi menolak dan turut melangkah mengikuti Bagas.

Di dalam kamar Bagas menarik Fani hingga berdiri tepat di samping ranjang. Bagas lalu kembali mencium Fani. Tangannya memegang belakang kepala Fani. Ciumannya itu langsung dibalas oleh Fani yang juga sudah mulai dilanda birahi. Lidah mereka juga saling bermain, saling berbagi liur antar dua rongga mulut. Selama beberapa menit, keduanya seolah seperti kekasih yang sedang asik melakukan french-kiss.

"Aku ijin bikin kamu enak lagi ya, Dek?" kata Bagas setelah melepas pagutannya di bibir Fani.

Fani tak menjawab apa-apa, hanya deru nafas yang keluar dari mulutnya. Nafsunya makin menguasai tubuh akhwat itu. Bagas lalu memutar tubuh akhwat itu hingga membelakanginya. Dari belakang Bagas perlahan meletakkan kedua tangannya di dada Fani dan mulai meremas lembut dada montok itu.

"Hmmmhhfffff.." Fani melenguh pelan.

Fani yang masih berdiri tepat di depan kasur itu memejamkan mata, sambil menikmati remasan tangan Bagas di buah dadanya. Dengusan nafas suami sahabatnya itu terasa di pundaknya, membuat rasa geli yang menambah birahinya. Bagas lalu mulai mengecup pelan pundak Fani.

34974d1356467357.gif


Bagas dengan lembut memainkan payudara Fani dari belakang. Dua buah dada yang bulat sempurna itu adalah buah dada terindah yang pernah disentuhnya. Sejak kemarin melihat buah dada sempurna itu membuat nafsunya terbakar, tak sabar untuk memuaskan hasratnya tanpa perlu campur tangan istrinya. Kini obsesinya itu menjadi nyata.

"Toketmu bagus banget, Dek.. Bulet, gede.. Sempurna.." bisik bagas pelan di telinganya, sambil meniupkan hembusan nafas di belakang tengkuk Fani.

"Hmmmpppffff.."

Remasannya perlahan makin kencang, membuat si pemilik buah dada itu juga makin kencang mendesah. Bagas kini tak lagi ragu lagi memainkan buah dada itu tanpa takut istrinya memelototinya. Meski begitu, Bagas tak buru-buru memburu birahinya. Masih ada waktu baginya untuk memainkan akhwat di depannya ini. Tangannya memijat bulatan kenyal itu berputar-putar, dari tepi gunung kembar itu menuju tengahnya. Tingkat kekuatan pijatan tangannya di toket gede itu dia variasikan. Dia ingin memberi kenikmatan tak terhingga buat mangsa di depannya itu.

"Ouuuhhh.. Mmmmaaassshh.. Eeemmmphhhfff.." Desah Fani.

Remasan tangan Bagas membuat Fani terbang terbuai birahi. Tubuhnya terangsang makin hebat. Sejak berciuman dengan suami sahabatnya tadi, seluruh tubuhnya mulai memanas. Tapi kini rangsangan Bagas yang mulai kencang berputar-putar bermain di gunung kembarnya itu membuat vaginanya makin basah. Pertama kali dirangsang oleh lelaki membuatnya tak mampu melawan gejolak birahinya.

Di bawah sana, memek Fani mulai mengeluarkan berlendir-lendir cairan kenikmatan akibat rangsangan Bagas. Tubuhnya menggeliat makin liar sambil berdiri membelakangi Bagas. Keringat makin keluar banyak dari pori-pori kulit sekujur tubuh seksi Fani.

"Shhhh.. Ouuuhhh.. Mmmasss.. Mau nyampeee.. Ouuuhhhss.." desah Fani. Tak disangka Fani, ternyata fase klimaksnya sudah mulai menghampirinya.

"Keluarin aja, Dek.." bisik bagas.

Tangan Bagas kemudian bergerak menuju puncak bulatan kembar itu. Tangannya menggelitik areola Fani yang berwarna merah muda itu. Menggesek-gesekkan jarinya hingga kedua tangannya berakhir di puting kanan dan kiri Fani yang mengacung keras. Bagas mulai memilin pelan ujung puting pink itu dengan lembut.

"Ouuuuuhhh.. Shhhh,.. Mmmmaasssshh.." desah Fani

Jepitan jari Bagas di puting Fani itu sontak memberi dorongan birahi lebih ke tubuhnya. Gairahnya melonjak hebat di tengah perjalanannya menuju puncak klimaksnya. Bagas yang nampakanya tau perubahan di tubuh Fani itu lalu makin liar memain-mainkan puting Fani. Sembari memilin-milinnya, pentil pink itu kadang dipijit-pijit pelan dan ditarik ke depan. Hingga tak lama menjelang,

"Ouuhhh.. Mmmmaassshh.. Ooooooouuuuuuuuuuuuuuhhhhhh.." Jerit Fani.

Tubuhnya mengejang sesaat. Orgasme pertamanya hari ini didapatnya hanya dari buah dada kembarnya yang dimainkan. Cairan orgasme keluar dari vaginanya dan membasahi pahanya, menetes turun. Badannya yang mengejang selama beberapa saat itu ditopang olah Bagas dari belakang, agar tubuh sintal si akhwat itu tak terjatuh karena menahan lemasnya.

"Enak ya, Dek?" tanya bagas berbisik di telinga Fani.

Mendengar itu, Fani tak menjawab apa-apa. Pipinya memerah karena orgasme yang melandanya sekaligus karena pertanyaan dari Bagas. Dia tak menyangka orgasme pertamanya hari ini didapat dari suami sahabatnya, di rumah sahabatnya. Fani lalu mengangguk pelan.

"Itu baru toketmu aja yang tak remes, Dek.. Aku bakalan kasih yang jauh lebih nikmat.." bisik Bagas lagi.

Dada Fani kembang kempis mencoba menghela nafas setelah orgasme yang didapatnya. Keringat yang makin banyak juga membuat tubuh telanjang Fani itu makin nampak seksi.

Selama beberapa saat Bagas mendiamkan Fani menikmati orgasmenya itu. Senyum mengembang di bibir Bagas. Si akhwat nampak sudah lepas membiarkan nafsu mengambil alihnya memberinya kenikmatan. Bagas mulai lagi mengecup pelan leher jenjang Fani.

Fani yang masih memejamkan matanya setelah orgasme tadi mulai lagi merasa geli dari lumatan bibir bagas di lehernya itu. Tangan Bagas kini turun mengelus-elus perut langsing sahabat istrinya itu.

Kecupan Bagas lalu turun menuju punggung Fani yang mulus tak bercela itu. Kecupannya makin turun ke bawah hingga sampailah mulut Bagas itu ke bongkahan pantat Fani. Sambil berjongkok di belakang Fani, kini Bagas mulai bermain-main di pantat akhwat sahabat istrinya itu menggunakan tangan dan mulutnya.

Kedua tangan Bagas meremas lembut pantat Fani. Lidah Bagas di julurkan dan mulai menggelitik ujung belahan pantat Fani, membuat si pemilik pantat itu menggelinjang.

"Hmmmpphhh.. Shhh.." lenguh Fani.

Lepas dari orgasme pertamanya tadi, kini tubuhnya kembali lagi terbuai dengan birahi yang perlahan-lahan mulai lagi naik akibat jamahan tangan dan mulut Bagas.

Jilatan dan lumatan Bagas makin liar bermain di pantat Fani. Lidahnya turun dan menjilat-jilati lubang anus Fani. Fani kembali menggelinjang hebat. Bagas lalu turut memainkan tangannya di lubang anus Fani itu. Jarinya mulai berputar-putar menggelitik lubang anus Fani. Rangsangan itu membuat memek Fani kembali berlendir, hingga mulai lembab.

"Hsssshhhhh.. Hoouuuhhhh.." desah Fani.

Fani makin terbakar birahi saat Bagas bermain-main di pantatnya. Lubang anusnya yang digelitik itu memberikan sensasi kenikmatan. Didera nafsu seperti itu membuat Fani makin menggeliatkan pantatnya, tubuhnya tak lagi mampu berdiri, lalu Fani membungkukkan badannya. Tangannya bertumpu di tepi kasur. Bagas di belakang masih asik bermain dengan pantat Fani.

Satu jari telunjuk Bagas lalu bermain-main di sekitar lubang anus Fani. Lubang itu nampak begitu sempit. Geliat pantat Fani membuat lubang anus itu nampak makin seksi seolah mengundang Bagas untuk menikmati sempitnya lubang itu. Bagas bertekad harus dapat menyelipkan kontolnya di lubang sempit itu, lubang anus yang bahkan milik istrinya sendiri menolak dimasuki kontol Bagas.

Tapi berbeda dengan Fani. Gadis polos itu masih bisa dia permainkan. Memek perawannya mungkin tak bisa Bagas jebol, tapi Bagas sudah membulatkan niat untuk bisa menembus lubang anus Fani. Bagas lalu memainkan jari telunjuknya makin intens tepat di lubang anus Fani.

"Aiiiihhh.." jerit Fani seketika

Satu jari bagas mencoba menembus lubang anus Fani. Sempitnya lubang itu membuat Fani sedikit kaget dan menjerit. Bagas yang mengerti itu lalu menghentikan sejenak usahanya. Tangannya bermain-main lagi menggelitik pantat Fani. Bagas juga menyadari jalan usahanya ini membutuhkan kesabaran dan ketelatenan yang ekstra.

Fani yang kini menungging membuat belahan kemaluannya terlihat jelas dari belakang. Bagas yang sedang berjongkok itu pun kini menggeser rangsangannya menuju memek Fani yang sudah basah sisa lendir orgasmenya tadi. Lidahnya mulai menjilati daerah bawah selangkangan Fani, membuat Fani menggelinjang nikmat.

"Shhhh.. Mfffhhhh.." desah Fani.

Bagas yang mulai menciumi memek Fani itu sadar akan mulai lembabnya onderdil sang akhwat. Rangsangannya sedari tadi ternyata mampu membuat Fani juga merasa keenakan terbukti dari lendir yang keluar dari memek Fani itu. Tak hanya dengan bibirnya, kini bagas juga memainkan memek perawan Fani itu menggunakan tangannya.

Digesek-gesekkan kedua jari Bagas di memek basah Fani searah dengan belahan bibir vaginanya. Fani makin terbuai oleh rangsangan suami sahabatnya itu. Keringat makin banyak keluar dari tubuhnya, melawan hawa dingin dinihari yang menyelimuti mereka.

"Shhhhh.. Ouuuuhhhh.. Mmmaassh.." desah Fani.

Cengkeraman Fani di ujung sprei itu makin kuat, seiring makin tingginya birahi yang menderunya. Memeknya makin banyak mengeluarkan lendir kenikmatan. Tangan Bagas yang bermain-main di selangkangannya itupun juga ikutan basah cairan vagina Fani. Gelombang klimaks Fani tak terasa kembali lagi mulai mendekat.

Cpak.. Cpakk.. Cpaakk..

Tangan Bagas makin cepat menggesek-gesek vagina Fani. Bunyi nyaring kecipak pun makin keras terdengar seiring makin lembabnya memek sang betina. Punggung Fani makin menekuk menahan birahinya, membuat pantatnya terlihat makin menungging dari tempat Bagas yang sedang mengerjainya. Desahan demi desahan keluar dari mulut mungil perempuan cantik itu.

Bagas pun makin asik bermain-main di selangkangan Fani. Memek Fani yang makin basah adalah bukti bahwa sahabat istrinya itu sangat dilanda birahi juga, padahal beberapa saat lalu sudah orgasme. Kedua tangan Bagas yang ikutan basah itu tak jemu-jemunya bermain di memek Fani. Satu tangan Bagas lalu bergerak lagi ke atas menuju belahan pantat Fani. Satu jarinya bermain-main lagi di sekitar lubang anus Fani.

"Aiiiiiihhhhh.. Mmmaassh.. Uuuuuffhhhh.." jerit Fani.

Jari telunjuk Bagas yang bermain di anus Fani itu berhasil menembus sempitnya lubang pengeluaran Fani, membuatnya menjerit. Jari Bagas yang basah akibat cairan memek Fani itu membuat penetrasi ke anusnya tak sesulit sebelumnya, meskipun Bagas masih merasakan anusnya yang sangat sempit itu menjepit erat ujung jari telunjuknya.

Cpak.. Cpakk.. Cpaakk..

Tangan Bagas yang lain digerakkan menggesek memek Fani makin cepat. Mencoba memberi kenikmatan dari rangsangan di bibir vaginanya itu untuk mengalihkan Fani dari ngilu di lubang anusnya. Rasa ngilu yang didera Fani, walaupun hanya ujung jari telunjuk Bagas yang menembusnya, itu berhasil diredam oleh makin terangsang dan makin basahnya memeknya. Gesekkan jari Bagas di belahan memek Fani digerakkan makin liar, hingga beberapa detik kemudian, Fani mengejang.

"Ouuuuuuuuuuuuhhh.. Hhhaaaaaaaaaaaaahhh.."

Lolongan Fani terdengar keras seiring gelombang klimaks yang kembali menghampirinya. Memeknya berkedut-kedut sambil pantatnya makin ditunggingkan ke belakang. Bagas mendiamkan Fani sesaat untuk memberinya ruang menikmati orgasmenya itu. Jari telunjuknya yang masih tertancap di anus Fani itu juga serasa dipijat makin kuat oleh otot-otot rectum sang akhwat yang juga berkedut-kedut saat bongkahan pantatnya menyentak-nyentak.

Fani mencengkeram kuat sprei di depannya yang masih acak-acakan sejak kemarin akibat percumbuannya dengan sahabatnya di kamar ini. Matanya terpejam di tengah deraan orgasme yang diterimanya.

Suasana menjadi hening kembali sesaat setelah Fani menyelesaikan klimaksnya, kontras dengan beberapa detik lalu saat Fani menjerit nikmat. Jeritan dari mulutnya tadi yang dalam keadaan normal pasti membangunkan sahabatnya dari tidurnya. Tapi kini sahabatnya itu masih terlelap. Dan dengan diantar suami sahabatnya lah Fani menuju puncak kenikmatan dunia barusan.

Bagas lalu mengarahkan Fani untuk maju dan berbaring di kasur yang berada di depan mereka itu. Bagas lalu merangkak naik ke atas tubuh Fani. Sesaat mereka berhadap-hadapan saling pandang. Mata sayu Fani yang barusan dihajar dua kali orgasme itu membuat Bagas makin bernafsu. Bagas langsung memagut bibir Fani.

"Mmmmhhh.. Cppphhhhhh.."

Ciuman liar yang diberikan Bagas itu melumat bibir tipis Fani. Fanipun membalas ciuman Bagas itu dengan menjulurkan lidahnya untuk dikait oleh bibir bagas. Tubuh Bagas yang diatas tubuh Fani mulai sedikit diturunkan. Satu tangan Bagas mulai meremas lagi toket besar Fani, sementara tangan yang lain menopang tubuhnya agar tak menindih Fani.

Remasan Bagas di toket Fani itu lagi-lagi membuat Fani keenakan. Toketnya diremas berputar-putar, dipijat-pijat bergantian antara kanan dan kiri. Desahannya terdengar tertahan di tengah ciumannya dengan suami sahabatnya itu.

"Toketmu bener-bener seksi, Dek.." kata Bagas di sela-sela ciumannya.

"Mmhhhhhmmphh.. Shhhhhh.." desah Fani. Mereka berpagutan liar.

Tangan Fani yang tadinya pasrah telentang kini mulai mengalung di leher Bagas, menekan bagian belakang kepala lawan mainnya itu agar semakin maju dan menempel erat dalam pelukannya. Fani seakan ingin berkata kalau dia tidak ingin memisahkan bibir mungilnya itu dari pagutan ganas Bagas yang tampak bersemangat menyusuri bibir Fani dengan tekstur dan rasa yang nikmat.

"Luar biasa!!" gumam Bagas bersorak sorai dalam hatinya. Tanpa disangka-sangka olehnya, Akhwat di depannya ini bergerak semakin aktif dan semakin berani. Pertanda kalau memang Fani telah begitu kuat menahan gairah seksualnya.

Untuk itu, Bagas pun tak mau berdiam diri membiarkan wanita itu. Hal yang utama yang harus dia lakukan saat ini adalah memberikan sebuah kesan hebat dan nikmat dalam diri Fani agar sahabat istrinya tersebut bisa mengingat betapa menagihkan dan hebatnya permainan mesum ini. Hingga suatu saat nanti, sang akhwat itu yang dengan sendirinya akan meminta dan meminta terus. Oleh karena itulah, sebuah kesabaran tinggi harus dibutuhkan yang Bagas harus siap lakukan.

Remasan tangan Bagas di tetek Fani makin kencang saat tubuh keduanya makin mepet. Penis Bagas kini menempel terjepit antara pinggul keduanya, menggesek-gesek bulu-bulu halus kemaluan Fani. Fani yang merasakan ada benda hangat menyentuh area pubisnya itu cukup tau bahwa penis Bagas menempel disitu, tapi tak berani untuk menyentuh benda keras itu, walaupun nafsu di tubuhnya memburunya. Sebagai seorang akhwat yang selalu menjaga marwahnya, dia masih malu untuk memulai inisiatif itu. Meski sejak kemarin dia juga

Bagas menggesek-gesekkan pelan kontolnya di bulu-bulu halus kemaluan Fani itu, sambil tangannya masih meremas-remas toket Fani, membuat Fani mendesah keenakan. Bagaspun lalu memegang tangan Fani yang bergerak bebas dan memindahkannya ke batang kontolnya yang sudah menegang dan mulai menggenggam kontol itu. Tangan Bagas kembali lagi meremas toket Fani.

Gairah yang membakar tubuh Fani itu perlahan membuatnya mengocok penis Bagas yang saat ini digenggamnya. Kadang Fani sengaja menggesek-gesekkan kontol Bagas di bulu-bulu halus kemaluannya.

Tak berselang lama, Fani lalu menggerakkan satu tangannya yang lain ke selangkangan Bagas. Perlahan dia pegang buah zakar Bagas lalu mulai memijat lembut dua bola kembar itu. Tangannya yang lain masih mengocok-ngocok batang penisnya. Keringat makin banyak mengucur membasahi ke dua tubuh telanjang itu.

Bagas yang dirangsang kontolnya seperti itu makin liar juga memainkan tetek Fani. Memijat-mijat toge itu, dan sesekali juga memainkan pentil Fani yang makin keras. Ciuman mereka makin liar hingga air liur sudah sangat banyak menetes keluar meleleh ke pipi Fani. Selama beberapa lama kedua insan itu saling merangsang satu sama lain. Fani merasakan birahinya kembali terbuai akibat rangsangan yang begitu gentle yang dia dapatkan dari suami sahabatnya itu.

"Mmuuaaacchh.." Bagas melepas ciumannya.

Sesaat dipandangi wajah Fani. Mata Fani yang sayu menyorotkan birahi tertahan itu membuat wajahnya makin seksi ditengah nafasnya yang memberat. Bagas lalu beranjak memajukan tubuhnya hingga tepat di atas dada Fani. Rangsangan kocokan tangan lembut Fani di kontolnya tadi membuat nafsunya makin naik, dan kini Bagas meminta giliran untuk dipuaskan juga.

Bagas lalu meletakkan kontolnya di antara gunung kembar Fani. Kedua tangan Bagas ikut memegang kedua toket Fani dan menekannya hingga kontolnya dijepit dua bulatan kencang itu. Fani yang belum memiliki pengalaman apa-apa terkait hal ini diam saja sambil menundukkan kepalanya melihat apa yang sedang dilakukan Bagas.

"Urrrggghhh.. Enak banget toketmu, Dek.." erang Bagas.

Tanganya meremas-meremas kedua buah dada Fani itu, makin lama makin kencang, membuat kontolnya makin dipijat berada di tengah himpitan kedua toket Fani. Bagas lalu mulai menggerakkan perlahan pinggulnya maju mundur. Cairan precum yang keluar dari kepala penisnya sedikit menambah pelumas bagi kontolnya.

Fani melihat kepala penis Bagas maju mundur di bawah dagunya sementara batang penisnya tenggelam di tengah toket indah itu. Remasan tangan Bagas di toketnya itu mulai lagi merangsang birahinya. Perlahan lalu tangan Fani yang tadinya diam, ikut dipindahkan dan meremas teteknya sendiri.

Bagas pun lalu memindahkan tangkupan tangannya dari toket Fani, membiarkan tangan Fani mengambil alih untuk meremas-remas buah dadanya sendiri. Bagas lalu memainkan puting Fani menggunakan jarinya sambil masih menggerakkan pinggulnya maju-mundur.

"Shhhhh.. Mfffhhhhhh.." desah Fani.

Jari Bagas memilin-milin puting Fani, membuat si akhwat mendesah kenikmatan. Gairah yang membakar nafsunya itu makin membuat Fani meremas-remas toket besarnya itu semakin kencang. Bagas pun semakin cepat menggoyang pinggulnya. Kontolnya makin cepat pula maju mundur di tengah himpitan toket Fani.

2b3fd01356467430.gif


"Urrggghhh.. Manteb banget toketmu, Dek.. Nggak bakal bosen aku.." erang Bagas

"Shhhh.. Ouuuhhhh.." desah Fani.

Mulut Fani mendesah makin kencang dengan alunan yang semakin binal seiring Bagas yang terus memain-mainkan puting Fani itu. Kadang kedua puting pink itu ditarik kencang ke atas membuat Fani makin melenguh nikmat. Di bawah sana, memek Fani makin banyak mengeluarkan lendir menandakan birahinya yang meluap-luap.

Bagas makin kencang mengocok kontolnya di tengah jepitan titfuck Fani. Keringat mengucur membasahi Bagas dan Fani seiring mereka yang saling merangsang satu sama lain. Mata Fani terpejam menikmati rangsangan Bagas di putingnya, membuat wajah nya yang dihiasi rambut halus berkeringat itu semakin terlihat cantik dan seksi. Selama beberapa saat kedua insan itu saling merangsang.

"Hmmmmpppffff.. Sshhhhhhh.. Ouuuhhhh.." desah Fani.

Kontol Bagas yang dijepit dua toket besar nan kencang itu kini mulai menunjukkan tanda-tanda akan klimaks.

"Urrgggghh.. Aku mau keluar ni, Dek.. Keluarin dimana?" tanya Bagas.

"Hssssshhh.. Mmfffhhhhh.. Terserah Mas Bagas.. Emmmpphhhh.." desah Fani.

Fani telihat juga sudah sangat terangsang. Bagas yang melihat itu lalu menyunggingkan senyumnya. Sesuai harapan Bagas, akhwatnya itu mulai menunjukkan kepasrahannya terhadap Bagas. Bagas lalu beranjak dari kedua toket Fani, dan sejenak menundukkan kembali kepalanya, lalu mencium lembut bibir Fani.

"Mmmmccchhhh.. Kontolku pengen disedot sama bibir tipismu, Dek.. Aku mau keluar di mulutmu.. Maniku nanti kamu telen yaah.." kata Bagas sesaat setelah mencium Fani.

Fani yang juga terbuai nafsu itu tak menjawab dan hanya menganggukkan kepalanya. Tangannya yang kini bergerak-gerak sendiri meremas kedua toket indahnya itu memberi rangsangan kuat di tubuhnya, membuatnya pasrah akan apa yang ingin dilakukan oleh suami sahabatnya itu terhadap dirinya.

Bagas lalu beranjak, dan berpindah berlutut di samping kanan kepala Fani. Penisnya yang sudah menegang itu langsung menyentuh pipi Fani. Dengan mata sayu terpenuhi nafsu, Fani lalu menoleh ke arah batang keras itu. Cairan precum dari kontol Bagas membuat wajah Fani sedikit lembab.

Fani sesaat bisa melihat penis tegak mengacung milik suami sahabatnya itu. Terlihat jelas bulu-bulu hitam yang menghiasi pangkal kontol Bagas. Kontol pertama yang dia servis dengan tangannya sekaligus juga yang pertama merasakan hangatnya mulut Fani. Melihat kontol sedekat itu membuat jantung Fani makin berdegup kencang, birahinya makin terbakar.

Kepala penis Bagas lalu diarahkan tepat di bibir Fani. Fani lalu mulai mengecup pelan kepala kontol Bagas hingga bibir Fani ikut merasakan cairan precum kontol Bagas, hingga membuat Bagas menggelinjang. Sesaat kemudian, Fani lalu membuka bibirnya.

"Uurrrrrggghhhh.." Erang Bagas.

Ujung penisnya mulai memasuki hangatnya bibir tipis Fani. Bibir Fani tidaklah seseksi atau sensual seperti bibir istri Bagas. Akan tetapi yang namanya lelaki pasti selalu tertarik dengan mainan baru yang didapatnya, apalagi mainan baru itu adalah sesosok akhwat cantik dengan tubuh sempurna.

Bagas mendorong perlahan penisnya untuk masuk makin dalam di mulut Fani. Bagas tak mendorong paksa karena mengerti Fani yang belum terbiasa dengan hisap-menghisap batang penis lelaki. Tetapi di sisi lain Fani yang masih diburu nafsu seolah semangat sekali menelan penis itu. Fani melebarkan bibirnya untuk menerima batang keras itu.

Sudah setengah batang penis Bagas yang masuk ke dalam mulut Fani saat Bagas mulai menggerakkan pinggulnya. Fani pun mulai memainkan penis di dalam mulutnya itu. Lidahnya dia gerakkan menyapu penis itu sambil dia hisap-hisap batang keras itu hingga pipinya mulai mengempot.

"Urrrgggghhh.." erang Bagas.

Sambil menikmati mulut Fani, tangan Bagas tak ingin tinggal diam membiarkan tubuh telanjang akhwat cantik itu tak terjamah. Tangan kirinya beralih ke toket bulat Fani, sementara tangan kanannya berusaha meraih kemaluan si akhwat dan bermain-main disana.

"Hmmmmmmppphhh.." desah Fani tertahan.

Remasan tangan Bagas di tetek Fani membuat sang akhwat kembali terangsang. Ditambah tangan Bagas yang lain juga bermain di selangkangan Fani membuat tubuhnya makin didera nikmat. Bagas harus sedikit menunduk agar jari-jarinya bisa menyentuh bibir kemaluan Fani.

Gerakan pinggul Bagas perlahan makin cepat. Kepala Fani pun ikutan digerakkan seirama dengan gerakan pinggul Bagas yang memompa penisnya di dalam mulut akhwat cantik ini.

Clop.. Clopp.. Cloppp..

Mulut Fani mengeluarkan air liur yang mulai menetes membasahi sprei, seiring makin intensnya keluar masuk kontol Bagas di dalam rongga mulut Fani. Tangan Bagas yang berada di kemaluan Fani mulai menggesek-gesek bibir vagina tembem si akhwat.

2fc26a1356467389.gif


"Hmmmmmmmfffhh.."

Fani mendesah tertahan oleh batang penis Bagas. Tubuh keduanya makin basah oleh keringat. Pinggul Fani menggeliat manja seiring rangsangan jari bagas di bibir vagina Fani. Memeknya makin lembab akibat banyaknya lendir kenikmatan yang keluar dari celah bibir perawan itu, hingga membuat jari Bagas ikutan basah.

"Urrrggggghhhhhh.." erang Bagas.

Kontolnya makin membesar menandakan klimaksnya yang tak lama lagi. Tangannya makin cepat menggesek-gesek memek Fani, membuat akhwat itu makin kelabakan didera rangsangan hebat. Mulutnya kini pasif menerima hujaman kontol keras Bagas, tak lagi dia gerakkan karena pasrah oleh kenikmatan rangsangan Bagas di toket dan memeknya itu.

Clop.. Clopp.. Cloppp..

Kontol Bagas keluar masuk makin cepat di mulut Fani. Air liur Fani membuat suara peraduan selangkagan Bagas dan mulut Fani itu makin terdengar nyaring mengisi kamar yang sunyi menjelang subuh itu. Memek Fani ikut mengeluarkan lendir cintanya makin banyak ditambah Bagas kini menemukan klitoris Fani dan memainkannya dengan jari telunjuknya. Rangsangan di klitorisnya itu membuat Fani seketika dideru birahi hebat yang membuatnya pantatnya terangkat.

"Hmmmmmmmmmmmfffffffffffffffffhhhhhhhhhhhhhhhhhh.." jerit Fani tertahan.

Crrrrttt.. Crrrrtttttt.. Crrrrrtttttttttttt..

Pingul Fani tersentak-sentak beberapa kali saat memeknya mengeluarkan squirt yang keluar memancar kencang hingga melewati sprei itu dan membasahi lantai marmer kamar tamu Bagas. Matanya terpejam erat sementara di mulutnya masih menerima hujaman kontol Bagas.

Setelah beberapa semburan squirtnya selesai, pantat Fani langsung jatuh lagi ke kasur. Ini orgasme terhebat yang dia rasakan seumur hidupnya, dan dia dapatkan dari suami sahabatnya sendiri saat kontol Bagas tersumpal di mulut Fani. Harusnya di hati Fani muncul rasa sesal telah mengkhianati sahabatnya yang masih tertidur, tapi entah mengapa hatinya malah merasa bahagia dan berbunga-bunga.

Fani yang sudah menyelesaikan gelombang klimaksnya lalu kembali menghisap-hisap kontol Bagas sekuat-kuatnya. Bagas yang memang sudah diujung puncak itu tak butuh waktu lama untuk mulai mengerang hebat.

"Urrrgggggggghhhh.. Telen maniku nih, Dek.. Urrrgghhhhhh.."

Penis Bagas mulai berkedut-kedut di dalam rongga mulut Fani. Tak seperti sebelumnya, dimana Fani tersentak kaget saat ada sperma yang menyembur mengisi mulutnya, kini Fani lebih adaptif dan siap menerima muntahan lahar dari kontol Bagas.

Glek.. Glekk.. Gleekkk.. Beberapa semprotan kencang dari ujung kontol Bagas itu langsung tertelan masuk ke dalam kerongkongan akhwat cantik itu.

Fani lalu berinisiatif memegang batang penis Bagas lalu memijat-mijat batang penis itu. Mulut Fani dimundurkan hingga hanya kepala penisnya saja yang hinggap di mulutnya, lalu dia hisap kepala penis itu untuk menguras spermanya, dibantu tangannya yang memeras batang penis Bagas menghabiskan isinya di mulutnya.

Bagas yang lemas setelah menuntaskan klimaksnya lalu tersenyum melihat aksi Fani itu. Sungguh seksi sekali perempuan ini. Dengan penuh peluh keringat yang membuat tubuhnya mengkilap. Rambutnya yang tergerai indah dan sebagian menutupi dahinya itu. Dan kini sedang menghabiskan sisa-sisa spermanya dan menelannya hingga tetes terakhir. Nikmat yang tak terkira yang tak dia fikir akan bisa dia dapatkan sepulang dari dinasnya keluar kota kemarin.

Bagas lalu melepas penisnya dari mulut Fani. Spermanya betul-betul tak berbekas, ditelan habis oleh Fani sesuai dengan instruksi Bagas beberapa saat yang lalu. Nafsu yang meninggi karena dihadapannya ada sosok akhwat sempurna yang sedang telanjang itu membuatnya tak cepat puas.

Bagas lalu meminta Fani untuk menungging di atas kasur itu. Fani yang masih mengumpulkan tenaga setelaah didera orgasme tiga kali itu lalu menggerakkan tubuhnya. Kini posisi sang akhwat itu merangkak di atas kasur dengan kedua tangannya berpegangan di sprei yang tepat berada di tepi kasur.

"Gulp.." Bagas yang melihat dari samping itu langsung menelan ludah menyaksikan sang akhwat dengan posisi menungging seperti itu. Pantatnya yang bulat, indah dan kencang menantang siapapun nafsu lelaki yang melihatnya. Keseharian Fani yang selalu menggunakan gamis syar'i itu memang terkadang juga tak mampu menyembunyikan kesempurnaan lekuk tubuh sang akhwat.

Selama ini Bagas yang selalu melihat Fani tertutupi gamis dan jilbab syar'i rapat hanya bisa membayangkan sekilas dan berfantasi terhadap onderdil yang ada di balik gamis Fani. Tapi kini fantasi itu seolah menjadi kenyataan.

"Aku harus bisa menaklukannya. Kontolku harus bisa mengobrak-abrik pantatnya itu.." ujar Bagas dalam hatinya. Untuk memenuhi obsesinya, Bagas sadar harus menaklukan hati Fani terlebih dahulu. Dia ingin kelak akhwat itulah yang bertekuk lutut meminta-minta untuk dipuaskan. Bagas paham bahwa dia harus bersabar untuk mewujudkan fantasinya itu. Jalan yang mungkin butuh waktu tapi sepadan jika imbalannya adalah tubuh molek Fani dengan pantat dan toket sempurnanya.

Bagas lalu mendekat ke arah tubuh telanjang itu hingga berada di belakang pantat sang akhwat. Posisinya Fani yang menungging, dengan kepalanya yang lebih rendah dari pantatnya karena kelelahan paska orgasme itu membuat nafsu Bagas melambung lagi. Memek Fani yang tembem bisa terlihat malu-malu oleh mata Bagas, membuat kontolnya bangkit lagi padahal belum lama tadi memuntahkan laharnya.

Ingin rasanya penis itu menembus sempitnya memek itu. Seandainya akalnya tak bermain, pasti sudah dihajar dan dipaksanya perempuan solehah di depannya itu, tapi Bagas merupakan lelaki yang berpemikiran jauh ke depan. Dia ingin menaklukan sang akhwat sepenuhnya, seutuh hatinya, barulah segala fantasinya dia luapkan ke sang akhwat.

Kepala Bagas perlahan dia dekatkan ke pantat Fani. Tangannya lalu mulai memegang kedua bongkah pantat Fani. Fani yang merasakan tangan hangat Bagas menyentuh pantatnya itu langsung menggeliat lemah. Tangan Bagas lalu digerak-gerakkan di pantat Fani, mengelus-elus daging kenyal itu. Meski pantat Fani tak semontok pantat istrinya, tetap saja mampu membuat aliran darah Bagas berkumpul memenuhi batang penisnya.

"Hmmmhh.." Bagas menghembuskan nafas tepat di belahan bibir vagina Fani.

"Ssssshhhhhh.. " Desah Fani yang bisa merasakan hembusan hangat nafas Bagas di memek perawannya itu.

Tangan Bagas perlahan mulai meremas lembut bongkahan pantat Fani. Remasannya dia variasikan kadang pelan kadang kuat, hingga tak butuh waktu lama untuk membuat pantat sang akhwat itu mulai kemerahan, kontras dengan putihnya warna area lain di tubuhnya. Bagas makin mendekatkan wajahnya ke selangkangan Fani.

"Ouuusssshhhhh.. Emmmmpppphhh.. Mmmassshh.."

Fani melenguh nikmat saat dirasakannya lidah Bagas mulai menyentuh sebelah bibir vaginanya. Lenguhan binal Fani itu membuat Bagas makin semangat. Seolah-olah menjadi tanda bagi Bagas bahwa dia bisa menikmati lezatnya selangkangan Fani. Bagas pun kembali menjilat pelan bibir memek Fani yang sebelahnya, yang lagi-lagi dibalasFani dengan desahan.

"Ouuuhhhh.. Hmmmmpppphhhhhhh.."

Fani pun makin larut lagi dalam birahinya setelah orgasme yang belum lama tadi dia dapatkan. Dalam benaknya dia masih ingin merasakan kenikmatan lebih dari rangsangan suami sahabatnya itu. Sebenarnya Fani tau bahwa Bagas sudah menuntaskan klimaksnya tadi, dan sesuai janji Bagas, Bagas seharusnya menyudahi jamahannya di tubuh Fani.

Akan tetapi Fani sendiri masih ingin merasakan lebih lama jamahan Bagas. Baru kali ini ada lelaki yang begitu intim dengannya dan mampu membuatnya melayang-layang penuh kenikmatan. Seolah tak ingin rasanya kenikmatan ini harus berhenti begitu saja. Keringat tak henti-hentinya keluar membasahi tubuh seksi telanjangnya itu.

"Hooouuuuuhhhhh.. Shhhhhhhhh.. Mmmmfffffhhhh.. Mmmassshh.."

Fani mendesah makin kencang. Energinya seolah kembali lagi bersama gairah yang juga sudah tersulut-sulut hebat. Memeknya mengeluarkan lendir kenikmatan membuatnya makin becek tambahan dari cairan orgasme sebelumnya. Bagas pun juga semkain intens menjilat-jilat memek Fani, jilatannya ini dia arahkan mendekat ke belahan bibir vagina Fani.

Alhasil, vagina sang akhwat itu pun makin banjir akibat jilatan lidah Bagas yang turut memberi kontribusi. Bagas menggerakkan lidahnya searah dengan belahan bibir memek Fani. Jilatannya membuat sang akhwat makin menggeliatkan pantatnya lebih liar. Dorongan birahi kembali menyeruak ke sekujur tubuh Fani.

"Hssssshhh.. Mmmmmfffhhhhhhhhhh.. Houuuuhhhhhh.." lenguh Fani.

Gairahnya meluap-luap. Badai kenikmatan kembali memenuhi bejana nafsunya hingga ujung ubun-ubunnya. Fani mendongakkan kepalanya, matanya terpejam menghiasi wajahnya yang basah keringat yang makin seksi apalagi saat mimik wajahnya nampak kesangean seperti itu.

Bagas makin liar memainkan lidahnya di sekelumit kulit selangkangan Fani. Kepala Bagas lalu makin didekatkan ke bibir vagina Fani.

Cupp.. Sllrrpp.. Sluurrrrpppppp..

"Aiiiiiiihhhhhhh.. Ouhhhhh.. Mmmmaassssshhh.."

Fani menjerit saat Bagas menggunakan bibirnya untuk mencium dan menghisap pelan bibir vagina Fani. Pantat Fani meliuk-liuk liar seperti tersengat listrik begitu memek perawannya dihisap oleh Bagas. Melihat respon Fani yang makin binal seperti itu, Bagas meneruskan permainan bibirnya. Dia menghisap kembali memek Fani makin kuat.

"Shhhhhhh.. Uuuuuhhhh.. Emmmmpppffffhhhhhhhh.." desah Fani

Pantat Fani makin menggeliat. Bahkan pantatnya dia dorong ke belakang mendorong wajah Bagas untuk terus bermain di selangkangan Fani. Seolah tak ingin Bagas melepaskan rangsangan mulutnya di selangkangannya itu, tidak ketika Fani mengejar klimaksnya seperti saat ini.

"Hhhhhggghhhhh.. Ouuuuggghhhhhh.. Emmmppphhhh.." Desah Fani.

Bagas makin dalam memainkan mulutnya di vagina Fani. Wajahnya bahkan ikutan basah akibat cairan vagina Fani yang meluber dari memeknya. Bukan sesuatu yang mustahil jika mengetahui bahwa selangkanagn Fani itu sudah banjir lendir cintanya setelah tiga kali orgasme ditambah rangsangan tiada henti dari Bagas.

Pantat Fani pun bergoyang-goyang makin gigih mencoba mengejar klimaksnya sendiri juga. Bagas mengerti bahwa Fani juga sedang dilanda birahi tinggi dan mengejar klimaksnya sendiri. Ini sejalan dengan keinginan Bagas untuk membuat si akhwat bertekuk lutut akan sensasi nikmat dari aksi permesuman macam ini. Bagas lalu menghentikan lumatan mulutnya di selangkangan Fani dan beranjak bangun dari kasur.

"Hhhhhhhgghh.." lenguh Fani pelan.

Fani merasakan ada sensasi yang hilang saat tiba-tiba lidah dan bibir Bagas tak lagi menjamah selangkangannya. Sesaat kemudian Fani melihat Bagas sudah turun dari kasur ini dan berada tepat di depan Fani yang masih merangkak di tepi kasur itu.

Bagas kini bisa melihat jelas muka Fani yang sedang dilanda birahi yang tertahan setelah rangsangannya tadi berhenti. Matanya yang sayu dengan mimik muka sange menghiasi wajah yang basah karena keringat. Kontras sekali dengan wajah anggunnya sehari-hari yang terhiasi jilbab syar'i, kini nampak seksi saat menungging diliputi birahi.

Bagas lalu melangkah maju hingga penisnya yang mulai menegang itu tepat berada di dean muka Fani. Fani yang dilanda nafsu tertahan itu makin terangsang saat melihat penis lawan mainnya di depannya, dan tak menunjukkan tanda-tanda penolakan. Bagas lalu tersenyum menyadari sang akhwat sudah tak berkutik di depannya, sedetik kemudian Bagas maju lagi hingga penisnya kini menmpel di bibir tipis Fani.

Tanpa diminta atau diperintah apapun, Fani lalu membuka bibirnya dan mulai memasukkan kepala penis itu perlahan. Bagas yang menundukkan kepalanya bisa melihat sang akhwat yang sedang menungging di atas kasur sedang menghadap Bagas kini mulai memanjakan penisnya lagi.

"Urrrggghhh.. Enak banget bibirmu, Dek.." erang Bagas saat kepala penisnya membelah bibir Fani.

Fani tak membalas apapun dan memasukkan batang penis itu ke dalam mulutnya perlahan makin dalam. Penis lelaki yang berada di depannya itu entah bagaimana mampu membuat nafsunya ikut terbakar, padahal penis itu tak seharusnya dia manjakan karena merupakan penis yang sah milik sahabatnya. Akan tetapi nafsu sudah mengambil alih semua logika Fani dan kini dia berusaha memasukkan batang keras itu ke dalam rongga mulutnya.

Fani ikut menggerakkan tangannya hingga tangan halusnya memegang batang penis Bagas. Perlahan tangan itu mulai membantu merangsang penis bagas dengan memijat dan meremas pangkal penis Bagas, sementara mulut Fani masih berusaha menelan penis keras itu.

"Urrrggghhhh.." Erang Bagas lagi.

Fani kini mulai menggerakkan kepalanya maju mundur. Tangannya masih memijat pangkal penis Bagas. Diservis oral oleh bidadari secantik Fani membuat Bagas juga makin bernafsu. Penisnya makin menegang di dalam rongga mulut Fani.

Clop.. Clopp.. Clopp..

Air liur Fani mulai meleleh keluar seiring kepalanya yang maju mundur makin cepat. Batang penis Bagas yang sudah menegang sempurna itu hilang timbul di dalam mulut Fani. Gairah yang menjalari tubuhnya seolah membuat dia makin semangat mengoral penis suami sahabatnya itu. Seolah-olah ada dorongan dalam dirinya untuk memuaskan lawan mainnya itu sebaik mungkin. Fani sesekali melirik ke atas ke arah Bagas hingga mata mereka beradu pandang, membuat Bagas makin bernafsu.

Dalam hatinya, Bagas tertawa. Benar-benar beruntung pikir Bagas, akhwat cantik di depannya ini sedang menggerakkan sendiri mulutnya seolah sedang mengocok penisnya, dan Bagas hanya cukup berdiri. Rambut Fani yang mulai lecek karena keringat yang membasahinya itu tergerai indah sebahu.

Clop.. Clopp.. Clopp..

"Urrrggggghhhh.. Kamu bisa sambil mainin memekmu lho, dek.. Kamu tadi mau ngecrot lagi, kan.. Urgghhh.." kata Bagas.

Fani yang masih memajumundurkan mulutnya itu lalu menggerakkan satu tangannya ke selangkangannya sendiri. Tangannya mulai menjamah belahan bibir vaginanya yang sangat becek karena tak henti-hentinya mengeluarkan lendir cinta sedari tadi. Perlahan tangannya mulai menggesek bibir vaginanya itu.

Saran dari Bagas itu ternyata berefek pada tubuh Fani. Fani yang baru kali ini memanjakan penis lelaki dan baru mengerti bahwa dia juga merangsang tubuhnya dengan memainkan vaginanya sendiri dengan tangannya. Gesekan jemari Fani di labia memeknya itu makin lama makin cepat. Gelombang klimaks kini dia rasakan mulai mendekat.

"Hhhhmmmpppphh.."

Clop.. Clopp.. Clooppp..

Desahan Fani tertahan oleh keluar masuk batang penis Bagas di mulutnya. Bagas yang sudah merasakan kontolnya itu menegang penuh ikut menggerakkan pinggulnya maju mundur mencoba meraih kepuasanya juga.

Cpek.. Cpekk.. Cpeekkk..
Di depan Bagas, Fani makin cepat menggesek-gesekkan tangannya di belahan memeknya. Banjirnya memek Fani membuat kocokan tangannya itu menimbulkan bunyi kecipak nyaring. Sedotan mulut Fani di penis Bagas pun tak lagi sefokus sebelumnya karena Fani kini mengejar sendiri klimaksnya.

"Ffuaaahhhh.. Ouuhhhh.." desah Fani.

Kontol Bagas dia lepaskan dari mulutnya. Satu tangannya masih memegang batang penis Bagas, sementara tangannya yang lain asik sendiri memainkan vaginanya. Badan Fani mulai agak ditegakkan, dengan masih berlutut di atas kasur di depan Bagas. Gairah Fani yang memuncak membuatnya berusaha meraih klimaksnya sendiri.

"Shhhhh.. Emmmpppppphhh.. Houuuuhhhgghhhh.."

Cpek.. Cpekk.. Cpekk..

Bagas yang berdiri di atas lantai di depan Fani sebenarnya agak tanggung saat tadi sang akhwat melepas kontolnya dari mulutnya. Akan tetapi, Bagas tau kalau Fani sedang mengejar sendiri klimaksnya. Bagas sadar kalau dia tak boleh egois. Dia biarkan Fani meraih klimaksnya dan makin larut dalam lembah kenikmatan dengan tujuan ke depan untuk menjadikan sang akhwat ini sebagai budak seksnya.

Bagas pun menerima saja kontolnya hanya diremas pelan oleh satu tangan Fani, sambil melihat akhwat di depannya memejamkan mata mencoba meraih sendiri klimaksnya. Desahan Fani makin kencang seiring tangannya yang makin cepat mengocok memeknya. Siapa yang mengira akhwat yang rajin liqo' dan taat menutup aurot itu kini sedang mengejar sendiri puncak kenikmatan dunianya di hadapan lelaki bukan mahrom yang merupakan suami sahabatnya sendiri.

"Shhh.. Huuuhhgggg.." desah Fani

Bagas tersenyum dalam hatinya sembari menahan nafsu menyaksikan akhwat di depannya itu yang sedang binal-binalnya mengocok vaginanya sendiri. Rambutnya yang tergerai indah memahkotai tubuh Fani yang makin seksi karena keringat yang membasahi tubuh telanjangnya. Toketnya yang besar itu berayun pelan tergoncang-goncang karena gerakan badannya. Bagas yang melihat itu hanya mampu menelan ludah.

Cplek.. Cplekk.. Cpleekkkk..

"Shhh.. Heeehhhhhhh.. Emmmmpppphh.."

Hingga beberapa detik kemudian, tubuh sang akhwat itu menegang kaku menyentak-nyentakkan pantatnya.

"Ouuuuuuhhhhhhhh.. Hhaaahhhhh.. Pipiiiisssshhhh.. Aaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhh.."

Jeritannya mengisi relung kamar tamu Bagas. Cairan orgasme Fani keluar meleleh membasahi paha mulusnya hingga kemudian meleleh ke sprei yang sudah acak-acakan itu. Selama beberapa saat tubuhnya mengejang melepaskan gelombang orgasmenya. Keringat makin banyak membasahi tubuh telanjangnya.

Toket kembarnya yang membusung menantang gravitasi itu makin mengkilap memantulkan cahaya lampu akibat peluh keringat. Bagas tak bisa lepas dari pandangan nanarnya menyaksikan momen orgasme Fani di depannya itu. Hingga beberapa saat setelahnya, tubuh Fani jatuh terlentang di atas kasur karena kelelahan. Kepalanya tepat berada di tepi ranjang.

Nafas Fani tersengal-sengal sambil memejamkan matanya. Bagas masih berdiri mematung melihat Fani dari luar kasur itu. Toket kembar yang luar biasa besarnya itu naik turun seirama dengan hembusan tarikan nafas Fani dari hidungnya. Bagas memberi jeda sang akhwat untuk sejenak.

Bagas lalu menarik Fani hingga kepalanya sedikit keluar dari tepi kasur itu. Fani yang masih lemas itu hanya pasrah saja atas perlakuan Bagas dan tak ada tanda penolakan sama sekali. Dia masih tak habis pikir telah merasakan sekian kali orgasme sejak bangun tidur tadi.

Bagas lalu mengangkangkan kakinya di atas kepala Fani, hingga selangkangannya tepat berada di depan wajah Fani.

Tak menunggu lama Bagas lalu menaruh kontolnya tepat di tengah belahan toket jumbo Fani. Dengan kedua tangannya, Bagas lalu menekan kedua bongkah buah dada Fani hingga menjepit kontolnya. Bagas lalu mulai meremas lembut dua daging kenyal itu hingga merasakan kontolnya mulai dipijit nikmat oleh toket Fani.

f4841c1356467390.gif


"Urrrgggggghh.. Gilaa.. Manteb tenan toketmu,Dek.. Nggak bakal ada puasnya akau sama toketmu ini.."

Plakk..

Bagas tiba-tiba menampar pelan toket Fani sebelah kanan itu. Bukan tamparan yang keras tapi cukup memberikan tanda kemerahan di sisi samping daging mulus itu. Fani yang ditampar teteknya itu merasakan sensasi lain di dalam tubuhnya. Walaupun masih dilanda kecapekan setelah orgasme, tamparan Bagas di teteknya tadi seolah memberi cambuk gairah pada dirinya. Ada sensasi beda yang dia rasakan.

Bagas yang sebetulnya sudah menahan nafsunya sejak tadi, tak menunggu lama lagi, lalu perlahan mulai menggerakkan penisnya maju mundur. Kedua tangannya masih meremas dengan kencang dua bongkah buah dada besar itu menambah sensasi jepitan terhadap penisnya.

Penis itupun mulai dihimpit maju mundur oleh tetek Fani. Dua bongkah toket itu kembali melakukan titfuck. Bagas masih belum puas dengan titfuck yang tadi dia dapatkan ingin mengulangnya lagi. Bedanya, kali ini posisinya terbalik. Jika tadi pantat Bagas menduduki perut Fani, kini pantatnya menduduki kepala Fani yang berada tepat di luar kasur.

Keringat yang membasahi tubuh Fani termasuk dua gunung kembarnya itu membuat proses kontol Bagas lebih mudah maju mundur menyelip di antara toket Fani. Remasannya makin kuat mencengkeram dua gunung kembar itu, memberi sensasi jepitan nikmat bagi penis Bagas yang sudah menegang sempurna itu. Kontol Bagas makin keras menegang akibat reverse titfuck dari sang betina di bawahnya.

Fani yang wajahnya diduduki oleh pantat Bagas itu lambat laun terangsang juga oleh remasan tangan Bagas di toketnya, meskipun belum seluruh tenaganya pulih. Tangannya refleks meraih kedua buah dadanya. Ada dorongan di daam dirinya yang menyuruhnya untuk membalas giliran memuaskan Bagas.

Tangan Fani lalu mengambil alih tangan Bagas dan mulai meremas sendiri dua gunung kembar yang mancung sempurna menantang langit itu. Bibir Fani ikut maju dan mulai merangsang selangkangan Bagas dengan mengecup lembut pantat Bagas yang tepat di depan wajahnya. Dengan dorongan nalurinya, Fani lalu mulai memainkan mulutnya di lubang anus Bagas.

"Urrrrrgggggghhh.. Ddeekkk.." Bagas mengerang.

Erangan Bagas itu menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Fani mamu merangsang lawan mainnya itu. Fani makin liar menyapu lubang anus bagas dengan mulutnya. Lidahnya dia keluarkan dan membasahi lubang anus itu. Sesekali menggelitik hingga membuat Bagas makin blingsatan. Seumur pernikahannya dengan Sella, Bagas tak pernah diperlakukan seperti ini. Ini adalah rimjob pertama bagi Bagas, dan tentunya buat Fani.

Remasan tangan Fani juga makin kencang di kedua toketnya, mmbuatnya menjepit makin erat kontol Bagas di tengah belahannya itu. Pinggul Bagas ikut bergoyang makin lama makin cepat. Kepala penisnya timbul tenggelam terjepit dua toket Fani.

Fani yang mendapati selangkangan Bagas maju mundur di atas wajah cantiknya itu lalu membiarkan naluri seksnya mengambil alih. Mulut Fani lalu didekatkan ke buah zakar bagas lalu menciumi buah zakar itu.

"Uuuuurrggghhhhhhh.." Erang Bagas.

Bibir Fani lalu mulai membuka dan memasukkan buah zakar itu. Mulut Fani lalu mulai bermain-main dengan dua biji kembar yang menggantung milik Bagas itu. Bagas pun mengerang makin kuat. Kontolnya maju mundur makin intens di buah dada Fani. Fani makin kuat juga merangsang buah zakar Bagas.

Bagas ikut meremas toket besar Fani dangan kedua tangannya makin menjepit kontolnya. Bagas yang memang sudah hampir di puncak itu hanya butuh beberapa saat setelahnya untuk menggerakkan penisnya maju mundur makin brutal diantara himpitan kencang toket kenyal Fani sebelum beberapa waktu kemudian kontol itu mulai berkedut.

"Urrrggggghhhhhh.." erang Bagas sambil makin memajukan pinggulnya.

Crot.. Crot.. Crott.. Crott.. Crott..

Bagas menekan dan meremas kuat toket Fani untuk makin menghimpit penisnya, hingga tangan Fani yang memeganginya juga ikut diremasnya. Akhirnya beberapa kali sperma Bagas menyembur kencang.

Semprotan itu membasahi perut putih Fani hingga bulu-bulu kemaluan Fani juga ikut kecipratan cairan kental itu. Sprei tempat Fani berbaring pun ikut menjadi saksi si lelaki yang sedang menggarap sahabat istrinya itu.

------

"Dah mau subuh nih Dek bentar lagi.." Kata Bagas yang menemukan pandangnya ke jam dinding di kamar tamunya itu.

"Mandi yukk.." Ajak Bagas.

Fani yang masih telentang kelelahan itu lalu perlahan mulai beranjak bangun.

"Iya, Mas.. Aku juga pagi ini harus pulang.." balas Fani.

Mereka berduapun beriringan berjalan keluar kamar dan menuju kamar mandi yang tepat berada di sebelah kamar tamu, tentunya bukan kamar mandi di kamar Bagas. Begitu masuk kedalam kamar mandi, keduanya bersamaan masuk ke bawah shower yang kemudian disetel Bagas.

Guyuran air hangat itu mulai membilas kedua tubuh insan yang bukanlah mahrom itu dari keringat dan peluh hasil hubungan tak halal mereka. Hubungan yang merupakan awal dari hubungan tabu yang tentunya akan ada kelanjutannya.

Bagas yang melihat akhwat di depannya diguyur air shower itu membuat gairahnya bangkit lagi. Walaupun kemarin mereka sempat mandi bersama, tapi kini tak ada yang mengawasi Bagas untuk menundukkan pandangannya. Dia bebas memelototi dengan nanar tubuh seksi Fani yang makin seksi karena tubuhnya yang telanjang kebasahan.

"iiihhh.. Kok itunya gede lagi sih, Mas?.." Kata Fani

Bagas lalu tersenyum mendengarnya.

"Apanya yang gede, Dek?.." tanya Bagas

"Ituu.. Yang di bawah, Mas.." Jawab Fani

Sambil tersipu malu, Fani merasa sungkan karena sudah menanyakan hal itu secara spontan. Walaupun sudah dibuat berkali-kali orgasme, masih ada perasaan canggung di hati Fani. Bagas bukanlah muhrimnya, terlebih lagi lelaki itu adalah suami dari sahabat dekatnya sendiri.

Bagas mengerti raut wajah Fani yang tetiba berubah menjadi seperti salah tingkah itu. Bibir Bagas yang memang tidak berjauhan dengan si akhwat itu langsung mencium Fani. Ciuman yang tidak terlalu lama tapi lembut. Seolah Bagas memberikan isyarat pada Fani bahwa mereka bukanlah lagi kedua orang yang asing, bahwa keintiman yang mereka lakukan merupakan hal yang sah-sah saja.

Bagas lalu melepas kecupan lembutnya itu dari bibir Fani, lalu tersenyum ke arah wanita cantik di depannya itu.

"Ini namanya kontol, Dek.." kata Bagas.

Fani diam saja tak berkata-kata. Mukanya lalu menunduk hingga matanya kini memandang batang milik Bagas yang mulai menegang.

Bagas lalu memindahkan tangan Fani untuk memegang batang penis Bagas. Tangan halus Fani itupun lalu mulai menyentuh penis Bagas dan menggenggamnya. Tak ada penolakan dari Fani. Lubuk hatinya masih membisik bahwa itu bukanlah batang halal miliknya, akan tetapi melihat langsung kontol itu, membuat nafsu dan gairah mengambil alih akal Fani.

Naluri lalu seolah membimbing Fani untuk menggerakkan pelan tangannya yang memegang penis Bagas. Setelah batang itu tergenggam mantab di tangannya, lagi-lagi nafsu dan naluri syahwat Fani membuatnya menggerakkan tangannya naik turun mengocok batang itu. Air hangat guyuran shower membuat lebih mudah kocokan genggaman tangan halus nan lembut Fani di kontol Bagas.

Memegang dan mulai mengocok pelan penis Bagas yang perlahan makin menegang itu membuat gairah Fani mulai terbakar. Kontol Bagas yang perlahan mulai mengeras itu terlihat dan diperhatikan oleh Fani dan mampu membangkitkan nafsu kewanitaannya juga.

"Urrrggggghh.. Alus tenan tanganmu, Dek.."

"Yang lagi kamu kocokin itu namanya, Dek?.." tanya Bagas.

Fani masih diam saja sambil jari halusnya dia gunakan untuk mengocok penis Bagas. Mungkin gairahnya yang mendorongnya hingga lalu dia menjawab pertanyaan Bagas.

"Kontol.." jawab Fani lirih.

Meski begitu, Bagas cukup bisa mendengar ucapan Fani walau pelan seperti itu. Dan Bagas tak sok-sokan menjadi arogan, tak perlu meminta Fani untuk mengulang apa yang diucapkannya barusan. Dalam hatinya tersenyum karena ini merupakan progress positif untuk perlahan menjadikan Fani budak pemuas nafsunya.

"Dan kontol itu yang bakalan muasin kamu, Dek.." kata Bagas.

Fani masih mengocok penis Bagas dengan satu tangannya di bawah guyuran air shower itu. Fani melihat ujung kepala kontol Bagas mengeluarkan cairan precum-nya yang lagi-lagi menggelitik gairah Fani. Tempo kocokan tangan halusnya itu lalu dia tinggikan hingga lebih cepat. Guyuran air shower turut mempermudah kocokan tangan Fani.

"Uuurrrgggghhh.. Enak banget kocokanmu, Dek.." Erang Bagas.

"Sella kemarin cerita soal kalian yang pas kemarin itu.. Sebelum kamu disekap sama Broto, pernah liat kontol beneran nggak, Dek?."

Entah dihinggapi apa, Bagas menanyakan hal seperti itu. Fani yang mendengar itu langsung berubah suasana hatinya. Ingatannya sudah mulai melupakan soal kejadian itu, tapi kini memori itu kembali lagi. Tangannya berhenti bergerak tapi masih menggenggam penis Bagas.

Bagas yang melihat Fani itu cukup paham bahwa dia baru saja berucap sesuatu yang salah hingga mungkin merubah suasana hati Fani. Bagas lalu segera mencium Fani. Mencoba meng-undo kesalahan yang mungin bisa menggagalkan rencana jangka panjangnya.

Fani untuk sesaat diam saja membiarkan Bagas menciumnya. Bagas pun tak tinggal diam dan memindahkan tangannya ke kedua buah dada Fani dan mulai meremas pelan. Bagas memang pernah mendengarkan cerita Sella soal Fani yang mengurung diri di kamar karena trauma yang menimpanya. Nampaknya nafsu membuat Bagas lupa akan hal itu dan membuatnya kelepasan. Kini dia berusaha membenahi kesalahannya itu. Tangannya terus meremas lembut dan gentle di dua toket Fani itu.
Dirangsang oleh remasan tangan Bagas di kedua toket kembar bulat itu membuat Fani menyerah perlahan pada kenikmatan. Lumatan Bagas di bibirnya kini ikut dibalas juga oleh pagutan bibir Fani. Lidah Bagas dijulurkan masuk ke mulut Fani dan langsung disambut Fani dengan lilitan lidahnya juga.

"Hmmmppphhh.." desah Fani.

Remasan Bagas yang makin kencang di dua toketnya itu membuat Fani mendesah walau suaranya tertahan oleh mulut Bagas yang membekap mulutnya menggigiti bibir Fani dengan bibirnya.

Tangan Fani kini digerakkan lagi mulai mengocok kembali penis Bagas yang sedari tadi didiamkannya di genggamannya. Rangsangan yang diterima Fani di toketnya mampu mendorong Fani untuk menggerakkan satu tangannya yang lain ke selangkangan Bagas. Batang penis Bagas dinaikkan, lalu tangan Fani yang lain meraih buah zakar Bagas dan mulai memainkannya.

Bagas melepas muutnya dari bibir Fani, lalu dipandanginya sahabat istrinya yang nampak mulai naik birahinya itu.

"Maafin aku ya Dek kalau dah ungkit ingatan kelam buatmu itu.." kata Bagas, "Aku cuma mau ngasih tau kalau aku nggak akan bikin kamu kecewa, Dek.." lanjut Bagas, "Aku akan bikin kamu bahagia dan penuh nikmat, Dek.."

Bagas lalu melanjutkan ciumannya di mulut Fani. Fani yang mulai didera nafsu yang meninggi itu mendengar gombalan klise Bagas seolah menambah gairahnya. Kocokan tangannya terhadap penis Bagas kini makin kencang.

Ciuman kedua insan berbeda kelamin itu makin liar di bawah guyuran bulir-bulir air hangat yang menghujani mereka.

Selama beberapa saat mereka berciuman. Rangsangan kocokan tangan Fani di penis Bagas membuat penis itu kini menegang sempurna. Fani yang juga diliputi gairah makin tinggi itu seolah tak puas hanya memainkan penis itu dengan tangannya.

Fani lalu melepas ciumannya dengan Bagas. Kepalanya lalu ditundukkan hingga mendekat ke selangkangan Bagas. Bagas yang mengerti apa yang akan dilakukan oleh lawan main akhwatnya itu mendiamkan saja apa yang akan diperbuat Fani. Keran shower di sebelah Bagas itu lalu diputar hingga deras guyuran air shower itu makin mengecil.

Fani lalu berlutut di lantai kamar mandi itu. Di depannya kini bisa dilihat dengan jelas penis Bagas yang sudah mengacung melawan gravitasi itu. Dengan masih bersimpuh, tangannya lalu meraih penis itu. Tangannya bisa merasakan kerasnya batang itu.

Jemari halusnya mulai mengocok pelan kontol keras itu. Wajah Fani tepat berhadapan sejajar dengan selangkangan Bagas. Mata Fani menyaksikan bagaimana tangan dan jemari halusnya naik turun mengocok batang kontol itu. Guyuran air hangat membuat lancar kocokan tangan Fani.

"Urrrggghhhh.." erang Bagas

Sambil mengocok penis itu dengan tangan kanannya, Fani melihat ke atas, hingga mata Bagas dan Fani beradu pandang. Fani lalu melemparkan senyum manisnya ke arah Bagas. Dari sudut pandang Bagas, Fani yang sedang mengocok penisnya itu seolah memberi senyum binal padanya, menambah nikmat sensasi kocokan yang diberikan oleh sang betina.

Fani lalu memindahkan tangan kirinya yang tadinya bebas itu ke bawah selangkangan Bagas. Buah zakar bagas langsung dipegang Fani dengan tangan kirinya. Jemari itu lalu mulai meremas lembut dua biji kembar menggantung milik Bagas.

Kini selangkangan Bagas sedang dimanjakan oleh akhwat cantik yang sedang bersimpuh diguyur air shower di depannya itu. Batang penisnya dikocok semakin lama semakin kencang oleh tangan kanan Fani. Semetara buah zakarnya dipijat lembut oleh tangan kiri Fani.

"Urrrrggggghhhhh.."Erang Bagas.

Fani yang memandang ke atas melihat Bagas mengerang keenakan seperti itu seolah memberi semangat lebih baginya. Kepala Fani semakin lama semakin mendekat ke selangkangan Bagas, hingga jarak muka Fani dengan penis bagas hanya beberapa senti.

Sesungguhnya, gairah Fani juga sedikit demi sedikit mulai tersulut. Apalagi kini jarak kontol itu makin dekat terlihat yang makin membakar birahinya. Fani lalu membuka perlahan bibirnya dan mulai memasukkan kepala penis Bagas ke dalam mulut Fani.

"Huuugghhh.."

Bagas menggeliat pelan saat merasakan kepala penisnya membelah bibir tipis Fani. Sedetik kemudian, kepala jamurnya kini sudah hinggap di dalam hangatnya mulut sang akhwat.

Dengan mulutnya, Fani pun lalu mulai menghisap kepala penis Bagas. Pipinya terlihat mulai mengempot. Bagas makin merasa keenakan dirangsang seperti itu. Bagas masih setengah tak percaya dengan apa yang dialaminya. Perempuan cantik dan seksi yang bersimpuh di hadapannya itu dengan sendirinya memasukkan kontol Bagas ke mulutnya, tanpa diminta oleh Bagas. Gerbang untuk menjadikan Fani sebagai budak seks Bagas sepertinya terbuka makin lebar.

Sambil kepala penisnya dihisap mulut Fani, batang penis Bagas dikocok oleh tangan Fani. Buah zakarnya juga masih dimainkan oleh tangan Fani yang lain. Tak pelak itu membuat Bagas makin keenakan. Penisnya makin sempurna mengeras di dalam hangatnya rongga mulut Fani.

Di kamar mandi itu, seorang akhwat sedang berlutut dan menservis batang penis suami sahabatnya dengan maksimal menggunakan mulutnya dan kedua tangannya. Momen pertama kali bagi Fani, hingga membuat Bagas masih tak percaya batang kontolnya diservis oleh akhwat itu dengan amat binal. Fani sebetulnya sadar bahwa hari mulai beranjak, tapi dia juga tak ingin sensasi ini harus berakhir begitu saja. Nafsu syahwatnya mendorongnya untuk memberikan kebinalan yang maksimal buat Bagas.

Clop.. Clooppp.. Clopppp..

Kini Fani juga menggerakkan mulutnya maju mundur. Penis Bagas menembus bibir tipisnya makin masuk ke dalam mulutnya hingga lebih dari kepala penis Bagas sudah tertancap. Guyuran air hangat beserta air liur Fani membuat suara kecipak oral seks itu beradu dengan suara kucuran air.

Fani kadang melirik ke atas melihat sang lelaki yang nampak menikmati rangsangan dari mulutnya. Tangannya juga makin kuat mengocok penis Bagas. Tangan Bagas kadang memegang belakang kepala Fani, meremas rambutnya yang basah sebagai ekspresi nafsu lelakinya.

Clop.. Clooppp.. Clopppp..

Selama beberapa saat Fani menservis penis keras Bagas itu menggunakan mulutnya dan tangannya. Bibirnya maju mundur makin lihai menelan batang keras milik lelaki suami sahabatnya itu. Beberapa saat kemudian Fani mulai merasakan pegal di mulut dan lehernya.

"Ffuuaahhh.." Fani melepas penis Bagas dari mulutnya. Hanya tangan halusnya masih menggenggam penis itu. Pantat Fani dijatuhkan di tumitnya.

"Kok nggak keluar-keluar to, Mas?" kata Fani. Tangannya masih mengocok lembut batang penis bagas.

"Hehehe.." kata Bagas terkekeh.

Dia mengerti mungkin Fani yang memang baru kemarin belajar sedot-menyedot belum terlalu berpengalaman seperti istrinya. Tapi ini tak menyurutkan nafsunya akan tubuh telanjang wanita yang berlutut di depannya itu.

Bagas juga berpikir masih banyak waktu kelak buat mengajari calon budak seksnya itu hingga memiliki banyak pengalaman untuk memuaskan nafsu kelelakiannya.

"Aku kan dah keluar tadi,Dek.. kalau laki-laki, pas udah keluar biasanya perlu waktu lebih lama kalau mau keluar lagi.." kata Bagas, "Pakai toketmu dong, Dek.. Kontolku mau dijepit toket gedemu itu.."

"Hihihi.. Masih belum puas ya tadi, Mas?" Kata Fani tersenyum sambil matanya memandang ke atas melihat Bagas.

"Nggak ada puasnya kalau sama toketmu, Dek.."

Fani lalu sedikit maju dan mengangkat dadanya. Dua buah dada ranumnya itu kini makin membusung. Bagas juga sudah tak sabar lagi merasakan jepitan dua gunung kembar itu. Fani memajukan toketnya lalu mulai menekannya hingga kini penis Bagas mulai terjepit diantara dua toket ranum nan kencang itu.

"Uuuurrrrgggghhh.." Erang Bagas.

Fani meremas-remas sendiri buah dadanya, hingga membuat Bagas mengerang keenakan karena penisnya seolah terpijat. Fani yang melihat ekspresi keenakan Bagas seperti itu lalu malah makin meremas kuat toketnya, makin menjepit kontol Bagas.

Tangan Bagas yang tadinya bebas lalu tak ingin tinggal diam. Kini tangannya ikut memainkan puting Fani. Dimainkan oleh tangan Bagas seperti itu, membuat puting Fani yang sensitif itu perlahan makin mengeras, membuat Fani perlahan mulai terangsang juga.

Fani kini tak hanya meremas dua buah dada bulatnya, namun dia juga menggerakkan tubuhnya naik turun. Penis Bagas yang terjepit di tengah dua gunung kembar itu makin mengeras saat dikocok dua daging kenyal itu.

"Urrrggghh.. Enak banget jepitan toketmu.. Dah lama banget lho aku pengen ngerasain nikmatnya susumu itu.. Urrgggghhh.. Sejak pertama kali liat kamu, aku nebak toketmu mesti gede, dan enak buat njepit kontolku.. Urrrggghhh.." erang Bagas.

Fani yang mendengar itu lalu tersenyum. Sebagai seorang akhwat, dia seharusnya marah saat tau ada orang yang berkhayal mesum akan dirinya yang sehari-harinya memakai gamis dan jilbab syar'i. Tapi entah mengapa menyadari ada yang mengkhayalkan dirinya dalam keadaan mesum seperti itu malah membuat gairahnya terbakar hebat.

Tangan Bagas masih memainkan puting Fani. Jarinya kadang memilin-milinnya, kadang menarik dua puting pink itu keatas, membuat puting itu makin mengeras dan membuat Fani melenguh pelan.

Fani pun makin cepat menggerakkan tubuhnya. Buah dadanya naik turun menjepit kontol keras Bagas, yang timbul tenggelam diantara dua bulatan putih ranum itu. Guyuran air hangat mampu melumasi toket yang makin mengkilap memantulkan cahaya lampu kamar mandi, membuat kocokan penis itu makin lancar.

9fe9dc1356467393.gif


Bagas merem melek keenakan meraakan penisnya sedang diservis titjob oleh Fani. Jika sebelumnya di kamar dia yang menggarap dua bulatan daging itu, kini akhwat di depannya lah yang dengan sendirinya menggerakkan toket ranumnya dan meremas-remasnya, menjepit kuat penis keras Bagas.

Tubuh Fani sendiri makin lama makin terbakar birahi karena putingnya yang dimainkan oleh jari-jari Bagas. Saat matanya diarahkan ke bawah terlihat ujung kontol Bagas itu menyembul-nyembul dari dalam jepitan toket kembarnya, memberi lecutan birahi tersendiri buat si akhwat.

Insting wanita Fani yang mulai dilumuri nafsu itu membuat Fani menjulurkan lidahnya seolah berusaha mencapai kepala kontol Bagas dengan ujung lidahnya itu. Kepala jamur kontol itupun mulai dilumati oleh sapuan lidah Fani ditengah kocokan himpitan toket super besar Fani.

"Uuuurggghhh.." erang Bagas lagi.

Dua anak manusia berbeda kelamin tak semahrom itu merangsang satu sama lain selama beberapa saat. Keduanya dilanda birahi yang makin membara.

Bagas yang sesekali menundukkan kepala itu bisa melihat Fani. Mangsa perempuan di bawahnya terlihat juga sedang dilanda birahi. Rambutnya yang basah terkena guyuran air itu menghiasi kepalanya. Lidahnya menyapu makin liar kepala jamur Bagas yang keluar masuk himpitan toket ranum itu seiring gairah yang melanda dirinya.

Bagas yang masih bermain-main di puting Fani yang makin mengeras itu membuat nafsu Fani makin memanas ditengah tubuhnya yang makin basah dibah guyuran bulir air shower. Memeknya mengeluarkan makin banyak lendir kenikmatan yang bercampur dengan air shower.

Tak lama menjelang, Bagas lalu sedikit mendorong tubuh Fani. Tetek kembarnya itu lalu melepas kontol Bagas yang terjepit di tengahnya. Fani yang sedang dilanda gairah itu utuk sesaat kehilangan rangsangan di pentilnya. Bagas lalu berbaring di lantai kamar mandi itu.

Fani yang masih berlutut itu lalu menurunkan badannya hingga mendekat ke selangkangan Bagas. Dengan posisi merangkak, mata Fani memandang batang penis Bagas yang tegak mengacung ke atas. Tangannya lalu digerakkan mulai memegang batang itu.

"Hihihi.." tawa Fani pelan, tangannya memegang penis Bagas dan mengocoknya pelan.

"Dari lemes bisa tegang gini ya, Mas.." lanjut Fani..

"Heh.. Kapan kamu lihat kontolku lemes?" tanya bagas. Setau dia sejak bangun tidur tadi kontolnya masih tegang..

"Hihi.. Pas Mas Bagas semalem tidur.. Kan telanjang semua kita, keliatan deh kontolnya lemes, lucu gitu.." kata Fani, "Tapi sekarang dah gede.. Hihihi.."

"Dia belum mau turun kalau masih di deket kamu, Dek.." jawab Bagas.

Tangan Fani naik turun menggenggam penis Bagas, mengocok batang tegang itu. Bulir-bulir guyuran air hangat menjadi pelumas buat tangan Fani yang makin intens mengocok kontol Bagas. Tangannya merasakan penis itu makin mengeras akibat kocokannya.

"Urrggghhhh.." erang Bagas.

Bagas lalu menarik pantat Fani. Fani cukup paham bahwa Bagas ingin bermain-main lagi dengan selangkannya, nampanya suami sahabatnya itu masih tak jua puas menjamah tubuh seksinya. Fani lalu mengikuti keinginan Bagas itu.

Tubuhnya yang berlutut itu lalu bergeser hingga pantatnya mengangkangi kepala Bagas, dengan lututnya menjadi tumpuan menempel di lantai di sisi kanan dan kiri kepala Bagas. Dengan posisi berlutut agak mengangkang, Fani lalu sedikit menundukkan punggungnya. Tangannya masih mengocok kontol ngaceng milik suami sahabatnya itu.

Bagas di bawah selangkangan Fani langsung disuguhi oleh penampakan memek tembem sang perawan. Tak butuh waktu lama mulut Bagas langsung maju menikmati lezatnya sajian selangkangan Fani itu.

Sluurppp..

"Ouuuuuhhhh.. " erang Fani saat Bagas mulai menghisap belahan memeknya

Walaupun dihujani oleh guyuran shower, Bagas bisa merasakan banyaknya lendir yang keluar dari memek Fani. Meski sudah beberapa kali orgasme, perempuan yang kini sedang berada di atasnya itu sudah dilanda birahi sedari tadi, terbukti dari lendir kenikmatan yang terus mengair dari celah bibir memek itu.

Bagas masih menciumi permukaan vagina Fani, hingga membuat pantat Fani blingsatan terangsang keenakan. Punggungnya makin dia turunkan, hingga wajah Fani juga ikut mendekat ke selangkangan Bagas. Tangan Fani makin cepat mengocok kontol Bagas saat ciuman Bagas yang makin kuat di memek tembem Fani.

Kontol Bagas makin mengeras di halusnya telapak tangan Fani yang basah tetesan air hangat itu. Fani makin merunduk merasakan tubuhnya dilanda gairah yang terbakar-bakar akibat rangsangan mulut Bagas di memeknya.

"Ooouuuhh.. Emmmppphhhh.." Desah Fani

"Sepongin kontolku lagi, Dek.." pinta Bagas di tengah aktivitas mulutnya.

"Huuugghhh.. Hmmmppphh.. Emmppfffff…"

Fani yang memejamkan sambil mendesah itu lalu menurunkan kepalanya hingga mendekati selangkangan Bagas. Sesaat setelah matanya terbuka, kembali dilihatnya kontol tegang yang dikelilingi bulu hitam kebasahan itu yang hanya berjarak beberapa senti dari bibir tipisnya.

Bibir tipis itu lalu mulai bersentuhan dengan kepala jamur Bagas. Tangan kanan Fani masih mengocok batang penis Bagas. Pantat Bagas menggeliat pelan saat bibir Fani mulai terbuka dan perlahan kontolnya mulai masuk ke dalam mulut sang akhwat.

Mulut Fani berusaha memasukkan kontol itu ke dalam, sementara tubuhnya makin panas akibat rangsangan Bagas di selangkangannya. Bagas kini menjulurkan lidahnya dan menjilat-jilat belahan bibir memek Fani.

"Hmmmmpppp.." desah Fani.

Mulutnya yang mulai tersumpal kontol Bagas itu membuat suara desahan nikmat dari mulutnya itu tertahan, saat Bagas dengan lidahnya mulai perlahan menjilati bibir memek perawan itu, hingga lidahnya mampu merasakan sisi dalam labia Fani.

Fani pun makin kuat mengempot kontol Bagas sambil tubuhnya makin terbakar birahi. Pantantnya menggeliat liar ketika ujung lidah Bagas mulai aktif masuk ke dalam belahan bibir memek Fani dan melumati lapisan daging pink tembem itu.

Tangan Bagas perlahan merayapi paha Fani yang basah akibat guyuran pelan air hangat. Tangannya lalu makin ke atas hingga menyentuh bongkahan pantat Fani yang mengkilap pantulan cahaya kamar mandi. Telapak tangan itu lalu meremas kuat pantat itu seperti anak yang sedang gemas-gemasnya.

Plakk..!!

"Hmmmmmmhhh.."

Fani menjerit tertahan saat Bagas dengan tiba-tiba menampar pantat Fani dengan tangan kanannya. Tapi Fani tidak keberatan dengan perbuatan Bagas itu. Nafsunya bahkan makin terbakar saat Bagas menampar pantatnya. Hisapan mulutnya di kontol Bagas makin kuat.

Kepala Fani mulai naik turun mencoba menelan lebih dalam penis Bagas. Bagas tersenyum dalam hati sambil lidahnya masih bermain-main di celah memek perawan Fani.

Plaakkk.. Plaakkkk.. Tampar Bagas yang kali ini sengaja sedikit lebih dia kuatkan.

"Hmmmmhhhpppp.."

Fani mendesah tertahan. Tamparan di pantatnya itu ternyata benar-benar membuat gairahnya makin meninggi, disamping tentunya kobelan lidah Bagas yang membuat memeknya makin banyak mengeluarkan lendir cinta. Lidah Bagas mampu menguak celah bibir memek Fani, tapi tak cukup keras untuk menembus dinding perawan memek itu. Lidahnya lalu bermain-main di sisi dalam bibir memek Fani

Permainan Bagas di memeknya itu membuat gairahnya tersulut makin hebat hingga kepala Fani makin lancar naik turun di selangkangan suami sahabatnya itu. Mulutnya kini makin luwes di hari kedua pengalamannya memberikan oral seks. Rangsangan yang diterimanya membuat nafsunya terbakar makin hebat di tengah guyuran air mandinya.

Plaakkk.. Plaakkkk.. Plaaakkkkk..

Bagas sesekali menampari pantat bulat Fani dengan tangan kanannya. Hingga warna merah mulai menghiasi bongkahan daging itu, kontras dengan putihnya warna kulit Fani. Rangsangan yang diterima Fani itu membuatnya makin melayang hingga gelombang klimaks ia rasakan mulai mendekat.

Tangan kiri Bagas lalu ikut menjalari pantat Fani hingga berada di belahan pantat Fani. Jarinya lalu bermain-main di sekitar lubang anus Fani. Pantat Fani seketika menggeliat makin liar. Mulut Fani masih naik turun mengulum kontol Bagas.

Clop.. Cloopp.. Clooopppp..

Penis keras Bagas itu makin cepat keluar masuk mulut Fani. Nafsu Fani yang meninggi membuatnya makin binal menservis kontol Bagas dengan skill oral seksnya, selain tubuh ranum Fani yang juga sudah didera syahwat yang memuncak.

Bagas lalu berusaha menekan jari telunjuknya untuk masuk ke dalam lubang anus Fani. Beberapa saat tadi satu jarinya sudah dia masukkan ke dalam lubang itu, tapi karena saking sempitnya lubang itu membuat usahanya yang kali ini tak semudah itu.

Beruntungnya ada limpahan guyuran air shower yang seolah menjadi pelicin bagi telunjuknya. Fani masih asik mengoral penis keras Bagas, saat dengan tiba-tiba Bagas memaksakan telunjuknya untuk masuk ke lubang sempit itu. Hingga tubuh Fani mengejang seperti tersengat listrik tiba-tiba.

"Ouuuhhhh.." Fani menjerit.

Memeknya masih dijilati lidah Bagas, saat mulut mungil Fani itu dia lepaskan dari kontol Bagas dan kepalanya diangkat hingga punggungnya melengkung. Bagas yang melihat Fani itu merasa sudah kepalang tanggung saat ujung telunjuknya memasuki lubang anus Fani, dan tak melepasnya bahkan menusuk lubang anus Fani makin dalam.

"Aiiiihhhhh.. Ouuhhh.. Itu diapain anusku, Mmmassshh.." rintih Fani sambil memejamkan matanya hingga sedetik kemudian, "Ouuuuuhhhhh.. Oooooooooooohhhh.. Mmmaasshhh.. Piiipiiiiissshhhhh.. Ouuuuuuuuuuuuuhhhhhhhhhh.." lenguh Fani panjang.

Bagas menusukkan telunjuknya sedalam-dalamnya ke dalam lubang anus sahabat istrinya itu. Tubuh seksi Fani yang melengkung ke atas itu menyentak hebat beberapa kali melepas lonjakan klimaks yang mendera tubuhnya.

Vaginanya mengeluarkan banyak sekali cairan orgasme yang langsung diseruput habis oleh Bagas yang berada di bawah selangkangannya itu. Hingga tetes terakhir dihisapnya semua cairan orgasme Fani, bahkan beberapa bulir air guyuran shower ikut tertelan oleh Bagas.

Bagas sesungguhnya tak menyangka bahwa perempuan cantik dan seksi di atasnya ini bisa klimaks saat pantatnya ditampar-tampar dan anusnya dicolok dalam-dalam seperti itu. Sambil tersenyum dalam hati, di benaknya langsung tergambar banyak skenario yang dia rencanakan buat Fani.

Setelah menuntaskan fase terakhir puncaknya, tubuh Fani langsung lemas dan jatuh di atas badan Bagas. Nafasnya tersengal-sengal di bawah guyuran pelan air hangat itu selama beberapa saat.

Menyadari hari yang mulai beranjak bangun, Bagas kemudian menarik Fani lagi berdiri. Bagas lalu melanjutkan aktifitas mandinya. Dengan busa di tangannya, Bagas lalu menyabuni sekujur tubuh Fani. Fani yang masih lemas itu hanya pasrah saja saat dimandikan Bagas.

Tak ada sesenti kulit Fani yang luput dari jamahan tangan Bagas. Namun tentunya, sebagai lelaki normal, tangannya lama sekali bermain di buah dada ranum sang wanita, hingga busa sabun makin membuih menutupi toket gede Fani itu.

673e5c1356467350.gif


Sampai beberapa saat kemudian, keduanya mulai saling membersihkan dan membilas badan mereka satu sama lain. Tangan Bagas menjamah seluruh tubuh Fani, begitu juga tangan Fani yang membersihkan tubuh Bagas. Tak terkecuali kontol Bagas yang disabuni dan dibersihkan oleh tangan Fani. Bersih-bersih itu juga diwarnai ciuman, saig raba dan saling peluk dibawah guyuran shower yang menjadi saksi bisu dua insan itu meraih kenikmatan.



Waktu yang menjelang makin tersinari oleh sang matahari di luar sana membuat keduanya segera menuntaskan mandi pagi itu, dan beranjak keluar dari kamar mandi. Fani masuk ke kamar tamu, yang disusul Bagas.

------

"Kamu mau pulang jam berapa, Dek?" Tanya Bagas.

"Hmmm.. Pagi kali ya, Mas.. Soale nanti siang aku ada janji sama sepupuku, Mas.." jawab Fani sambil melap tubuhnya dengan handuk.

"Ohh.. Hmmm.. Kamu tak anter aja ya.." kata Bagas menawarkan. Fani tak menjawab. "Tapi aku bangunin Sella dulu sebentar, dia belum subuhan.." lanjut Bagas yang akan beranjak keluar kamar tamu.

"Eh, Mas.. Boleh minta tolong ambilin gamisku nggak ya? Ada di kamar kemarin.."

"Oiya, tak ambilin sekalian.." jawab Bagas.. "Itu ada hair dryer di slorogan situ ya, Dek.. sama ada rukuh juga disitu.." lanjut Bagas,
"Yowes, aku tak mbangunin Sella dulu.."

------
------



"Umi.. Bangun Umi.." kata Bagas sambil menyenggol pundak Sella.

Tak ada respon dari istrinya yang masih tertidur pulas. Melihat wajah ayu istrinya itu membuat Bagas sedikit merasa bersalah atas perbuatan yang baru saja dia lakukan. Dia sengaja membuat istrinya tertidur pulas agar bisa berduaan dengan sahabatnya.

Namun nafsu syahwat lah yang mendorongnya, dan memenangkan pergolakan batinnya. Sesungguhnya, tak ada yang kurang dari istrinya itu. Di benak Bagas, Sella adalah sosok istri sempurna. Solehah, berbakti pada Suami, dan menerima semua kekurangan Bagas.

Akan tetapi, lelaki mana yang merasa langsung puas, apalagi ada kesempatan di depan mata yang terbuka lebar, dan kesempatan itu adalah bersama akhwat cantik dengan tubuh sempurna seperti sahabat istrinya. Ada banyak fantasi kotor di benak Bagas yang tak tega dia lakukan terhadap Sella, tapi langsung dia skenariokan untuk Fani.

"Umi.. Ummii.. Bangun Umii.. Subuhan dulu.."

Setelah sekian kali menggoyang-goyangkan pundak Sella, akhirnya istrinya itu perlahan mulai membuka matanya.

"Ummii.. Umi subuhan dulu ya.. Umi kan harus mandi dulu juga.."

"Hmmm... Hooaaahhhm.." Sella menguap sambil mencoba mengumpulkan nyawanya. Meski menguap bangun tidur seperti itu, kecantikannya tak juga hilang dari parasnya. Entah mengapa tubuh Sella seolah masih merasakan kantuk yang teramat sangat.

"Jam berapa ini, Abi? Kok ngantuk banget ya Umi.."

"Udah mau terang, Umi..", jawab Bagas "Umi subuhan dulu.. Nanti tidur lagi aja kalau masih ngantuk.." kata Bagas, sambil membelai dahi istrinya dari rambut-rambut halus yang menghiasi dahi putih itu.

"Iya Abi.." kata Sella yang beranjak duduk di kasur.

"Fani mana, Abi?" Tanya Sella, saat melihat samping kanannya tak ada lagi sosok Fani.

"Fani tadi pulang habis subuh, Umi.. Harus ketemu sama saudaranya katanya.." jawab Bagas.

"Ooh.. Iya.. Abi kok udah rapi aja?"

"Iya, Umi.. Abi ada meeting pagi. Ngelanjutin dari yang kemarin dari luar kota. Hari ini Abi harus nyiapin laporannya buat klien, Umi.."

"Yaudah, Umi mandi dulu sana.. keburu siang nanti lho.." lanjut Bagas.

Sella pun beranjak bangun dari kasur walaupun mata dan akalnya masih berat.

------


Fani sudah hampir selesai berdandan di depan cermin. Mengenakan gamis yang agak lecek beserta hijab biru tua dengan warna senada. Di baliknya, tak ada bra yang dia kenakan karena kemarin memang dia tak mengenakan bra saat kesini.

Anehnya dia tak menemukan celana dalamnya saat tadi Fani hendak memakai celana dalam. Untungnya Bagas meminjamkan celana dalam milik Sella untuk dipakai Fani yang kebetulan pas dengan ukuran pinggulnya.

Sambil memakai jilbab syar'i sebagai penutup terakhirnya itu, di benaknya terbayang pengalaman barunya dua hari ini. Kemarin Sella memintanya kemari karena Sella sedang sendirian, tapi Fani tak menyangka itu malah menyeretnya menuju pengalaman baru yang dia alami.

Selama dua hari ini dirinya dibuat berkali-kali orgasme, saling memuaskan bersama dengan Sella dan suaminya. Pengalaman baru yang benar-benar tak dia bayangkan sebelumnya. Sambil tersenyum di depan cermin, Fani memikirkan sahabatnya dan suaminya itu yang begitu mesra.

Wajah tersenyum Fani tiba-tiba berubah. Kernyitan di dahinya muncul terpantul di cermin di depannya. Memori dua hari yang lalu menyeruak di benaknya. Dalam hatinya membatin,

"Eh, lho.. kemarin kan Mas Bagas dari luar kota tiga hari.." batin Fani "Terus pas kemarin aku telpon Kak Sella kok katanya lagi gituan sama Mas Bagas.."

Dua hari yang lalu Fani menelpon Sella. Terdengar suara desahan dari ujung sana yang Fani langsung bisa menebak kalau Sella sedang bersetubuh. Sella pun dengan suara lenguhan-lenguhan keenakannya mencoba menjawab panggilan Fani.

Ketika sedang memikirkan hal itu, lalu pintu kamar di belakang Fani itu dibuka dari luar.



PART 9.5 "Kindled" to be continued...
 
Part 9.5a
Tag:
HJ, BJ, Titjob, reverse Titjob



⛤ ⛤ ⛤ POV Orang Ketiga ⛤ ⛤ ⛤

6b40e21355126907.jpg

Fani

Waktu beranjak hampir melewati dinihari saat lelaki itu perlahan menggeliat di tengah tidurnya. Matanya mulai terbuka. Tersadar bahwa yang sedang dialaminya bukanlah mimpi belaka. Dia tertidur ditemani dua bidadari cantik di kanan dan kirinya yang tak mengenakan apa-apa selain selimut tipis. Istri cantiknya tertidur di sisi kirinya, sementara sahabat istrinya yang tak kalah cantik tertidur di sebelah kanannya.

Matanya lalu fokus memperhatikan gadis perawan yang ada di sebelah kanannya. Mainan baru yang sejak kemarin siang ikutan asik bergabung di tengah permainannya dengan istrinya. Matanya makin nanar saat melihat gadis itu menggeliat pelan di tengah tidurnya, menyingkap selimut yang dipakainya hingga menampakkan sebagian tubuh sempurnanya itu.

Dada Bagas seketika bergemuruh melihat Fani menggeliatkan tubuhnya seperti itu. Darahnya langsung terpompa terkulminasi ke selangkangannya. Dengan pelan-pelan Bagas lalu menggerakkan tangannya untuk menyingkap makin jauh selimut yang menutupi tubuh Fani.

Penis Bagas langsung menegang, melihat sisi atas tubuh Fani yang terlihat olehnya. Tangannya menyingkap makin jauh selimut itu hingga tubuh Fani kini tak lagi tertutup apapun. Badan Fani menggeliat pelan merasakan angin AC yang menerpa tubuhnya yang tak lagi terselimuti apapun.

Dalam benaknya, Bagas sudah bertekad ingin menaklukan gadis itu sejak kemarin. Kesempatan yang datang tiba-tiba saat dia pulang dari luar kota yang sebelumnya tak pernah terbayangkan. Selama ini Bagas mengagumi Fani sebagai sosok sahabat Sella yang solehah dan selalu menutup aurat. Kini hanya kain tipis yang menutupi tubuh seksi dan ranum itu, tentunya tak ada lelaki yang akan menyia-nyiakan kesempatan itu, tak juga Bagas. Bagai singa kelaparan yang disuguhi daging segar. Bagas lalu menggeser miring tubuhnya.

Tangannya lalu perlahan digerakkan menuju buah dada Fani. Dada bagas makin menggemuruh saat telapak tangannya mulai menyentuh bulatan padat di dada Fani itu. Perlahan, Bagas mulai memijat pelan bulatan toge itu, mencoba untuk tak membuat kaget Fani jika seketika terbangun. Satu tangan lelakinya itu tak bisa menangkup toket besar itu seluruhnya.

Fani mulai menggeliat perlahan merasakan payudaranya diremas pelan seperti itu. Geliat pelan yang terlihat sangat seksi itu membuat Bagas makin terangsang. Remasan tangannya makin kuat dia lakukan di dada Fani. Dengan posisi miring ini, satu tangan Bagas tertindih tubuhnya, membuatnya tak nyaman. Dengan memberanikan diri, Bagas lalu bergerak hingga berada di atas tubuh Fani.

Tangannya kembali dia lanjutkan meremas payudara Fani. Kali dia lakukan lebih kencang dengan memberi remasannya sedikit tenaga lebih. Dua payudara kencang itu membuat tangan Bagas seolah makin gemas untuk meremasnya. Tak disadari, bibir Fani mulai mengeluarkan suara lenguhan pelan di tengah tidurnya itu.

Bagas yang melihat reaksi Fani itu menjadi makin semangat meremas-remas payudara Fani dari atas. Puting Fani lalu dimain-mainkannya menggunakan jemarinya, hingga tak lama kemudian puting itupun mulai mengeras. Fani yang masih tertidur ikut merasakan gelombang kenikmatan yang perlahan ikut membuatnya tubuhnya terangsang. Lenguhan Fani makin keras dan berubah menjadi desahan pelan. Sesaat setelah itu, mata Fani perlahan terbuka.

Melihat Bagas berada di atasnya, seketika membuat Fani kaget. Bagas yang melihat Fani sudah terbangun, lalu menurunkan kepalanya dan langsung mencium bibir Fani. Fani sedikit gelapan. Dirinya yang baru saja terbangun membuka mata, langsung mendapati suami sahabatnya berada di atas tubuhnya, dan langsung menciumnya. Nyawanya belum terkumpul untuk memroses kejadian ini. Mata Fani melirik ke sebelah kiri, dan melihat Sella yang masih tertidur lelap.

Tak lama, Bagas lalu melepas ciumannya dari bibir Fani. Tangannya kembali lagi meremas lembut payudara Fani, yang masih melihat ke arah sahabatnya yang sedang terlelap.

"Hmmmppphh.." desah Fani pelan.

Bagas makin kuat meremas dada Fani. Fani pun sedikit mulai paham akan apa yang sedang dikerjakan suami sahabatnya itu.

"Mas.. Itu Kak Sella.." kata Fani.

"Iya.." jawab Bagas singkat sambil masih meremas buah dada Fani.

"Tapi itu Kak Sella lagi tidur, Mas.." kata Fani lagi.

Batinnya seolah merasa salah akan hal ini. Sedari kemarin siang, permainan yang mereka lakukan atas dasar suka sama suka, termasuk Sella yang secara sadar mengijinkan Fani untuk ikut bermain-main dengan Mas Bagas. Tapi kini dia merasa jika bermain-main dengan suami Sella ketika Sella sedang tertidur, sama saja dengan bermain di belakang Sella, dan bukankah itu artinya dia mengkhianati kepercayaan sahabatnya itu.

"Iya, nggakpapa, Dek.. Sella nggak bakal bangun.. Sella aku kasih obat tidur, makanya bisa tidur duluan kan semalem.." kata Bagas.

Fani diam saja. Mencoba memproses kejadian ini dengan otak dan nuraninya. Tapi Bagas masih terus memain-mainkan teteknya. Putingnya pun tak luput dari sentuhan nakal tangan Bagas itu. Bagas seolah seperti mendapat mainan baru yang dia ingin terus main-mainkan. Perlahan, tubuh Fani itupun merespon layaknya tubuh wanita biasa yang dirangsang di titik sensitifnya, hingga birahinya makin naik sedikit-demi sedikit.

"Houuhhhh.." desah Fani.

Desahannya kali ini lebih kencang, seiring dengan makin kencang juga Bagas meremasi dua toket bulat Fani itu. Bagas kini sedang menduduki paha Fani, sambil kedua tangannya dengan gemas memainkan toket Fani itu. Bagas lalu menurunkan kepalanya, dan menjulurkan lidahnya ikut bermain-main di toket itu.

"Hmmmmhhh.. Ssshhhhh.." desah Fani.

Lidah Bagas bermain mulai dari samping gunung kembar itu. Jilatannya membuat daging putih itu mulai membasah liur Bagas. Dari samping jilatannya lalu menuju ke tengah toket Fani yang sebelah kiri. Tangan Bagas masih terus meremas-remas toket kembar yang ranum itu

"Eemmmmmppphhh.." desah Fani.

Tubuh Fani seolah menafikan seluruh akal dan nalurinya dan perlahan mulai menyerah pada nafsu birahinya. Tangannnya kini memegangi kepala Bagas dan meremas pelan rambutnya. Seolah mengiyakan perbuatan Bagas pada dirinya dan tak mau rangsangan itu cepat berakhir.

Bagas pun menyahuti dengan makin aktif menjalari sekelumit payudara Fani, menjilat-jilat areola Fani yang cukup lebar itu hingga bergeser bermain-main di putingnya.

"Huuuhhhhff.. Shhhhh.. Mmmasshh.."

Selama beberapa saat lamanya Bagas asik bermain-main di toket Fani itu, tak memedulikan istrinya yang berada di sebelahnya yang terlelap pulas.

"Shhh.. Mmass.. Hoouuhhh.. Mmass.. Sebentarr.." kata Fani. Bagas lalu menghentikan sesaat rangsangannya di tubuh Fani.

"Aku mau pipis dulu, Mas. Kebelet nih.."

"Oo.. Iyaa.. Pakai kamar mandi yang di tengah aja, Dek.. Biar nggak berisik, takut mbangunin Sella.." kata Bagas yang segera memindahkan tubuhnya dari atas badan Fani.

Fanipun segera beranjak dari kasur, dan keluar dari kamar menuju kamar mandi yang berada di samping kamar tamu. Sedikit berlari karena pipisnya sudah tak kuat lagi ditahan. Bagas lalu menyusul di belakang Fani dan ikut keluar meninggalkan Sella yang tertidur di kasur. Bagas menunggu di samping pintu kamar mandi.

Sesaat setelah hajatnya dituntaskan, Fani keluar dari kamar mandi. Fani agak kaget melihat Bagas menunggunya di samping pintu. Bagas pun hanya tersenyum-senyum saja, lalu menggenggam tangan Fani.

Fani terdiam untuk sesaat, bingung akan apa yang harus dilakukan. Nuraninya mengetuk akalnya untuk sesaat. Hati kecilnya masih berbisik bahwa ini adalah sesuatu yang salah. Dia tak memiliki ikatan halal dengan lelaki di depannya ini, telebih lagi dia adalah suami dari sahabatnya.

"Kita kesini aja, Dek.." kata Bagas. Bagas lalu menarik tangan Fani menuju kamar tamu.

"Mmm.. Mass.." Fani lalu membuka suaranya. Bagas menoleh ke arah Fani.

"Aku nggak enak sama Kak Sella, Mas. Kak Sella nggak diajak aja?" kata Fani.

Bagas tak menjawab untuk sesaat. Untuk sesaat Bagas tersadar bahwa wanita di depannya ini, meskipun sudah telanjang bulat, masih memiliki perisai di dalam dirinya, menunjukkan kelas akhwatnya. Padahal sejak kemarin siang keduanya sudah berkali-kali saling memuaskan yang tentunya ada Sella saat itu. Tapi tekad Bagas sudah bulat.

Bagas ingin menikmati tubuh ranum gadis perawan ini secara eksklusif tanpa ada orang ketiga. Bahkan dia ingin menaklukan perempuan di depannya ini menjadi alat pemuas nafsunya. Meski itu berarti Bagas harus meruntuhkan perisai keakhwatan yang ada dalam diri Fani itu, tak membuat Bagas patah arang.

Tubuh Bagas lalu didekatkan ke tubuh Fani. Fani yang telanjang lalu tersipu malu dan menunduk mengetahui Bagas memandanginya. Bagas lalu meletakkan tangannya di kedua pundak Fani. Bulu kuduk Fani langsung berdiri saat pundaknya itu disentuh tangan lelaki. Tak pernah ada sebelumnya lawan jenis yang bertindak sampai sejauh ini dengannya, membuatnya merasakan sensasi baru yang unik.

Bagas kemudian menyentuh lembut dagu Fani dan mengangkatnya dengan pelan, hingga mata mereka saling beradu pandang. Bagas mengerti bahwa Fani belum sepenuhnya rela, sehingga dia membuat Fani senyaman mungkin terlebih dahulu.

"Aku cuma mau lanjutin yang tadi aja kok, Dek. Nggak bakal lama juga. Sama seperti yang aku lakuin ke kamu bareng Sella dari kemarin, aku janji nggak akan macem-macemin kamu yang enggak-enggak. Kalau kamu nggak nyaman terus kamu mau berhenti, aku turutin." Kata Bagas.

Begitu selesai mengucap itu, Bagas langsung menundukkan kepalanya mencium bibir Fani. Fani diam mematung menerima ciuman itu. Kata-kata Bagas barusan tadi bermain-main di otak Fani. Dia tak bisa memungkiri bahwa sejak kemarin dia juga merasakan kenikmatan duniawi.

Pengalamannya dengan lelaki-lelaki sebelumnya berakhir buruk. Ada Broto yang dengan iming-iming bisa menyekapnya, lalu Rio yang berniat mengkhitbahnya tapi malah hilang ditelan bumi. Bagas seolah menjadi lelaki pertama yang begitu gentle memanjakannya sebagai wanita. Tubuhnya mengakui kenikmatan-kenikmatan yang dicapainya dari perlakuan Bagas sejak siang hari kemarin.

Tapi tentu saja Bagas tak berniat melepas Fani secepat itu. Masih ada beberapa jam sebelum hari mulai terang dan Bagas harus menunaikan kewajibannya mencari nafkah. Oleh sebab itu, dia bertekad untuk membuat akhwat di depannya ini terbuai kenikmatan hingga kelak tak bisa lepas darinya. Istrinya yang sudah dibuat agar tertidur lelap, membuat niatnya makin menggebu-nggebu untuk segera kembali menjamah Fani, memuaskan nafsunya tanpa perlu khawatir ada orang lain yang mengganggunya. Bibirnya menggigit pelan bibir bawah Fani.

Fani yang nafsunya mulai terbuai birahi itu kini perlahan membalas ciuman Bagas. Nafsunya mengambil alih nalar dan batinnya, dan memerintahkan tubuhnya untuk takluk ke dalam buaian birahi dari lelaki di depannya. Bagas pun menyadari perubahan mangsa yang ada di depannya ini yang berani membalas pagutan bibirnya.

Selama beberapa saat mereka berciuman, hingga Bagas melepas mulutnya dari bibir Fani. Bisa terlihat oleh bagas wajah cantik Fani yang merona merah dilanda nafsu, rambutnya sebahu tergerai indah. Dahi putih Fani mulai sedikit membasah akibat keringat nafsu. Bagas lalu memegang tangan Fani dan menariknya ke kamar tamu. Mangsa betinanya itu kini tak lagi menolak dan turut melangkah mengikuti Bagas.

Di dalam kamar Bagas menarik Fani hingga berdiri tepat di samping ranjang. Bagas lalu kembali mencium Fani. Tangannya memegang belakang kepala Fani. Ciumannya itu langsung dibalas oleh Fani yang juga sudah mulai dilanda birahi. Lidah mereka juga saling bermain, saling berbagi liur antar dua rongga mulut. Selama beberapa menit, keduanya seolah seperti kekasih yang sedang asik melakukan french-kiss.

"Aku ijin bikin kamu enak lagi ya, Dek?" kata Bagas setelah melepas pagutannya di bibir Fani.

Fani tak menjawab apa-apa, hanya deru nafas yang keluar dari mulutnya. Nafsunya makin menguasai tubuh akhwat itu. Bagas lalu memutar tubuh akhwat itu hingga membelakanginya. Dari belakang Bagas perlahan meletakkan kedua tangannya di dada Fani dan mulai meremas lembut dada montok itu.

"Hmmmhhfffff.." Fani melenguh pelan.

Fani yang masih berdiri tepat di depan kasur itu memejamkan mata, sambil menikmati remasan tangan Bagas di buah dadanya. Dengusan nafas suami sahabatnya itu terasa di pundaknya, membuat rasa geli yang menambah birahinya. Bagas lalu mulai mengecup pelan pundak Fani.

34974d1356467357.gif


Bagas dengan lembut memainkan payudara Fani dari belakang. Dua buah dada yang bulat sempurna itu adalah buah dada terindah yang pernah disentuhnya. Sejak kemarin melihat buah dada sempurna itu membuat nafsunya terbakar, tak sabar untuk memuaskan hasratnya tanpa perlu campur tangan istrinya. Kini obsesinya itu menjadi nyata.

"Toketmu bagus banget, Dek.. Bulet, gede.. Sempurna.." bisik bagas pelan di telinganya, sambil meniupkan hembusan nafas di belakang tengkuk Fani.

"Hmmmpppffff.."

Remasannya perlahan makin kencang, membuat si pemilik buah dada itu juga makin kencang mendesah. Bagas kini tak lagi ragu lagi memainkan buah dada itu tanpa takut istrinya memelototinya. Meski begitu, Bagas tak buru-buru memburu birahinya. Masih ada waktu baginya untuk memainkan akhwat di depannya ini. Tangannya memijat bulatan kenyal itu berputar-putar, dari tepi gunung kembar itu menuju tengahnya. Tingkat kekuatan pijatan tangannya di toket gede itu dia variasikan. Dia ingin memberi kenikmatan tak terhingga buat mangsa di depannya itu.

"Ouuuhhh.. Mmmmaaassshh.. Eeemmmphhhfff.." Desah Fani.

Remasan tangan Bagas membuat Fani terbang terbuai birahi. Tubuhnya terangsang makin hebat. Sejak berciuman dengan suami sahabatnya tadi, seluruh tubuhnya mulai memanas. Tapi kini rangsangan Bagas yang mulai kencang berputar-putar bermain di gunung kembarnya itu membuat vaginanya makin basah. Pertama kali dirangsang oleh lelaki membuatnya tak mampu melawan gejolak birahinya.

Di bawah sana, memek Fani mulai mengeluarkan berlendir-lendir cairan kenikmatan akibat rangsangan Bagas. Tubuhnya menggeliat makin liar sambil berdiri membelakangi Bagas. Keringat makin keluar banyak dari pori-pori kulit sekujur tubuh seksi Fani.

"Shhhh.. Ouuuhhh.. Mmmasss.. Mau nyampeee.. Ouuuhhhss.." desah Fani. Tak disangka Fani, ternyata fase klimaksnya sudah mulai menghampirinya.

"Keluarin aja, Dek.." bisik bagas.

Tangan Bagas kemudian bergerak menuju puncak bulatan kembar itu. Tangannya menggelitik areola Fani yang berwarna merah muda itu. Menggesek-gesekkan jarinya hingga kedua tangannya berakhir di puting kanan dan kiri Fani yang mengacung keras. Bagas mulai memilin pelan ujung puting pink itu dengan lembut.

"Ouuuuuhhh.. Shhhh,.. Mmmmaasssshh.." desah Fani

Jepitan jari Bagas di puting Fani itu sontak memberi dorongan birahi lebih ke tubuhnya. Gairahnya melonjak hebat di tengah perjalanannya menuju puncak klimaksnya. Bagas yang nampakanya tau perubahan di tubuh Fani itu lalu makin liar memain-mainkan puting Fani. Sembari memilin-milinnya, pentil pink itu kadang dipijit-pijit pelan dan ditarik ke depan. Hingga tak lama menjelang,

"Ouuhhh.. Mmmmaassshh.. Ooooooouuuuuuuuuuuuuuhhhhhh.." Jerit Fani.

Tubuhnya mengejang sesaat. Orgasme pertamanya hari ini didapatnya hanya dari buah dada kembarnya yang dimainkan. Cairan orgasme keluar dari vaginanya dan membasahi pahanya, menetes turun. Badannya yang mengejang selama beberapa saat itu ditopang olah Bagas dari belakang, agar tubuh sintal si akhwat itu tak terjatuh karena menahan lemasnya.

"Enak ya, Dek?" tanya bagas berbisik di telinga Fani.

Mendengar itu, Fani tak menjawab apa-apa. Pipinya memerah karena orgasme yang melandanya sekaligus karena pertanyaan dari Bagas. Dia tak menyangka orgasme pertamanya hari ini didapat dari suami sahabatnya, di rumah sahabatnya. Fani lalu mengangguk pelan.

"Itu baru toketmu aja yang tak remes, Dek.. Aku bakalan kasih yang jauh lebih nikmat.." bisik Bagas lagi.

Dada Fani kembang kempis mencoba menghela nafas setelah orgasme yang didapatnya. Keringat yang makin banyak juga membuat tubuh telanjang Fani itu makin nampak seksi.

Selama beberapa saat Bagas mendiamkan Fani menikmati orgasmenya itu. Senyum mengembang di bibir Bagas. Si akhwat nampak sudah lepas membiarkan nafsu mengambil alihnya memberinya kenikmatan. Bagas mulai lagi mengecup pelan leher jenjang Fani.

Fani yang masih memejamkan matanya setelah orgasme tadi mulai lagi merasa geli dari lumatan bibir bagas di lehernya itu. Tangan Bagas kini turun mengelus-elus perut langsing sahabat istrinya itu.

Kecupan Bagas lalu turun menuju punggung Fani yang mulus tak bercela itu. Kecupannya makin turun ke bawah hingga sampailah mulut Bagas itu ke bongkahan pantat Fani. Sambil berjongkok di belakang Fani, kini Bagas mulai bermain-main di pantat akhwat sahabat istrinya itu menggunakan tangan dan mulutnya.

Kedua tangan Bagas meremas lembut pantat Fani. Lidah Bagas di julurkan dan mulai menggelitik ujung belahan pantat Fani, membuat si pemilik pantat itu menggelinjang.

"Hmmmpphhh.. Shhh.." lenguh Fani.

Lepas dari orgasme pertamanya tadi, kini tubuhnya kembali lagi terbuai dengan birahi yang perlahan-lahan mulai lagi naik akibat jamahan tangan dan mulut Bagas.

Jilatan dan lumatan Bagas makin liar bermain di pantat Fani. Lidahnya turun dan menjilat-jilati lubang anus Fani. Fani kembali menggelinjang hebat. Bagas lalu turut memainkan tangannya di lubang anus Fani itu. Jarinya mulai berputar-putar menggelitik lubang anus Fani. Rangsangan itu membuat memek Fani kembali berlendir, hingga mulai lembab.

"Hsssshhhhh.. Hoouuuhhhh.." desah Fani.

Fani makin terbakar birahi saat Bagas bermain-main di pantatnya. Lubang anusnya yang digelitik itu memberikan sensasi kenikmatan. Didera nafsu seperti itu membuat Fani makin menggeliatkan pantatnya, tubuhnya tak lagi mampu berdiri, lalu Fani membungkukkan badannya. Tangannya bertumpu di tepi kasur. Bagas di belakang masih asik bermain dengan pantat Fani.

Satu jari telunjuk Bagas lalu bermain-main di sekitar lubang anus Fani. Lubang itu nampak begitu sempit. Geliat pantat Fani membuat lubang anus itu nampak makin seksi seolah mengundang Bagas untuk menikmati sempitnya lubang itu. Bagas bertekad harus dapat menyelipkan kontolnya di lubang sempit itu, lubang anus yang bahkan milik istrinya sendiri menolak dimasuki kontol Bagas.

Tapi berbeda dengan Fani. Gadis polos itu masih bisa dia permainkan. Memek perawannya mungkin tak bisa Bagas jebol, tapi Bagas sudah membulatkan niat untuk bisa menembus lubang anus Fani. Bagas lalu memainkan jari telunjuknya makin intens tepat di lubang anus Fani.

"Aiiiihhh.." jerit Fani seketika

Satu jari bagas mencoba menembus lubang anus Fani. Sempitnya lubang itu membuat Fani sedikit kaget dan menjerit. Bagas yang mengerti itu lalu menghentikan sejenak usahanya. Tangannya bermain-main lagi menggelitik pantat Fani. Bagas juga menyadari jalan usahanya ini membutuhkan kesabaran dan ketelatenan yang ekstra.

Fani yang kini menungging membuat belahan kemaluannya terlihat jelas dari belakang. Bagas yang sedang berjongkok itu pun kini menggeser rangsangannya menuju memek Fani yang sudah basah sisa lendir orgasmenya tadi. Lidahnya mulai menjilati daerah bawah selangkangan Fani, membuat Fani menggelinjang nikmat.

"Shhhh.. Mfffhhhh.." desah Fani.

Bagas yang mulai menciumi memek Fani itu sadar akan mulai lembabnya onderdil sang akhwat. Rangsangannya sedari tadi ternyata mampu membuat Fani juga merasa keenakan terbukti dari lendir yang keluar dari memek Fani itu. Tak hanya dengan bibirnya, kini bagas juga memainkan memek perawan Fani itu menggunakan tangannya.

Digesek-gesekkan kedua jari Bagas di memek basah Fani searah dengan belahan bibir vaginanya. Fani makin terbuai oleh rangsangan suami sahabatnya itu. Keringat makin banyak keluar dari tubuhnya, melawan hawa dingin dinihari yang menyelimuti mereka.

"Shhhhh.. Ouuuuhhhh.. Mmmaassh.." desah Fani.

Cengkeraman Fani di ujung sprei itu makin kuat, seiring makin tingginya birahi yang menderunya. Memeknya makin banyak mengeluarkan lendir kenikmatan. Tangan Bagas yang bermain-main di selangkangannya itupun juga ikutan basah cairan vagina Fani. Gelombang klimaks Fani tak terasa kembali lagi mulai mendekat.

Cpak.. Cpakk.. Cpaakk..

Tangan Bagas makin cepat menggesek-gesek vagina Fani. Bunyi nyaring kecipak pun makin keras terdengar seiring makin lembabnya memek sang betina. Punggung Fani makin menekuk menahan birahinya, membuat pantatnya terlihat makin menungging dari tempat Bagas yang sedang mengerjainya. Desahan demi desahan keluar dari mulut mungil perempuan cantik itu.

Bagas pun makin asik bermain-main di selangkangan Fani. Memek Fani yang makin basah adalah bukti bahwa sahabat istrinya itu sangat dilanda birahi juga, padahal beberapa saat lalu sudah orgasme. Kedua tangan Bagas yang ikutan basah itu tak jemu-jemunya bermain di memek Fani. Satu tangan Bagas lalu bergerak lagi ke atas menuju belahan pantat Fani. Satu jarinya bermain-main lagi di sekitar lubang anus Fani.

"Aiiiiiihhhhh.. Mmmaassh.. Uuuuuffhhhh.." jerit Fani.

Jari telunjuk Bagas yang bermain di anus Fani itu berhasil menembus sempitnya lubang pengeluaran Fani, membuatnya menjerit. Jari Bagas yang basah akibat cairan memek Fani itu membuat penetrasi ke anusnya tak sesulit sebelumnya, meskipun Bagas masih merasakan anusnya yang sangat sempit itu menjepit erat ujung jari telunjuknya.

Cpak.. Cpakk.. Cpaakk..

Tangan Bagas yang lain digerakkan menggesek memek Fani makin cepat. Mencoba memberi kenikmatan dari rangsangan di bibir vaginanya itu untuk mengalihkan Fani dari ngilu di lubang anusnya. Rasa ngilu yang didera Fani, walaupun hanya ujung jari telunjuk Bagas yang menembusnya, itu berhasil diredam oleh makin terangsang dan makin basahnya memeknya. Gesekkan jari Bagas di belahan memek Fani digerakkan makin liar, hingga beberapa detik kemudian, Fani mengejang.

"Ouuuuuuuuuuuuhhh.. Hhhaaaaaaaaaaaaahhh.."

Lolongan Fani terdengar keras seiring gelombang klimaks yang kembali menghampirinya. Memeknya berkedut-kedut sambil pantatnya makin ditunggingkan ke belakang. Bagas mendiamkan Fani sesaat untuk memberinya ruang menikmati orgasmenya itu. Jari telunjuknya yang masih tertancap di anus Fani itu juga serasa dipijat makin kuat oleh otot-otot rectum sang akhwat yang juga berkedut-kedut saat bongkahan pantatnya menyentak-nyentak.

Fani mencengkeram kuat sprei di depannya yang masih acak-acakan sejak kemarin akibat percumbuannya dengan sahabatnya di kamar ini. Matanya terpejam di tengah deraan orgasme yang diterimanya.

Suasana menjadi hening kembali sesaat setelah Fani menyelesaikan klimaksnya, kontras dengan beberapa detik lalu saat Fani menjerit nikmat. Jeritan dari mulutnya tadi yang dalam keadaan normal pasti membangunkan sahabatnya dari tidurnya. Tapi kini sahabatnya itu masih terlelap. Dan dengan diantar suami sahabatnya lah Fani menuju puncak kenikmatan dunia barusan.

Bagas lalu mengarahkan Fani untuk maju dan berbaring di kasur yang berada di depan mereka itu. Bagas lalu merangkak naik ke atas tubuh Fani. Sesaat mereka berhadap-hadapan saling pandang. Mata sayu Fani yang barusan dihajar dua kali orgasme itu membuat Bagas makin bernafsu. Bagas langsung memagut bibir Fani.

"Mmmmhhh.. Cppphhhhhh.."

Ciuman liar yang diberikan Bagas itu melumat bibir tipis Fani. Fanipun membalas ciuman Bagas itu dengan menjulurkan lidahnya untuk dikait oleh bibir bagas. Tubuh Bagas yang diatas tubuh Fani mulai sedikit diturunkan. Satu tangan Bagas mulai meremas lagi toket besar Fani, sementara tangan yang lain menopang tubuhnya agar tak menindih Fani.

Remasan Bagas di toket Fani itu lagi-lagi membuat Fani keenakan. Toketnya diremas berputar-putar, dipijat-pijat bergantian antara kanan dan kiri. Desahannya terdengar tertahan di tengah ciumannya dengan suami sahabatnya itu.

"Toketmu bener-bener seksi, Dek.." kata Bagas di sela-sela ciumannya.

"Mmhhhhhmmphh.. Shhhhhh.." desah Fani. Mereka berpagutan liar.

Tangan Fani yang tadinya pasrah telentang kini mulai mengalung di leher Bagas, menekan bagian belakang kepala lawan mainnya itu agar semakin maju dan menempel erat dalam pelukannya. Fani seakan ingin berkata kalau dia tidak ingin memisahkan bibir mungilnya itu dari pagutan ganas Bagas yang tampak bersemangat menyusuri bibir Fani dengan tekstur dan rasa yang nikmat.

"Luar biasa!!" gumam Bagas bersorak sorai dalam hatinya. Tanpa disangka-sangka olehnya, Akhwat di depannya ini bergerak semakin aktif dan semakin berani. Pertanda kalau memang Fani telah begitu kuat menahan gairah seksualnya.

Untuk itu, Bagas pun tak mau berdiam diri membiarkan wanita itu. Hal yang utama yang harus dia lakukan saat ini adalah memberikan sebuah kesan hebat dan nikmat dalam diri Fani agar sahabat istrinya tersebut bisa mengingat betapa menagihkan dan hebatnya permainan mesum ini. Hingga suatu saat nanti, sang akhwat itu yang dengan sendirinya akan meminta dan meminta terus. Oleh karena itulah, sebuah kesabaran tinggi harus dibutuhkan yang Bagas harus siap lakukan.

Remasan tangan Bagas di tetek Fani makin kencang saat tubuh keduanya makin mepet. Penis Bagas kini menempel terjepit antara pinggul keduanya, menggesek-gesek bulu-bulu halus kemaluan Fani. Fani yang merasakan ada benda hangat menyentuh area pubisnya itu cukup tau bahwa penis Bagas menempel disitu, tapi tak berani untuk menyentuh benda keras itu, walaupun nafsu di tubuhnya memburunya. Sebagai seorang akhwat yang selalu menjaga marwahnya, dia masih malu untuk memulai inisiatif itu. Meski sejak kemarin dia juga

Bagas menggesek-gesekkan pelan kontolnya di bulu-bulu halus kemaluan Fani itu, sambil tangannya masih meremas-remas toket Fani, membuat Fani mendesah keenakan. Bagaspun lalu memegang tangan Fani yang bergerak bebas dan memindahkannya ke batang kontolnya yang sudah menegang dan mulai menggenggam kontol itu. Tangan Bagas kembali lagi meremas toket Fani.

Gairah yang membakar tubuh Fani itu perlahan membuatnya mengocok penis Bagas yang saat ini digenggamnya. Kadang Fani sengaja menggesek-gesekkan kontol Bagas di bulu-bulu halus kemaluannya.

Tak berselang lama, Fani lalu menggerakkan satu tangannya yang lain ke selangkangan Bagas. Perlahan dia pegang buah zakar Bagas lalu mulai memijat lembut dua bola kembar itu. Tangannya yang lain masih mengocok-ngocok batang penisnya. Keringat makin banyak mengucur membasahi ke dua tubuh telanjang itu.

Bagas yang dirangsang kontolnya seperti itu makin liar juga memainkan tetek Fani. Memijat-mijat toge itu, dan sesekali juga memainkan pentil Fani yang makin keras. Ciuman mereka makin liar hingga air liur sudah sangat banyak menetes keluar meleleh ke pipi Fani. Selama beberapa lama kedua insan itu saling merangsang satu sama lain. Fani merasakan birahinya kembali terbuai akibat rangsangan yang begitu gentle yang dia dapatkan dari suami sahabatnya itu.

"Mmuuaaacchh.." Bagas melepas ciumannya.

Sesaat dipandangi wajah Fani. Mata Fani yang sayu menyorotkan birahi tertahan itu membuat wajahnya makin seksi ditengah nafasnya yang memberat. Bagas lalu beranjak memajukan tubuhnya hingga tepat di atas dada Fani. Rangsangan kocokan tangan lembut Fani di kontolnya tadi membuat nafsunya makin naik, dan kini Bagas meminta giliran untuk dipuaskan juga.

Bagas lalu meletakkan kontolnya di antara gunung kembar Fani. Kedua tangan Bagas ikut memegang kedua toket Fani dan menekannya hingga kontolnya dijepit dua bulatan kencang itu. Fani yang belum memiliki pengalaman apa-apa terkait hal ini diam saja sambil menundukkan kepalanya melihat apa yang sedang dilakukan Bagas.

"Urrrggghhh.. Enak banget toketmu, Dek.." erang Bagas.

Tanganya meremas-meremas kedua buah dada Fani itu, makin lama makin kencang, membuat kontolnya makin dipijat berada di tengah himpitan kedua toket Fani. Bagas lalu mulai menggerakkan perlahan pinggulnya maju mundur. Cairan precum yang keluar dari kepala penisnya sedikit menambah pelumas bagi kontolnya.

Fani melihat kepala penis Bagas maju mundur di bawah dagunya sementara batang penisnya tenggelam di tengah toket indah itu. Remasan tangan Bagas di toketnya itu mulai lagi merangsang birahinya. Perlahan lalu tangan Fani yang tadinya diam, ikut dipindahkan dan meremas teteknya sendiri.

Bagas pun lalu memindahkan tangkupan tangannya dari toket Fani, membiarkan tangan Fani mengambil alih untuk meremas-remas buah dadanya sendiri. Bagas lalu memainkan puting Fani menggunakan jarinya sambil masih menggerakkan pinggulnya maju-mundur.

"Shhhhh.. Mfffhhhhhh.." desah Fani.

Jari Bagas memilin-milin puting Fani, membuat si akhwat mendesah kenikmatan. Gairah yang membakar nafsunya itu makin membuat Fani meremas-remas toket besarnya itu semakin kencang. Bagas pun semakin cepat menggoyang pinggulnya. Kontolnya makin cepat pula maju mundur di tengah himpitan toket Fani.

2b3fd01356467430.gif


"Urrggghhh.. Manteb banget toketmu, Dek.. Nggak bakal bosen aku.." erang Bagas

"Shhhh.. Ouuuhhhh.." desah Fani.

Mulut Fani mendesah makin kencang dengan alunan yang semakin binal seiring Bagas yang terus memain-mainkan puting Fani itu. Kadang kedua puting pink itu ditarik kencang ke atas membuat Fani makin melenguh nikmat. Di bawah sana, memek Fani makin banyak mengeluarkan lendir menandakan birahinya yang meluap-luap.

Bagas makin kencang mengocok kontolnya di tengah jepitan titfuck Fani. Keringat mengucur membasahi Bagas dan Fani seiring mereka yang saling merangsang satu sama lain. Mata Fani terpejam menikmati rangsangan Bagas di putingnya, membuat wajah nya yang dihiasi rambut halus berkeringat itu semakin terlihat cantik dan seksi. Selama beberapa saat kedua insan itu saling merangsang.

"Hmmmmpppffff.. Sshhhhhhh.. Ouuuhhhh.." desah Fani.

Kontol Bagas yang dijepit dua toket besar nan kencang itu kini mulai menunjukkan tanda-tanda akan klimaks.

"Urrgggghh.. Aku mau keluar ni, Dek.. Keluarin dimana?" tanya Bagas.

"Hssssshhh.. Mmfffhhhhh.. Terserah Mas Bagas.. Emmmpphhhh.." desah Fani.

Fani telihat juga sudah sangat terangsang. Bagas yang melihat itu lalu menyunggingkan senyumnya. Sesuai harapan Bagas, akhwatnya itu mulai menunjukkan kepasrahannya terhadap Bagas. Bagas lalu beranjak dari kedua toket Fani, dan sejenak menundukkan kembali kepalanya, lalu mencium lembut bibir Fani.

"Mmmmccchhhh.. Kontolku pengen disedot sama bibir tipismu, Dek.. Aku mau keluar di mulutmu.. Maniku nanti kamu telen yaah.." kata Bagas sesaat setelah mencium Fani.

Fani yang juga terbuai nafsu itu tak menjawab dan hanya menganggukkan kepalanya. Tangannya yang kini bergerak-gerak sendiri meremas kedua toket indahnya itu memberi rangsangan kuat di tubuhnya, membuatnya pasrah akan apa yang ingin dilakukan oleh suami sahabatnya itu terhadap dirinya.

Bagas lalu beranjak, dan berpindah berlutut di samping kanan kepala Fani. Penisnya yang sudah menegang itu langsung menyentuh pipi Fani. Dengan mata sayu terpenuhi nafsu, Fani lalu menoleh ke arah batang keras itu. Cairan precum dari kontol Bagas membuat wajah Fani sedikit lembab.

Fani sesaat bisa melihat penis tegak mengacung milik suami sahabatnya itu. Terlihat jelas bulu-bulu hitam yang menghiasi pangkal kontol Bagas. Kontol pertama yang dia servis dengan tangannya sekaligus juga yang pertama merasakan hangatnya mulut Fani. Melihat kontol sedekat itu membuat jantung Fani makin berdegup kencang, birahinya makin terbakar.

Kepala penis Bagas lalu diarahkan tepat di bibir Fani. Fani lalu mulai mengecup pelan kepala kontol Bagas hingga bibir Fani ikut merasakan cairan precum kontol Bagas, hingga membuat Bagas menggelinjang. Sesaat kemudian, Fani lalu membuka bibirnya.

"Uurrrrrggghhhh.." Erang Bagas.

Ujung penisnya mulai memasuki hangatnya bibir tipis Fani. Bibir Fani tidaklah seseksi atau sensual seperti bibir istri Bagas. Akan tetapi yang namanya lelaki pasti selalu tertarik dengan mainan baru yang didapatnya, apalagi mainan baru itu adalah sesosok akhwat cantik dengan tubuh sempurna.

Bagas mendorong perlahan penisnya untuk masuk makin dalam di mulut Fani. Bagas tak mendorong paksa karena mengerti Fani yang belum terbiasa dengan hisap-menghisap batang penis lelaki. Tetapi di sisi lain Fani yang masih diburu nafsu seolah semangat sekali menelan penis itu. Fani melebarkan bibirnya untuk menerima batang keras itu.

Sudah setengah batang penis Bagas yang masuk ke dalam mulut Fani saat Bagas mulai menggerakkan pinggulnya. Fani pun mulai memainkan penis di dalam mulutnya itu. Lidahnya dia gerakkan menyapu penis itu sambil dia hisap-hisap batang keras itu hingga pipinya mulai mengempot.

"Urrrgggghhh.." erang Bagas.

Sambil menikmati mulut Fani, tangan Bagas tak ingin tinggal diam membiarkan tubuh telanjang akhwat cantik itu tak terjamah. Tangan kirinya beralih ke toket bulat Fani, sementara tangan kanannya berusaha meraih kemaluan si akhwat dan bermain-main disana.

"Hmmmmmmppphhh.." desah Fani tertahan.

Remasan tangan Bagas di tetek Fani membuat sang akhwat kembali terangsang. Ditambah tangan Bagas yang lain juga bermain di selangkangan Fani membuat tubuhnya makin didera nikmat. Bagas harus sedikit menunduk agar jari-jarinya bisa menyentuh bibir kemaluan Fani.

Gerakan pinggul Bagas perlahan makin cepat. Kepala Fani pun ikutan digerakkan seirama dengan gerakan pinggul Bagas yang memompa penisnya di dalam mulut akhwat cantik ini.

Clop.. Clopp.. Cloppp..

Mulut Fani mengeluarkan air liur yang mulai menetes membasahi sprei, seiring makin intensnya keluar masuk kontol Bagas di dalam rongga mulut Fani. Tangan Bagas yang berada di kemaluan Fani mulai menggesek-gesek bibir vagina tembem si akhwat.

2fc26a1356467389.gif


"Hmmmmmmmfffhh.."

Fani mendesah tertahan oleh batang penis Bagas. Tubuh keduanya makin basah oleh keringat. Pinggul Fani menggeliat manja seiring rangsangan jari bagas di bibir vagina Fani. Memeknya makin lembab akibat banyaknya lendir kenikmatan yang keluar dari celah bibir perawan itu, hingga membuat jari Bagas ikutan basah.

"Urrrggggghhhhhh.." erang Bagas.

Kontolnya makin membesar menandakan klimaksnya yang tak lama lagi. Tangannya makin cepat menggesek-gesek memek Fani, membuat akhwat itu makin kelabakan didera rangsangan hebat. Mulutnya kini pasif menerima hujaman kontol keras Bagas, tak lagi dia gerakkan karena pasrah oleh kenikmatan rangsangan Bagas di toket dan memeknya itu.

Clop.. Clopp.. Cloppp..

Kontol Bagas keluar masuk makin cepat di mulut Fani. Air liur Fani membuat suara peraduan selangkagan Bagas dan mulut Fani itu makin terdengar nyaring mengisi kamar yang sunyi menjelang subuh itu. Memek Fani ikut mengeluarkan lendir cintanya makin banyak ditambah Bagas kini menemukan klitoris Fani dan memainkannya dengan jari telunjuknya. Rangsangan di klitorisnya itu membuat Fani seketika dideru birahi hebat yang membuatnya pantatnya terangkat.

"Hmmmmmmmmmmmfffffffffffffffffhhhhhhhhhhhhhhhhhh.." jerit Fani tertahan.

Crrrrttt.. Crrrrtttttt.. Crrrrrtttttttttttt..

Pingul Fani tersentak-sentak beberapa kali saat memeknya mengeluarkan squirt yang keluar memancar kencang hingga melewati sprei itu dan membasahi lantai marmer kamar tamu Bagas. Matanya terpejam erat sementara di mulutnya masih menerima hujaman kontol Bagas.

Setelah beberapa semburan squirtnya selesai, pantat Fani langsung jatuh lagi ke kasur. Ini orgasme terhebat yang dia rasakan seumur hidupnya, dan dia dapatkan dari suami sahabatnya sendiri saat kontol Bagas tersumpal di mulut Fani. Harusnya di hati Fani muncul rasa sesal telah mengkhianati sahabatnya yang masih tertidur, tapi entah mengapa hatinya malah merasa bahagia dan berbunga-bunga.

Fani yang sudah menyelesaikan gelombang klimaksnya lalu kembali menghisap-hisap kontol Bagas sekuat-kuatnya. Bagas yang memang sudah diujung puncak itu tak butuh waktu lama untuk mulai mengerang hebat.

"Urrrgggggggghhhh.. Telen maniku nih, Dek.. Urrrgghhhhhh.."

Penis Bagas mulai berkedut-kedut di dalam rongga mulut Fani. Tak seperti sebelumnya, dimana Fani tersentak kaget saat ada sperma yang menyembur mengisi mulutnya, kini Fani lebih adaptif dan siap menerima muntahan lahar dari kontol Bagas.

Glek.. Glekk.. Gleekkk.. Beberapa semprotan kencang dari ujung kontol Bagas itu langsung tertelan masuk ke dalam kerongkongan akhwat cantik itu.

Fani lalu berinisiatif memegang batang penis Bagas lalu memijat-mijat batang penis itu. Mulut Fani dimundurkan hingga hanya kepala penisnya saja yang hinggap di mulutnya, lalu dia hisap kepala penis itu untuk menguras spermanya, dibantu tangannya yang memeras batang penis Bagas menghabiskan isinya di mulutnya.

Bagas yang lemas setelah menuntaskan klimaksnya lalu tersenyum melihat aksi Fani itu. Sungguh seksi sekali perempuan ini. Dengan penuh peluh keringat yang membuat tubuhnya mengkilap. Rambutnya yang tergerai indah dan sebagian menutupi dahinya itu. Dan kini sedang menghabiskan sisa-sisa spermanya dan menelannya hingga tetes terakhir. Nikmat yang tak terkira yang tak dia fikir akan bisa dia dapatkan sepulang dari dinasnya keluar kota kemarin.

Bagas lalu melepas penisnya dari mulut Fani. Spermanya betul-betul tak berbekas, ditelan habis oleh Fani sesuai dengan instruksi Bagas beberapa saat yang lalu. Nafsu yang meninggi karena dihadapannya ada sosok akhwat sempurna yang sedang telanjang itu membuatnya tak cepat puas.

Bagas lalu meminta Fani untuk menungging di atas kasur itu. Fani yang masih mengumpulkan tenaga setelaah didera orgasme tiga kali itu lalu menggerakkan tubuhnya. Kini posisi sang akhwat itu merangkak di atas kasur dengan kedua tangannya berpegangan di sprei yang tepat berada di tepi kasur.

"Gulp.." Bagas yang melihat dari samping itu langsung menelan ludah menyaksikan sang akhwat dengan posisi menungging seperti itu. Pantatnya yang bulat, indah dan kencang menantang siapapun nafsu lelaki yang melihatnya. Keseharian Fani yang selalu menggunakan gamis syar'i itu memang terkadang juga tak mampu menyembunyikan kesempurnaan lekuk tubuh sang akhwat.

Selama ini Bagas yang selalu melihat Fani tertutupi gamis dan jilbab syar'i rapat hanya bisa membayangkan sekilas dan berfantasi terhadap onderdil yang ada di balik gamis Fani. Tapi kini fantasi itu seolah menjadi kenyataan.

"Aku harus bisa menaklukannya. Kontolku harus bisa mengobrak-abrik pantatnya itu.." ujar Bagas dalam hatinya. Untuk memenuhi obsesinya, Bagas sadar harus menaklukan hati Fani terlebih dahulu. Dia ingin kelak akhwat itulah yang bertekuk lutut meminta-minta untuk dipuaskan. Bagas paham bahwa dia harus bersabar untuk mewujudkan fantasinya itu. Jalan yang mungkin butuh waktu tapi sepadan jika imbalannya adalah tubuh molek Fani dengan pantat dan toket sempurnanya.

Bagas lalu mendekat ke arah tubuh telanjang itu hingga berada di belakang pantat sang akhwat. Posisinya Fani yang menungging, dengan kepalanya yang lebih rendah dari pantatnya karena kelelahan paska orgasme itu membuat nafsu Bagas melambung lagi. Memek Fani yang tembem bisa terlihat malu-malu oleh mata Bagas, membuat kontolnya bangkit lagi padahal belum lama tadi memuntahkan laharnya.

Ingin rasanya penis itu menembus sempitnya memek itu. Seandainya akalnya tak bermain, pasti sudah dihajar dan dipaksanya perempuan solehah di depannya itu, tapi Bagas merupakan lelaki yang berpemikiran jauh ke depan. Dia ingin menaklukan sang akhwat sepenuhnya, seutuh hatinya, barulah segala fantasinya dia luapkan ke sang akhwat.

Kepala Bagas perlahan dia dekatkan ke pantat Fani. Tangannya lalu mulai memegang kedua bongkah pantat Fani. Fani yang merasakan tangan hangat Bagas menyentuh pantatnya itu langsung menggeliat lemah. Tangan Bagas lalu digerak-gerakkan di pantat Fani, mengelus-elus daging kenyal itu. Meski pantat Fani tak semontok pantat istrinya, tetap saja mampu membuat aliran darah Bagas berkumpul memenuhi batang penisnya.

"Hmmmhh.." Bagas menghembuskan nafas tepat di belahan bibir vagina Fani.

"Ssssshhhhhh.. " Desah Fani yang bisa merasakan hembusan hangat nafas Bagas di memek perawannya itu.

Tangan Bagas perlahan mulai meremas lembut bongkahan pantat Fani. Remasannya dia variasikan kadang pelan kadang kuat, hingga tak butuh waktu lama untuk membuat pantat sang akhwat itu mulai kemerahan, kontras dengan putihnya warna area lain di tubuhnya. Bagas makin mendekatkan wajahnya ke selangkangan Fani.

"Ouuusssshhhhh.. Emmmmpppphhh.. Mmmassshh.."

Fani melenguh nikmat saat dirasakannya lidah Bagas mulai menyentuh sebelah bibir vaginanya. Lenguhan binal Fani itu membuat Bagas makin semangat. Seolah-olah menjadi tanda bagi Bagas bahwa dia bisa menikmati lezatnya selangkangan Fani. Bagas pun kembali menjilat pelan bibir memek Fani yang sebelahnya, yang lagi-lagi dibalasFani dengan desahan.

"Ouuuhhhh.. Hmmmmpppphhhhhhh.."

Fani pun makin larut lagi dalam birahinya setelah orgasme yang belum lama tadi dia dapatkan. Dalam benaknya dia masih ingin merasakan kenikmatan lebih dari rangsangan suami sahabatnya itu. Sebenarnya Fani tau bahwa Bagas sudah menuntaskan klimaksnya tadi, dan sesuai janji Bagas, Bagas seharusnya menyudahi jamahannya di tubuh Fani.

Akan tetapi Fani sendiri masih ingin merasakan lebih lama jamahan Bagas. Baru kali ini ada lelaki yang begitu intim dengannya dan mampu membuatnya melayang-layang penuh kenikmatan. Seolah tak ingin rasanya kenikmatan ini harus berhenti begitu saja. Keringat tak henti-hentinya keluar membasahi tubuh seksi telanjangnya itu.

"Hooouuuuuhhhhh.. Shhhhhhhhh.. Mmmmfffffhhhh.. Mmmassshh.."

Fani mendesah makin kencang. Energinya seolah kembali lagi bersama gairah yang juga sudah tersulut-sulut hebat. Memeknya mengeluarkan lendir kenikmatan membuatnya makin becek tambahan dari cairan orgasme sebelumnya. Bagas pun juga semkain intens menjilat-jilat memek Fani, jilatannya ini dia arahkan mendekat ke belahan bibir vagina Fani.

Alhasil, vagina sang akhwat itu pun makin banjir akibat jilatan lidah Bagas yang turut memberi kontribusi. Bagas menggerakkan lidahnya searah dengan belahan bibir memek Fani. Jilatannya membuat sang akhwat makin menggeliatkan pantatnya lebih liar. Dorongan birahi kembali menyeruak ke sekujur tubuh Fani.

"Hssssshhh.. Mmmmmfffhhhhhhhhhh.. Houuuuhhhhhh.." lenguh Fani.

Gairahnya meluap-luap. Badai kenikmatan kembali memenuhi bejana nafsunya hingga ujung ubun-ubunnya. Fani mendongakkan kepalanya, matanya terpejam menghiasi wajahnya yang basah keringat yang makin seksi apalagi saat mimik wajahnya nampak kesangean seperti itu.

Bagas makin liar memainkan lidahnya di sekelumit kulit selangkangan Fani. Kepala Bagas lalu makin didekatkan ke bibir vagina Fani.

Cupp.. Sllrrpp.. Sluurrrrpppppp..

"Aiiiiiiihhhhhhh.. Ouhhhhh.. Mmmmaassssshhh.."

Fani menjerit saat Bagas menggunakan bibirnya untuk mencium dan menghisap pelan bibir vagina Fani. Pantat Fani meliuk-liuk liar seperti tersengat listrik begitu memek perawannya dihisap oleh Bagas. Melihat respon Fani yang makin binal seperti itu, Bagas meneruskan permainan bibirnya. Dia menghisap kembali memek Fani makin kuat.

"Shhhhhhh.. Uuuuuhhhh.. Emmmmpppffffhhhhhhhh.." desah Fani

Pantat Fani makin menggeliat. Bahkan pantatnya dia dorong ke belakang mendorong wajah Bagas untuk terus bermain di selangkangan Fani. Seolah tak ingin Bagas melepaskan rangsangan mulutnya di selangkangannya itu, tidak ketika Fani mengejar klimaksnya seperti saat ini.

"Hhhhhggghhhhh.. Ouuuuggghhhhhh.. Emmmppphhhh.." Desah Fani.

Bagas makin dalam memainkan mulutnya di vagina Fani. Wajahnya bahkan ikutan basah akibat cairan vagina Fani yang meluber dari memeknya. Bukan sesuatu yang mustahil jika mengetahui bahwa selangkanagn Fani itu sudah banjir lendir cintanya setelah tiga kali orgasme ditambah rangsangan tiada henti dari Bagas.

Pantat Fani pun bergoyang-goyang makin gigih mencoba mengejar klimaksnya sendiri juga. Bagas mengerti bahwa Fani juga sedang dilanda birahi tinggi dan mengejar klimaksnya sendiri. Ini sejalan dengan keinginan Bagas untuk membuat si akhwat bertekuk lutut akan sensasi nikmat dari aksi permesuman macam ini. Bagas lalu menghentikan lumatan mulutnya di selangkangan Fani dan beranjak bangun dari kasur.

"Hhhhhhhgghh.." lenguh Fani pelan.

Fani merasakan ada sensasi yang hilang saat tiba-tiba lidah dan bibir Bagas tak lagi menjamah selangkangannya. Sesaat kemudian Fani melihat Bagas sudah turun dari kasur ini dan berada tepat di depan Fani yang masih merangkak di tepi kasur itu.

Bagas kini bisa melihat jelas muka Fani yang sedang dilanda birahi yang tertahan setelah rangsangannya tadi berhenti. Matanya yang sayu dengan mimik muka sange menghiasi wajah yang basah karena keringat. Kontras sekali dengan wajah anggunnya sehari-hari yang terhiasi jilbab syar'i, kini nampak seksi saat menungging diliputi birahi.

Bagas lalu melangkah maju hingga penisnya yang mulai menegang itu tepat berada di dean muka Fani. Fani yang dilanda nafsu tertahan itu makin terangsang saat melihat penis lawan mainnya di depannya, dan tak menunjukkan tanda-tanda penolakan. Bagas lalu tersenyum menyadari sang akhwat sudah tak berkutik di depannya, sedetik kemudian Bagas maju lagi hingga penisnya kini menmpel di bibir tipis Fani.

Tanpa diminta atau diperintah apapun, Fani lalu membuka bibirnya dan mulai memasukkan kepala penis itu perlahan. Bagas yang menundukkan kepalanya bisa melihat sang akhwat yang sedang menungging di atas kasur sedang menghadap Bagas kini mulai memanjakan penisnya lagi.

"Urrrggghhh.. Enak banget bibirmu, Dek.." erang Bagas saat kepala penisnya membelah bibir Fani.

Fani tak membalas apapun dan memasukkan batang penis itu ke dalam mulutnya perlahan makin dalam. Penis lelaki yang berada di depannya itu entah bagaimana mampu membuat nafsunya ikut terbakar, padahal penis itu tak seharusnya dia manjakan karena merupakan penis yang sah milik sahabatnya. Akan tetapi nafsu sudah mengambil alih semua logika Fani dan kini dia berusaha memasukkan batang keras itu ke dalam rongga mulutnya.

Fani ikut menggerakkan tangannya hingga tangan halusnya memegang batang penis Bagas. Perlahan tangan itu mulai membantu merangsang penis bagas dengan memijat dan meremas pangkal penis Bagas, sementara mulut Fani masih berusaha menelan penis keras itu.

"Urrrggghhhh.." Erang Bagas lagi.

Fani kini mulai menggerakkan kepalanya maju mundur. Tangannya masih memijat pangkal penis Bagas. Diservis oral oleh bidadari secantik Fani membuat Bagas juga makin bernafsu. Penisnya makin menegang di dalam rongga mulut Fani.

Clop.. Clopp.. Clopp..

Air liur Fani mulai meleleh keluar seiring kepalanya yang maju mundur makin cepat. Batang penis Bagas yang sudah menegang sempurna itu hilang timbul di dalam mulut Fani. Gairah yang menjalari tubuhnya seolah membuat dia makin semangat mengoral penis suami sahabatnya itu. Seolah-olah ada dorongan dalam dirinya untuk memuaskan lawan mainnya itu sebaik mungkin. Fani sesekali melirik ke atas ke arah Bagas hingga mata mereka beradu pandang, membuat Bagas makin bernafsu.

Dalam hatinya, Bagas tertawa. Benar-benar beruntung pikir Bagas, akhwat cantik di depannya ini sedang menggerakkan sendiri mulutnya seolah sedang mengocok penisnya, dan Bagas hanya cukup berdiri. Rambut Fani yang mulai lecek karena keringat yang membasahinya itu tergerai indah sebahu.

Clop.. Clopp.. Clopp..

"Urrrggggghhhh.. Kamu bisa sambil mainin memekmu lho, dek.. Kamu tadi mau ngecrot lagi, kan.. Urgghhh.." kata Bagas.

Fani yang masih memajumundurkan mulutnya itu lalu menggerakkan satu tangannya ke selangkangannya sendiri. Tangannya mulai menjamah belahan bibir vaginanya yang sangat becek karena tak henti-hentinya mengeluarkan lendir cinta sedari tadi. Perlahan tangannya mulai menggesek bibir vaginanya itu.

Saran dari Bagas itu ternyata berefek pada tubuh Fani. Fani yang baru kali ini memanjakan penis lelaki dan baru mengerti bahwa dia juga merangsang tubuhnya dengan memainkan vaginanya sendiri dengan tangannya. Gesekan jemari Fani di labia memeknya itu makin lama makin cepat. Gelombang klimaks kini dia rasakan mulai mendekat.

"Hhhhmmmpppphh.."

Clop.. Clopp.. Clooppp..

Desahan Fani tertahan oleh keluar masuk batang penis Bagas di mulutnya. Bagas yang sudah merasakan kontolnya itu menegang penuh ikut menggerakkan pinggulnya maju mundur mencoba meraih kepuasanya juga.

Cpek.. Cpekk.. Cpeekkk..
Di depan Bagas, Fani makin cepat menggesek-gesekkan tangannya di belahan memeknya. Banjirnya memek Fani membuat kocokan tangannya itu menimbulkan bunyi kecipak nyaring. Sedotan mulut Fani di penis Bagas pun tak lagi sefokus sebelumnya karena Fani kini mengejar sendiri klimaksnya.

"Ffuaaahhhh.. Ouuhhhh.." desah Fani.

Kontol Bagas dia lepaskan dari mulutnya. Satu tangannya masih memegang batang penis Bagas, sementara tangannya yang lain asik sendiri memainkan vaginanya. Badan Fani mulai agak ditegakkan, dengan masih berlutut di atas kasur di depan Bagas. Gairah Fani yang memuncak membuatnya berusaha meraih klimaksnya sendiri.

"Shhhhh.. Emmmpppppphhh.. Houuuuhhhgghhhh.."

Cpek.. Cpekk.. Cpekk..

Bagas yang berdiri di atas lantai di depan Fani sebenarnya agak tanggung saat tadi sang akhwat melepas kontolnya dari mulutnya. Akan tetapi, Bagas tau kalau Fani sedang mengejar sendiri klimaksnya. Bagas sadar kalau dia tak boleh egois. Dia biarkan Fani meraih klimaksnya dan makin larut dalam lembah kenikmatan dengan tujuan ke depan untuk menjadikan sang akhwat ini sebagai budak seksnya.

Bagas pun menerima saja kontolnya hanya diremas pelan oleh satu tangan Fani, sambil melihat akhwat di depannya memejamkan mata mencoba meraih sendiri klimaksnya. Desahan Fani makin kencang seiring tangannya yang makin cepat mengocok memeknya. Siapa yang mengira akhwat yang rajin liqo' dan taat menutup aurot itu kini sedang mengejar sendiri puncak kenikmatan dunianya di hadapan lelaki bukan mahrom yang merupakan suami sahabatnya sendiri.

"Shhh.. Huuuhhgggg.." desah Fani

Bagas tersenyum dalam hatinya sembari menahan nafsu menyaksikan akhwat di depannya itu yang sedang binal-binalnya mengocok vaginanya sendiri. Rambutnya yang tergerai indah memahkotai tubuh Fani yang makin seksi karena keringat yang membasahi tubuh telanjangnya. Toketnya yang besar itu berayun pelan tergoncang-goncang karena gerakan badannya. Bagas yang melihat itu hanya mampu menelan ludah.

Cplek.. Cplekk.. Cpleekkkk..

"Shhh.. Heeehhhhhhh.. Emmmmpppphh.."

Hingga beberapa detik kemudian, tubuh sang akhwat itu menegang kaku menyentak-nyentakkan pantatnya.

"Ouuuuuuhhhhhhhh.. Hhaaahhhhh.. Pipiiiisssshhhh.. Aaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhh.."

Jeritannya mengisi relung kamar tamu Bagas. Cairan orgasme Fani keluar meleleh membasahi paha mulusnya hingga kemudian meleleh ke sprei yang sudah acak-acakan itu. Selama beberapa saat tubuhnya mengejang melepaskan gelombang orgasmenya. Keringat makin banyak membasahi tubuh telanjangnya.

Toket kembarnya yang membusung menantang gravitasi itu makin mengkilap memantulkan cahaya lampu akibat peluh keringat. Bagas tak bisa lepas dari pandangan nanarnya menyaksikan momen orgasme Fani di depannya itu. Hingga beberapa saat setelahnya, tubuh Fani jatuh terlentang di atas kasur karena kelelahan. Kepalanya tepat berada di tepi ranjang.

Nafas Fani tersengal-sengal sambil memejamkan matanya. Bagas masih berdiri mematung melihat Fani dari luar kasur itu. Toket kembar yang luar biasa besarnya itu naik turun seirama dengan hembusan tarikan nafas Fani dari hidungnya. Bagas memberi jeda sang akhwat untuk sejenak.

Bagas lalu menarik Fani hingga kepalanya sedikit keluar dari tepi kasur itu. Fani yang masih lemas itu hanya pasrah saja atas perlakuan Bagas dan tak ada tanda penolakan sama sekali. Dia masih tak habis pikir telah merasakan sekian kali orgasme sejak bangun tidur tadi.

Bagas lalu mengangkangkan kakinya di atas kepala Fani, hingga selangkangannya tepat berada di depan wajah Fani.

Tak menunggu lama Bagas lalu menaruh kontolnya tepat di tengah belahan toket jumbo Fani. Dengan kedua tangannya, Bagas lalu menekan kedua bongkah buah dada Fani hingga menjepit kontolnya. Bagas lalu mulai meremas lembut dua daging kenyal itu hingga merasakan kontolnya mulai dipijit nikmat oleh toket Fani.

f4841c1356467390.gif


"Urrrgggggghh.. Gilaa.. Manteb tenan toketmu,Dek.. Nggak bakal ada puasnya akau sama toketmu ini.."

Plakk..

Bagas tiba-tiba menampar pelan toket Fani sebelah kanan itu. Bukan tamparan yang keras tapi cukup memberikan tanda kemerahan di sisi samping daging mulus itu. Fani yang ditampar teteknya itu merasakan sensasi lain di dalam tubuhnya. Walaupun masih dilanda kecapekan setelah orgasme, tamparan Bagas di teteknya tadi seolah memberi cambuk gairah pada dirinya. Ada sensasi beda yang dia rasakan.

Bagas yang sebetulnya sudah menahan nafsunya sejak tadi, tak menunggu lama lagi, lalu perlahan mulai menggerakkan penisnya maju mundur. Kedua tangannya masih meremas dengan kencang dua bongkah buah dada besar itu menambah sensasi jepitan terhadap penisnya.

Penis itupun mulai dihimpit maju mundur oleh tetek Fani. Dua bongkah toket itu kembali melakukan titfuck. Bagas masih belum puas dengan titfuck yang tadi dia dapatkan ingin mengulangnya lagi. Bedanya, kali ini posisinya terbalik. Jika tadi pantat Bagas menduduki perut Fani, kini pantatnya menduduki kepala Fani yang berada tepat di luar kasur.

Keringat yang membasahi tubuh Fani termasuk dua gunung kembarnya itu membuat proses kontol Bagas lebih mudah maju mundur menyelip di antara toket Fani. Remasannya makin kuat mencengkeram dua gunung kembar itu, memberi sensasi jepitan nikmat bagi penis Bagas yang sudah menegang sempurna itu. Kontol Bagas makin keras menegang akibat reverse titfuck dari sang betina di bawahnya.

Fani yang wajahnya diduduki oleh pantat Bagas itu lambat laun terangsang juga oleh remasan tangan Bagas di toketnya, meskipun belum seluruh tenaganya pulih. Tangannya refleks meraih kedua buah dadanya. Ada dorongan di daam dirinya yang menyuruhnya untuk membalas giliran memuaskan Bagas.

Tangan Fani lalu mengambil alih tangan Bagas dan mulai meremas sendiri dua gunung kembar yang mancung sempurna menantang langit itu. Bibir Fani ikut maju dan mulai merangsang selangkangan Bagas dengan mengecup lembut pantat Bagas yang tepat di depan wajahnya. Dengan dorongan nalurinya, Fani lalu mulai memainkan mulutnya di lubang anus Bagas.

"Urrrrrgggggghhh.. Ddeekkk.." Bagas mengerang.

Erangan Bagas itu menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Fani mamu merangsang lawan mainnya itu. Fani makin liar menyapu lubang anus bagas dengan mulutnya. Lidahnya dia keluarkan dan membasahi lubang anus itu. Sesekali menggelitik hingga membuat Bagas makin blingsatan. Seumur pernikahannya dengan Sella, Bagas tak pernah diperlakukan seperti ini. Ini adalah rimjob pertama bagi Bagas, dan tentunya buat Fani.

Remasan tangan Fani juga makin kencang di kedua toketnya, mmbuatnya menjepit makin erat kontol Bagas di tengah belahannya itu. Pinggul Bagas ikut bergoyang makin lama makin cepat. Kepala penisnya timbul tenggelam terjepit dua toket Fani.

Fani yang mendapati selangkangan Bagas maju mundur di atas wajah cantiknya itu lalu membiarkan naluri seksnya mengambil alih. Mulut Fani lalu didekatkan ke buah zakar bagas lalu menciumi buah zakar itu.

"Uuuuurrggghhhhhhh.." Erang Bagas.

Bibir Fani lalu mulai membuka dan memasukkan buah zakar itu. Mulut Fani lalu mulai bermain-main dengan dua biji kembar yang menggantung milik Bagas itu. Bagas pun mengerang makin kuat. Kontolnya maju mundur makin intens di buah dada Fani. Fani makin kuat juga merangsang buah zakar Bagas.

Bagas ikut meremas toket besar Fani dangan kedua tangannya makin menjepit kontolnya. Bagas yang memang sudah hampir di puncak itu hanya butuh beberapa saat setelahnya untuk menggerakkan penisnya maju mundur makin brutal diantara himpitan kencang toket kenyal Fani sebelum beberapa waktu kemudian kontol itu mulai berkedut.

"Urrrggggghhhhhh.." erang Bagas sambil makin memajukan pinggulnya.

Crot.. Crot.. Crott.. Crott.. Crott..

Bagas menekan dan meremas kuat toket Fani untuk makin menghimpit penisnya, hingga tangan Fani yang memeganginya juga ikut diremasnya. Akhirnya beberapa kali sperma Bagas menyembur kencang.

Semprotan itu membasahi perut putih Fani hingga bulu-bulu kemaluan Fani juga ikut kecipratan cairan kental itu. Sprei tempat Fani berbaring pun ikut menjadi saksi si lelaki yang sedang menggarap sahabat istrinya itu.

------

"Dah mau subuh nih Dek bentar lagi.." Kata Bagas yang menemukan pandangnya ke jam dinding di kamar tamunya itu.

"Mandi yukk.." Ajak Bagas.

Fani yang masih telentang kelelahan itu lalu perlahan mulai beranjak bangun.

"Iya, Mas.. Aku juga pagi ini harus pulang.." balas Fani.

Mereka berduapun beriringan berjalan keluar kamar dan menuju kamar mandi yang tepat berada di sebelah kamar tamu, tentunya bukan kamar mandi di kamar Bagas. Begitu masuk kedalam kamar mandi, keduanya bersamaan masuk ke bawah shower yang kemudian disetel Bagas.

Guyuran air hangat itu mulai membilas kedua tubuh insan yang bukanlah mahrom itu dari keringat dan peluh hasil hubungan tak halal mereka. Hubungan yang merupakan awal dari hubungan tabu yang tentunya akan ada kelanjutannya.

Bagas yang melihat akhwat di depannya diguyur air shower itu membuat gairahnya bangkit lagi. Walaupun kemarin mereka sempat mandi bersama, tapi kini tak ada yang mengawasi Bagas untuk menundukkan pandangannya. Dia bebas memelototi dengan nanar tubuh seksi Fani yang makin seksi karena tubuhnya yang telanjang kebasahan.

"iiihhh.. Kok itunya gede lagi sih, Mas?.." Kata Fani

Bagas lalu tersenyum mendengarnya.

"Apanya yang gede, Dek?.." tanya Bagas

"Ituu.. Yang di bawah, Mas.." Jawab Fani

Sambil tersipu malu, Fani merasa sungkan karena sudah menanyakan hal itu secara spontan. Walaupun sudah dibuat berkali-kali orgasme, masih ada perasaan canggung di hati Fani. Bagas bukanlah muhrimnya, terlebih lagi lelaki itu adalah suami dari sahabat dekatnya sendiri.

Bagas mengerti raut wajah Fani yang tetiba berubah menjadi seperti salah tingkah itu. Bibir Bagas yang memang tidak berjauhan dengan si akhwat itu langsung mencium Fani. Ciuman yang tidak terlalu lama tapi lembut. Seolah Bagas memberikan isyarat pada Fani bahwa mereka bukanlah lagi kedua orang yang asing, bahwa keintiman yang mereka lakukan merupakan hal yang sah-sah saja.

Bagas lalu melepas kecupan lembutnya itu dari bibir Fani, lalu tersenyum ke arah wanita cantik di depannya itu.

"Ini namanya kontol, Dek.." kata Bagas.

Fani diam saja tak berkata-kata. Mukanya lalu menunduk hingga matanya kini memandang batang milik Bagas yang mulai menegang.

Bagas lalu memindahkan tangan Fani untuk memegang batang penis Bagas. Tangan halus Fani itupun lalu mulai menyentuh penis Bagas dan menggenggamnya. Tak ada penolakan dari Fani. Lubuk hatinya masih membisik bahwa itu bukanlah batang halal miliknya, akan tetapi melihat langsung kontol itu, membuat nafsu dan gairah mengambil alih akal Fani.

Naluri lalu seolah membimbing Fani untuk menggerakkan pelan tangannya yang memegang penis Bagas. Setelah batang itu tergenggam mantab di tangannya, lagi-lagi nafsu dan naluri syahwat Fani membuatnya menggerakkan tangannya naik turun mengocok batang itu. Air hangat guyuran shower membuat lebih mudah kocokan genggaman tangan halus nan lembut Fani di kontol Bagas.

Memegang dan mulai mengocok pelan penis Bagas yang perlahan makin menegang itu membuat gairah Fani mulai terbakar. Kontol Bagas yang perlahan mulai mengeras itu terlihat dan diperhatikan oleh Fani dan mampu membangkitkan nafsu kewanitaannya juga.

"Urrrggggghh.. Alus tenan tanganmu, Dek.."

"Yang lagi kamu kocokin itu namanya, Dek?.." tanya Bagas.

Fani masih diam saja sambil jari halusnya dia gunakan untuk mengocok penis Bagas. Mungkin gairahnya yang mendorongnya hingga lalu dia menjawab pertanyaan Bagas.

"Kontol.." jawab Fani lirih.

Meski begitu, Bagas cukup bisa mendengar ucapan Fani walau pelan seperti itu. Dan Bagas tak sok-sokan menjadi arogan, tak perlu meminta Fani untuk mengulang apa yang diucapkannya barusan. Dalam hatinya tersenyum karena ini merupakan progress positif untuk perlahan menjadikan Fani budak pemuas nafsunya.

"Dan kontol itu yang bakalan muasin kamu, Dek.." kata Bagas.

Fani masih mengocok penis Bagas dengan satu tangannya di bawah guyuran air shower itu. Fani melihat ujung kepala kontol Bagas mengeluarkan cairan precum-nya yang lagi-lagi menggelitik gairah Fani. Tempo kocokan tangan halusnya itu lalu dia tinggikan hingga lebih cepat. Guyuran air shower turut mempermudah kocokan tangan Fani.

"Uuurrrgggghhh.. Enak banget kocokanmu, Dek.." Erang Bagas.

"Sella kemarin cerita soal kalian yang pas kemarin itu.. Sebelum kamu disekap sama Broto, pernah liat kontol beneran nggak, Dek?."

Entah dihinggapi apa, Bagas menanyakan hal seperti itu. Fani yang mendengar itu langsung berubah suasana hatinya. Ingatannya sudah mulai melupakan soal kejadian itu, tapi kini memori itu kembali lagi. Tangannya berhenti bergerak tapi masih menggenggam penis Bagas.

Bagas yang melihat Fani itu cukup paham bahwa dia baru saja berucap sesuatu yang salah hingga mungkin merubah suasana hati Fani. Bagas lalu segera mencium Fani. Mencoba meng-undo kesalahan yang mungin bisa menggagalkan rencana jangka panjangnya.

Fani untuk sesaat diam saja membiarkan Bagas menciumnya. Bagas pun tak tinggal diam dan memindahkan tangannya ke kedua buah dada Fani dan mulai meremas pelan. Bagas memang pernah mendengarkan cerita Sella soal Fani yang mengurung diri di kamar karena trauma yang menimpanya. Nampaknya nafsu membuat Bagas lupa akan hal itu dan membuatnya kelepasan. Kini dia berusaha membenahi kesalahannya itu. Tangannya terus meremas lembut dan gentle di dua toket Fani itu.
Dirangsang oleh remasan tangan Bagas di kedua toket kembar bulat itu membuat Fani menyerah perlahan pada kenikmatan. Lumatan Bagas di bibirnya kini ikut dibalas juga oleh pagutan bibir Fani. Lidah Bagas dijulurkan masuk ke mulut Fani dan langsung disambut Fani dengan lilitan lidahnya juga.

"Hmmmppphhh.." desah Fani.

Remasan Bagas yang makin kencang di dua toketnya itu membuat Fani mendesah walau suaranya tertahan oleh mulut Bagas yang membekap mulutnya menggigiti bibir Fani dengan bibirnya.

Tangan Fani kini digerakkan lagi mulai mengocok kembali penis Bagas yang sedari tadi didiamkannya di genggamannya. Rangsangan yang diterima Fani di toketnya mampu mendorong Fani untuk menggerakkan satu tangannya yang lain ke selangkangan Bagas. Batang penis Bagas dinaikkan, lalu tangan Fani yang lain meraih buah zakar Bagas dan mulai memainkannya.

Bagas melepas muutnya dari bibir Fani, lalu dipandanginya sahabat istrinya yang nampak mulai naik birahinya itu.

"Maafin aku ya Dek kalau dah ungkit ingatan kelam buatmu itu.." kata Bagas, "Aku cuma mau ngasih tau kalau aku nggak akan bikin kamu kecewa, Dek.." lanjut Bagas, "Aku akan bikin kamu bahagia dan penuh nikmat, Dek.."

Bagas lalu melanjutkan ciumannya di mulut Fani. Fani yang mulai didera nafsu yang meninggi itu mendengar gombalan klise Bagas seolah menambah gairahnya. Kocokan tangannya terhadap penis Bagas kini makin kencang.

Ciuman kedua insan berbeda kelamin itu makin liar di bawah guyuran bulir-bulir air hangat yang menghujani mereka.

Selama beberapa saat mereka berciuman. Rangsangan kocokan tangan Fani di penis Bagas membuat penis itu kini menegang sempurna. Fani yang juga diliputi gairah makin tinggi itu seolah tak puas hanya memainkan penis itu dengan tangannya.

Fani lalu melepas ciumannya dengan Bagas. Kepalanya lalu ditundukkan hingga mendekat ke selangkangan Bagas. Bagas yang mengerti apa yang akan dilakukan oleh lawan main akhwatnya itu mendiamkan saja apa yang akan diperbuat Fani. Keran shower di sebelah Bagas itu lalu diputar hingga deras guyuran air shower itu makin mengecil.

Fani lalu berlutut di lantai kamar mandi itu. Di depannya kini bisa dilihat dengan jelas penis Bagas yang sudah mengacung melawan gravitasi itu. Dengan masih bersimpuh, tangannya lalu meraih penis itu. Tangannya bisa merasakan kerasnya batang itu.

Jemari halusnya mulai mengocok pelan kontol keras itu. Wajah Fani tepat berhadapan sejajar dengan selangkangan Bagas. Mata Fani menyaksikan bagaimana tangan dan jemari halusnya naik turun mengocok batang kontol itu. Guyuran air hangat membuat lancar kocokan tangan Fani.

"Urrrggghhhh.." erang Bagas

Sambil mengocok penis itu dengan tangan kanannya, Fani melihat ke atas, hingga mata Bagas dan Fani beradu pandang. Fani lalu melemparkan senyum manisnya ke arah Bagas. Dari sudut pandang Bagas, Fani yang sedang mengocok penisnya itu seolah memberi senyum binal padanya, menambah nikmat sensasi kocokan yang diberikan oleh sang betina.

Fani lalu memindahkan tangan kirinya yang tadinya bebas itu ke bawah selangkangan Bagas. Buah zakar bagas langsung dipegang Fani dengan tangan kirinya. Jemari itu lalu mulai meremas lembut dua biji kembar menggantung milik Bagas.

Kini selangkangan Bagas sedang dimanjakan oleh akhwat cantik yang sedang bersimpuh diguyur air shower di depannya itu. Batang penisnya dikocok semakin lama semakin kencang oleh tangan kanan Fani. Semetara buah zakarnya dipijat lembut oleh tangan kiri Fani.

"Urrrrggggghhhhh.."Erang Bagas.

Fani yang memandang ke atas melihat Bagas mengerang keenakan seperti itu seolah memberi semangat lebih baginya. Kepala Fani semakin lama semakin mendekat ke selangkangan Bagas, hingga jarak muka Fani dengan penis bagas hanya beberapa senti.

Sesungguhnya, gairah Fani juga sedikit demi sedikit mulai tersulut. Apalagi kini jarak kontol itu makin dekat terlihat yang makin membakar birahinya. Fani lalu membuka perlahan bibirnya dan mulai memasukkan kepala penis Bagas ke dalam mulut Fani.

"Huuugghhh.."

Bagas menggeliat pelan saat merasakan kepala penisnya membelah bibir tipis Fani. Sedetik kemudian, kepala jamurnya kini sudah hinggap di dalam hangatnya mulut sang akhwat.

Dengan mulutnya, Fani pun lalu mulai menghisap kepala penis Bagas. Pipinya terlihat mulai mengempot. Bagas makin merasa keenakan dirangsang seperti itu. Bagas masih setengah tak percaya dengan apa yang dialaminya. Perempuan cantik dan seksi yang bersimpuh di hadapannya itu dengan sendirinya memasukkan kontol Bagas ke mulutnya, tanpa diminta oleh Bagas. Gerbang untuk menjadikan Fani sebagai budak seks Bagas sepertinya terbuka makin lebar.

Sambil kepala penisnya dihisap mulut Fani, batang penis Bagas dikocok oleh tangan Fani. Buah zakarnya juga masih dimainkan oleh tangan Fani yang lain. Tak pelak itu membuat Bagas makin keenakan. Penisnya makin sempurna mengeras di dalam hangatnya rongga mulut Fani.

Di kamar mandi itu, seorang akhwat sedang berlutut dan menservis batang penis suami sahabatnya dengan maksimal menggunakan mulutnya dan kedua tangannya. Momen pertama kali bagi Fani, hingga membuat Bagas masih tak percaya batang kontolnya diservis oleh akhwat itu dengan amat binal. Fani sebetulnya sadar bahwa hari mulai beranjak, tapi dia juga tak ingin sensasi ini harus berakhir begitu saja. Nafsu syahwatnya mendorongnya untuk memberikan kebinalan yang maksimal buat Bagas.

Clop.. Clooppp.. Clopppp..

Kini Fani juga menggerakkan mulutnya maju mundur. Penis Bagas menembus bibir tipisnya makin masuk ke dalam mulutnya hingga lebih dari kepala penis Bagas sudah tertancap. Guyuran air hangat beserta air liur Fani membuat suara kecipak oral seks itu beradu dengan suara kucuran air.

Fani kadang melirik ke atas melihat sang lelaki yang nampak menikmati rangsangan dari mulutnya. Tangannya juga makin kuat mengocok penis Bagas. Tangan Bagas kadang memegang belakang kepala Fani, meremas rambutnya yang basah sebagai ekspresi nafsu lelakinya.

Clop.. Clooppp.. Clopppp..

Selama beberapa saat Fani menservis penis keras Bagas itu menggunakan mulutnya dan tangannya. Bibirnya maju mundur makin lihai menelan batang keras milik lelaki suami sahabatnya itu. Beberapa saat kemudian Fani mulai merasakan pegal di mulut dan lehernya.

"Ffuuaahhh.." Fani melepas penis Bagas dari mulutnya. Hanya tangan halusnya masih menggenggam penis itu. Pantat Fani dijatuhkan di tumitnya.

"Kok nggak keluar-keluar to, Mas?" kata Fani. Tangannya masih mengocok lembut batang penis bagas.

"Hehehe.." kata Bagas terkekeh.

Dia mengerti mungkin Fani yang memang baru kemarin belajar sedot-menyedot belum terlalu berpengalaman seperti istrinya. Tapi ini tak menyurutkan nafsunya akan tubuh telanjang wanita yang berlutut di depannya itu.

Bagas juga berpikir masih banyak waktu kelak buat mengajari calon budak seksnya itu hingga memiliki banyak pengalaman untuk memuaskan nafsu kelelakiannya.

"Aku kan dah keluar tadi,Dek.. kalau laki-laki, pas udah keluar biasanya perlu waktu lebih lama kalau mau keluar lagi.." kata Bagas, "Pakai toketmu dong, Dek.. Kontolku mau dijepit toket gedemu itu.."

"Hihihi.. Masih belum puas ya tadi, Mas?" Kata Fani tersenyum sambil matanya memandang ke atas melihat Bagas.

"Nggak ada puasnya kalau sama toketmu, Dek.."

Fani lalu sedikit maju dan mengangkat dadanya. Dua buah dada ranumnya itu kini makin membusung. Bagas juga sudah tak sabar lagi merasakan jepitan dua gunung kembar itu. Fani memajukan toketnya lalu mulai menekannya hingga kini penis Bagas mulai terjepit diantara dua toket ranum nan kencang itu.

"Uuuurrrrgggghhh.." Erang Bagas.

Fani meremas-remas sendiri buah dadanya, hingga membuat Bagas mengerang keenakan karena penisnya seolah terpijat. Fani yang melihat ekspresi keenakan Bagas seperti itu lalu malah makin meremas kuat toketnya, makin menjepit kontol Bagas.

Tangan Bagas yang tadinya bebas lalu tak ingin tinggal diam. Kini tangannya ikut memainkan puting Fani. Dimainkan oleh tangan Bagas seperti itu, membuat puting Fani yang sensitif itu perlahan makin mengeras, membuat Fani perlahan mulai terangsang juga.

Fani kini tak hanya meremas dua buah dada bulatnya, namun dia juga menggerakkan tubuhnya naik turun. Penis Bagas yang terjepit di tengah dua gunung kembar itu makin mengeras saat dikocok dua daging kenyal itu.

"Urrrggghh.. Enak banget jepitan toketmu.. Dah lama banget lho aku pengen ngerasain nikmatnya susumu itu.. Urrgggghhh.. Sejak pertama kali liat kamu, aku nebak toketmu mesti gede, dan enak buat njepit kontolku.. Urrrggghhh.." erang Bagas.

Fani yang mendengar itu lalu tersenyum. Sebagai seorang akhwat, dia seharusnya marah saat tau ada orang yang berkhayal mesum akan dirinya yang sehari-harinya memakai gamis dan jilbab syar'i. Tapi entah mengapa menyadari ada yang mengkhayalkan dirinya dalam keadaan mesum seperti itu malah membuat gairahnya terbakar hebat.

Tangan Bagas masih memainkan puting Fani. Jarinya kadang memilin-milinnya, kadang menarik dua puting pink itu keatas, membuat puting itu makin mengeras dan membuat Fani melenguh pelan.

Fani pun makin cepat menggerakkan tubuhnya. Buah dadanya naik turun menjepit kontol keras Bagas, yang timbul tenggelam diantara dua bulatan putih ranum itu. Guyuran air hangat mampu melumasi toket yang makin mengkilap memantulkan cahaya lampu kamar mandi, membuat kocokan penis itu makin lancar.

9fe9dc1356467393.gif


Bagas merem melek keenakan meraakan penisnya sedang diservis titjob oleh Fani. Jika sebelumnya di kamar dia yang menggarap dua bulatan daging itu, kini akhwat di depannya lah yang dengan sendirinya menggerakkan toket ranumnya dan meremas-remasnya, menjepit kuat penis keras Bagas.

Tubuh Fani sendiri makin lama makin terbakar birahi karena putingnya yang dimainkan oleh jari-jari Bagas. Saat matanya diarahkan ke bawah terlihat ujung kontol Bagas itu menyembul-nyembul dari dalam jepitan toket kembarnya, memberi lecutan birahi tersendiri buat si akhwat.

Insting wanita Fani yang mulai dilumuri nafsu itu membuat Fani menjulurkan lidahnya seolah berusaha mencapai kepala kontol Bagas dengan ujung lidahnya itu. Kepala jamur kontol itupun mulai dilumati oleh sapuan lidah Fani ditengah kocokan himpitan toket super besar Fani.

"Uuuurggghhh.." erang Bagas lagi.

Dua anak manusia berbeda kelamin tak semahrom itu merangsang satu sama lain selama beberapa saat. Keduanya dilanda birahi yang makin membara.

Bagas yang sesekali menundukkan kepala itu bisa melihat Fani. Mangsa perempuan di bawahnya terlihat juga sedang dilanda birahi. Rambutnya yang basah terkena guyuran air itu menghiasi kepalanya. Lidahnya menyapu makin liar kepala jamur Bagas yang keluar masuk himpitan toket ranum itu seiring gairah yang melanda dirinya.

Bagas yang masih bermain-main di puting Fani yang makin mengeras itu membuat nafsu Fani makin memanas ditengah tubuhnya yang makin basah dibah guyuran bulir air shower. Memeknya mengeluarkan makin banyak lendir kenikmatan yang bercampur dengan air shower.

Tak lama menjelang, Bagas lalu sedikit mendorong tubuh Fani. Tetek kembarnya itu lalu melepas kontol Bagas yang terjepit di tengahnya. Fani yang sedang dilanda gairah itu utuk sesaat kehilangan rangsangan di pentilnya. Bagas lalu berbaring di lantai kamar mandi itu.

Fani yang masih berlutut itu lalu menurunkan badannya hingga mendekat ke selangkangan Bagas. Dengan posisi merangkak, mata Fani memandang batang penis Bagas yang tegak mengacung ke atas. Tangannya lalu digerakkan mulai memegang batang itu.

"Hihihi.." tawa Fani pelan, tangannya memegang penis Bagas dan mengocoknya pelan.

"Dari lemes bisa tegang gini ya, Mas.." lanjut Fani..

"Heh.. Kapan kamu lihat kontolku lemes?" tanya bagas. Setau dia sejak bangun tidur tadi kontolnya masih tegang..

"Hihi.. Pas Mas Bagas semalem tidur.. Kan telanjang semua kita, keliatan deh kontolnya lemes, lucu gitu.." kata Fani, "Tapi sekarang dah gede.. Hihihi.."

"Dia belum mau turun kalau masih di deket kamu, Dek.." jawab Bagas.

Tangan Fani naik turun menggenggam penis Bagas, mengocok batang tegang itu. Bulir-bulir guyuran air hangat menjadi pelumas buat tangan Fani yang makin intens mengocok kontol Bagas. Tangannya merasakan penis itu makin mengeras akibat kocokannya.

"Urrggghhhh.." erang Bagas.

Bagas lalu menarik pantat Fani. Fani cukup paham bahwa Bagas ingin bermain-main lagi dengan selangkannya, nampanya suami sahabatnya itu masih tak jua puas menjamah tubuh seksinya. Fani lalu mengikuti keinginan Bagas itu.

Tubuhnya yang berlutut itu lalu bergeser hingga pantatnya mengangkangi kepala Bagas, dengan lututnya menjadi tumpuan menempel di lantai di sisi kanan dan kiri kepala Bagas. Dengan posisi berlutut agak mengangkang, Fani lalu sedikit menundukkan punggungnya. Tangannya masih mengocok kontol ngaceng milik suami sahabatnya itu.

Bagas di bawah selangkangan Fani langsung disuguhi oleh penampakan memek tembem sang perawan. Tak butuh waktu lama mulut Bagas langsung maju menikmati lezatnya sajian selangkangan Fani itu.

Sluurppp..

"Ouuuuuhhhh.. " erang Fani saat Bagas mulai menghisap belahan memeknya

Walaupun dihujani oleh guyuran shower, Bagas bisa merasakan banyaknya lendir yang keluar dari memek Fani. Meski sudah beberapa kali orgasme, perempuan yang kini sedang berada di atasnya itu sudah dilanda birahi sedari tadi, terbukti dari lendir kenikmatan yang terus mengair dari celah bibir memek itu.

Bagas masih menciumi permukaan vagina Fani, hingga membuat pantat Fani blingsatan terangsang keenakan. Punggungnya makin dia turunkan, hingga wajah Fani juga ikut mendekat ke selangkangan Bagas. Tangan Fani makin cepat mengocok kontol Bagas saat ciuman Bagas yang makin kuat di memek tembem Fani.

Kontol Bagas makin mengeras di halusnya telapak tangan Fani yang basah tetesan air hangat itu. Fani makin merunduk merasakan tubuhnya dilanda gairah yang terbakar-bakar akibat rangsangan mulut Bagas di memeknya.

"Ooouuuhh.. Emmmppphhhh.." Desah Fani

"Sepongin kontolku lagi, Dek.." pinta Bagas di tengah aktivitas mulutnya.

"Huuugghhh.. Hmmmppphh.. Emmppfffff…"

Fani yang memejamkan sambil mendesah itu lalu menurunkan kepalanya hingga mendekati selangkangan Bagas. Sesaat setelah matanya terbuka, kembali dilihatnya kontol tegang yang dikelilingi bulu hitam kebasahan itu yang hanya berjarak beberapa senti dari bibir tipisnya.

Bibir tipis itu lalu mulai bersentuhan dengan kepala jamur Bagas. Tangan kanan Fani masih mengocok batang penis Bagas. Pantat Bagas menggeliat pelan saat bibir Fani mulai terbuka dan perlahan kontolnya mulai masuk ke dalam mulut sang akhwat.

Mulut Fani berusaha memasukkan kontol itu ke dalam, sementara tubuhnya makin panas akibat rangsangan Bagas di selangkangannya. Bagas kini menjulurkan lidahnya dan menjilat-jilat belahan bibir memek Fani.

"Hmmmmpppp.." desah Fani.

Mulutnya yang mulai tersumpal kontol Bagas itu membuat suara desahan nikmat dari mulutnya itu tertahan, saat Bagas dengan lidahnya mulai perlahan menjilati bibir memek perawan itu, hingga lidahnya mampu merasakan sisi dalam labia Fani.

Fani pun makin kuat mengempot kontol Bagas sambil tubuhnya makin terbakar birahi. Pantantnya menggeliat liar ketika ujung lidah Bagas mulai aktif masuk ke dalam belahan bibir memek Fani dan melumati lapisan daging pink tembem itu.

Tangan Bagas perlahan merayapi paha Fani yang basah akibat guyuran pelan air hangat. Tangannya lalu makin ke atas hingga menyentuh bongkahan pantat Fani yang mengkilap pantulan cahaya kamar mandi. Telapak tangan itu lalu meremas kuat pantat itu seperti anak yang sedang gemas-gemasnya.

Plakk..!!

"Hmmmmmmhhh.."

Fani menjerit tertahan saat Bagas dengan tiba-tiba menampar pantat Fani dengan tangan kanannya. Tapi Fani tidak keberatan dengan perbuatan Bagas itu. Nafsunya bahkan makin terbakar saat Bagas menampar pantatnya. Hisapan mulutnya di kontol Bagas makin kuat.

Kepala Fani mulai naik turun mencoba menelan lebih dalam penis Bagas. Bagas tersenyum dalam hati sambil lidahnya masih bermain-main di celah memek perawan Fani.

Plaakkk.. Plaakkkk.. Tampar Bagas yang kali ini sengaja sedikit lebih dia kuatkan.

"Hmmmmhhhpppp.."

Fani mendesah tertahan. Tamparan di pantatnya itu ternyata benar-benar membuat gairahnya makin meninggi, disamping tentunya kobelan lidah Bagas yang membuat memeknya makin banyak mengeluarkan lendir cinta. Lidah Bagas mampu menguak celah bibir memek Fani, tapi tak cukup keras untuk menembus dinding perawan memek itu. Lidahnya lalu bermain-main di sisi dalam bibir memek Fani

Permainan Bagas di memeknya itu membuat gairahnya tersulut makin hebat hingga kepala Fani makin lancar naik turun di selangkangan suami sahabatnya itu. Mulutnya kini makin luwes di hari kedua pengalamannya memberikan oral seks. Rangsangan yang diterimanya membuat nafsunya terbakar makin hebat di tengah guyuran air mandinya.

Plaakkk.. Plaakkkk.. Plaaakkkkk..

Bagas sesekali menampari pantat bulat Fani dengan tangan kanannya. Hingga warna merah mulai menghiasi bongkahan daging itu, kontras dengan putihnya warna kulit Fani. Rangsangan yang diterima Fani itu membuatnya makin melayang hingga gelombang klimaks ia rasakan mulai mendekat.

Tangan kiri Bagas lalu ikut menjalari pantat Fani hingga berada di belahan pantat Fani. Jarinya lalu bermain-main di sekitar lubang anus Fani. Pantat Fani seketika menggeliat makin liar. Mulut Fani masih naik turun mengulum kontol Bagas.

Clop.. Cloopp.. Clooopppp..

Penis keras Bagas itu makin cepat keluar masuk mulut Fani. Nafsu Fani yang meninggi membuatnya makin binal menservis kontol Bagas dengan skill oral seksnya, selain tubuh ranum Fani yang juga sudah didera syahwat yang memuncak.

Bagas lalu berusaha menekan jari telunjuknya untuk masuk ke dalam lubang anus Fani. Beberapa saat tadi satu jarinya sudah dia masukkan ke dalam lubang itu, tapi karena saking sempitnya lubang itu membuat usahanya yang kali ini tak semudah itu.

Beruntungnya ada limpahan guyuran air shower yang seolah menjadi pelicin bagi telunjuknya. Fani masih asik mengoral penis keras Bagas, saat dengan tiba-tiba Bagas memaksakan telunjuknya untuk masuk ke lubang sempit itu. Hingga tubuh Fani mengejang seperti tersengat listrik tiba-tiba.

"Ouuuhhhh.." Fani menjerit.

Memeknya masih dijilati lidah Bagas, saat mulut mungil Fani itu dia lepaskan dari kontol Bagas dan kepalanya diangkat hingga punggungnya melengkung. Bagas yang melihat Fani itu merasa sudah kepalang tanggung saat ujung telunjuknya memasuki lubang anus Fani, dan tak melepasnya bahkan menusuk lubang anus Fani makin dalam.

"Aiiiihhhhh.. Ouuhhh.. Itu diapain anusku, Mmmassshh.." rintih Fani sambil memejamkan matanya hingga sedetik kemudian, "Ouuuuuhhhhh.. Oooooooooooohhhh.. Mmmaasshhh.. Piiipiiiiissshhhhh.. Ouuuuuuuuuuuuuhhhhhhhhhh.." lenguh Fani panjang.

Bagas menusukkan telunjuknya sedalam-dalamnya ke dalam lubang anus sahabat istrinya itu. Tubuh seksi Fani yang melengkung ke atas itu menyentak hebat beberapa kali melepas lonjakan klimaks yang mendera tubuhnya.

Vaginanya mengeluarkan banyak sekali cairan orgasme yang langsung diseruput habis oleh Bagas yang berada di bawah selangkangannya itu. Hingga tetes terakhir dihisapnya semua cairan orgasme Fani, bahkan beberapa bulir air guyuran shower ikut tertelan oleh Bagas.

Bagas sesungguhnya tak menyangka bahwa perempuan cantik dan seksi di atasnya ini bisa klimaks saat pantatnya ditampar-tampar dan anusnya dicolok dalam-dalam seperti itu. Sambil tersenyum dalam hati, di benaknya langsung tergambar banyak skenario yang dia rencanakan buat Fani.

Setelah menuntaskan fase terakhir puncaknya, tubuh Fani langsung lemas dan jatuh di atas badan Bagas. Nafasnya tersengal-sengal di bawah guyuran pelan air hangat itu selama beberapa saat.

Menyadari hari yang mulai beranjak bangun, Bagas kemudian menarik Fani lagi berdiri. Bagas lalu melanjutkan aktifitas mandinya. Dengan busa di tangannya, Bagas lalu menyabuni sekujur tubuh Fani. Fani yang masih lemas itu hanya pasrah saja saat dimandikan Bagas.

Tak ada sesenti kulit Fani yang luput dari jamahan tangan Bagas. Namun tentunya, sebagai lelaki normal, tangannya lama sekali bermain di buah dada ranum sang wanita, hingga busa sabun makin membuih menutupi toket gede Fani itu.

673e5c1356467350.gif


Sampai beberapa saat kemudian, keduanya mulai saling membersihkan dan membilas badan mereka satu sama lain. Tangan Bagas menjamah seluruh tubuh Fani, begitu juga tangan Fani yang membersihkan tubuh Bagas. Tak terkecuali kontol Bagas yang disabuni dan dibersihkan oleh tangan Fani. Bersih-bersih itu juga diwarnai ciuman, saig raba dan saling peluk dibawah guyuran shower yang menjadi saksi bisu dua insan itu meraih kenikmatan.



Waktu yang menjelang makin tersinari oleh sang matahari di luar sana membuat keduanya segera menuntaskan mandi pagi itu, dan beranjak keluar dari kamar mandi. Fani masuk ke kamar tamu, yang disusul Bagas.

------

"Kamu mau pulang jam berapa, Dek?" Tanya Bagas.

"Hmmm.. Pagi kali ya, Mas.. Soale nanti siang aku ada janji sama sepupuku, Mas.." jawab Fani sambil melap tubuhnya dengan handuk.

"Ohh.. Hmmm.. Kamu tak anter aja ya.." kata Bagas menawarkan. Fani tak menjawab. "Tapi aku bangunin Sella dulu sebentar, dia belum subuhan.." lanjut Bagas yang akan beranjak keluar kamar tamu.

"Eh, Mas.. Boleh minta tolong ambilin gamisku nggak ya? Ada di kamar kemarin.."

"Oiya, tak ambilin sekalian.." jawab Bagas.. "Itu ada hair dryer di slorogan situ ya, Dek.. sama ada rukuh juga disitu.." lanjut Bagas,
"Yowes, aku tak mbangunin Sella dulu.."

------
------



"Umi.. Bangun Umi.." kata Bagas sambil menyenggol pundak Sella.

Tak ada respon dari istrinya yang masih tertidur pulas. Melihat wajah ayu istrinya itu membuat Bagas sedikit merasa bersalah atas perbuatan yang baru saja dia lakukan. Dia sengaja membuat istrinya tertidur pulas agar bisa berduaan dengan sahabatnya.

Namun nafsu syahwat lah yang mendorongnya, dan memenangkan pergolakan batinnya. Sesungguhnya, tak ada yang kurang dari istrinya itu. Di benak Bagas, Sella adalah sosok istri sempurna. Solehah, berbakti pada Suami, dan menerima semua kekurangan Bagas.

Akan tetapi, lelaki mana yang merasa langsung puas, apalagi ada kesempatan di depan mata yang terbuka lebar, dan kesempatan itu adalah bersama akhwat cantik dengan tubuh sempurna seperti sahabat istrinya. Ada banyak fantasi kotor di benak Bagas yang tak tega dia lakukan terhadap Sella, tapi langsung dia skenariokan untuk Fani.

"Umi.. Ummii.. Bangun Umii.. Subuhan dulu.."

Setelah sekian kali menggoyang-goyangkan pundak Sella, akhirnya istrinya itu perlahan mulai membuka matanya.

"Ummii.. Umi subuhan dulu ya.. Umi kan harus mandi dulu juga.."

"Hmmm... Hooaaahhhm.." Sella menguap sambil mencoba mengumpulkan nyawanya. Meski menguap bangun tidur seperti itu, kecantikannya tak juga hilang dari parasnya. Entah mengapa tubuh Sella seolah masih merasakan kantuk yang teramat sangat.

"Jam berapa ini, Abi? Kok ngantuk banget ya Umi.."

"Udah mau terang, Umi..", jawab Bagas "Umi subuhan dulu.. Nanti tidur lagi aja kalau masih ngantuk.." kata Bagas, sambil membelai dahi istrinya dari rambut-rambut halus yang menghiasi dahi putih itu.

"Iya Abi.." kata Sella yang beranjak duduk di kasur.

"Fani mana, Abi?" Tanya Sella, saat melihat samping kanannya tak ada lagi sosok Fani.

"Fani tadi pulang habis subuh, Umi.. Harus ketemu sama saudaranya katanya.." jawab Bagas.

"Ooh.. Iya.. Abi kok udah rapi aja?"

"Iya, Umi.. Abi ada meeting pagi. Ngelanjutin dari yang kemarin dari luar kota. Hari ini Abi harus nyiapin laporannya buat klien, Umi.."

"Yaudah, Umi mandi dulu sana.. keburu siang nanti lho.." lanjut Bagas.

Sella pun beranjak bangun dari kasur walaupun mata dan akalnya masih berat.

------


Fani sudah hampir selesai berdandan di depan cermin. Mengenakan gamis yang agak lecek beserta hijab biru tua dengan warna senada. Di baliknya, tak ada bra yang dia kenakan karena kemarin memang dia tak mengenakan bra saat kesini.

Anehnya dia tak menemukan celana dalamnya saat tadi Fani hendak memakai celana dalam. Untungnya Bagas meminjamkan celana dalam milik Sella untuk dipakai Fani yang kebetulan pas dengan ukuran pinggulnya.

Sambil memakai jilbab syar'i sebagai penutup terakhirnya itu, di benaknya terbayang pengalaman barunya dua hari ini. Kemarin Sella memintanya kemari karena Sella sedang sendirian, tapi Fani tak menyangka itu malah menyeretnya menuju pengalaman baru yang dia alami.

Selama dua hari ini dirinya dibuat berkali-kali orgasme, saling memuaskan bersama dengan Sella dan suaminya. Pengalaman baru yang benar-benar tak dia bayangkan sebelumnya. Sambil tersenyum di depan cermin, Fani memikirkan sahabatnya dan suaminya itu yang begitu mesra.

Wajah tersenyum Fani tiba-tiba berubah. Kernyitan di dahinya muncul terpantul di cermin di depannya. Memori dua hari yang lalu menyeruak di benaknya. Dalam hatinya membatin,

"Eh, lho.. kemarin kan Mas Bagas dari luar kota tiga hari.." batin Fani "Terus pas kemarin aku telpon Kak Sella kok katanya lagi gituan sama Mas Bagas.."

Dua hari yang lalu Fani menelpon Sella. Terdengar suara desahan dari ujung sana yang Fani langsung bisa menebak kalau Sella sedang bersetubuh. Sella pun dengan suara lenguhan-lenguhan keenakannya mencoba menjawab panggilan Fani.

Ketika sedang memikirkan hal itu, lalu pintu kamar di belakang Fani itu dibuka dari luar.



PART 9.5 "Kindled" to be continued...
Sumpah meskipun gak ada penetrasu petting scenenya ngebuat ane crot 2x hu

Best petting scene ever dah
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd