Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Kisahku Melalui Dating Apps dan On the Spot Hunting

Update tipis

Kami berjalan kaki ke arah Jalan Hayam Wuruk di seberang halte TJ Harmoni. Disana ada penjual tahu pong dan gimbal, makanan khas Semarang yang hanya berjualan di malam hari. (Note: Cerita ini berdasarkan situasi kondisi tahun 2010 an, sekarang tahu pong dan gimbal sudah tidak berjualan disana lagi). Cukup ramai pembelinya, ada yang makan di tempat dan ada yang dibungkus. Kata orang sono sih dine in dan take away. Kami memesan gimbal 2 porsi dan tahu pong satu porsi, minumnya teh tawar hangat. Kami duduk satu meja dengan pembeli lainnya.
“Kok tahu ada penjual gimbal disini, Mas?”
‘Aku kan udah sering nginap di hotel tadi”.
------------
Cukup banyak yang makan disana. Hanya tersisa 2 bangku yang kosong. Ira menyalakan rokok dan mengisapnya.
“Merokok Mas?”
“Boleh, kasihan kamu ga ada temen merokoknya,” sahutku sambil mengambil sebatang rokok dan membakarnya.
“Nah gitu, kan keliatan kalo laki”.
“Hahahaha….. ga ngaruh kaleeee,” jawabku.
Tidak berapa lama pesanan kami pun dihidangkan dan kami segera menikmatinya.
“Enak mas, baru sekali ini makan gimbal gini”.
“Nambah kalau mau nambah,” jawabku.
“Ga lah, ini juga udah cukup kenyang. Yang penting cukup air minum buat di kamar. Aku banyak minum air putih kalau habis ngewe”.
“Gampang, tar beli di sebelah hotel”.
Selesai makan dan menghabiskan teh tawar pesanan kami, maka kamipun segera berjalan kembali ke arah hotel. Sebelum sampai hotel kami membeli air minum dan beberapa snack untuk di kamar.

Kami ngobrol sambil berbaring bersebelahan. Ira kembali merokok sambil berbaring.
“Ati-ati tar kebakar bed covernya!” kataku.
“Iyaa, beres boss”.
Aku hanya mengenakan celana pendek sementara Ira mengenakan lingerie tanpa dalaman lagi. Tak terasa mataku mulai mengantuk dan mulutku menguap beberapa kali.
“Ngantuk euy. Tidur yuk!” kataku.
“Dasar uler sawa, habis makan trs ngantuk”.
Ira mendesakkan tubuhnya yang gemoy ke tubuhku. Dadanya menempel erat ke lengan kiriku. Kupindahkan lengan kiriku ke bawah lehernya dan memeluknya. Ira merebahkan pelanya didadaku, tangan kirinya mengusap-usap bulu dadaku.
“Lebat sekali bulumu Mas. Dikasih obat yaa?”
“Ga lah. Kasih obat emangnya sakit? Alami saja kok”.
“Aku suka cowok berbulu dada, romantis dan hot di ranjang”.
“Ahhh itu mitos aja, tergantung orangnya juga”.
“Yaaa paling tidak yang aku peluk ini sudah membuktikan romantis dan panas permainan cintanya”.

Lama kelamaan tangannya mulai bergeser dari dada, mengusap pinggang dan perutku yang mulai maju dan terus meremas penisku dari luar celana pendek. Akibat usapan dan remasan tangannya penisku pun mulai bereaksi. Tangannya masuk kedalam celana pendekku dan terus melanjutkan aktivitasnya. Bibirnya mulai menciumi dadaku dan mencari putingku. Aku mulai terangsang tapi badan masih lelah dan berat rasanya membuka mata.
“Yukkk Mas, kuda-kudaan lagi,” katanya sambil mencium leherku.
“Hmmmmm….. Ngantuk euy”.
“Ayolah kalau udah naik kan ga jadi ngantuknya”.
“Tar malam saja, sekarang tidur dulu barang dua jam,” jawabku sambil memeluk dan mengusap punggungnya. Kulirik arlojiku menunjukkan pukul setengah sepuluh.
Sementara tangannya masih mengusap dan memainkan penisku dan akupun tertidur.

Entah berapa lama aku tertidur dan terbangun ketika kurasakan celana pendekku sudah turun sampai ke lutut. Ketika tersadar sepenuhnya kurasakan rasa nikmat menjalar di penisku. Mulut Ira sudah melahap penisku. Ketika melihat aku sudah tersadar sepenuhnya Ira menatapku dan mengedipkan sebelah matanya.
“Kamu ga tidur?” tanyaku.
“Tadi sempat merem sebentar, kebangun masih sange akhirnya kumainkan kontolmu Mas. Tadinya aku kocokin saja eh setelah keras makin nafsu. Ga tahan akhirnya ku isep”.
Kubiarkan mulutnya terus bermain di penisku. Kutarik celanaku supaya lepas.
“Udah kamu diem saja Mas,” katanya sambil menarik dan melepaskan celanaku.

Ketika penisku semakin keras dan tegak berdiri Ira mengambil posisi jongkok di atas pinggulku. Disingkapkan lingerienya dan tanpa bantuan tangan ia menggesek-gesekkan belahan pahanya di penisku dan kemudian….Blesshhhh. Penisku meluncur membelah vaginanya.
Ira mulai menggerakkan pinggulku maju mundur menciptakan gesekan antara kulit kelamin kami berdua. Sensasi nikmat mulai naik dari penisku menjalar ke seluruh tubuhku. Kedua tanganku memegang pinggulnya sambil mengatur ritme gerakannya. Ketika gerakan pinggulnya dan pinggulku sudah menyatu seirama, kupindahkan kedua tanganku untuk meremas kedua payudaranya. Ira melepaskan lingerienya supaya tanganku lebih leluasa merangsang dan memainkan payudaranya. Ira terus bergerak maju mundur, naik turun dan membuat gerakan memutar pinggulnya. Penisku mengaduk-aduk vaginanya sesuai dengan gerakannya. Sepertinya ia tidak ingin berganti posisi.
“Ouuh masss…..,” desahnya sambil terus menggerakkan pnggulnya.
“Hmmmmmm….. nikmat. Terus Raaaa”.
Setelah belasan menit Ira akan mencapai orgasmenya.
“Massshhhh aku mau sampaiii…”.
Gerakan kami semakin cepat sampai akhirnya….
“Ooooouuuhhhh Masssshhh….. aku keluarhhhhh”.
Tubuhnya rebah di dadaku, kedutan di vaginanya meremas lembut penisku. Nafasnya berkejaran di lubang hidungnya. Kelamin kami masih bertaut.
Ketika nafasnya mulai berangsur teratur ia mengangkat wajahnya dan menatapku.
“Kamu belum keluar Mas?”
“Menurutmu?” aku balik bertanya sambil tersenyum.
Kusodokkan penisku dari bawah. Ira mendesah perlahan. Ia berguling membaringkan tubuhnya di sebelahku. Penisku terlepas dari vaginanya.
“Langsung lanjut lagi?” tanyaku sambil meraih botol air minum di meja samping ranjang. Aku minum dan mengangsurkan botol padanya.
“Hee…hemmm,” jawabnya sambil minum.
Kuambil botol air mineral dan kuletakkan kembali di meja dan tanpa menunggu lagi aku segera naik ke tubuhnya. Kucium bibirnya dan ia membalas dengan penuh gairah. Tujuanku minum tadi adalah menghilangkan bau mulut yang secara alami timbul ketika kita bangun tidur. Tidak lama kemudian penisku menghunjam ke dalam vaginanya. Aku mencari posisi yang nyaman supaya gerakanku bisa leluasa. Agak susah dengan tubuhnya yang gemuk untuk menyodok vaginanya sekaligus berciuman. Aku mengambil posisi setengah berdiri dengan lututku dan kemudian mengayun pinggulku mengarahkan penisku untuk keluar masuk mengaduk vaginanya. Kutahan kedua pahanya setengah terangkat di samping pingangku.

Gerakanku semakin cepat dan gelombang rasa nikmatpun semakin berkejaran.
“Iraaa….ooohhh,” desahku smabil terus menggerakkan pinggulku.
“Massshhh…. Aku pengen bisa keluar lagi”.
Tidak lama kemudian ketika getaran nikmat mendesak ke ujung penisku akupun menghentakkan pinggulku sekuatnya. Penisku mendesak jauh ke dalam lubang vaginanya dan memancarkan cairan kental putih. Kedua betisnya mengait pinggangku, pinggulnya bergerak-gerak menyambut penisku. Ketika penisku sudah berhenti berkedut Ira masih mencoba menggerakkan pinggulnya.
“Ahhhh………..Shhhhhhh”. ia mencoba memanfaatkan sisa-sisa ketegangan penisku untuk mendapatakn orgasme lagi. Tapi sepertinya penisku sudah mulai mengecil dan tidak bisa membawanya dalam orgasme berikutnya.
“Huhhhh….. dikit lagi sebenernya,” ucapnya sambil menarik tubuhku. Bibirnya mencari bibirku dan kami berciuman lembut.
“Sorry Ira, ga bisa mengantarmu sampai puncak lagi”.
“Iyaa, ga papa. Kan tadi aku juga sudah dapat duluan. Kalau bisa dapat lagi ya bonus,” katanya sambil memelukku.
“Peluk saja aku mas. Memekku masih nyut-nyutan nih?”
“Besok pagi lagi, aku usahakankamu bisa dapat lebih dari sekali”.
“Hmmm ok lah. Ayo kita bersih-bersih dan lanjut tidur”.
Setelah membersihkan badan kami kembali tidur di bawah selimut tanpa mengenakan pakaian lagi.

Aku terbangun ketika kurasakan hembusan nafas di telingaku dan desakan gundukan daging di lenganku.
“Bangunnnn Mas”.
Aku menggeliat dan bertanya,”Jam berapa sekarang?”
“Hampir jam lima,” jawabnya.
Aku masih berdiam, menetralkan detak irama jantung. Ia mencium pipiku dan kucium aroma segar dari mulutnya. Tubuh bohay nya masih telanjang.
“Kamu udah mandi?” tanyaku.
“Tadi cuci muka, cuci meki dan sikat gigi aja sih”.
“Yang belakang ga dicuci bersih… hehehe?”
“Tadi sekalian juga. Kenapa, emang mau lewat dari belakang….Huh?”
“Hahahaha….. sampai sekarang sih enggak. Belum tau nanti”.
“Hmmmm… kadang kalau pas timbul pikiran jahat, aku pengen nyobain juga sih…. Hahahaha”.
“Sekarang lagi pengen gitu ga?”
“Kagaakkkkkkkk maskuhhhhh. Lewat depan saja enaknya bikin melayang gitu…”.
“Aku bersih-bersih dulu, biar enak buat ciuman dan buat diisep….. Hehehe”.
“Diihhhhh..”.
Aku segera ke bathroom, mencuci muka, gosok gigi, berkumur dengan mouthwash dan mencuci penisku dengan sabun sampai bersih.

Aku kembali ke kamar berbalut handuk. Ira duduk di pinggir ranjang sambil nonton TV. Aku mengampirinya, membungkuk merengkuh pundaknya dan mengecup bibirnya. Ira membalas lembut, kulepas ciumanku dan kutarik tangannya supaya bangkit berdiri. Sambil berdiri kami kembali berciuman. Awalnya ciuman lembut yang perlahan menjadi deep kiss. Tangannya menarik simpul handukku sehingga handukku melorot ke lantai. Ira berjongkok dan menjilati kepala penisku melingkar sampai seluruh helmnya basah oleh air ludahnya. Kemudian lidahnya menyusuri batang penisku sampai ke pangkalnya berulang-ulang beberapa kali. Tak lama kemudian bibirnya mulai mengulum kepala penisku dan perlahan-lahan batang penisku masuk ke dalam rongga mulutnya.
“HHhhhhhhh Iraaa enak banget…”.
Kupegang rambutnya dan kugerakkan penisku maju mundur di mulutnya. Ketika gerakanku semakin cepat cenderung kasar dan semakin dalam, ia menepuk pinganggku dan tangannya menahan gerakanku dan membuat gerakan penolakan. Aku menurunkan ritme dan kedalaman penetrasi penisku di mulutnya. Kini mulutnya yang lebih aktif untuk maju mundur membuat blow job di penisku. Ia mengakhiri aktivitas blow jobnya dengan kembali menjilati kepala penisku.

Kuangkat tubuhnya berdiri dan kembali kami berciuman dan saling meremas bagian sensitif di tubuh kami. Kudorong tubuhnya berbaring di ranjang dengan kedua kaki menjuntai di lantai kamar. Kini giliranku untuk memanjakannya. Kumulai dengan menciumi dan meremas kedua payudaranya yang biadab. Kujilati putingnya, kujepit dengan bibirku dan kugigit lembut. Ira memekik tertahan setiap kugigit putingnya. Aku makin gemas tapi berusaha menahan agar tidak mengigit lebih keras lagi, takut terluka dan menyakiti. Mulutku menyusuri perut, memberikan cupang di perutnya terus ke bawah sampai kutemukan celah yang dikelilingi bulu hitam.

Ira merenggangkan kedua pahanya memberikan kesempatan lidahku menelusuri sumur kenikmatannya. Kujilati area di sekeliling labia vaginanya dan kemudian berhenti di tonjolan daging di bagian atas vagina. Klitorisnya cukup besar, sebesar biji kacang tanah lokal. Ira menjerit ketika lidahku mulai mengeksplorasi klitorisnya. Kepalanya diangkat dan tangannya memegangi kepalaku. Kujepit klitorisnya dengan bibirku dan kujilati dengan lidahku.
“Uufff sakit mas….,” rintihnya sambil menahan kepalaku.
“Hmmmm sorry, mungkin ga sengaja kegigit tadi,” kataku sambil menghentikan aktivitasku. Kupandangi dan ia tersenyum memberikan kode untuk aku kembali mengolah area klitorisnya.

Sebelum kulanjutkan aktifitas fellatio kumasukkan dua jariku - telunjuk dan jari tengah – masuk ke dalamlubang vaginanya. Kuberikan kocokan dengan jariku. Ira menggelinjang. Sementara kedua jariku masuk dan keluar di dalam lubang vaginanya, lidahku kembali menjelajahi klitorisnya. Ia semakin menggelinjang, pantatnya terangkat pinggulnya bergerak mengikuti gerakan lidahku pada klitorisnya.
“Uuuuhhhhhhh Masss…. Nikmatnyaaaa”.
Tangan kirinya meremas payudaranya sementara tangan kanannya meremas bed cover menahan arus kenikmatan yang membanjir. Tangan kirinya meraih bantal dan menekankan ke kepalanya. Giginya menggigit bantal mencoba menahan suaranya agar tidak semakin mengeras.
“Uuuffffffftttt…. Maskuuuu nikmat sekaliiiii”.
“Ahhhhhhh …….ooouuhhhhhh “.
Vaginanya semakin basah, kurasakan lendirnya mulai merembes keluar. Kedua jariku sudah basah oleh lendirnya. Kurasakan bagian dalam vaginanya mulai berdenyut….
“Aaahhkkkkkk Masssss….aku ….. kelllll…….”.
Ia tidak menyelesaikan kalimatnya ketika vaginanya kemudian berkedut-kedut hebat. Pantat dan punggungnya terangkat. Tangannya memukul-mukul bahuku…..
“Aanjinggggg… enak banget masssss…..!”
Tubuhnya mengejang beberapa saat dan kemudian lemas disertai nafas yang tidak beraturan. Aku masih melanjutkan aktivitasku sampai tubuhnya melemas.
“Ayo masss lagi, mumpung aku masih high….!”

Penisku sudah agak kendur, aku mengocoknya supaya kembali tegak berdiri. Ira paham dan melakukan tugasnya dengan baik mengulum penisku sampai kemudian beridir tegak siap bertugas kembali. Kutarik tubuhnya di sudut ranjang dengan posisi pangkal pahanya mendekati sudut ranjang. Kulebarkan kakinya dan dengan sedikit berlutut kumasukkan penisku ke vaginanya……
 
Suwun sudah dilanjutkan lagi, cerita yg seru jangan sampai ngga selesai
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd