Pikiranku terbayang akan masa lalu saat aku masih sekolah di bangku SMU, saat itu ada seorang guru perempuan namanya Desi. Usianya kala itu belum genap 30 dan memiliki seorang putra yg kala itu belum masuk TK. Bagiku ia cukup menarik apalagi dengan kacamata yang selalu ia kenakan, postur tubuhnya cukup ideal tidak terlalu kurus, jika mengenakan pakaian yg sedikit ketat lekuk tubuhnya akan terlihat, terutama pinggulnya yg kerap menjadi bahan perhatianku.
Bayangan Bu Desi terlintas begitu saja dalam benakku, bagaimana kabarnya sekarang. Satu-satunya ingatan ku tentangnya saat ia membawa laptop ke sekolah dan memutar lagu religi di kala jam belajar, saat itu ia sempat bertanya.
“Apakah kalian bisa mengajar sambil mendengar musik” tanya Bu Desi.
Saat itu semua siswa hanya diam, Bu Des kemudian menyalakan musik di laptopnya. Saat itu di kota ku orang masih jarang memakai laptop. Hanya orang-orang tertentu dengan kepentingan tertentu pula.
Pernah suatu hari ia mengajak kami belajar di luar kelas, di alam bebas katanya. Walau menurutku suasana sama sekali tak membantu, kami belajar di pekarangan sekolah yg penuh bebatuan di pinggir lapangan volley yang tidak terurus.
Pernah juga saat hari perpisahan, kami anak-anak kelas 3 memutar musik keras-keras, Bu Des lewat di depan pengeras suara sambil menutup kedua telinganya, saat itu aku merasa kasihan padanya.
Hanya itu ingatan ku tentang Bu Des yang masih melekat setelah 10 tahun berlalu semenjak lulus pada 2007 silam, setelah itu aku berangkat ke kota untuk kuliah.
Bagaimana kabarmu kini Bu Des, tanyaku dalam hati. Rasa bosan membuatku memutar otak mencari-cari hal apa yang bisa aku lakukan, meski pada akhirnya yang bisa kulakukan hanyalah membuka internet dan browsing.
Iseng-iseng ku buka facebook dan mengetikkan nama Bu Desi di kolom pencarian, ada begitu banyak desi yang muncul. Ku buka satu persatu siapa tahu ada yang cantik.
Karena sudah larut malam aku pun mengantuk, aku tertidur dengan laptop yang masih terkoneksi internet.
Celaka nih bisa-bisa quota internet ku sudah ludes, benar saja quota internet ku pun habis tak bersisa, ini adalah hal yang kerap membuatku kesal, apalagi di akhir bulan seperti sekarang ini.
Singkat cerita esok nya aku kembali menguber-uber sosial media, mencari Bu Desi namun tak ada hasil, terakhir kucoba bergabung di grup fb alumnis SMU dan di sanalah aku secara tidak sengaja menemukannya meski ia tak lagi mengajar di SMU. Ku beranikan diri untuk menyapanya, ia membalasnya tanpa tahu siapa aku, namun pelan-pelan kuceritakan siapa diriku dan cerita-cerita ketika ia masih mengajar dulu.
Setelah pertemuan di sosial media, komunikasi terus berlanjut meski hanya singkat, aku pun tak begitu bersemangat karena Bu Desi pasti sibuk begitu pikirku.
Namun belakangan chattingan dengan Bu Desi lumayan asik, ia pun bercerita banyak hal tentang kehidupannya setelah mengajar di SMU ku dulu, ia kini sudah pindah tugas ditempat lain dengan kurang baik, setelah sebuah kejadian yang enggan ia ceritakan.
Ini membuat ku semakin penasaran, namun aku enggan menanyakan pada dirinya, lama-lama chattingan dengan Bu Desi semakin intim, aku pun akhirnya memberikan nomor hp ku, ia pun tak segan menceritakan kehidupan pribadinya yang kini menjadi single parent setelah bercerai 4 tahun lalu, mendengarnya aku pun jadi iba.
Dua bulan kemudian…
Saat sedang bekerja ada sebuah sms masuk ke HP ku, awalnya aku sempat bingung dengan nama yang tertera tertulis Desi, aku pun harus berpikir lama hingga akhirnya aku mengingat kalau itu dari Bu Desi, aku pun membalas SMS itu sekedar berbasa-basi.
Bu Desi mengatakan kalau ia sedang di kota tempat ku tinggal dan tengah mengikuti seminar, aku cukup senang mendengarnya, aku sempat ingin mengajaknya bertemu namun aku rasa itu kurang sopan, namun setelah mengobrol panjang lebar malamnya, ku beranikan diri untuk mengajaknya makan malam keesokan harinya.
Malamnya kami pun bertemu dihotel tempat ia menginap, setelah bersalaman dan mengobrol sedikit kuajak ia ke restoran langgananku, kuperhatikan dirinya tak banyak berubah meski tak muda lagi, mungkin karena bawaannya yg bukan wanita gemuk ia masih cukup menarik.
Di restoran langganan ku, kami mengobrol meski awalnya agak canggung, namun lama kelamaan suasana mulai mencair, sebenarnya ada banyak yg kutanyakan namun aku hanya bicara seadanya saja. Setelah selesai makan di restoran aku pun kembali mengantarnya ke hotel tempat ia menginap, disana ia minta diturunkan di pinggir jalan saja, aku pun menuruti keinginannya yg mungkin malu.
Malam besoknya aku pun masih mengontak Bu Desi lewat BBM ia pun membalas seperti biasa, sempat ingin mengajaknya keluar lagi tapi aku merasa kalau itu sudah berlebihan. Akhirnya kami hanya mengobrol via BBM saja, sampai aku ketiduran.
Berselang seminggu kemudian kucoba menelpo Bu Desi, meski pada akhirnya kami hanya mengobrol panjang lebar, mulai dari masa sekolah dulu, saat aku menulis puisi dan banyak hal yang kami bicarakan. Sejak saat itu aku pun berani menelponnya tentu saja saat ia punya waktu.
Sebulan kemudian setelah penataran ia kembali ke kota untuk keperluan keluarga, sebelum itu ia sempat memberitahukan keberangkatannya itu. Sesampai di kota aku kembali mengajaknya makan di restoran.
Pulangnya aku mengantarnya ke sebuah hotel yang tak begitu ramai, awalnya aku sempat curiga kenapa ia menginap di hotel jika itu adalah masalah keluarga. Namun rasa penasaran itu kubuang jauh-jauh, sesampai di hotel hujan turun deras aku yang baru saja sampai terpaksa ikut masuk, Bu Desi yang langsung masuk ke kamar kemudian mengirimkan ku sebuah WA, ia mengajak ku mengobrol sambil menunggu hujan reda.
Namun setelah cukup lama mengobrol, hujan sepertinya tak kunjung reda, aku hanya bisa pasrah tak bisa pulang, karena sudah mengantuk Bu Desi mengijinkan aku istirahat di dalam kamarnya. Dalam kamar yang cukup luas itu aku langsung merebahkan diri.
Aku terbangun saat jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi, aku sempat gugup karena terjebak dalam situasi yang sulit. Ku lihat Bu Desi rebah tak ada disekitar ku, rupanya membuat ia sudah bangun dan sedang mandi, aku pun merasa tidak enak harus terlelap bersamanya.
Terdengar guyuran air dari dalam kamar Hotel, tak lama kemudian Bu Desi keluar dengan mengenakan handuk, ia sedikit terkejut ketika melihat aku sudah bangun, aku pun jadi salah tingkah dalam situasi ini.
Sambil berjalan dari kamar mandi Bu Desi tersenyum pada ku, membuat rasa gugup ku seakan sirna. Pagi Bu..kataku, seakan aku masih menjadi muridnya seperti dulu. Udah bangun nih katanya, ia Bu maaf ketiduran semalam kataku, Bu Desi hanya senyum biasa.
Bayangan Bu Desi terlintas begitu saja dalam benakku, bagaimana kabarnya sekarang. Satu-satunya ingatan ku tentangnya saat ia membawa laptop ke sekolah dan memutar lagu religi di kala jam belajar, saat itu ia sempat bertanya.
“Apakah kalian bisa mengajar sambil mendengar musik” tanya Bu Desi.
Saat itu semua siswa hanya diam, Bu Des kemudian menyalakan musik di laptopnya. Saat itu di kota ku orang masih jarang memakai laptop. Hanya orang-orang tertentu dengan kepentingan tertentu pula.
Pernah suatu hari ia mengajak kami belajar di luar kelas, di alam bebas katanya. Walau menurutku suasana sama sekali tak membantu, kami belajar di pekarangan sekolah yg penuh bebatuan di pinggir lapangan volley yang tidak terurus.
Pernah juga saat hari perpisahan, kami anak-anak kelas 3 memutar musik keras-keras, Bu Des lewat di depan pengeras suara sambil menutup kedua telinganya, saat itu aku merasa kasihan padanya.
Hanya itu ingatan ku tentang Bu Des yang masih melekat setelah 10 tahun berlalu semenjak lulus pada 2007 silam, setelah itu aku berangkat ke kota untuk kuliah.
Bagaimana kabarmu kini Bu Des, tanyaku dalam hati. Rasa bosan membuatku memutar otak mencari-cari hal apa yang bisa aku lakukan, meski pada akhirnya yang bisa kulakukan hanyalah membuka internet dan browsing.
Iseng-iseng ku buka facebook dan mengetikkan nama Bu Desi di kolom pencarian, ada begitu banyak desi yang muncul. Ku buka satu persatu siapa tahu ada yang cantik.
Karena sudah larut malam aku pun mengantuk, aku tertidur dengan laptop yang masih terkoneksi internet.
Celaka nih bisa-bisa quota internet ku sudah ludes, benar saja quota internet ku pun habis tak bersisa, ini adalah hal yang kerap membuatku kesal, apalagi di akhir bulan seperti sekarang ini.
Singkat cerita esok nya aku kembali menguber-uber sosial media, mencari Bu Desi namun tak ada hasil, terakhir kucoba bergabung di grup fb alumnis SMU dan di sanalah aku secara tidak sengaja menemukannya meski ia tak lagi mengajar di SMU. Ku beranikan diri untuk menyapanya, ia membalasnya tanpa tahu siapa aku, namun pelan-pelan kuceritakan siapa diriku dan cerita-cerita ketika ia masih mengajar dulu.
Setelah pertemuan di sosial media, komunikasi terus berlanjut meski hanya singkat, aku pun tak begitu bersemangat karena Bu Desi pasti sibuk begitu pikirku.
Namun belakangan chattingan dengan Bu Desi lumayan asik, ia pun bercerita banyak hal tentang kehidupannya setelah mengajar di SMU ku dulu, ia kini sudah pindah tugas ditempat lain dengan kurang baik, setelah sebuah kejadian yang enggan ia ceritakan.
Ini membuat ku semakin penasaran, namun aku enggan menanyakan pada dirinya, lama-lama chattingan dengan Bu Desi semakin intim, aku pun akhirnya memberikan nomor hp ku, ia pun tak segan menceritakan kehidupan pribadinya yang kini menjadi single parent setelah bercerai 4 tahun lalu, mendengarnya aku pun jadi iba.
Dua bulan kemudian…
Saat sedang bekerja ada sebuah sms masuk ke HP ku, awalnya aku sempat bingung dengan nama yang tertera tertulis Desi, aku pun harus berpikir lama hingga akhirnya aku mengingat kalau itu dari Bu Desi, aku pun membalas SMS itu sekedar berbasa-basi.
Bu Desi mengatakan kalau ia sedang di kota tempat ku tinggal dan tengah mengikuti seminar, aku cukup senang mendengarnya, aku sempat ingin mengajaknya bertemu namun aku rasa itu kurang sopan, namun setelah mengobrol panjang lebar malamnya, ku beranikan diri untuk mengajaknya makan malam keesokan harinya.
Malamnya kami pun bertemu dihotel tempat ia menginap, setelah bersalaman dan mengobrol sedikit kuajak ia ke restoran langgananku, kuperhatikan dirinya tak banyak berubah meski tak muda lagi, mungkin karena bawaannya yg bukan wanita gemuk ia masih cukup menarik.
Di restoran langganan ku, kami mengobrol meski awalnya agak canggung, namun lama kelamaan suasana mulai mencair, sebenarnya ada banyak yg kutanyakan namun aku hanya bicara seadanya saja. Setelah selesai makan di restoran aku pun kembali mengantarnya ke hotel tempat ia menginap, disana ia minta diturunkan di pinggir jalan saja, aku pun menuruti keinginannya yg mungkin malu.
Malam besoknya aku pun masih mengontak Bu Desi lewat BBM ia pun membalas seperti biasa, sempat ingin mengajaknya keluar lagi tapi aku merasa kalau itu sudah berlebihan. Akhirnya kami hanya mengobrol via BBM saja, sampai aku ketiduran.
Berselang seminggu kemudian kucoba menelpo Bu Desi, meski pada akhirnya kami hanya mengobrol panjang lebar, mulai dari masa sekolah dulu, saat aku menulis puisi dan banyak hal yang kami bicarakan. Sejak saat itu aku pun berani menelponnya tentu saja saat ia punya waktu.
Sebulan kemudian setelah penataran ia kembali ke kota untuk keperluan keluarga, sebelum itu ia sempat memberitahukan keberangkatannya itu. Sesampai di kota aku kembali mengajaknya makan di restoran.
Pulangnya aku mengantarnya ke sebuah hotel yang tak begitu ramai, awalnya aku sempat curiga kenapa ia menginap di hotel jika itu adalah masalah keluarga. Namun rasa penasaran itu kubuang jauh-jauh, sesampai di hotel hujan turun deras aku yang baru saja sampai terpaksa ikut masuk, Bu Desi yang langsung masuk ke kamar kemudian mengirimkan ku sebuah WA, ia mengajak ku mengobrol sambil menunggu hujan reda.
Namun setelah cukup lama mengobrol, hujan sepertinya tak kunjung reda, aku hanya bisa pasrah tak bisa pulang, karena sudah mengantuk Bu Desi mengijinkan aku istirahat di dalam kamarnya. Dalam kamar yang cukup luas itu aku langsung merebahkan diri.
Aku terbangun saat jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi, aku sempat gugup karena terjebak dalam situasi yang sulit. Ku lihat Bu Desi rebah tak ada disekitar ku, rupanya membuat ia sudah bangun dan sedang mandi, aku pun merasa tidak enak harus terlelap bersamanya.
Terdengar guyuran air dari dalam kamar Hotel, tak lama kemudian Bu Desi keluar dengan mengenakan handuk, ia sedikit terkejut ketika melihat aku sudah bangun, aku pun jadi salah tingkah dalam situasi ini.
Sambil berjalan dari kamar mandi Bu Desi tersenyum pada ku, membuat rasa gugup ku seakan sirna. Pagi Bu..kataku, seakan aku masih menjadi muridnya seperti dulu. Udah bangun nih katanya, ia Bu maaf ketiduran semalam kataku, Bu Desi hanya senyum biasa.
Terakhir diubah: