Part One
Di sebuah ruangan terlihat dua wanita sedang duduk berhadapan. Salah satunya jelas adalah istriku. Istriku duduk dengan mata terpejam.
"Baik, ibu sekarang dalam keadaan relaksasi, Ibu bisa menjawab atau tidak menjawab pertanyaan yang saya berikan."
Suara tersebut berasal dari wanita di depannya. Istriku hanya membalas dengan sebuah anggukan.
"Baik kita mulai. Siapa nama ibu ?"
"Sarah, Sarah Amalia".
"Apakah ibu sudah berumah tangga? Sudah memiliki anak?"
"Sudah, saya sudah menikah selama 10 tahun, anak saya dua."
"Bagaimana kondisi rumah tangga ibu ? Baik-baik sajakah?".
Ada jeda 2 menit sebelum istriku menjawab,
"baik. Kondisi rumah tangga saya baik-baik saja".
Ada helaan nafas yang berat menutupi jawabannya. Wanita yang duduk dihadapannya merasa ada sesuatu dengan jawaban istriku barusan.
"Baik, saya tanyakan sekali, apakah rumah tangga ibu baik-baik saja?".
Tak ada jawaban, hening sejenak. Terdengar suara nafas yang berat, tarikan nafas yang memcoba di atur untuk membuat dirinya nyaman.
"Kalau ibu tidak ingin menjawab tidak apa-apa juga". Lanjut sang wanita.
"Baik kok. Cuma yang namanya pernikahan pasti gak mulus-mulus. Pasti ada cek coknya juga." "Tapi..." terlihat wajah istriku agak gelisah dan kurang nyaman untuk mengeluarkan kata-nya.
"Kok ada tapinya bu ?"
"Tenang.. ibu rileks aja.. tarik nafasnya pelan-pelan. Ibu keluarkan uneg-uneg ibu yang menganjal di hati. Biar plong."
Sambil sang wanita mengelus paha istriku.
Istriku mengikuti apa yang dikatakan sang wanita, hingga terlihat wajahnya kembali tenang dan gelisahnya berangsur berkurang.
"Tapi.. ada satu kejadian yang sampai saat ini aku sembunyikan dari suamiku."
"Kejadian ? Kejadian apa itu bu?"
"Iya, kejadian yang menurutku itu sebuah aib dan diluar keinginanku".
"Apa ibu mau menceritakannya kepada ku ? Berarti kejadian ini yang membuat perubahan dalam rumah tangga ibu ? Sehingga membuat ibu depresi ?"
"Benar." "Ya, karena kejadian inilah semuanya berubah. Walaupun di depan suamiku terlihat baik-baik saja. Tp bathinku tidak."
"Kalau boleh tahu peristiwa apakah itu bu?"
"Hmm...".
Istriku terlihat kembali gelisah dan tak yakin dengan apa yang akan dikatakannya.
Suasana kembali hening, hanya suara nafas istriku yang agak berat dan keningnya di basahi oleh keringat.
Sang wanita terlihat mengosok beberapa kali bagian punggung dan pahanya, isyarat seperti mencoba menenangkan istriku.
"Kalau ibu belum yakin untuk menyampaikannya, ibu bisa kembali besok."
Yang disambut anggukan oleh istriku, sambil sang wanita memberikan beberapa perintah untuk mengembalikan ke dunia nyatanya.
"Untuk hari ini kita cukupkan saja bu, ibu besok kembali saja. Atau kapan ibu merasa siap. Kalau dipaksa tidak baik bagi ibunya."
Istriku hanya menatap hampa si wanita dan mengangguk sembari tersenyum.
Dia pun beranjak dari sofa tersebut untuk segera pulang dan mengucap salam kepada sang wanita.