Diva
Athena
Venus
Aphrodite
Hellen
Carrie
Dewi
Nicole
Putri
Satria
Van yang kami tumpangi meluncur pasti keluar kota lewat tol lalu langsung menuju jalan tersingkat kesana. Perjalanan akan berlangsung sekitar dua jam lebih. Hampir semua di van ini tertidur kecuali Putri dan Dewi di depan.
Terakhir kali seingatku kami mengunjungi villa itu bersama-sama, waktu aku masih di bangku SD. Dari kaca jendela aku sudah dapat melihat garis pantai dan gugusan bukitnya. Burung-burung laut berterbangan di atas langit. Langit terlihat cerah dengan awan putih di cakrawala.
Dari jauh, aku bisa melihat villa yang kami tuju diantara hijaunya pohon-pohon bukit itu. Van berhenti tepat di depan villa yang masih tidak banyak berubah. Hanya ada penambahan alat-alat baru seperti lampu taman dan penyiram rumput otomatis.
Villa ini biasanya dirawat oleh seseorang yang menunggui dan merawat keseluruhan bangunan. Ia sudah dihubungi untuk segera pergi oleh Putri sebelum kami sampai di sana.
Aku membangunkan mereka semuanya yang tidur agar segera masuk ke dalam villa. Semua barang-barang juga kami bawa masuk. Setelah semuanya beres, barulah acaranya dimulai.
Mereka tanpa sungkan-sungkan lagi menukar pakaian mereka dengan bikini didepanku karena acara pertama siang ini adalah berenang di pantai. Hanya Nicole yang nampak terheran-heran melihat keberanian mereka.
Dengan riang mereka berlari menuruni jalan setapak menuju pantai. Aku mengikuti di belakang diikuti Carrie dan Nicole. Carrie sebenarnya juga sudah memakai bikininya tapi Nicole tidak. Ia hanya membawa tasnya. Setiba di pantai. Diva, Athena, Aphrodite dan Dewi sudah mencebur ke air laut sedang Venus, Hellen dan Putri masih membalurkan sun-lotion keseluruh tubuh mereka diatas handuk yang dibentang di pasir.
Aku memang tidak berniat berenang di pantai, jadi aku duduk saja di handuk itu. Carrie memintaku mengoleskan sun-lotion ke punggungnya. Nicole terus mengawasi pekerjaan tanganku.
Nicole nggak ikut berenang? tanyaku basa-basi. Ia diam saja menunduk.
Shes still too shy, honey... She already wore those bikinis underneath but shes too hesitate to show her butt especially you, Sat, ("Dia masih terlalu malu, sayang. Dia sudah memakai bikininya di balik baju tapi ia masih ragu untuk menunjukkannya terutama padamu, Sat") jelas Carrie tentang adiknya.
Tidak ada yang salah pada Nicole. Badannya termasuk besar untuk ukuran anak SD kelas 6. Tingginya sama dengan Hellen. Hanya saja dadanya yang masih kecil membayang di balik bajunya. Mungkin masih sebesar bola tenis.
Setelah selesai kuolesi minyak itu ke punggung Carrie, ia bangkit dan menghampiri adiknya. C-mon, my baby sis. Youve gotta undress now. Ill help you. My darling Satria wont be mind, ("Ayo, dik. Kau harus ganti pakaian sekarang juga. Aku akan membantumu. Sayangku Satria tidak akan keberatan") ujar Carrie setengah memaksa.
Dengan berat hati, Nicole membiarkan kakaknya membuka bajunya juga celana jeans selututnya. Memang ia sudah memakai bikini itu menunjukkan kulitnya yang putih. Dadanya memang belum tumbuh sebesar si kembar lima apalagi kakaknya, tapi cukup lumayan untuk anak umur 12 tahun. Carrie sendiri yang mengolesi sun-lotion keseluruh tubuh adiknya. Nicole terus menunduk selama itu.
Setelah itu mereka meninggalkanku sendirian di pasir karena kini mereka juga sudah bermain di air laut. Aku jadinya hanya tiduran di handukterbuai angin pantai yang membuai tubuhku yang lumayan lelah setelah perjalanan jauh.
Aku hanya mendengar desir angin, suara camar dan canda sembilan cewek-cewek itu bermain di pantai. Selebihnya antara tidur dan sadar.
Eh, Satria... Elo gak ikut mandi? Yuk... Kudengar suara seseorang diantara lelapku.
Hng... Apa...? jawabku antara sadar dan nggak.
Mandi... Ya, elo. Kalo mau tidur, di rumah aja, Sat, rupanya Dewi yang membangunkanku.
Setelah aku duduk, Aku nggak bawa baju ganti, nih. Nggak usah aja, ya. Aku nonton kalian aja, karena baju yang kupakai sekarang ini aja masih seragam SMA-ku. Aku juga nggak sempat menyiapkan barang-barangku sendiri karena langsung ditarik mereka ke van. Disamping juga karena bu Karen.
Dewi tampaknya nggak puas dengan jawabanku. Yah... nggak alasan itu. Pake celana itu aja. Bisa, kan? lanjutnya.
Ada apa, Wi? Putri datang bersama Carrie. Ini, nih si Satria. Masa mau mandi aja pake banyak alasan. Nggak bawa baju ganti, lah, jelas Dewi pada Putri.
Why dont we just skinny dip...? Nobody else around here but us, right? And Satria wont have to worry of having no dry clothes, ("Kenapa kita gak berenang bugil aja? Gak ada orang lain selain kita di sini, kan? Dan Satria tidak perlu khawatir dengan pakaian basah") Carrie datang dengan ide gilanya.
You mean, we should swim here bare naked. Wow, thats the freshest idea Ive ever heard today. ("Maksudmu, kita berenang telanjang bulata aja. Wow. itu ide terheboh yang kudengar hari ini") Eh... ayo..! Diluar dugaan, Putri juga setuju dengan ide itu. Putri memang terkenal dengan ide-ide gila tapi ini lebih gila dari yang pernah dibayangkannya.
Ayo, kita buka bikini kita, Wi... Cmon, Carrie... Lets strip off and show Satria hows our skin in sunlight. ("Ayo, Carrie. Mari kita buka baju dan menunjukkan tubuh kita di bawah sinar matahari") Mereka bertiga lalu membuka semua bikini yang menempel di tubuh mereka seperti berlomba. Si kembar lima dan Nicole yang masih di pantai melihat heran pada kami.
Eh, ngapain mereka. Kok jadi pada telanjang semua di sana. Jangan-jangan mereka mau main dengan mas Satria. Ayo kesana.. Diva memberi komando pada adik-adiknya. Segera mereka menghampiri kami. Nicole mengikuti mereka di belakang.
Heh... ngapain, mbak? Kok pada begini semua? tanya Diva begitu dekat bersama saudarinya yang lain.
Ini nih... Kita orang mau nyuruh Satria ikut mandi di pantai tanpa baju. OK, kan? jelas Putri. Ia tahu kalau Diva khawatir ia akan memulai main lagi tanpa mereka.
Mereka tampak mengerti dan suka dengan ide itu dan tanpa dikomando lagi langsung saja menanggalkan bikini yang mereka pakai, kecuali Nicole yang masih malu. Aku memang sudah biasa melihat tubuh bugil mereka tapi kali ini di bawah sinar matahari bisa kukatakan jauh lebih indah dari pada dengan sinar lampu kamar.
Pantai ini memang sepi. Tidak ada rumah penduduk atau nelayan di sekitar sini jadi memang tidak perlu takut kalau dilihat orang lain. Tapi apa aku berani melakukannya. Mereka semua mendesakku agar membuka baju dan ikut mandi dengan mereka telanjang di pantai.
Akhirnya dengan enggan aku melakukannya. Mereka berteriak-teriak kegirangan lalu menarikku ke pantai dan menyiramiku dengan air laut. Aku mengikuti saja permainan mereka.
Aku nggak tahu entah siapa yang mulai karena aku sudah merasakan nafsu birahi mereka kini datang lagi karena mereka mengelilingiku dan mulai menyentuh tubuhku. Penisku yang terutama mendapat perhatian utama karena disanalah yang paling banyak orangnya.
Carrie, Putri, Athena dan Venus sedang berebut mengocok penisku agar bangun dari istirahatnya. Sebentar saja ia sudah bereaksi dan mengeras. Di sebelah kiriku aku melihat Nicole berdiri saja memperhatikan kami dengan berbagai ekspresi. Apalagi waktu kakaknya, Carrie mengulum penisku dalam mulutnya.
Diantara ciuman Dewi, Diva, Aphrodite dan Hellen, aku melihat antusias Nicole dengan perlahan mendekat, ingin melihatnya lebih jelas. Berganti-ganti orang yang mengulum penisku yang tegang sempurna membuat total yang mengerubungiku sembilan orang termasuk Nicole yang sudah merapat.
Carrie akhirnya menyadari kehadiran adiknya di dekatnya dan dapat ide baru. Waktu itu Putri yang sedang menggelomoh rakus penisku. Hi, guys... I think we need to pause a while and give my baby sister a chance, right? Shes needed so bad, ("Teman-teman, Kupikir kita perlu berhenti sebentar dan memberi kesempatan pada adikku, ya?") kata Carrie yang membuat Putri berhenti.
Ok... Satria will do it here, ("OK. Satria akan melakukannya di sini saja") kata Putri menimpali.
Apa?? di sini? Yang benar aja? kataku kaget.
Kenapa? Kami bantu, deh... Apa kau sudah lupa, ya... enaknya dapat perawan? Apalagi setelah itu... dia juga jadi milikmu, jelas Putri. Kakaknya dapat... adiknya juga dapat... Klop, kan?
Lalu setelah itu aku melihat Carrie membujuk adiknya agar mau membuka bikininya juga dan memulai permainan ini. Nicole lalu dengan ragu membiarkan kakaknya mempreteli bikininya. Satria, honey... Take a good look at my baby sister... Aint she great? What dyou think, honey? ("Satria sayang. Liat adikku baik-baik. Bukankah dia hebat?") setelah semua pakaian Nicole terlepas.
Kulit Nicole yang putih tidak seperti kulit Carrie yang agak kemerahan. Mungkin karena ia campuran Eropa-Asia. Dadanya masih kecil dengan puting kecil berwarna coklat pucat. Perutnya rata dan gundukan vaginanya tanpa rambut. Pahanya yang panjang sebagian terendam di air asin.
Yang kupikirkan, bagaimana cara memulainya. Karena posisi yang mungkin disini hanyalah dengan berdiri. Nicole tidak mungkin kuperawani dengan berdiri. Pasti susah.
Sebagai jawaban pertanyaanku itu, beramai-ramai mereka memegangi Nicole dan mengangkat pinggulnya hingga memungkinkan untuk penis tegangku untuk mencoblos-nya. Mereka penuh ide dan pemikiran.
Aku tidak mau langsung memasukkannya. Aku lebih suka memberikannya servis mulut dulu rasanya. Vagina kecil Nicole kujilati dengan semangat 45. Rasanya lebih asin karena air laut. Labia Minora Nicole juga tidak disunat seperti Carrie, padahal dia, kan lahir di Thailand. Mmm... Bodo amat-lah
Kulebarkan bibir kemaluannya dan mencari lubang yang masih tertutup itu karena ia ternyata belum dapat menstruasi. Kugetarkan lidahku disana membuat Nicole bergelinjang kenikmatan. Saat itu aku melihat bukaan yang cukup berarti di liangnya dan mengeluarkan cairan yang seharusnya dikeluarkan wanita yang sedang birahi. Bagus sekali. Berarti dia sedang hot sekali.
Kucucup setiap tetes cairan itu membuatnya semakin bergerak tak keruan. Dada kecilnya juga sedang mendapat perlakuan isapan dan remasan dari kakaknya. Its the time, honey. Beat it now! ("Sudah waktunya, sayang. Lakukan sekarang!") ujar Carrie.
Benar juga, aku melepas mulutku dan mengambil ancang-ancang, memposisikan kepala penisku di bukaan liangnya itu. Nicole menggigit bibir dan memejamkan matanya. Sedang yang lain bergantian menatap mataku dan pertemuan kelamin kami.
Perlahan-lahan, aku mendorong penisku maju-mundur. Dalam beberapa kali tekanan, kepalanya telah terbenam masuk. Nafas Nicole seperti tercekat dan ia ditenangkan kakaknya. Yang lain mengelus-elus kulitnya memberi rangsangan menyenangkan.
Nicole... Ini dia... Bersiaplah... dan dengan dorongan penuh, penisku masuk dan menembus lapisan hymennya. Nicole berteriak histeris dan menangis. Kasihan juga dia. Aku membiarkan batang penisku disana, mengganjal penuh liang sempitnya.
Hush... honey... Its okay... Its just temporary... Itll gone... Trust me... Youll like it, ("Hus, sayang. Tidak pa-pa. Itu hanya sementara. Akan hilang sakitnya. Percaya padaku. Kau akan menyukainya") hibur Carrie. "Satria, honey... Carry on... Pump it slow and gentle... Yeah, that way. Hows it? Good right? ("Satria sayang. Teruskan. Pompa perlahan dan lembut saja. Ya, begitu. Bagaimana? Enak, kan?") Aku mulai memompa dengan perlahan. Untunglah Nicole sudah mengeluarkan cairan pelumas itu hingga tidak terasa begitu seret di dalam liang kecilnya.
Penisku tidak dapat masuk seluruhnya hanya kurang dari 3/4-nya saja. Tidak seperti pada yang lain yang sampai mentok ke rahim hingga membuat mereka ketagihan.
Saat aku memompakan penisku keluar-masuk dengan teratur, aku teringat sesuatu. Saat aku sedang main sama bu Karen di sekolah tadi, perasaan kasar yang tiba-tiba muncul itu. Bagaimana itu bisa muncul, membuatku seperti kesetanan dan hampir menyiksa bu Karen. Bagaimana kalau tiba-tiba itu muncul lagi waktu sedang main dengan mereka, ya?
Nicole, kemari... Aku menarik tubuh langsingnya dari dukungan mereka dan memeluknya. Kakinya secara reflek langsung mengait di pinggangku. Kuteruskan memompakan penisku. Wow sekarang sudah terasa penuh. Seluruh batangku telah masuk seluruhnya dan menyentuh batas akhir liangnya.
Nicole mengeluh keenakan saat rahim mudanya tersentuh ujung penisku. Aku lalu menciumi bibirnya dan ia pasrah saja tak tau harus bagaimana. Aku berkuasa penuh dan mengontrol semuanya.
Mukanya habis kuciumi termasuk matanya, pipinya yang ranum, hidungnya yang mancung. Ng... Itu dia. Hhhhaaaaaaahh... Oooohhhh... Vagina kecilnya mengapit pangkal penisku dengan erat dan mendesirkan cairan orgasmenya. Badannya bergetar dan aku harus mendekapnya lebih erat. Carrie juga menahan tubuhnya agar tidak jatuh ke air.
Kepalanya kusandarkan ke bahuku seperti sedang menggendong bayi yang tertidur. Ia jadi lemas sekali karena orgasme itu. Tapi yang pasti ia sangat puas dengan seks pertamanya denganku ini.
Carrie menerima tubuh lemas adiknya, tapi ia menjaga agar vaginanya tidak terkena air laut karena pasti terasa perih oleh luka robekan perawannya yang berdarah. Nicole dibopong ke hamparan handuk di pasir.
Ok... Sekarang giliran siapa? tantangku.
Kita balik aja dulu ke villa, Sat. Nanti kulit kita terbakar lama-lama berjemur disini, jawab Putri yang memang betul sekali. Kami lalu beriringan kembali naik melewati jalan setapak menuju villa. Masih dalam keadaan bugil. Gila, nggak?
*****************************************************************************
Mereka kini telah cantik-cantik lagi dengan pakaian dan make-up remaja yang telah dikenakan. Cuma aku aja yang nggak bisa ngapa-ngapain. Gimana? aku kan nggak bawa baju selain yang kupakai ini.
Paling pakaian si Hellen yang bisa kupinjam nanti kalau sudah kepepet. Sebab hanya ia yang lumayan punya banyak koleksi kaos oblong dan jeans. Walaupun kali ini ia seperti cewek-cewek lain dengan baju trendy dan seksi. Apa Hellen membawa pakaian sejenis itu, ya?
Setelah makan kami kembali keluar dari villa dan duduk-duduk di luar. Athena, Venus, Putri dan Carrie membawa Nicole berjalan-jalan di sekitar tempat ini.
Put... Wheres this road lead to ends? Is there another villa here? ("Put, jalan ini menuju kemana? Apa ada vila lain di sini?") tanya Carrie tentang kebenaran bahwa hanya kita yang berada di pantai ini saat ini.
Theres another villa at the end of that cliff over there, ("Ada vila lain di ujung tebing sebelah sana") Putri menunjuk bukit di ujung, but its still our villa. It belong to my aunt. But, shes not here. Shes living in the other town where Dewi used to be, ("tapi itu masih vila kami. Kepunyaan tanteku. Tapi, ia tidak tinggal di sini. Ia tinggal di kota lain dimana Dewi biasanya berada") jelasnya lebih jauh tentang villa lain itu.
Dari pantai dimana mereka sekarang barulah bangunan itu kelihatan dengan jelas. Villa itu dibangun agak menjorok ke ujung bukit karang jadi kelihatan agak rawan longsor walalupun sebenarnya sangat kokoh. Tanteku ini memang agak nyentrik. Ia suka yang aneh-aneh.
Eh, mbak... Lihat... aku dapat ini... " Venus menunjukkan sebuah kalung. Kalung itu terbuat dari gigi hiu. Ukurannya lumayan besar, seukuran jari kelingking dan teksturnya bergerigi tajam, diikat dengan tali kulit. Tanpa pikir panjang Venus langsung memakainya. Bagus, kan? katanya senang dengan temuannya.
Yuk, kita cari lagi mungkin masih ada yang lain, Athena jadi ingin mendapat sesuatu dari pantai ini. Ketika kembali mereka membawa banyak kerang dan batu yang menurut mereka bagus.
Sst... Mas Satria... Sini... Mas... sini... " aku mendengar seseorang berbisik dari balik rimbunnya bunga lily.
Siapa itu? tanyaku sambil melihat kesana.
Ini Diva... Sini... cepat... " aku menemukan dia sedang berjongkok bersembunyi di sana. Langsung ditariknya tanganku agar ikut dengannya berjongkok di sana lalu dengan mengendap-endap membawaku.
Mau kemana nih, Div? tanyaku ingin tahu kemana kami menuju. Diva hanya menempelkan jari telunjuknya di bibir sambil terus menarikku. Kami rupanya menuju air terjun di atas bukit yang alirannya lewat di depan villa. Air terjunnya lumayan tinggi, ada sekitar enam meter dengan airnya yang dingin menyegarkan.
Ngapain, Div? tanyaku lagi padanya.
Ah... Mas Satria... pake nanya segala... Mau ngapain lagi selain itu? jawabnya yang segera kumengerti karena dengan perlahan ia menanggalkan pakaiannya.
Baiklah... Tapi Diva jangan bising, ya? Kalau ketahuan mereka bisa berabe nanti urusannya. OK? kataku padanya membantunya meletakkan pakaiannya di atas batu besar.
Main di air yok, mas? usulnya setelah pakaianku juga sudah lepas semua. Di air? Boleh juga... Tapi dingin, nih. Tahan, kan? jawabku karena airnya memang dingin sekali. Diva sepertinya tidak perduli dinginnya air. Ia langsung masuk dan berendam di dalamnya padahal dia itu sedang bugil total. Aku ikuti Diva ke dalam air. Brrr... dingin sekali!
Diva seperti sedang mencari-cari sesuatu di dalam air, diantara bebatuan. Nyari apa, Div? tanyaku setelah kuhampiri ia.
Ini, nih. Tadi aku melihat ada yang berkilauan di dalam air. Mana, ya... Nah ini dia... Hm? Diva memegang sebuah gelang yang terbuat dari logam berbentuk dua helai bulu mengapit sebuah batu kristal.
Wah... kristalnya bagus... biru dan bening, langsung saja dipakainya gelang itu di samping gelang yang biasa menghiasi tangannya. Bagus, kan, mas? Diva memamerkan gelang barunya sementara tangan kirinya telah melingkar di leherku dan dadanya menekanku.
Bagus... cocok denganmu... jawabku mencoba menyenangkannya.
Penisku sama sekali tidak mau bangun karena dinginnya air. Jadinya aku mengemut dadanya dan mengelus kulit Diva meremang karena dingin. Diva menggenggam penis kecilku dan mengocoknya di dalam air. Tanganku juga nggak mau diam. Langsung jari-jariku bermain di belahan vaginanya yang telah beberapa kali kumasuki. Terasa sangat dingin.
Jari tengahku mulai keluar-masuk liangnya membuatnya bergelinjang keenakan dan mulai hangat. Lidah kami lalu saling mengait di mulutku. Mas Satria... ke tepi aja yo... Ini nih... Kontol mas Satria gak mau naik di sini. Kapan mainnya? ajaknya ke tepi. Aku menurut saja. Aku kemudian duduk di batu yang bertebaran di pinggir sungai kecil ini. Diva lalu meneruskan pekerjaannya dengan mulutnya.
Dengan cermat, Diva mengulum penisku sampai ia mulai menggeliat bangun karena kehangatan mulutnya. Diva senang sekali melihatnya. Hingga saat batangku telah tegang penuh, Diva melepaskannya dari kulumannya dan mengarahkan batangku ke liangnya yang telah terbentang.
Hmmm... Ahh... hhhhsssst... Yahh... Nikmat kan, mas? desahnya ketika batang penisku sudah di liangnya. Dari pantat hingga pinggangnya terendam di air hingga kakinya ditopangkannya kepadaku. Divalah yang menggerakkan pinggulnya maju-mundur hingga penisku terkocok di liangnya.
Gantian, dong, mas. Capek, nih, goyang terus, pintanya berhenti menggoyang pinggulnya. Ok-Ok... Gini... Yak... Hmm... , aku kini mengatur posisi kami. Diva sangat suka gaya begini karena aku tahu titik sensitifnya ada pada lubang anusnya.
Dengan tangan dan lututnya bertumpu pada dasar kolam aku memposisikan penisku di liang vaginanya lagi dan meluncur masuk. Ahh... hhhhmmmmm... Enak, mas... Hmmm... " desahnya saat aku mulai memompa penisku keluar masuk. Pantatnya yang menjulang kini kuremas-remas lembut.
Aku jadi ingat waktu aku memukuli pantat ibu Karen hingga kemerahan lalu karena katupan vaginanya akibat pukulan itu aku jadi nembak.
Dengan jari kulebarkan belahan pantatnya dan secara gemas kuusap lubang anusnya hingga. Ahh... ahhhhh... Diva orgasme tanpa berhenti karena aku terus memompakan penisku juga mengusap lubang anusnya. Hingga total lima kali orgasme sampai Diva lemas. Aku menahan tubuhnya dan memeluknya.
Hah... hah... Enak... enak sekali, mas... Enak... dengusnya di pelukku. Aku belum pernah dapat orgasme sebanyak itu... Nikmat sekali... Tapi mas Satria belum nembak, kan? Sejak main sama Nicole tadi. Nggak pa-pa, mas? tanyanya penuh perhatian.
Ah, nggak masalah. Diva kan tau, kalau aku nggak mudah nembak. Nanti juga bisa. Kan masih banyak yang lain yang akan kukentot, jawabku.
Diiiiiivvaaaaaaaa... Diivvvvaaaaaaaaaaa... kau dimana..? Kami mendengar kalau Diva sedang dicari. Itu suara Putri. Ia sedang mencari di bawah sana. Mungkin berkeliling.
Diva, kamu sedang dicari. Kalau kita ketahuan di sini bisa gawat. Diva langsung saja menyambar pakaiannya lalu langsung memakainya.
Mas... Diva turun duluan, ya? lalu ia menghilang di balik rimbunan semak.
Sewaktu aku bangun hendak memakai pakaianku. Halo, mas Satria... " seseorang muncul dari belakangku. Mandi sendirian aja, mas? Dia Venus, berdiri di pinggir kolam.
Iya... mau ikut? Ayo... " ajakku mencoba menghilangkan kegugupanku. Dengan sigap ia lalu menanggalkan semua pakaiannya lalu mencoba dinginnya air dengan ujung jarinya.
Iihh... dingin ya, mas Venus bergidik kedinginan.
Masuk dulu sini... Nanti pasti nggak dingin lagi, ajakku. Ia lalu masuk perlahan dan mendekatiku.
Brr... dingin... hihhh... Mas Satria nggak kedinginan?Ih..kok bisa sih...? Apalagi kontol mas Satria bisa tegang di tempat dingin seperti ini... " cetusnya. Kaget juga dia bisa melihat penisku yang berusaha kusembunyikan. Hayoo... mas Satria mengkhayalkan siapa, hayoo... " godanya centil.
Mengkhayalkan Venus, dong. Siapa lagi? balasku .
Hmm... Ya nggak usah dikhayalin lagi, deh. Venus, kan udah ada di sini, Venus kini duduk di pangkuanku. Tadi mas Satria ngayalin apa, mas? lanjutnya mengusap-usap dadaku.
Banyaaaak... sekali. Eh ini kalung apa? tanyaku tentang kalung yang dipakainya.
Ini kalung gigi hiu. Tadi aku nemu di pantai. Bagus, kan? Wah sudah dua orang yang menemukan barang bagus di tempat ini. Venus menemukan kalung gigi hiu ini. Diva menemukan gelang kristal biru.
Mas... Aku mau main... Boleh, ya? mintanya sambil menggoyang badannya hingga penisku semakin tegang.
Aku nggak pernah bisa menolak permintaan seperti itu, Ven. Ayo. Segera saja ujung penisku mengarah ke pintu vaginanya yang seret dan sleeeeeep.
Ooohhhh... aahhh... HHhmmmmm, desahnya keenakan. Kupegang pantatnya dan aku mulai menghunjami liangnya dengan penisku. Payudaranya yang terguncang-guncang kusambut dengan mulutku langsung kuemut. Oh yeah... oh yeah... Enak sekali, mas. Enak... Oooooooohhhhhh... " desah Venus meracau.
Ketika aku masih memompakan penisku keluar-masuk liang Venus walaupun aku tau cara mengakhirinya, seseorang datang lagi.
Hayo, ya! Kalian ini sembunyi-sembunyi ngentot di sini, ya! kejut Athena tiba-tiba muncul dari samping. Aku spontan berhenti.
Yah, Then... Lo ngagetin orang yang lagi enak aja. Nanti elo dapat bagian, deh. Iya, kan, mas? Aku terpaksa mengiyakan saja.
Boleh... Ok... Kalian teruskan saja. Aku tunggu, Aku tersenyum melihat melihat kesabarannya Athena.
Aku merasa sudah saatnya selesai dengan Venus dan aku berencana membuatnya seperti pada Diva tadi. Jadi sambil memompakan penisku, tangan kanannya kuangkat keatas dan kuciumi ketiaknya.
Aaaaaaaahhhhhhh... Aaaahhhhhh... " Tubuhnya bergetar hebat walaupun begitu aku tetap mengocokkan penisku dan menciumi ketiaknya. Lima kali juga ia orgasme membuat liangnya terasa luar biasa becek oleh cairannya.
Wah, mas Satria... Kok bisa begitu? Aku nanti mau yang seperti itu juga, ya? Athena terheran dengan orgasme berkali-kali Venus. Venus masih lemas ketika aku menggendongnya keluar dari air dan membuatnya berdiri.
Setelah itu Athena mengumpulkan pakaianku dan menarikku pergi dari tempat. Venus saja bengong ditinggal begitu saja masih berdiri di sana telanjang.
Di sana itu nggak aman lagi. Aku tadi aja melihat kalian dari jendela kamar. Makanya aku mau ke tempat yang gak mungkin terlihat dari jauh. Athena menarikku hingga masuk hutan. Dia sih enak masih pakai baju, aku kan sedang telanjang bulat begini.
Hingga pada suatu bagian hutan yang yang pohonnya agak jarang kami berhenti. Ia membuatku tersandar pada sebatang pohon besar lalu berjongkok di depanku. Tanpa ba-bi-bu lagi ia mengulum penisku dengan mulutnya. Pasti ia bisa merasakan sisa cairan orgasme Venus barusan.
Sambil begitu ia juga menanggalkan bajunya hingga tinggal CD-nya saja. Enak sekali kalau dihisap dan dijilati Athena di tempat seperti ini. Teduh dan sejuk. Angin terkadang meniup rambut panjang Athena.
Athena akhirnya berhenti dan menurunkan CD-nya dan mengarahkan penisku kesana. Tapi segera berhenti karena ia sepertinya ia melihat sesuatu yang menarik. Tangannya segera menjangkau ke arah pohon. Di samping kepalaku ada lubang pohon yang lumayan lebar.
Wah... Beruntung sekali aku menemukan ini di sini. Athena memegang sebentuk cincin dengan mata yang berbentuk seperti api berwarna merah. Bagus, ya, mas? begitu dipakainya di jari manis kanannya.
Pas sekali, setujuku. Aku mulai heran lagi, tiga orang. Hmm?
Kalau begitu... bisa kita teruskan, ya? Athena lalu kembali membimbing penisku kembali ke vaginanya. HHmmmm... aahhh... " Untuk main berdiri begini aku terpaksa menekuk lututku dan mulai memompa keluar-masuk.
Ooohh... Oo oh... aahh... Mas... hss..oohh.. desahnya membuat semakin semangat. Sekarang aku mengambil alih, Athena yang kini kusandarkan ke pohon. Sebelah kakinya kunaikkan dan tetap dengan lutut ditekuk aku mengeluar-masukkan penisku dengan cepat.
Mas... mas... buat aku seperti Venus tadi... Mas,... mas.. pintanya yang segera kulakukan dengan menciumi mukanya lalu telinganya kukulum dan kuhisap tanpa lepas.
Oooooohhhhhh... Ooohhhhhh... aaaahhhhhh... " bagus sekali seperti yang diharapkannya, Athena mendapat lima kali orgasme seperti Diva dan Venus tadi.
Kakinya tetap kupegang juga penisku masih bercokol di situ sementara Athena masih berusaha mengatur nafasnya. Enak, kan, Then? ia hanya mengangguk lemas nggak sanggup mengeluarkan kata-kata. Tiba-tiba... Swat...
Tanganku ditarik orang hingga penisku tercabut dari liang Athena dan ia terjatuh karena tadinya akulah yang membuatnya tetap bersandar di pohon.
Orang itu adalah Hellen. Len... Len... Apa-apaan, nih? Aku nggak pake baju nih... Aku berteriak-teriak agar ia berhenti menarikku seperti ini. Tenaganya kuat sekali aku jadi nggak mau melawan tarikannya. Hellen menarikku sambil berlari keluar dari hutan itu dan sampai di bagian lain pantai yang kami biasa bermain. Ia baru melepaskan tangannya di depan sebuah gua.
Eh... Aku nggak tau kalo di sini ada gua.. komentarku tentang tempat itu.
Tentu aja. Mas, kan, jarang kemari. Aku sering main kemari. Gua ini tempat favoritku, lalu ia masuk ke dalam gua. Beberapa lama kemudian ia keluar lagi memandangi sesuatu di tangannya.
Tebak apa yang kutemukan di sana? katanya sambil tangannya disembunyikan ke belakang.
Bagaimana mungkin aku tau? jawabku.
Ini! sambil menunjukkan sebuah anting-anting terbuat dari baja. Dipermukaannya ada semacam ukiran kecil. Gambar tengkorak seperti bendera bajak laut.
Segera ia memakainya di telinga kanannya yang telah penuh dengan tindikan. Anting itu di sangkutkannya pada anting yang telah ada. Bagus, gak, mas Satria? tanyanya menunjukkan telinganya padaku. Aku mengangguk saja.
Anting ini kutemukan di dalam perut kerangka di dalam gua itu, tunjuknya pada gua favoritnya.
Kerangka? Kerangka apa? heranku lalu melangkah ke sana.
Segera ia menghalangiku, Jangan dilihat, mas. Nanti selera ngentot mas Satria bisa hilang melihatnya.
Aku jadi semakin penasaran. Jangan mas... Nanti aja, ya, abis main dulu. Itu kerangka manusia tapi lebih besar dari yang biasanya. Mungkin terbawa ombak terdampar di dalam gua waktu pasang naik. Gitu. Udah, deh. Bukan hal yang luar biasa, jelasnya berteori. Tapi kalau kerangka manusia pasti hal serius. Walaupun begitu aku nggak mau berdebat dengan Hellen lagi.
Sekarang aku mau mas Satria mengentoti aku di pantai ini, ujarnya sambil membuka seluruh pakaiannya.
Baiklah, Len... Kita ke karang itu aja, tunjukku pada karang keras di kanan kami.
Hellen lalu bersandar ke karang dan mengangkangkan kakinya lebar-lebar. Penisku yang agak mengendur kembali tegang melihat vagina Hellen yang terbentang lebar. Hmm... Hellen agak sulit dapat orgasme kalau aku nggak ikut nembak. Biar sajalah.
Kudorongkan penisku ke vaginanya dan menerobos masuk. Hhmmmmm... Yah... Hellen mengangkat pantatnya dan memutarnya searah jarum jam sementara aku mengocoknya keluar masuk. Hellen memang lebih kuat dari yang lain dan aku dasarnya tak tahu titik sensitifnya. Yang kutahu aku harus nembak untuk membuatnya orgasme. Setelah hampir lima belas menit, tubuh Hellen kuangkat dan kuletakkan di pasir pantai.
Dari belakang kini kusodok vaginanya membuatnya kembali mendesah keenakan. Dengan jariku aku mengusap-usap klitorisnya yang mencuat keluar dari bibir vaginanya. Karenanya Hellen mendengus dan mendesah lebih keras. Itu dia...
Kalau aku melakukannya lebih kuat, aku bisa membuatnya orgasme. Aku tidak lagi mengusap melainkan menggosok daging kecil bengkak itu dengan keras dan cepat. Membuatnya menjerit penuh ekspresi. Sakit dan nikmat mungkin.
Lalu ketika aku menjepitnya dengan kedua jariku atau lebih tepatnya lagi mencubitnya, masih menungging begitu, Hellen orgasme. Ooooohhhhhh... Aahhhh... aku bisa merasakan decit semburan cairan itu membasahkan liang dan batangku, lalu lagi dan lagi sampai lima kali. Setelah itu ia ambruk ke pasir membuat batangku terlepas meninggalkan sebentuk tali cairan yang menghubungkan penisku dan liang vaginanya.
Hellen yang kuat, akhirnya kutemukan juga cara menaklukkannya. Wah aku harus mengambil bajuku kembali di dalam hutan. Kalau pulang begini pasti Carrie bisa cemburu lagi. Tapi kemana arahnya. Aku tidak mengingat arah Hellen membawaku tadi.
Kenapa? Mas Satria nggak tau jalan pulang, ya? aku mendengar suara dari atas karang. Karena ia berada tepat di depan matahari, aku silau melihat cahayanya. Tapi kalau tidak salah itu Aphrodite.
Ia kemudian melompat turun. Nggak. Aku mau mencari bajuku. Ketinggalan di hutan, jelasku.
O... di tempat waktu mas main sama Athena tadi, kan? Glek. Dia tahu juga. Aku tau tempatnya. Ayo, aku antarin ke sana, katanya sambil mulai berjalan menuju ke pepohonan.
Aku mengikutinya. Kesal juga karena sesekali ia menghilang lalu muncul lagi sepertinya tempat ini tempat bermainnya saja. Ia seperti tahu setiap inchi tempat ini hingga di kejauhan aku melihat ia melambaikan celana seragam abu-abuku.
Ketika aku sampai di sana ia sudah di depanku lagi melambaikan seragam putihku. Ia memintaku mengikutinya kurasa. Ia melambaikan celana dalamku terakhir kali sampai aku tiba di puncak bukit.
Dari sana aku bisa melihat semuanya. Villa, pantai, air terjun, villa tanteku di ujung. Semuanya. Bagaiman pemandangan disini? Bagus, kan? Aphrodite menghampiriku dari belakang. Ia tidak memakai baju lagi. Dari sini kita bisa melihat semuanya. Gua favoritnya Hellen tadi di sebelah sana, tunjuknya pada karang tempatnya berdiri tadi.
Seluruh tempat ini sudah kujelajahi. Lihat... disebelah sana adalah tempat burung camar bersarang, katanya sambil mengambil sebuah batu dan melemparnya, membuat burung-burung malang itu berterbangan kaget. Kawanan itu melewati kami. Aku mengawasi mereka menjauh lalu kembali ke sarangnya.
Udah, Dit... Jangan dilempar lagi. Kasihan, cegahku saat melihat ia akan memungut batu lagi.
Nggak... aku nggak mau melempar lagi. Tapi tadi burung-burung itu menjatuhkan ini, katanya menunjukkan sebuah gelang lengan dari logam. Ukuran gelang lengan lebih besar dari gelang biasa dan gelang ini berputar dua kali dan diujung-ujungnya ada semacam bandul bulat yang berujung runcing.
Gimana, ya cara memakainya? katanya bingung saat ia mencoba di pergelangan tangan yang tentunya kebesaran.
Di pakai disini, Dit, aku membantunya memakai gelang itu pada bagian lengannya.
Oh, disini make-nya, katanya senang lalu memelukku erat.
Adit,... kau tau kalo yang lain juga mendapat benda-benda seperti ini? kataku padanya yang membuat Aphrodite melonggarkan dekapannya.
Siapa? tanyanya lebih jelas.
Hmm... Diva dapat gelang dengan kristal biru, Athena dapat cincin merah... Venus... dapat kalung gigi hiu, Hellen tadi dapat anting tengkorak, ceritaku.
Dan aku dapat gelang lengan ini, kan? Mungkin yang lain juga sudah dapat. Mas Satria sudah dapat? Aku menggeleng.
Aphrodite melirik ke bawah dimana batang penisku sedang berada diantara kakinya, tepat di bawah vaginanya. Mas, Adit mau main... Boleh, gak? mintanya. Aku tersenyum aja melihatnya,
Tentu saja boleh, Dit. Boleh, jawabku mencium pipinya.
Aphrodite lalu membuatku berbaring di permukaan batu gamping luas yang membentuk bukit ini. Aphrodite sendiri yang mengarahkan penisku ke liangnya yang telah terbuka karena ia jongkok mengangkangiku. Saat kurasa hangatnya daging kenyal liang menyentuh kepala penisku. Kuangkat pantatku hingga masuk dalam liangnya.
HHmmmm... Aaahhh... desahnya saat aku memompakan penisku dengan cara berbaring begini. Ia juga ikut menaik turunkan badannya hingga ujung penisku sering menyentuh dasar rahimnya.
Kembali tanganku nggak mau nganggur. Segera kuremasi kedua dadanya yang terguncang. Lalu pinggangnya kutekan ke bawah apalagi waktu penisku menghujam dalam.
Mas... Buat aku seperti mereka tadi, masss... " desahnya. Seperti mereka? Apa Aphrodite juga melihat waktu aku main dengan Diva, Athena dan Venus tadi? Ah, masa bodolah.
Tanganku lalu beralih ke perutnya, tepatnya di bagian pusar hingga memulai ledakan orgasme Aphrodite. Dengan jari tengahku, aku mengaduk pusarnya dan tetap kuputar-putar jariku di sana sampai lima orgasme Aphrodite reda. AAAHHhhhhhhhhhh... Hahh... hah... Nikmat sekali, mas desahnya kelelahan lalu seenaknya dia juga berbaring di tanah.
Aku masih melihatnya di tanah ketika selesai kubersihkan punggungku dan berpakaian. Aku kembali bingung bagaimana caranya kembali ke villa. Aku berdiri tepat di tepi bukit dan menandai beberapa pohon sebagai patokanku. Lalu kuberanikan diri turun mengikuti pohon-pohon itu.
Aah... Akhirnya... Setelah beberapa kali hampir nyasar, aku melihat villa itu. Sewaktu akan memasuki pagar tanaman villa, aku mendengar suara Carrie.
Hi, honey... Whereve you been? Ive been looking all over for you. Mpph... I miss you, honey, ("Hai, sayang. Kamu dari mana aja? Aku sudah cari kamu kemana-mana. Aku kangen kamu, sayang") katanya memelukku dari belakang.
Oh, Carrie. Ive been wandering around the forest and get lost. ("Oh, Carrie. Aku tadinya jalan keliling hutan dan malah nyarar") Jelasku padanya.
O, my... But... you dont tell me whats happening before you get lost? ("Astaga. Tapi kau tidak memberitahuku apa yang terjadi sebelum kau nyasar") tanya Carrie lagi.
Umm... What ymean? ("Um, apa maksudmu?") elakku.
Dont lie to me. I know everything you did this afternoon. Got that, hon? ("Jangan bohong padaku. Aku tau semua yang kau lakukan sore ini. Paham, sayang?") jelasnya walaupun begitu ia tetap tersenyum.
C-mon, follow me, ("Ayo, ikuti aku") Carrie menarik tanganku masuk ke villa dan ke kamar di lantai atas. Kami melewati Putri dan Dewi yang sedang ngobrol di ruang depan. Mereka hanya tertawa tertahan melihat kami.
Sesampai di kamar, Carrie langsung mengunci pintu lalu membuka bajunya. I know you havent cum yet after those five fucks in a row. So... I make sure youll have it wonderfully, honey, ("Aku tau kau belum ngecrot setelah lima kentotan berturut-turut tadi. Jadi, aku akan memberikannya padamu seenak-enaknya, sayang") ujar Carrie sambil duduk di pangkuanku yang duduk di tepi ranjang.
Aku hanya membiarkan Carrie membuka pakaianku dan melemparkannya ke tumpukan pakaiannya. Im gonna suck you off to wake this little guy up, ("Aku akan menyepongmu untuk membangunkan si kecil ini") katanya dan mulai melakukan maksudnya.
Man... youre good, girl... " ("Enak sekali") pujiku atas hisapannya yang nikmat. Penisku yang tadinya kecil, sekarang perlahan-lahan membesar ke ukuran maksimalnya. Lidahnya bermain-main di batang penisku. Bagian kepala penisku disedot-sedotnya kuat lalu ujung lidahnya mengutik-utik lubang kencingku.
All right, honey. Lets boogey... ("Baiklah, sayang. Ayo kita lakukan") katanya melepas emutannya dan naik lagi ke pangkuanku. Dengan sebelah tangannya, Carrie mengarahkan penisku ke liangnya yang telah basah. Dadanya rapat ke dadaku.
Yeahh, baby... HHhhssssstt... Nice... Uuuhhhh... Baby... I feel great, ("Yea, sayang. Enak... Sayang... Rasanya enak sekali") desah Carrie sambil menggoyang-goyang tubuhnya seirama dengan kocokanku. Honey, baby... Make me cum first... C-mon... honey. You know how... Hssstt... you know the spot, ("Sayang. Buat aku dapat duluan. Ayo, sayang. Kau tau caranya. Kau tau titiknya") mintanya yang segera kuturuti karena ini bakalan lama sampai ia memutuskan untuk membuatku nembak.
Ooaaaohhhh... Aahhhh... " teriaknya saat aku menjilati belahan dadanya yang sensitif. Dasar Carrie, ia malah makin segar dan semangat menggoyang badannya. I love you, honey... Keep it up... yeahh... " ("Aku cinta padamu, sayang. Teruskan, ya")
Sekarang ia berputar hingga menghadap ke depan. Gerakanku dan dia tetap saja tapi kini dadanya di genggamanku. Kalau begini, nampaknya cewekku ini bakalan menggantungku lebih lama lagi.
Lalu ia menukar gayanya dengan meletakkan tangannya ke lantai dan kedua kakinya di kasur. C-mon, baby. Improvise! ("Ayo, sayang. Improvisasi!") ditantang begitu membuatku berpikir.
Kuangkat kedua kakinya kuangkat dari kasur dan dengan menyamping tanpa melepas penisku kuhajar lagi liangnya dengan cepat. Yeah baby... Oooohh... ssstt... Youre fuckin great... I love you... Oo..fuck... yes... yes... " ("Ya, sayang. Kau hebat sekali. Aku cinta padamu. Ya, ya")
Lalu karena disuruh improvisasi, Carrie kuangkat dari posisi buatannya itu lalu kurapatkan ke jerjak jendela dan kuhajar terus di situ dengan posisi berdiri.
Walaupun sudah berapa kali ganti posisi, sepertinya Carrie belum lelah malah semakin menjadi-jadi. Tubuhku dan tubuhnya telah bermandi peluh. Carrie sudah orgasme beberapa kali hingga ia harus mengelap cairan vaginanya sendiri sebelum memasukkan penisku lagi ke sana.
Sesekali aku mendengar tawa Carrie di antara desahan nikmatnya. Dan ketika ia mendapat orgasme kali ini, Carrie berbalik padaku menggigit leherku.
Itu memicu sebuah ledakan di selangkanganku yang sudah panas dari tadi menunggu saat ini. Dengan sebuah sodokan keras aku memuntahkan maniku yang kedua untuk hari ini. Semburan-semburan keras itu banyak sekali sampai keluar dari sela-sela bibir vaginanya.
Hmm... Isnt it great, honey? You and me. Just alone in this very own room. Having a great sex together before... ("Hm. Tidakkah ini hebat, sayang. Kamu dan aku. Hanya berdua saja di kamar ini sendiri. Ngeseks gila-gilaan bersama sebelum... ") Carrie menghentikan ucapannya.
Before... what? ("Sebelum... apa?") membuatku penasaran.
Well... Dyou know what theyre up to plan tonight? ("Baiklah. Apa kau tau apa rencana mereka malam ini?") jawabnya.
Yeah... I do know, ("Ya, aku tau") jawabku membuat teka-tekinya basi.
What? You already knew? Whats the plan? ("Apa? Kau sudah tau? Apa rencananya?") tantangnya lagi.
You guys wanna fuck me till I drop, right? ("Kalian mau mengentotiku sampai habis-habisan, kan?") jawabanku yang membuatnya tersenyum.
He... he... You caught me... But the best part of it is... Ill fuck you too. Isnt great? ("He... he... Ketauan, ya? Tapi bagian terhebatnya adalah... Aku juga akan mengentotimu. Hebat, kan?")
Yeah, fuckin great... " ("Ya, hebat sekali") ejekku yang membuat Carrie mencubit dadaku. Aw... Its hurt..aw... aw... " ("Aw. Atit... ")
Malam itu memang seperti yang mereka rencanakan. Semuanya kugilir termasuk Nicole yang mulai berani sedikit heran dengan pesta seks malam itu. Sembilan orang kulayani.
Kali ini dalam satu giliran aku belum nembak karena Hellen sudah ketahuan rahasia sensitifnya, sedang Carrie tidak mau menggigit leherku.
Saat-saat kemenanganku cuma berlangsung sebentar gara-gara Carrie. Ia menjanjikan kalau tiap cewek di tempat ini akan merasakan semburan maniku di liang vagina mereka.
Gila, nggak. Sembilan kali... Mati aku. Ide Carrie yang satu ini memang sangat gila. Mereka semua senang sekali mendengar itu. Tetapi aku bisa mati lemas karenanya. Walaupun bagaimana perkasanya aku dengan mereka tapi kalau Carrie sudah menggigit leherku, sudah, deh.
Waktu bagian Putri dan Dewi aku masih fit, juga waktu bagian Diva dan Athena. Tapi di giliran Venus dan Aphrodite aku mulai lemas.
Yang aku nggak habis pikir kenapa juga penisku ini masih mau juga tetap tegang walaupun sudah beberapa kali nembak. Tidak berkurang lemas sedikitpun. Padahal sudah terasa ngilu.
Pada waktu giliran Hellen, kepalaku mulai pusing. Dan pada Nicole yang kuingat hanya waktu penisku yang bandel itu berkontraksi menyemburkan sperma. Lalu terakhir kali yang kuingat nafas Carrie di leherku ketika ia menggigit daging leherku menyebabkan sperma terakhirku untuk malam itu lalu aku tak ingat apa-apa lagi.