Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Rahma [NO SARA]

Status
Please reply by conversation.
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
ENAM

“Holy Shittt….!!!!!”

Aku kaget setengah mati ketika seekor cicak jatuh dan pas menimpa layar ponselku. Kontan saja dengan reflek aku membanting ponselku di sofa. Sayangnya, cicak itu kini jatuh ke dalam minumanku. Untunglah aku tidak memiliki riwayat penyakit yang bisa fatal kalau kaget. Setelah tenang, kembali ku tatap layar ponselku. Ah, Maha Suci Dzat yang Maha Indah, yang telah menciptakan keindahan ini. di foto itu Rahma sedang melepaskan cadarnya, tetapi setengah dari kain cadarnya ditahan oleh tangannya, hingga tampaklah sebelah wajahnya yang tersingkap. Namun dari situ saja aku sudah bisa mengambil kesimpulan kalau Rahma ternyata adalah seorang wanita yang sangat cantik. Meskipun pendapatku ini kelihatannya sangat subyektif, mengingat bagiku, Arni adalah wujud kecantikan sejati. Hanya saja aku tidak bisa memungkiri bahwa makhluk di dalam layar ponselku ini juga sangat cantik dengan standarnya sendiri.

Drrttt…..pesan baru dari Rahma.

“Ghaddul Bashar, Kang (emoji senyum)”

“Maaf Neng?”

“Maaf kenapa?”

“Maksudnya apa?”

“Jaga pandangannya atuh Kang”

Aneh, Rahma memberikan fotonya yang sangat cantik lalu menyuruhku menjaga pandangan. Sebuah frasa aneh yang kontradiktif.

“Jaga pandangan gimana, Neng? Lha fotonya udah kelihatan mukanya meski setengah trus Akang disuruh jaga pandangan. Gimana, atuh?”

“Ya jaga aja pandangannya, jangan sampe nafsu lihat fotoku, hihihihi….”

“Ketawanya menyeramkan, Neng”

“Bodo”

Untuk sementara ku putuskan untuk tidak membalas chat Rahma. Ku sandarkan kepalaku dan ku buat posisiku se rileks mungkin karena aku ingin menatap dan menikmati foto Rahma yang menurut persepsiku sengaja menantangku atau sesuatu seperti itu. Mungkin saja ketika dia akan memutuskan untuk mengirim foto itu, ada pergolakan hebat dalam hatinya. Seorang akhwat yang sehari-harinya berjuang keras menjaga iffah (kesucian) baik diri maupun pernikahannya, terlebih lagi syahwatnya kini sedang dalam posisi tergoda oleh seorang suami orang yang meminta fotonya tanpa mengenakan penutup mukanya. Aku juga heran mengapa Rahma dengan ringannya mengirimkan fotonya meskipun aku menunggu agak lama. Tapi dia mengirimkannya dan dengan diiringi kata-kata agar aku tidak bernafsu melihat fotonya. Rupanya – mungkin hanya dugaanku saja – Rahma memilih untuk menyerah dalam menjaga iffah-nya setidaknya hanya untuk malam ini saja karena dia sedang butuh teman ngobrol atau bercanda, atau dia sedang dalam keadaan rindu yang menghebat kepada suaminya, lalu tiba-tiba dia berada pada kondisi yang nyaman dengan seorang pria beristri yang terkadang dengan nakalnya menggodanya. Sekali lagi, ini hanya analisisku saja.

Ku perhatikan lagi foto yang baru ku terima. Sungguh Rahma sangat cantik meskipun bibir dan hidungnya tertutup sebahagian, tetapi matanya yang menatap tajam ke kamera telah mampu melengkapi bagian wajah yang terlindungi. Rahma mengenakan jilbab biru muda lebar dengan cadar yang warnanya senada. Tangan kirinya menutupi sebahagian wajahnya sebelah kiri, namun membiarkan wajahnya yang sebelah kanan terekspos dengan jelas, menampakkan pipinya yang putih namun merona. Lembut dan tanpa noda. Oh, betapa ingin aku mendaratkan bibirku di pipi yang indah itu. Lalu ku kecup perlahan dengan kecupan basah yang biasanya kalau dengan Arni, kecupan basahku juga langsung membuatnya basah. Entah bagaimana rasanya jika lidahku menyapu pipi yang mulus ini. Ah…***panya sudah menegang lagi.

Eh, Tunggu. Ada yang aneh di foto ini. ku perhatikan dengan saksama wajah cantik itu, dan aku merasa ada yang berbeda dari gambar itu. Hanya saja aku belum bisa menyimpulkannya. Ku hela nafasku lalu mencoba memperhatikan lagi. Ah, wajah ini sungguh cantik. Tapi bukan disitu keanehannya. Hmmm….ku tatap lekat-lekat foto itu lalu ku temukan sesuatu yang membuatku serasa merinding. Rahma mengirimkan fotonya padaku dengan sebahagian wajah yang tertutup oleh tangannya pada sebagian cadarnya, namun aku bisa menemukan jejak make up pada wajah yang terlihat. Aku bisa dengan jelas melihat matanya yang dihiasi eyeshadow ataupun eyeliner, serta perona pipi dan tentu saja sedikit sudut bibir yang terlihat juga sangat jelas kalau Rahma menghiasnya dengan lipstik. Ya! Rahma memakai make up.

Sepintas bagi kalian para pembaca hal ini adalah hal yang biasa saja, seorang wanita memakai make up. Benar sekali. Tetapi bagiku, ini adalah sebuah keanehan karena sekian lama aku kerja dengan Rahma, aku tahu persis bahwa di balik cadarnya itu dia tidak pernah mengaplikasikan make up pada matanya yang memang sudah indah itu, apalagi pada bagian yang tertutup. Seingatku, aku tidak pernah menemukan eyeshadow ataupun eyeliner di matanya yang innocence itu. Dan kini Rahma mengirimkanku foto dengan menyingkap cadarnya sebahagian dan menampakkan sebahagian wajahnya yang berhias make up. Apa maksudnya?

Wah…..tiba-tiba hatiku mengembang dan senjataku semakin mengeras. Seberkas senyum bejat tersungging di bibirku. Kini aku tahu. Hipotesis terkuat adalah, Rahma mengirimiku foto seperti itu mungkin saja sebagai kode kepadaku bahwa dia tertarik secara seksual kepadaku. Aku menduga pertarungan nuraninya telah memenangkan syahwatnya sehingga dengan mudahnya dia mengirimkan gambar yang amat sangat vulgar di kalangan akhwat militant sepertinya. Kemungkinan kedua, dia mengirimi fotoku sebagai bahan retorika untuk dijadikan tema dialog di kemudian hari, entah mungkin bisa saja malam ini, atau mungkin di lain waktu. Mungkin saja Rahma sedang membuat tema diskusi dengan menampilkan fotonya lalu meminta pendapatku. Ah….Rahma…. Mungkin dia sekarang sedang dalam persimpangan hati yang begitu hebat. Gejolak dalam dadanya mungkin saja sedang bergemuruh, mencoba menghindar dari gamangnya perasaan.

Sekitar pukul 00.12-an

Aku baru saja menidurkan anakku yang terbangung tengah malam minta dibuatkan sebotol susu. Aku tidak tega membangunkan istriku yang masih terlelap dalam balutan selimut spermaku, hingga aku rela menggendong anakku sampai hampir sejam lamanya agar dia tertidur lelap kembali. Arni terlalu capek akibat hantaman orgasme yang ku berikan berkali-kali hingga dia tidak berdaya lagi, selain itu dia sibuk bekerja sebagai ibu rumah tangga professional jika dia tidak sedang keluar bekerja. Ah…Arni…. Menatap tubuhnya yang indah itu tidak pernah tidak membuatku tegang maksimal. Wajahnya yang sangat cantik – menurutku – tidak pernah tidak membuatku berdebar. Cintaku padanya tidak pernah berkurang, meskipun penisku kadang menjamah lubang selainnya.

Aku kembali ke sofa tempatku semula untuk berbaring melepaskan penat dan mencoba mencari kantuk yang sepertinya belum menampakkan batang hidungnya malam ini. ku raih ponselku dan membuka website berita, dan membaca omong kosong-omong kosong yang bertebaran di halaman web berita. Aku ingat ketika Arni pernah memberikanku bucu bacaan sepulangnya dia kajian akbar. Ketika ku baca, aku sedikit terpana dengan apa yang ku baca, yaitu kita sedan hidup di zaman fitnah, di mana kebenaran di framing media sehingga tampak salah, atau bajingan yang dipoles sehingga menjadi pahlawan. Ah…bullshit. Membaca berita kadang bukan menjadikan wawasanku bertambah tetapi justru menjadikanku semakin pusing dengan fenomena ketimpangan yang disajikan oleh pada kuli media.

Dengan iseng, ku buka kembali WA di ponselku dan ku baca-baca apa saja yang pernah aku tuliskan di aplikasi ini kepada Rahma. Eh….Tunggu! Rahma online? Dini hari begini? Ada apa ya? Lebih baik ku putuskan untuk mengirimkan chat pdanya.

“PING….NENG….”

Tanda centang abu-abu. Dua tanda centang abu-abu. Agak lama tanda itu ku amati. Atau aku saja yang berharap tanda itu cepat-cepat berubah menjadi dua tanda centang biru. Aku menghela nafas, mungkin dia sudah tidur namun ponselnya masih aktif. Baru saja ku letakkan ponselku di meja ketika dia bergetar. Ku buka, dan benar saja. Itu Rahma.

“Bukan gitu kalau salam J ”

“Eh…Assalalmu alaikum”

“Wa alaikum salam….”

“Blom tidur neng?”

“Blom ngantuk”

“Trus lagi ngapain aja?”

“Akang sendiri, kok blom tidur?”

“Hmmm…ada yang coba mengalihkan pembicaraan, deh kayaknya”

“Biasalah, Kang. Kebanyakan orang Indonesia kalo ditanya malah balik nanya. Saya kan orang Indonesia juga :D

“Oh ya? Riset kapan, tuh?”

“Baru aja, hihihi…..”

“datanya gak valid orang Indonesia jumlahnya sekian juta tapi sampelnya cuman sebiji orang”

“Biarin, wekkk….”

“Semangat amat meletnya. Hmmm jangan-jangan….”

“Jangan-jangan kenapa, Kang?”

“Hmmm….jangan-jangan kenapa, ya? Mau tau?”

“Gak juga sih”

“Wahhh….ini chat paling absurd yang pernah saya lakukan dengan penghuni WA”

“Hihihihi….iya. bener banget”

“Neng…”

“Ya?”

“Akang mau ngaku”

“Mangga atuh, ngaku apa”

“Mmm…..tadi akang gak bisa jaga pandangan sma fotonya. Malah maunya ditatap terus”

“Ih…dasar mesum”

“kok Mesum?”

“Mesum dong. Menatap foto orang yang menutup aurat itu mesum namanya”

“Abisnya cantik sih…..”

“Basi”

“Bener deh”

“Garing Ah…”

“Bodo. Eh Neng….Video call, yuk?”

“Jangan….Neng gak pake jilbab”

Entah mengapa, saling berbalas pesan via aplikasi ponsel pintar malam ini dengan Rahma, membuatku senyum-senyum sendiri. Dan kau yakin Rahma pada malam ini juga sedang dalam kondisi yang sama denganku. Aku seperti berasa seorang mahasiswa tingkat awal yang baru mengenal seorang gadis, lalu mencoba peruntungan dengan melakukan pendekatan dengan gadis itu. Segalanya tiba-tiba menjadi melankolis sebagaimana drama-drama korea yang biasa ditonton teman-teman sekantor ketika sore menjelang. Sungguh, akhwat ini di seberang sana sedang dalam keadaan yang rapuh serapuh-rapuhnya. Pendiriannya tengah goyah dalam hantaman badai situasi yang sedang menggelegak menimpa hati dan perasaannya.

“Eh…maaf….pake dulu jilbabnya kan?”

“Emoh…males…”

“Trus gimana, donk”

“GImana, ya? Bobo aja lah. Besok kan mau kerja lagi….”

“Ikut…aku ke situ ya?”

“Ih…dasar mesum….”

“Biarin….yang penting yang dimesumin suka dan rela….”

“Ih…aku gak rela Kang”

“Yang bilang itu Neng siapa? Yee ngerasanya pengen di mesumin”

“Akang Nakal. Udah ah, mau bobo. Kalau Akang mau nemenin, aku tunggu di mimpi aja ya?”

“OK. Deh saya susul ke mimpi juga. Tapi suka-suka saya ya?”

“Iya…Suka-suka Akang lah. Assalamu alaikum”

“Wa alaikum salam”

Sungguh aku ingin sekali bertemu denganmu dalam mimpi, jika seandainya aku bisa mengendalikan mimpiku. Akan ku berikan kau perlakuan yang tidak akan bisa kamu lupakan. Tapi kau hanya mengizinkanku melakukannya dalam mimpi. Seindah apapun mimpi, tetap saja aku harus terbangun nantinya agar aku bisa mencari tahu bagaimana rasanya jika mimpi itu terjadi di dunia nyata. Hhh….sudah hampir setengah dua. Tidak terasa, sudah sejam lebih aku chating dengan Rahma, termasuk bumbu-bumbunya. Tersenyum, merenung, memikirkan jawaban, atau merencanakan godaan ternyata bisa juga menyita waktu yang tidak sedikit. Selamat mimpi Rahma, jika aku bisa masuk di mimpimu, aku ingin sesekali terbangun darinya bersamamu.

***

Pagi yang cerah, secerah hatiku.

Aku memarkirkan motor kesayanganku di basement kantor dengan hati yang berwarna warni dan beraneka rasa. Ada rasa senang dan ada rasa tegang serta rasa hambar sedikit. Aku senang karena hari ini aku akan kembali berjumpa dengan akhwat incaranku, dan aku senang karena aku sudah bisa berdamai dengan perasaanku. Perasaanku mengalah untuk tidak ikut campur dalam hubunganku dengan Rahma. Itu artinya, perasaan cinta dan sayang yang tulus dariku telah menetapkan keputusannya untuk tetap berada di sisi Arni, anugerah terindah yang dikirimkan Sang Maha Indah kepadaku. Meskipun demikian hari ini aku agak tegang karena hari ini jadwalnya pemeriksaan dan audit yang dilakukan oleh lembaga-lembaga yang telah ditunjuk para pemangku kebijakan. Aku hanya berharap, setidaknya jika ada kesalahan, semoga itu bukan dari bagian yang aku dan Rahma kerjakan.

Tapi hari ini sepertinya ada yang aneh. Lahan parkir yang biasanya telah penuh jam segini masih terlihat sangat kosong. Eh, memang sangat kosong. Hanya motorku saja yang ada di tempat parkir ini. apa yang tengah terjadi? Atau hari ini adalah hari libur? Hmm…. Sepertinya bukan, karena di perjalanan tadi aku banyak berpapasan dengan anak-anak sekolah dan aparat-aparat ASN lainnya. Ah, sudahlah. Lebih baik aku segera ke ruanganku dan membereskan semua laporan yang aku dan Rahma buat.

Baru saja aku meninggalkan motorku beberapa langkah, ku lihat Pak Imran, kepala bidang kami datang dengan buru-buru. Entah dia meminjam motor siapa, yang pasti itu bukan motornya karena biasanya dia selalu datang menggunakan mobil. Dia turun dari motornya dan melangkah agak cepat. Dia berhenti sejenak memandangku.

“Kamu ngapain di sini?” tanyanya sambil memberikan isyarat kepadaku untuk mengikutinya.

“Kan ini mau nyerahin laporan di meja bapak” jawabku.

“Oh. Ya sudah. Lantas kenapa kamu pakai baju khaki?” tanyanya. Eh? Lantas ku perhatikan dengan saksama, rupanya Pak Imran menggunakan batik ASN atau yang biasa disebut batik KORPRI. Rupanya hari ini adalah peringatan salah satu Hari Besar Nasional dan akan diadakan upacara di lapangan.

“Wahh…maaf pak. Sampai tidak kepikiran ke sana.” Jawabku sambil membuka pintu ruangan kami. Aku masih berdiri di mejaku sambil membenahi semua dokumen sedangkan pak Imran segera masuk ke ruangannya. Aku segera menyusulnya dan membawa semua kelengkapan berkas, termasuk yang ada di meja Rahma.

“Ini, pak.” Kataku sambil menyerahkan berkas itu.

“Iya.” Jawabnya tanpa menoleh sambil terus memilha-milah berkas dengan agak terburu-buru.

“Oh. Ya, pak. Tim auditor jam berapa datangnya?” tanyaku.

“Kamu belum tau?”

“Belum, pak. Ada apa memangnya?”

“Hari ini kita tidak jadi di periksa. Kemungkinan lusa, karena hari ini jadwalnya kantor dinas yang ada di propinsi. Saya juga gak tau kalau bakalan diundur.” Jawabnya.

“Berarti hari ini saya pulang aja, pak?”

“Yeh….kamu tetap ngantor. Siapa suruh pake baju khaki padahal udah ada pengumumannya”

“Saya gak sempat baca, Pak”

“Ya sudah. Hari ini kamu ngantor sampai jam 12 atu jam 1 saja baru boleh pulang karena hari ini tidak ada aktivitas di kantor. Setelah upacara nanti akan dilanjutkan dengan doorpize jadi kemungkinan selesainya sore.”

“Baik pak”

Pak Imran baru saja meninggalkan ruangan ini ketika aku duduk dan merutuk. Aku ingin mengumpat karena tidak jadi di periksa, namun aku juga lega, karena tidak jadi diperiksa. Lantas aku harus tinggal di kantor sendirian? Sebaiknya aku pulang saja. Namun baru saja aku bangkit, Rahma muncul di balik pintu.

“Assalamu alaikum….”

“Wa alaikum salam….”

Rahma menatap sekeliling. Bola matanya sedikit membesar menunjukkan keheranannya. Lalu dia menatapku sambil mengangkat bahunya.

“Kok sepi, Kang?”

“Iya…semuanya upacara. Hari ini gak ada aktifitas kantor. Ibu Rahma kok tidak pake batik juga?”

“Hihihi…lupa, Kang. Jadi jam berapa pemeriksaannya?”

Ku jelaskan semua hasil percakapanku dengan pak Imran. Rahma menghela nafas berat dan menghempaskan tubuhnya di kursinya. Dia menyandarkan kepalanya dan memejamkan matanya. Jelas sekali dia juga tengah mengalami perasaan yang sama denganku.

“Neng jadi gak enak sama akang” ujarnya masih pada posisi yang sama. Aku tersenyum pelan meskipun tidak kelihatan olehnya.

“Santai aja lagi. Eh…betewe, jam berapa tidurnya semalam?”

Matanya membuka dan menatapku.

“Entah….yang penting hampir aja telat subuhan…”

“Jadi, di mimpi ibu Rahma ada saya?”

Dia tergelak ringan

“Idih…Ge er banget…..orang saya gak mimpi apa-apa, Kang”

“Oh…”

“Akang kok celinguk2 gitu…..lagi nyari sesuatu….”

“Hehehehe….nggak sih. Eh….saya beliin minum mau?”

“Iya…aer putih aja….”

Aku mengecek saku celanaku dan tersenyum. Obat nya ada di sana. Aku segera menuju ke warung depan di seberang jalan membeli dua botol air mineral. Ketika di basement parkir, ku teteskan tiga tetes obatnya ke dalam lalu ku goncang-goncangkan. Yah….aku kira inilah saatnya, ketika hawa iblis mulai memenuhi gedung ini. hanya ada aku berdua dengan Rahma, dan kini air mineral pesanannya telah kutetesi obat perangsang ampuh yang menjadi andalanku.

“Ini, Neng. Maaf udah kebuka duluan segelnya soalnya paling ntar disuruh juga bukainnya, jadi dibuka duluan”

“Yehh…akang…ngambil perawannya tanpa izin dulu…..”

Wah…rupanya ada pancingan……lebih baik kutimpali dengan pancingan yang sama.

“Habisnya enak sih, neng…”

“Iihh…kok enak…wahhh…pasti mikirnya udah ke mana ya? Ingat, Kang….fitnah”

“Iya….maaf….” ujapku sambil kembali celingak-celinguk.

“Nyari siapa sih, Kang? Kok dari tadi gelisah banget?”

“Ini….lagi nungguin setan lewat….hehehe….kan kalo cuman berdua di satu tempat, pasti biasanya orang ketiga adalah setan hehehe….”

Ujarku dengan suara yang dibuat setenang mungkin, dan dengan senyum yang seringan mungkin. Padahal dadaku sedang bergemuruh rasanya ingin meledak akibat rasa senang, syahwat, gelisah, dan panic yang bercampur menjadi satu. Aku juga takut ketika Rahma akan sangat marah karena ucapanku baru saja melecehkannya. Tetapi diluar dugaanku, Rahma malah mengambil botol mineralnya dan meminumnya di balik cadarnya lalu kembali meletakkannya di meja.

“Gak usah ditungguin. Nih setannya ada di depanku” ujarnya sembari cekikikan kecil.

“Kalo saya jadi setannya, Neng udah dari tadi saya sosor hehehe…….lagian mana ada setan nafsu sama ummahat”

“Nih…setannya, dari tadi tatapannya banyak nafsunya” ujarnya sambil menunjuk dadaku.

“Neng dari tadi nuduh saya jadi setan mulu. Kalau setannya udah gak kuat nahan nafsu, gimana neng?”

“Namanya juga setan….” Jawab Rahma dengan pelan.

Nafasku menjadi berat dan dadaku berdegup kencang. ku rasakan ketegangan yang dahsyat di bawah sana dan semakin meyiksaku. Raha yang meminum perangsangnya tapi justru nafasku yang berat. Bagaimana tidak, perjuanganku menaklukkan ummahat di depanku ini selama dua minggu lebih akan terbayar hari ini. tidak ada lagi keraguan dalam dadaku bawah ruangan kerja kami ini akan menjadi saksi bisu sebuah pertarungan dahsyat yang akan terjadi sebentar lagi. Tiba-tiba Rahma mengambil botolnya dan meminumnya kembali. Kali ini agak banyak. Setelah itu dia meletakkan botolnya dan berdiri mengambil remot tivi di salah satu meja dan menyalakan tivi. Setelah itu dia kembali ke mejanya. Dia duduk dan mencondongkan badannya kepadaku seraya berbisik.

“Kang….kamu minumin aku obat perangsang, Ya?”

BERSAMBUNG
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd