Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Sekarang Sedang Jatuh Cinta (Side story 10)

Pemanasan yg mantabb suhu lajutkan
Panas banget huu
Feni sama Okta dong, ato sama Kinal :baca:
Ditunggu part selanjutnya aja hehe

aokakaka feni dibawa-bawa :pandaketawa::pandaketawa:
Karena kecil hu jadi enak dibawa bawa *loh
Wahahaha kena hajar juga itu Feni.
Jangan hu nanti ditangkap polisi kalo di hajar hehe
Si empeeennn
Si enak hihi
The Sims 4?
Betul!! Dapet platform buat menggambarkan gimana apartnya Yusa, jadi saya gambarkan deh :)
 
Halo, maaf ya belom update juga sampe sekarang. Karena dari kemarin sempet drop, trus nonton konser, trus Handshake, dan sebentar lagi natal, Yusa sama Della juga udah janjian untuk pulang dan natalan bareng, jadi Yusa belum sempat cerita lagi deh.

Saya akan update akhir minggu ini, ditunggu ya!
 
Halo, maaf ya belom update juga sampe sekarang. Karena dari kemarin sempet drop, trus nonton konser, trus Handshake, dan sebentar lagi natal, Yusa sama Della juga udah janjian untuk pulang dan natalan bareng, jadi Yusa belum sempat cerita lagi deh.

Saya akan update akhir minggu ini, ditunggu ya!


mantap suhu sejauh ini ceritanya bagus + feelnya ngena.
apalagi tokohnya emang yang cakep tapi jarang disorot, semoga updateannya ga mandek
BTW dari awal gambarnya ga ke load tuh
 
Part 5: Andai Saja Dapat Ku Ucap, Bebankan Sirna


“Kak Saktia kok bisa sama…” Feni menahan kalimatnya.

“Yusa… nama gw Eyusa” aku mengulurkan tanganku untuk berkenalan.

“Yusa? Hmm… kyaknya aku pernah denger nama itu.” Feni memegang dagunya berfikir, sepertinya dia berfikir dalam sekali karena sekarang matanya terpejam.

“hmm…” sepertinya Feni berfikir serius sekali, aku dan Saktia hanya saling pandang bingung.

“mungkin mirip doang Fen.” ujar Saktia.

“hahaha iya kyaknya mirip doang!” Feni tertawa, kemudian dia menatapku tiba-tiba.

“aku Feni cyantik! Oh jadi kakak namanya Yusa, salam kenal!” Feni menjabat tanganku.

“oh iya kok ada kak Yusa dan kak Saktia disini? Kalian ngapain?” Feni menatap kami bergantian lalu memiringkan kepalanya tanda kebingungan.


Aku dan Saktia menjelaskan kepada Feni bahwa aku adalah tetangga barunya dan kami baru saja pindah. Kami juga menjelaskan mengapa Saktia bisa bersama seorang fans di kostan fans tersebut dan juga menjelaskan mengapa kita bisa saling mengenal. Kami menceritakan semuanya pada Feni, yg hanya dibalas anggukan dan “oh” darinya. Meski sebenarnya tidak semua kami ceritakan, karena tidak mungkin bagian “seru”nya kami ceritakan padanya kan…


“oh jadi gitu ceritanya, wah kak Yusa beruntung juga ya punya temen member, temenan sama temennya member, dan sekarang bisa dapet kostan yg sama kyak member.” Feni sedikit meledekku.

“gw juga mana tau kalo ada member disini, bokap yg cariin rumahnya.” balasku

“Kak Saktia masa lupa sih??? Kamarnya Kak Yusa ini kan bekas kamarnya Kak Ve! Bisa bisanya kaget pas liat Feni.” Feni kembali memasang wajah bingung.

“hehe iya ya, pantesan kok gw hapal jalan kesini. Ternyata emang udah sering kesini.” Saktia memegang kepalanya sendiri.

“jadi… selamat datang Kak Yusa, mulai hari ini kita tetangga!”


Feni memelukku tiba-tiba, tubuhnya yg amat mungil mendekapku. Tingginya yg hanya sepundakku membuatnya tepat berada didadaku. Tubuhnya kurus dan kecil dengan rambut pendek sepanjang dagu. rambutnya yg begitu harum tercium dengan jelas karena kepalanya tepat berada di bawahku, segar sekali. Sekian detik aku terpaku karena pelukannya yg tiba-tiba hingga akhirnya kubalas pelukannya itu dan kulingkarkan tanganku ditubuhnya. Tubuhnya benar-benar tenggelam dalam dekapanku, payudaranya yg mungil menekan diantara dada dan perutku. Aku yakin saat ini Feni pun merasakan ada yg menekan perutnya dibawah sana.


“EHEM!!” Kami melepaskan pelukan ketika Saktia tiba-tiba terbatuk.


Saktia menarik tanganku memasuki lift dan diikuti Feni yg juga ingin turun. Kini Saktia berdiri ditengah antara aku dan Feni, dia hanya terdiam tanpa sepatah kata, wajahnya nampak kesal saat ini. Perjalanan kami berlangsung tanpa kata hingga mencapai lantai bawah. Setelah berpamitan dengan Feni, kami berdua menuju mobil untuk melakukan rencana awal kami. Kami berdua berpisah dengan Feni dihalaman apartement ini, Feni melambaikan tangan.


“dadah Kak Saktia, Kak Yusa. Kapan-kapan main lagi ya!” Feni melambaikan tangan pada kami dan menatap kami yg berjalan ke arah parkiran mobil.

“bye!” kami melambai kembali sebelum memasuki mobil.

“oh iya Kak, besok aku kenalin ke tetangga nomor 3 ya, pasti kakak bakal kaget!” Feni berteriak padaku kemudian berlalu pergi.


Aku menatap kedalam mobil dan memandang ke arah Saktia yg hanya diam didalam mobil.


“lu kenal tetangga gw satu lagi?” tanyaku pada Saktia.

“kenal” Saktia melirikku sedikit.

“siapa?” tanyaku lagi.

“dulu sih yg tinggal disitu Kak Kinal, Kak Ve sama Shanju. Tapi kamar kak Kinal sekarang diisi Feni karena Kak Kinal udah balik ke Bandung dan sekarang pulang pergi.” Jawab Saktia menjelaskan.

“serius?” Aku terkejut mendengar jawaban Saktia.

“kenapa muka lu seneng banget, gw belom selesai…”

“kamar tengah kamarnya Kak Ve, sekarang diisi lu.” Saktia kembali menjelaskan, “dan kamar Shania diisi Diani.”

Semangatku langsung menghilang setelah mendengar siapa penghuni kamar no 3 itu. Aku berharap bahwa masih Shania yg meninggalinya, setidaknya menambah kesempatan untukku dapat melihat Shania setiap hari meskipun hanya berpapasan saja. Tapi harapan itu langsung sirna setelah mendengar penjelasaan Saktia.


“ah tau gitu gw tolak aja tadi ajakan Feni.” Aku mendengus.


Aku memacu mobilku menuju untuk mengantar Saktia pulang, lalu setelahnya menuju kostan Della untuk bertemu dengannya. Mungkin aku harus minta maaf, meski aku tidak tau apa kesalahanku. Jalanan hari ini sedikit padat karena mungkin hari sudah menjelang sore dan saat ini hari senin, ya kami melakukan pindahan hari senin karena jadwal JKT48 yg libur juga karena aku mengambil libur kuliah di hari senin.


“Duh kesorean nih kita!” Saktia mendumel karena jalan tol juga cukup padat, bahkan lalu lintas sudah padat dan perjalanan jadi tersendat.

“iya nih, padahal harusnya udah mau nyampe rumah lu. Tapi kita baru masuk tol dan udah kena macet aja.” kulepaskan stir dari tanganku karena nampaknya kami akan berhenti agak lama.

269486569bda99af452e2c48220bbe086676a82e.jpg


Saktia menaruh HPnya didalam dashboard dan mengikat rambutnya kebelakang. Tubuhnya nampak semakin seksi ketika tangannya terangkat mengikat rambutnya menjadi ponytail. Dia yg mengenakan kemeja tanpa lengan berwarna putih itu mengekspos ketiaknya yg putih mulus tanpa lipatan itu. Aku menelan ludah melihat ketiaknya yg indah itu. Perlahan kudekatkan kepalaku kearahnya.


“kenapa Sa?” Saktia nampak kebingungan ketika aku menahan tangannya yg akan dia turunkan.


Aku mengendus ketiaknya yg wangi itu, Saktia nampak kegelian dan berusaha menutup ketiaknya. Wanginya bagai sebuah candu dihidungku, membuatku ingin terus mencium dan semakin dalam mencium aroma ketiaknya itu. Hidungku menghirup ketiaknya makin dalam, hidungku menggelitik ketiaknya dan membuatnya kegelian.


“mmmhh….. Geli… Yusa ngapain…” Saktia memejamkan matanya menerima perlakuanku.

“ketek lo bagus banget Sak.” pujiku yg membuat wajahnya memerah.


Kucium ketiaknya yg putih tak berbulu itu, sepertinya dia rajin mencabut bulu ketiaknya dan merawatnya sehingga tidak menghitam. Ketiaknya begitu mulus membuat bibirku amat menikmati bersentuhan dengan kulit ketiaknya. Kulit ketiaknya begitu lembut dan halus saat lidahku menyapu seluruh permukaannya, ada sedikit sensasi asin dari keringatnya ketika lidahku menjilat-jilat ketiaknya. Saktia menggelinjang kegelian karena kini aku membersihkan ketiaknya menggunakan lidahku.


“Yusaaaa…” Saktia begitu menikmati permainanku pada ketiaknya.


Kuhisap dan ku sedot kulit ketiaknya, kubenamkan seluruh wajahku diketiak Saktia. Kini ketiaknya sedikit basah entah oleh liurku atau keringatnya yg mulai keluar. Lidahku kembali menjilati ketiaknya, rasanya aku ingin menikmati ketiak ini seumur hidupku. Saktia kembali menggelinjang ketika kusedot kulit ketiaknya kuat-kuat. Kubuka kait celana jeansnya dan tanganku menerobos masuk. Tanganku kini telah menggaruk-garuk permukaan vaginanya. Saktia menahan tanganku yg sedang mengusap-usap vaginanya dengan tangan kirinya.


“Aahhhh Yusaaaa ini masih… oooohhhh ini di tol” Saktia merem melek ketika ketiga jariku menggosok bibir vaginanya.


Kini leher sampingnya menjadi sasaran cumbuanku, kuciumi lehernya yg jenjang itu. Leher Saktia yg juga putih mulus itu begitu menggodaku untuk menikmatinya, aroma tubuhnya tercium dengan jelas. Nafasnya yg memburu bagaikan musik di telingaku.


“ouuuhh… stop… entar diliat orang ahhhhh” Saktia memegangi tanganku yg bergerilya di dalam celananya. Tangannya menahanku untuk berhenti mengerjai vaginanya.


Tangan kiriku masuk kedalam kemejanya melalui celah antara kancing kemejanya, tanganku meremas payudaranya yg masih terbungkus bra. Sedangkan jari tengah tangan kananku mulai bergerak masuk ke dalam lubang vaginanya yg sudah mulai becek akibat permainanku.


“hhhnghhhh Yusaaaa…” Saktia menggeliat di jok sampingku ketika jariku mulai keluar masuk lubang vaginanya.


Jariku bergerak perlahan menusuk vagina Saktia, remasanku didadanya begitu lembut disertai dengan gigitan pelanku di daun telinganya.


“liat Sak, ini di tempat terbuka, di jalan tol yg padet.” Bisikku ditelinga Saktia.

“Ooooohhhhh… Iyaaahhhh jangan sampe ada… yg liat…” Saktia menutup matanya menikmati permainanku di tubuhnya.

“Lo idol ibukota yg dicintai orang, bahkan mungkin disekitar kita ada fans jeketi yg kenal lo. Tapi sekarang gw bisa dengan mudah ganti jari ini dengan kontol gw. Yg cuma ada di khayalan orang” tubuh Saktia semakin panas dan nafasnya makin memburu.

“kalo mereka tau gw yg cuma seorang fans bisa dengan mudah ngewe sama lu, pasti mereka juga bakal minta.” aku terus mencumbu Saktia dan membisikan kata-kata vulgar ditelinganya.


Kubuka kemeja Saktia kemudian ku lucuti branya hingga kini tubuhnya telah setengah telanjang, dibasahi keringat dan mengeskpos payudara yg tidak terlalu besar tetapi menantang di hiasi dengan putingnya yg kecil mancung itu. Kubuka jendela disebelah Saktia yg mengejutkannya.


“Yusa tutup mmmmhhhh…. Nanti ada yg liat” Saktia berusaha menutup jendela tetapi aku terlebih dulu me-lock jendela mobilku.

“kalo ada yg liat lu sekarang, trus difoto dan disebar di akun salkus. Bayangin Sak”

“sssshhhhh…. Aaaaahhhh…. Jangaan…. Nanti ibu liat Saktia” Tapi gelagat Saktia meminta untuk diberikan lebih lagi.


Ku terobos Vaginanya dengan dua jariku, kini vaginanya ku garuk dengan cepat. Tangan kiriku memainkan putingnya, Saktia ikut meremasi payudaranya yg menganggur saat ini. Desahannya semakin tak karuan, tubuhnya bergerak maju mundur membantu jariku untuk semakin menggaruk isi vaginannya. Matanya terpejam menikmati setiap rangsanganku, Saktia tidak peduli dengan sekitarnya maupun statusnya sebagai seorang idol.


Aku terbawa permainan dan mulai terangsang untuk menyetubuhi Saktia saat ini, kubuka celana ku dan keluarlah penisku dari dalam sarangnya. Saktia menggenggam penisku yg mulai menegang dan mulai mengocoknya perlahan. Kami telah lupa kalau kami saat ini masih dijalan tol yg dalam keadaan macet. Kami terbuai dengan birahi yg sudah mencapai puncak dan ingin segera kami selesaikan.


BEEEPPPPP!!!!!!!


OOUUUUUUHHHHHHH!!!


Klakson dari kendaraan di belakang mengagetkan kami berdua hingga tanpa sadar membuatku menusuk vagina Saktia semakin dalam dengan kedua jariku. Saktia terkejut hingga orgasmenya meledak tiba-tiba dan tubuhnya mengejang hebat hingga lenguhan panjang keluar dari mulutnya. Saktia memejamkan matanya meresapi orgasmenya yg tiba-tiba. Tubuhnya kini begitu lemas bersandar di jok mobilku dengan nafas yg tersengal sengal. Aku buru-buru melajukan kendaraanku dan menutup jendela mobilku karena kemacetan yg mulai terurai.


“Hehe gw kaget, jadi keluar deh” Saktia nyengir sambil merapikan pakaiannya kembali.

“Gw kentang nih Sak” aku masih mengendarai kendaraan dalam keadaan celana terbuka dan penis yg berdiri tegak.

“Yah gw gak kuat, capek banget. Lain kali aja ya” Saktia memelas disebelahku.

“Yah trus gw gimana?” kentang sekali rasanya karena aku belum merasakan apa apa.

“lain kali yaaaa… sampai 10 kali keluar gapapa, sekarang capek” Saktia kemudian memejamkan matanya disebelahku beristirahat, tak lama kemudian ia tertidur.


Kupinggirkan kendaraanku di bahu jalan untuk merapikan pakaianku dan kembali melaju untuk mengantar Saktia pulang. Sepanjang perjalanan aku hanya berusaha meredakan birahiku yg kentang ini. Aku berharap kembali jalanan menjadi macet atau Della membatalkan pertemuan kami hari ini. Tetapi ternyata perjalanan begitu lancar sampai di rumah Saktia.


“Hati hati ya, semoga berhasil sama Della!” Saktia melambai padaku sebelum akhirnya menutup pagar dan masuk kedalam rumahnya.


Aku melaju menuju kostan Della yg tidak sampai 15 menit dari tempat Saktia. Kini aku telah sampai daerah kostannya, kuparkirkan kendaraanku di warkop langganannya. Lalu aku berjalan ke kostan Della yg tidak jauh dari sana, kucoba ketuk pintu kostannya berharap dia berada didalam sana. Tidak lama kemudian pintu terbuka dan ternyata hanya ada Nadila disana.


“ngapain lo kesini? Mau zombie-in Della?!” Nadila langsung membentakku sebelum aku membuka mulut.

“Santai dong, ngegas amat. Iya gw nyari Della tapi gw bukan zombie” Balasku yg menjadi kesal karena ketidakramahannya.

“kalo bukan zombie trus apa?! Udah lah gak usah ngeles, Dellanya gak ada dan kalaupun ada tetep gw bilang gak ada!” balas Nadila lagi dan kemudian membanting pintu itu.


Aku yg tidak menyerah berusaha untuk mencari tau apakah ada Della atau tidak didalam. Tetapi sepertinya ia benar-benar tidak ada didalam karena hanya ada sepasang sepatu didepan kamarnya dan itu hanya sepatu nadila saja. Aku memutuskan untuk mencari di warkop langganannya. Saat ini warkopnya sepi tidak ada pelanggan ketika aku masuk.


“Wah mas… Yuta?” kata abang warkop yg nampak terkejut melihatku datang.

“Yusa mas” balasku padanya

“oh iya mas Yusa. Pasti nyari mbak Della ya?” kata abang warkop kembali sambil menyuguhkanku segelas air putih.

“iya, dia gak kesini mas?” tanyaku lagi.

“tadi sekitar setengah jam yg lalu kesini mas dan nitip pesen buat mas Yusa, abis itu dia pergi” kata abang warkop lagi.

“nitip pesan? Pesan apa mas?”

“katanya mbak Della gini, Kamu tau nyari aku dimana jam segini.” abang warkop itu menirukan perkataan Della, “gitu doang pesannya.”

“gitu aja? Oke Makasih banyak ya mas, ini uang minumnya dan titip mobil saya ya” aku berlalu pergi sambil meletakan selembar uang 50ribu didekat gelasku.

“Alhamdulillah makasih banyak mas! Kalo sering berantem saya cepet kaya ini hahaha” teriak abang warkop dari dalam diiringi tawanya.


“dimana ya dia?” Aku berusaha mencerna maksud Della itu.

“Menjelang malam begini biasanya dia ngapain ya?” aku berfikir keras untuk menemukan Della.

“ah mungkin disitu!” aku bergerak menuju ketempat yg terbesit dipikiranku.


“Jam segini pasti saat ini Della sedang makan. Kalau dia sedang mencari makan, pasti dekat dari sini.” aku berbicara sendiri didalam kendaraanku.

“kalau dia cari makanan, pasti cuma ada 4 tempat yg mungkin dia datangi karena dia cuma suka sedikit jenis makanan.” aku berjalan sedikit cepat karena takut dia keburu pergi.


Kini aku berjalan ke sebuah kedai ramen yg tidak terlalu ramai saat ini. Ya Della sangat suka ramen dan mie, pasti dia ada disini. Aku memasuki kedai ramen itu untuk mencarinya.


Irasshaimase! Buat berapa orang mas?” tanya seorang pelayan padaku.

“saya mau tanya, apa ada cewek kesini, sekitar umur 20an tapi pendek kyak anak kecil.” tanyaku langsung pada pelayan itu.

“sebentar saya inget-inget dulu” kata pelayan itu.

“mukanya oriental dan jutek. Apa ada yg sesuai?” tanyaku lagi.

“Oh! Mbak Della? Iya tadi dia kesini” pelayan itu menjentikan jarinya, Della adalah langganan disini sehingga ia pasti mengenalinya.

“sekarang masih ada?”

“wah udah pergi mas, dia cuma sebentar dan nitip ini” pelayan itu memberikanku secarik kertas.

“oh gitu, makasih ya mas. Ini sedikit buat mas karena udah bantuin saya” aku memberikan sedikit uang untuknya lalu kembali berjalan membawa secarik kertas yg diberikan pelayan tadi.


Katanya gak boleh makan mie, tapi nyari gw ditukang mie. Coba lagi.


Aku membaca isi pesan itu dan menjadi sedikit kesal.

“sempet sempetnya ngerjain orang haha” tawaku ketika melihat isi pesannya.


Aku kembali berjalan sambil berfikir dimana Della berada. Tinggal 3 tempat yg mungkin dia kunjungi.


“hmm.. Kalau di ramen gak ada, kemungkinan tinggal di burger king, Starbucks atau Taichan.” aku mencoba memikirkan kemungkinan dimana Della berada.

“AH IYA! JAM SEGINI! PASTI DIA ADA DISITU!” Aku sedikit berlari ketempat itu, ya aku sangat yakin dia pasti ada disana.


Tidak jauh dari tempat tadi, kini aku berhenti didepan sebuah tempat makan yg cukup sepi. Tempat ini cukup besar dengan banyak meja yg nampak siap menerima banyak pelanggan. Asap yg memenuhi bagian depan tempat ini memantulkan lampu hias berwarna merah di beberapa bagian tempat ini. Meski begitu asapnya tidak sampai masuk kedalam kedai, membuat tempat ini memiliki tampilan yg indah dan nuansa nyaman untuk makan. Ya saat ini aku berada di kedai Taichan yg juga langganan Della.


Aku memasuki kedai taichan ini dan langsung memesan 6 porsi Sate Taichan, 2 porsi sate Kulit, Lemon Tea, Puding coklat dan Iced Coffee. Aku meminta makanan diantarkan ke sebuah meja disudut kedai ini dan kemudian membayar semuanya, aku berjalan menuju tempat itu dan benar saja, dimeja itu terdapat seorang gadis yg sedang duduk sendirian mengenakan jaket abu-abu. Tidak ada tanda-tanda makanan diatas mejanya dan gadis itu sedang menatap layar HPnya berulang kali seperti sedang menunggu sesuatu.

26948643d88400a1d1d357dfdc7d36cdef2c2aa3.jpg


“percayalah pada kekuatan, takdir yg menyatukan~” aku mendekatinya sambil menyanyikan sebait lagu.

“lama.” balasnya tanpa memandangku.

“maaf.” kini aku duduk didepannya yg masih menunduk memainkan hpnya.

“udah nyari di mana aja?” tanyanya lagi, ia hanya melirikku dengan ujung matanya.

“warkop sama ramen doang” balasku dengan bangga.

“boong” dia menatapku dengan wajah tak percaya, kemudian kembali membuang mukanya.

“bener, hebatkan!” aku tersenyum bangga padanya.

“iiiih sia sia dong duit dan pesen yg gw titip di burger dan starbucks!” Della masih tidak percaya.

“Yeee lagian sok sok bikin teka teki sih, lo kan gampang ditebak” aku mencubit pipinya yg gembil itu.

“gak usah cubit-cubit, gw lagi marah!” balasnya sambil mencubit balik lenganku.

“iya iya, anak kecil ngambek kenapa sih dari kemaren?” aku menopang dagu sambil memandangnya.

“coba pikir” balasnya lagi sambil melipat tangannya didada, wajahnya mendengus kearahku sebelum ia membuang tatapannya.

“hmm… gara gara gw lama jemput?” jawabku.

“bukan” balasnya cepat.

“karena gw gak anterin pulang dari rumah saktia?” aku menebak kembali.

“bukan”

“karena apa dong?” aku kehabisan jawaban.

“KARENA KAMU LAMA JEMPUT AKU JADI AKU SENDIRIAN DIDEPAN MALL YG GELAP, KELAPERAN DAN NGANTUK!” Ia memasang wajah kesal dan berbicara dengan sedikit berteriak padaku.

“juga karena aku bukannya berhentiin gojek kamu, anterin kamu dan ajak makan. Malah biarin kamu pulang sendirian kan?” aku meneruskan jawabannya itu.

“ada lagi!” ia menatapku tajam.

“KAMU MALAH MINTA BANTUIN SAKTIA BUAT PINDAHAN, BUKANNYA MINTA BANTUIN AKU!” Della kembali berteriak dan menjewer telingaku.

“Aduduh… iya iya maaf abis kamu gak bales chat aku, jadinya aku gak enak buat minta tolong” aku memegangi telingaku yg tadi dijewernya.

“katanya gak bakal ninggalin aku, tapi aku ditinggalin didepan mall sendirian sampe malem!” Balasnya lagi.

“iya maaf, aku janji gak bakal ninggalin kamu lagi” aku mengangkat jari kelingkingku, “janji.”

“gak mau, Yusa tukang boong!” Della menjulurkan lidahnya meledekku.

Yakusoku Yo!” aku meyakinkannya.

“Oke!” Della membalas janji kelingkingku.


Sepertinya mood Della telah kembali, kini ia sedang makan sambil bercerita kalau dari kemarin menunggu pesan dariku, ia menceritakan kegiatannya hari ini yg tidak terlalu banyak sehingga ia begitu bosan. Aku menyesal tidak menghubunginya dan malah mendiamkannya ketika ia marah, padahal harusnya aku bisa berbaikan dengannya secepat ini kalau dari kemarin aku tidak mendiamkannya. Melihatnya kembali setelah seharian tidak bertemu dengannya membuat lelahku hari ini menghilang. Seharian ini aku berusaha untuk tidak terlalu memikirkannya dengan mengalihkan perhatianku dan fokus pada pindahan juga pada Saktia yg begitu menggoda. Tetapi ternyata yg aku butuhkan seharian ini hanyalah tawanya yg begitu manis itu.


“manis banget.” tanpa sengaja aku mengucapkan itu ketika melihatnya meringis saat meminum Lemon Tea yg nampaknya terlalu asam.

“hah? Apa sa?” tanyanya yg sepertinya tidak terlalu mendengar kata-kataku, syukurlah.

“ini iced coffeenya kemanisan” balasku.

“oh” balasnya singkat sambil kemudian memakan kembali sate taichannya.


Kini ia makan dengan lahap sekali, sepertinya ia belum makan dari kemarin malam. Melihatnya makan dengan lahap sambil bercerita banyak hal begitu menyenangkan. Dia benar-benar seperti seorang anak kecil yg begitu ceria setelah dibujuk dari kesedihan, yg begitu semangat untuk menceritakan hari-harinya dan begitu bahagia ketika keinginannya terpenuhi. Tawanya yg renyah, senyumnya yg manis telah kembali diwajahnya. Ia melahap habis 4 porsi taichan, sebuah puding dan 2 porsi sate kulit sendirian.


“udah kenyang?” tanyaku saat melihatnya berhenti makan dan merebahkan kepalanya di meja.

“bangeeeet!” jawabnya sambil nyengir kearahku, “sekarang Yusa makan”


Aku habiskan semua makanan yg tersisa. Aku amat kenyang ketika menghabiskan 2 porsi sate taichan yg ada, aku tidak bisa membayangkan bagaimana ia bisa makan sebanyak itu.


“gila gw kenyang banget!” aku memegang perutku yg penuh.

“yaampun segitu doang, cupu!” Della memberikan jempol terbalik meledekku.

“yee anak kecil cacingan, makan selalu banyak tapi gak pernah gemuk!” balasku padanya.

“hmm… ia nih aku kurus banget padahal makan banyak” ia memegangi perutnya yg kecil dan rata itu.

“iya, lemaknya disini!” aku menoel pipinya dengan jari telunjukku.

“enak aja!” balasnya menjewerku lagi.

“aduuuh ampuuun.” aku memegangi telingaku yg dijewer.


Kini kami berdua keluar dan berjalan menuju kostannya yg tidak terlalu jauh, sekitar 10 menit berjalan kaki. Aku akan mengantarkannya pulang sekarang ke kostannya karena waktu sudah menunjukan pukul 10 malam. Kami berdua berjalan bersebelahan sambil sedikit bercanda, terkadang kami tertawa kencang karena candaan kami sepanjang jalan. Sudah lama sekali kami berdua tidak menghabiskan waktu sambil berjalan-jalan seperti ini. Aku menjadi teringat kembali masa-masa SMA kami saat berjalan-jalan di Jepang dari sekolah, kami berjalan kaki disana untuk menuju berbagai tempat. Memang sangat menyenangkan bila berjalan bersamanya seperti saat ini.


“jadi inget waktu di Jepang ya? Jalan-jalan abis makan gini” aku menatapnya yg sedang berjalan disebelahku.

“tapi waktu itu turun salju, trus juga makannya teppanyaki, bukan taichan” ledeknya padaku.

“yeee maksud gw suasananya!” balasku yg diiringi tawa Della.

“tapi gak seromantis di Jepang” balasnya sambil berlalu lebih cepat dariku.

“ya kan jalannya berdua sama lu, gak akan jadi romantislah” balasku mempercepat jalanku untuk mengimbanginya.


Della tiba-tiba berhenti dibawah sebuah lampu jalan yg kini menerangi dirinya, ia menatapku dari sana. Aku dapat melihatnya wajahnya yg begitu cantik, senyumnya yg manis dan menawan, matanya yg sipit seperti tersenyum, rambut hitam kecoklatan yg tergerai panjang melebihi bahunya, dan mata hitamnya yg berbinar memantulkan cahaya lampu serta bayanganku didalamnya.


“tapi karena kita berdua, suasana apapun akan menyenangkan.” Della mengatakan itu, kemudian berlalu pergi meninggalkanku.


Aku terenyuh mendengar kata-katanya itu, memoriku bersamanya berputar cepat ketika mendengar perkataannya. Kenanganku bersamanya sejak kecil sampai sekarang kembali membuka pintu hatiku.

Sepertinya aku kembali jatuh cinta padanya.


gak mungkin Yusa.” aku berbicara dengan diriku sendiri didalam hati.

Dia masih belom bisa move on dari cinta pertamanya itu, sama kyak lo yg sampe sekarang selalu gagal move on dari dia, cinta pertama lo” aku meyakinkan diriku, untuk menutup rapat kembali hatiku dari dirinya.

andai saja dapat terucap, bebankan sirna” aku kembali menatapnya yg berbalik menungguku dengan wajah bingung melihatku berhenti dan terdiam.

“Yusa, ngapain bengong? Ayo~” Ia mendekatiku dan menarik tanganku.

“Ah, iya ayo” aku berjalan mengikuti tarikannya pada tanganku.


Aku menemaninya berjalan dibawah terangnya malam, bersandingan tanpa kata, hanya rasa didada. Seorang lelaki pengecut yg merasa dirinya seorang pangeran yg akan mengawal putrinya kemanapun, sehingga ia lupa bahwa seorang putri akan memilih pangeran gagah beraninya, bukan seorang pengecut yg bahkan untuk mencintai sang putri saja ia tidak berani.


-bersambung-
 
Terakhir diubah:
Busetdah Bule Cianjur
Plis plis Feni plis, mau nulis ttg Feni tapi oshi sendiri ga tega
Yuppp jadi pensaran juga sama feni dicerita ini
Sabar ya buat Feninya :(

mantap suhu sejauh ini ceritanya bagus + feelnya ngena.
apalagi tokohnya emang yang cakep tapi jarang disorot, semoga updateannya ga mandek
BTW dari awal gambarnya ga ke load tuh
Terima kasih banyak hu, jadi semangat nulis setelah baca comment dari suhu
wah gambarnya gak ke load? Saya coba buka thread ini tanpa login gambarnya muncul. Coba nanti saya perbaiki ya :)

Nitip lapak dulu
Nyimak... Kyj nya seruh
Apdet dong gan
Sudah update ya gan :D
 
Siapa tetangga yusa di nomor 3?tunggu jawabannya di updetan berikutnya
 
fix ini jadi salah satu cerita favorit awal tahun ini, lanjutkan terus kak!

btw pas kak della nunggu di kedai sate taichan itu ilustrasinya kaya gini ya kak?

DoAcDdVWkAYhy8o
 
Terakhir diubah:
Siapa tetangga yusa di nomor 3?tunggu jawabannya di updetan berikutnya
kalau teliti, jawabannya ada diatas loh...
Manis banget dah ini cerita, diabetes gw bacanya.
makasih hu, namanya Della sama Yusa masih anak muda jadi masih menye-menye gitu hehe
I am a simple man, i read Nadila i press like
Part 4 nya keren banget, makin banyak aja cerita bagus di sf ini.
Lanjut terus suhu.:jempol:

haha terima kasih hu
fix ini jadi salah satu cerita favorit awal tahun ini, lanjutkan terus kak!

btw pas kak della nunggu di kedai sate taichan itu ilustrasinya kaya gini ya kak?

DoAcDdVWkAYhy8o
terima kasih banyak hu, semoga updatenya makin lancar ya gak ke bentrok sama tugas-tugas hehe.
btw sudah di tambahkan mulustrasi :)
 
Bimabet
Diani yang gen berapa ya?kasian yusa padahal ngarep ketemu pemilik goyang hey hey hey
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd