Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Sekarang Sedang Jatuh Cinta (Side story 10)

Part 8: Kampung Halaman Tercinta




“nghhh…” aku merasakan geli dibagain bawah tubuhku.

“nghhhhh….” sekarang aku merasakan sesuatu yg basah menyentuh penisku.


Aku terkejut dan melempar selimutku. Selimutku terlempar kesamping kasurku dan kini aku dapat melihat bagian bawah tubuhku yg tertutup selimut. Seorang gadis berpipi gempil, berambut panjang, dan memiliki mata hitam yg bulat sedang menjilati penisku. Gadis itu menjilati bagian bawah penisku dan mengemut buah zakarku.


“good morning, i’ll get rid your boner soon” kata gadis itu sambil menyelipkan rambutnya di telinga dan melahap kepala penisku.

“arrghh… kok kamu bisa masuk Jul?” tanyaku sambil memegang rambutnya agar tidak mengganggunya.

“gah ghi hunchi mhh…” balasnya dengan penisku yg masih berada dalam mulutnya.

“nghhhh… jangan ngomong sambil nyepong” aku menggelinjang ketika ia berusaha berbicara saat mengoralku.

“puaaah… hehe maap. Abis pintu gak dikunci sih, trus pas aku masuk mau bobo sama kak Yusa eh si “kecil” udah bangun jadi ku ajak main” balasnya kemudian melanjutkan kulumannya.


Kuluman Julie membuatku yg tadi masih setengah mengantuk langsung segar, kutarik kepalanya agar menghentikan kulumannya pada penisku dan langsung kuciumi bibirnya yg seksi itu. Ciuman kami begitu liar, tangannya ia kalungkan dileherku dan menarik kepalaku agar semakin dalam menciumnya. Kuputar tubuhnya dibawahku dan kupinta dia untuk menungging. Julie bertumpu pada lutut dan sikunya. Kuangkat kemeja panjangnya dari bawah, ternyata ia tidak menggunakan apa-apa didalam sana. Benar-benar liar gadis yg satu ini, ku basahi vaginanya dengan ludahku dan kuarahkan penisku kelubang vaginanya. Kudorong pinggulku hingga kepala penisku berhasil menorobos lubang vaginanya.


“Mmmhhhhh….” julie mengerang ketika penisku masuk lebih dalam.


Ku goyang pinggulku dengan tempo sedang, pantatnya yg sekal itu tak henti-hentinya kuremas. Bunyi bongkahan pantatnya yg sekal bertabrakan dengan pahaku menggema di ruang tidur ini. Desahan Julie begitu seksi membuatku semakin bersemangat menyetubuhinya. Tanganku merayap kebalik kemeja putihnya mencari payudaranya. Kuremasi payudaranya yg besar itu, ternyata ia tidak memakai bh. Kutambah kecepatan hujamanku di vaginanya dan ku gelitiki payudaranya.

2698192502aa140fb09c2861301813f74f0aeada.jpg


“Mmmhhhh…. Kak…… oooohhhhhh…..” Desahannya menggema dengan bebasnya, ia tidak berusaha menahan desahan kenikmatannya.


Ku angkat tubuhnya dan kudekap dari belakang, penisku memompa tubuhnya dari bawah. Tubuhnya terpental-pental karena sodokanku. Kupalingkan wajahnya kesamping dan langsung ku cumbu bibirnya. Remasanku pada payudaranya semakin kuat, sesekali kupilin dan kupelintir putingnya yg sudah mengeras. Julie ikut menggerakan pinggulnya naik turun. Ia membantu penisku menggaruk bagian tergatal di vaginanya. Kujilati samping lehernya hingga telinganya.


“Sssshhhhh…. Lebih cepet nghhh…..” Julie ikut membantuku memompa vaginanya.


Kuangkat tubuhnya menuruni kasur, kuangkat kaki kirinya agar memepermudahku menggenjot tubuhnya sambil berdiri. Kupercepat genjotanku di vaginanya, Julie mengalungkan sebelah tangannya dileherku agar tidak terjatuh. Tubuhnya yg basah oleh keringat itu semakin menaikan gairahku, penisku semakin kencang menggaruk vaginanya. Tempo ku sudah berantakan yg penting Julie puas.


“Nghhhh kak….. Ouuuuhhhh dikit lagiiiihhh….” Julie sebentar lagi mencapai orgasmenya.


Vaginanya mengurut penisku didalam sana. Penisku masuk lebih dalam karena kami bersetubuh sambil berdiri. Kusodok kuat-kuat vaginanya dan kupompa dengan kecepatan maksimal. Kudekap tubuhnya erat-erat tanpa menghentikan cumbuanku di lehernya. Vagina menjepit penisku dengan sangat kuat, otot vaginanya berkedut. Julie sudah mencapai batasnya sebentar lagi. Kuhentak pinggulku kuat-kuat disetiap gerakan naik menghujam vaginanya.


“Aaaaaaaaaahhhh kaaakkkk………”

“ngggggghhhhhhhhh………..” cairan hangat menyiram penisku didalam sana.


Tubuhnya melemas dan hampir terjatuh, langsung kutahan tubuhnya dengan kedua tanganku. kucabut penisku dari vaginanya yg telah sangat basah. Kugendong tubuh sintalnya ke kasur untuk mengistirahatkan dirinya. Julie memejamkan matanya meresapi orgasme pertamanya pagi ini, kubaringkan tubuhku disebelahnya. Julie memeluk tubuhku disampingnya.


“Jam berapa Jul?” tanyaku padanya.

“Masih jam 6an kak” balasnya padaku, tangannya merayap kearah penisku dan mengocoknya.

“Nghh… udah Jul, jam 8 Della dateng. Kamu juga kan harus ke theater, nanti mau ke Surabaya” kocokan Julie di penisku begitu nikmat.

“Bisa kok satu ronde hehe” Julie merayap naik ke atas tubuhku.


dipegangnya penisku, diarahkannya ke vaginanya. Penisku mulai menerobos masuk dari bawah tubuhnya. Julie mulai bergoyang dan sekarang dia yang mengendalikan tempo. Aku terpesona melihat wajah cantiknya yg sedang bernafsu dan payudaranya yg bergoyang-goyang di atasku ini. Ia bergerak liar, pantatnya naik-turun menyebabkan gesekan antara penisku dan vaginanya semakin nikmat. Julie menggoyangkan pinggulnya makin cepat, ke kiri, ke kanan. Terkadang ia variasikan dengan gerakan mengulek. Vaginanya basah kuyup, kami berdua benar-benar berada di puncak kenikmatan.


“Aaaaahhh….. Enak kak…… nghhhh….” dia meracau sambil terus menggoyangkan pinggulnya yang seksi.


Aku melihat bongkahan payudara yang begitu indah dengan puting merah mudanya bergoyang goyang naik turun, kedua tanganku meremas kedua payudara yang indah itu dengan sangat bersemangat. Kami saling memagut, saling mencumbu. Julie membungkukan badannya sambil tetap menaik turunkan pinggulnya dan kami pun kembali saling memagut dengan ganas. Ketika bibir kami terlepas selesai berciuman mesra, bibir seksi Julie mengeluarkan desahan manja dengan matanya terus menatap mataku. Aku mengambil alih kendali. Kudorong Julie hingga terlentang dan sekarang aku menindihnya. Tangan dan kaki Julie membelit tubuhku seolah tak mau lepas. Dan aku menggenjot tubuhnya tanpa ampun, memenuhi ruang tidurku dengan suara-suara desahannya yg menggairahkan.


“Kak Yusaaahhh……”

“Nghhhh aaahhhhhhh……”

“Enak banget kak mhhhh……”


Kami berciuman mesra. Begitu nikmatnya, cengkraman tangan Julie tiba-tiba menguat, kakinya semakin memeluk erat. vagina Julie mencengkram penisku lebih erat diiring erangan lirihnya. Aku juga hampir mencapai puncak. Kugenggam tangannya erat-erat. Vagina Julie semakin memijat-mijat penisku.


“AAHHHHH…… Kak Yusaaaaaahhhh………!!!!” Julie mengerang dan tubuhnya mengejang-ngejang, ia bergetar dan memejamkan matanya.


aku merasakan rasa hangat menjalar ke seluruh tubuhku. Julie mencengkram sprei kuat-kuat, ia mencapai orgasme keduanya. Aku juga merasakan pertahananku akan jebol sebentar lagi. Kugaruk rasa gatal di penisku dengan menghujamkan penisku makin kencang. Kupompa vaginanya yg masih sensitif akibat orgasmenya barusan, desahan Julie semakin menjadi-jadi. Vaginanya bagai memeluk penisku erat-erat. Kugoyang pinggulku secepat yg ku bisa, kugaruk setiap bagian liang vaginanya dengan penisku. Aku benar-benar telah mencapai batasku.


“AAAAAHHHHH AKU KELUAR LAGI MASAAAA………………” Julie mendesah panjang ketika kucabut penisku tiba-tiba bersamaan dengan orgasmenya yg datang. Tubuhnya mengejang-ngejang kembali hingga pinggulnya terangkat menyemprotkan cairannya keluar, Julie squirting.


Ku kocok penisku yg sudah mencapai batasnya dengan cepat didepan wajah Julie.


“Arrrrrrgghhhhh Jul…….” Penisku menyemburkan seluruh isinya diwajah Julie.


Sebanyak 7 tembakan spermaku yg membasahi wajah Julie. Mata, dahi, rambut, pipi dan mulutnya yg terbuka semuanya terkena spermaku. Sisa-sisa spermaku menetes dimulutnya yg menganga. Dibersihkannya penisku dengan mulutnya, dihisap habis seluruh spermaku tak bersisa. Aku terduduk kelelahan didepannya, Julie ikut bangkit duduk dengan wajah yg belepotan sperma. Ia menyunggingkan senyum puas.


“Iiihhh banyak banget kak, muka aku liat nih” Julie membersihkan wajahnya dengan tangan, dijilatinya spermaku yg meleleh ke bibirnya dengan lidah.

“Kamu juga, liat tuh aku harus ganti sprei kan” balasku.

“Hehe abisnya enak sih, jadi bocor deh. Mmhhh” Julie menjilati tangannya yg berlumuran sperma dari wajahnya, wajahnya telah bersih dari spermaku.

“Makasih ya Jul” aku berterima kasih atas sajian hari ini padanya.

“Jangan makasih ke aku, karena masih ada yg berikut-berikutnya” balasnya sambil mengedipkan sebelah matanya.

“Dasar sangean, gak bisa bikin anak ini kalo tiap hari kamu kuras haha”

“Gak aku kuras juga bakal di kuras kak Feni kan? Atau kak Saktia? Hehe” Balas Julie padaku.


Tiga minggu berlalu setelah persetubuhan ku dengan Feni, Julie mengetahui bahwa aku bersetubuh dengan Feni malam itu, karena keesokan harinya ia langsung mencercaku dengan pertanyaan dan ancaman akan memberitahu Della. Sehingga aku harus menceritakan semua padanya, sampai soal Saktia pun berhasil ia kulik. Julie membarter rahasiaku dengan syarat harus mau kembali bersetubuh dengannya, yg secepat kilat ku iyakan. Yakali ditolak hehe

Aku beberapa kali bersetubuh dengan Feni, Julie dan sesekali dengan Saktia yg sedang sibuk dengan skripsinya, tapi hanya Julie yg mengetahui tentang itu semua dan ia menyimpannya rapat-rapat. Terkadang aku hanya di oral atau memberikan oral saja pada Feni dan Julie, tergantung ada rencana apa hari itu dan ada jadwal apa. Kehidupan ku menjadi berubah dan dipenuhi dengan kenikmatan.


“Kakak jadi ke Surabaya?” tanyanya padaku.

“Jadi kok, kan aku harus ngurusin soal hotelnya” jawabku.

“Oh iya ya, naik apa kak? Berangkat jam berapa?” tanyanya lagi.

“Naik kereta juga, sama JOT aku dibook satu bangku sebagai perwakilan partnership hotel. Tapi aku berangkat sore.” jelasku.

“Oh biar bareng kak Della. emang dasar playboy ya, pacaran sama siapa tapi temennya dicobain semua” Ledek Julie padaku.

“Bukan pacar gw!” balasku padanya.

“Mau sampe kapan kak lu cupu gini? Kak Della suka curhat kok tentang lu ke gw”

“Serius, dia cerita apa?” tanyaku penasaran.

“Dia cerita kalau dia udah suka sama sahabatnya dari kecil, sering jemput dia, sering ajak jalan, tapi gak pernah ada hubungan” Julie bercerita padaku.

“Hah? Trus trus?” tanyaku lagi semakin bersemangat dan penasaran.

“Katanya dia nunggu di tembak gitu, tapi belom ditembak-tembak sampai sekarang.” kata Julie lagi

“Jadi selama ini…” aku tak percaya mendengar cerita Julie.

“Tapi boong hahahahahaha” Julie tertawa terbahak-bahak melihatku yg begitu percaya dengan ceritanya.

“Hahaha, Yaudah kamu ganti sprei dulu kak baru mandi, aku balik ke kamar dulu ya mau siap-siap. Bye partner ena-ena ku” Julie mengecup bibirku lalu berpamitan, ia meninggalkanku yg kesal sambil tertawa terbahak-bahak.


Mengapa daritadi aku berbicara soal Surabaya bersama Julie?

Jadi aku dan Della telah bertemu mbak Putri untuk membicarakan tentang rencana Della soal mengajukan hotel ayahku untuk menjadi tempat menginap member. Rencana ini sebenarnya hanya obrolan ringan ku bersama Della, awalnya aku hanya bercanda saja mengajukan hotel ayahku untuk dijadikan tempat menginap asal JKT48 mau mennjadi Buzzer tapi ternyata Della berfikir itu rencana yg bagus dan dia langsung menelfon ayahku. Ayahku pun setuju akan rencana ini karena dia mendapat buzzer yg dapat meng-advertise hotelnya dengan cepat melalui JKT48. Della sudah membicarakan hal ini sebelumnya ke mbak Putri dan akhirnya ia mengundang kami berdua untuk datang membicarakan ini. Awalnya mbak Putri sedikit ragu dan nampaknya ia berfikir bahwa ini akal-akalan ku saja untuk menipunya dan mencari kesempatan. Tapi setelah conference call dengan ayahku dari Surabaya, kemampuanku dalam presentasi dan Della yg meyakinkan mbak Putri. Akhirnya ia setuju dan men-follow up ini ke atasannya. Hasilnya adalah JKT48 akan menginap di hotel bintang 4 milik ayahku dengan biaya yg sangat murah sekaligus menghadiri Grand Opening hotel tersebut yg bertepatan satu hari sebelum Pre-event dimulai.

Aku bergegas mengganti spreiku, mengambil baju dan bersiap mandi. Setengah jam lagi Della datang, kami akan pergi berbelanja kebutuhan selama di Surabaya dan mungkin berputar-putar di mall.

Tak berselang lama, aku telah menyelesaikan mandiku lalu bergegas ke dapur untuk membuat makan siang. Waktu menunjukan pukul 7 lewat 12 menit, sepertinya aku masih sempat membuat Omelette untuk 6 orang. Kenapa 6 orang? Karena nanti kedua adikku pun akan datang juga berjaga-jaga untuk Saktia, Julie atau Feni yg memang suka datang seenaknya. Ku pecahkan 9 telur kedalam mangkuk besar, ku pisahkan kuning telur dengan putihnya lalu ku beri sedikit gula dan kocok putih telurnya dengan mixer sampai menjadi meringue yg creamy. Setelahnya ku tambahkan garam dan lada hitam pada kuning telur lalu kukocok dengan mixer sampai menjadi meringue. Kucampur kedua adukan tadi menjadi satu menggunakan sendok kayu sampai menyatu. Kupanaskan sebongkah mentega diatas wajan. Setelah panas dan memeleh semua, ku tuangkan telur tadi ke wajan dan mulai menggorengnya. Telur itu mengembang, kulipat telur itu dibagian tengahnya dan kuangkat ke piring. Telur itu telah ku transformasi menjadi sebuah omelette yg empuk, soft dan gurih.


“Koko!” teriak sebuah suara dari luar apartement ku, sepertinya kedua adikku telah datang bersama dengan Della tepat sekali ketika omelette terakhir sedang kuangkat.

“Hmmm… harum, pasti enak!” kata adikku yg laki laki sambil berlari menuju meja makan setelah melepas sepatunya buru-buru.

“Kamu masak apa sa?” tanya Della yg sedang melipat jaketnya sambil menghampiriku.

Omelette la, sama aku udah nyiapin pasta yg tinggal di panasin buat kamu.” jawabku sambil memanaskan air untuk merebus pasta dan mengeluarkan pasta, sosis dan sausnya dari kulkas.


Setelah ku bersihkan sisa-sisa pekerjaanku didapur dan menyimpan sisa omelette di wadah, kini semua masakanku telah siap. 3 piring omelette untukku dan adik-adikku serta sepiring pasta untuk Della yg tidak menyukai telur. Kami berempat sudah siap untuk makan sekarang.


“Ayo Meza, Yoshua jangan lupa berdoa. Kamu juga Yusa!” Della mengingatkan kedua adikku.

“Iya bu pendeta…” balasku malas, ya aku memang orangnya sangat tidak religius berbanding terbalik dengan Della, keluarganya dan bahkan keluargaku sendiri.


Della memimpin doa sebelum makan, aku memejamkan mataku dengan malas sehingga Della kini melotot padaku. Kuikuti dia berdoa, kemudian kami berempat makan.


“Kangen masakan koko sama mama, enak!” kata Yoshua sambil makan dengan lahapnya, Meza dan Della juga makan dengan lahap.


Masakanku memang benar-benar enak, aku sampai beberapa kali memejamkan mata karena rasa yg benar-benar nikmat. Puas sekali rasanya setelah berhasil membuat sebuah makanan yang enak dan bisa dinikmati setiap orang dengan lahap. Adik-adikku nampak sangat senang karena akhirnya bisa merasakan masakanku lagi. Setelah makan, mereka berdua menonton tv sedangkan Della membantuku mencuci piring.


“kamu udah beres-beres?” tanya Della padaku.

“udah, tinggal yg mau kita beli aja yg belom kebawa. Sisanya aman~” balasku percaya diri.

“bagus kalau gitu, tadi aku udah bantuin Meza dan Yoshua beres-beres dirumah. Jadi abis nganter mereka ke stasiun, baru deh kita ke Sency untuk beli yg kurang” Jelasnya.

“siap bos, jangankan ke Sency… mau ke Surabaya sambil digendong sekarang juga ayo!” kataku yg dibalasnya dengan menjewer telingaku.


Kubalas jewerannya itu dengan mencubit pipinya yg gempil, Della mengaduh sambil tertawa kecil membuatku tertawa juga. Kami berdua bercanda sambil mencuci piring-piring kotor. Kucolek pipinya dengan busa yg dibalasnya dengan menggetok kepalaku dengan spatula kayu pelan.


“ehem ehem… asik banget nih berduaan sampe lupa kalo ada kita berdua” sebuah deheman dari belakang mengejutkan kami.

“e.. Eh… Meza, kenapa Mez?” tanya Della yg entah mengapa seperti salah tingkah.

“itu loh ada yg dateng” Balas Meza sambil menunjuk kearah pintu, nampak seorang gadis tinggi dengan senyumnya yg khas.

“eh Saktia, masuk!” aku mengizinkan Saktia masuk.

“ciah elah nyuci piring berdua asik bener, dua sejoli menjalin cinta, cinta bersemi nyuci berdua~” Saktia menyanyikan lagu galih & ratna dengan lirik yg diubah untuk meledek kami.

“apadeh Sak!” Della melempar Saktia dengan gulungan Tissue yg ia gunakan untuk mengelap tangan.


Saktia menaruh kopernya di samping pintu dan kemudian menuju sofa, ia duduk disana dan ikut menonton TV bersama Meza dan Yoshua. Mereka tampak serius menonton kartun 3 ekor beruang yg lucu. Aku dan Della melanjutkan mencuci piring.


“LOH YUSA!!” teriakkan Saktia mengagetkan kami berdua, kami berbalik badan dan melihat Saktia yg nampak sedang terkejut.

“ini anak siapa???? Lu sama Della udah punya anak? dua pula! Sejak kapan?!” Saktia bertanya sambil kepalanya menatap Meza dan Yoshua bergantian, mereka berdua juga tampak terkejut akibat teriakkan Saktia.

“sembarangan aja kalo ngomong, itu adek gw!” balasku yg semakin bingung melihat Saktia yg begitu lemot.

“oh... Kirain siapa… haha” Saktia tertawa kecil dan kini melihat ke arah adik perempuan ku, “halo, aku Saktia. adek cantik, namanya siapa?”

“aku Mezaluna Christa Eyusa, tapi panggil aja Meza tante” balasnya sambil menjabat tangan Saktia.

“yaampun tante, aku masih muda tau…” Balas Saktia pada Meza dengan sedikit kesal.

“Kalo kamu?” Saktia kemudian bertanya pada adik laki-lakiku.

“aku Yoshua Christa Eyusa tante, biasa dipanggil Yoshua” Yoshua tersenyum kearah Saktia.

“Tante tante, bener bener ye anak anak kecil. Ini pasti sifat nurun dari lu Sa, kurang ngajar emang” Saktia menggeleng gelengkan kepalanya, kami semua tertawa karena Saktia.

kok ada Eyusanya semua?" tanya Saktia lagi.

"karena jarak umur gw sama adik gw itu jauh, sempet orang tua gw kira kalo gw jadi anak tunggal, ternyata pas gw umur 7 tahun ibu gw mengandung Meza, 7 tahun setelahnya ngandung Yoshua. Nama Eyusa jadi nama belakang deh" jelasku padanya yg dibalas dengan anggukan tanda mengerti


Aku dan Della mengambil bangku dari meja makan dan bergabung bersama mereka menonton TV. Kami semua masih menunggu waktunya untuk berangkat ke stasiun karena kami tidak ingin datang terlalu cepat, meskipun kami tidak akan terlambat. Kami juga masih menunggu Feni, Julie dan Diani untuk datang karena mereka bertiga ingin ikut menebeng ke stasiun.


“Kak Yusayang~~” Feni meneriakan namaku dari depan pintu, menaruh kopernya di dekat pintu dan berlari kearahku.

“Eh udah dateng, bagus deh berarti tingg…” kata-kataku terhenti ketika Feni yg tadi berlari kini melompat kearahku dan memelukku.

“Kak Yusaaaa berangkat yg siang aja atuh~” Feni cemberut kearahku.

“maaf ya aku harus belanja dan nemenin Della dulu, kan di Surabaya masih bisa ketemu” Balasku sambil mengusap kepala Feni.

“Janji ya????” Feni mengalungkan tangannya dileherku bergelayut, senyumnya merekah lebar.

“iya iya janji kok” balasku memberikan kelingking.


“EHEM!!” Sebuah deheman yg keras mengejutkan kami dan buru-buru kulepaskan pelukan Feni. Della, Saktia bahkan Meza menatapku dengan sinis.

“ckck Kak Yusa, gak ada puasnya emang” terdengar sebuah suara yg renyah dari arah pintu, nampak Julie telah bersiap bersama diani dengan kopernya masing-masing.

“eh gak gitu, kalian jangan salah paham ya” Aku berusaha meluruskan kembali.

“mentang-mentang gw sibuk skripsi, berani-beraninya lu” Saktia menggelengkan kepalanya.

“emang nih, kirain aku doang yg dipeluk-peluk. Ternyata kak Feni juga” Julie menambahkan, ia membalas tatapan sinisku dengan menjulurkan lidah meledek.

“gw kira lo cowok baik kak hahaha” Diani ikut-ikutan menambahkan.

“loh ini pacar koko? Aku kira Ci Della. Jadi sebenernya siapa sih pacarnya koko Yusa?” Meza nampak bingung, ia memandang Della, Saktia, Feni dan Julie bergantian.

“Aku!” balas Saktia, Feni dan Julie bersamaan.

“Bukan!!” balasku tak kalah cepat.

“yaampun pantesan betah tinggal sendirian, ternyata koko jadi playboy begini. Pacarnya 3 loh” Meza menatapku dengan tatapan sebal.


Della hanya melotot kearahku, matanya menatap tajam sekali kepadaku. Della terdiam dan mendenguskan nafasnya, ia nampak berjalan kearah luar menuju balkon. Aku ingin menghampirinya, namun Feni, diani dan Julie menanyakan padaku tentang kedua adikku kemudian mereka bertiga berkenalan dengan kedua adikku. Setelah berhasil lepas dari mereka semua, Aku bergegas mengejarnya menuju balkon. Aku melihat Della yg sedang duduk disana sambil memainkan HPnya.


“La…” aku mendekatinya perlahan dan kemudian duduk disebelahnya.

“Lala…” Della masih fokus dengan HPnya dan mengacuhkanku.

“apa?” Ia melirikku sebentar lalu kembali fokus dengan HPnya.

“liat aku dong, biar aku jelasin” aku tetap mencoba mengajaknya bicara.

“udah jelaskan…” Della tidak melihatku sama sekali.

“dengerin dulu” Balasku lagi.

“emangnya kenapa? Bukannya bagus ya kamu punya pacar?” Della kini melirik ke arahku.

“aku gak punya pacar La, kamu salah paham aja” jelasku padanya.

“hahaha apasih Yusa? Ya gapapa loh kamu mau pelukan sama Feni, Julie atau Saktia sekalipun. Peluk Diani pun gak aku larang. Kamu kan bukan siapa-siapa aku” balasnya padaku kemudian ia melihat jam pada hpnya, “udah jam segini, ayo ke stasiun nganterin Feni”

“eh maksudku nganter Meza sama Yoshua haha” Balasnya lagi sambil berjalan meninggalkanku yg tertunduk muram.


Setelah turun dari apartementku, mereka menunggu di depan pintu masuk dengan membawa koper masing-masing, aku dan Saktia bergegas menuju parkiran dan mengambil mobil kami. Kami berdua menjemput mereka di depan dan kubantu mereka untuk memasukan barang-barangnya ke bagasi. Setelahnya kami pun membagi penumpang kendaraan kami pada mobilku dan Saktia.


“Aku sama Kak Yusa!” kata Julie, Feni, Saktia, Meza dan Yoshua bersamaan.

“gw disini deh” Diani berjalan masuk ke mobil Saktia.

“kalo semuanya sama gw, ngapain bawa dua mobil” aku pusing dengan kelakuan mereka.

“gini, biar Della, Meza dan Yoshua sama gw karena mereka tanggung jawab gw. Nah Diani, Feni, dan Julie sama Saktia” Aku membagi penumpang sama rata yg langsung disetujui Saktia.

“gak, gw sama Saktia” Della berjalan menuju mobil Saktia dan masuk di kursi depan.

“Yeay aku sama Kak Yusayang~” Feni berlari lebih dulu dari Julie masuk ke pintu depan mobilku.

“oke sip kalo gitu, Yuk jalan” Saktia menyuruh mereka semua masuk sesuai pembagian awal kecuali Feni dan Della.


Mobil kami berdua melaju beriringan menuju stasiun, jalanan hari ini sangat padat sehingga perjalanan kami cukup terganggu. Padahal jarak dari apartementku di Sudirman menuju Stasiun Gambir tidaklah jauh tapi karena pelican crossing, lampu merah dan juga jumlah kendaraan yg melebihi kapasitas membuat perjalanan kami menjadi lama dan sialnya hari ini adalah hari Jumat sehingga jalanan di Jakarta semakin padat akibat orang-orang sibuk berakhir pekan. Kulihat kedua adikku tertidur dibelakang karena lelah menunggu jalanan yg macet. Feni yg sedari tadi duduk memainkan HPnya tersenyum menatapku.

26981937b7d12581e196fdb2a75ef2c725c6825f.jpg


Feni melepas kancing celana jeansku dan menurunkan celanaku dengan cepat hingga penisku yg tertidur lepas dari sarangnya.


“kamu ngapain?” Bisikku pelan padanya.


Feni tidak menjawab dan mengelus kepala penisku, setelah penisku menegang akibat belaian tangannya, ia langsung mengocok penisku sambil menggigit bibir bawahnya. Dijilatinya kepala penisku dan diciumi memutar, tangannya mempercepat kocokan dan belaiannya. Feni melumuri penisku dengan ludahnya yg ia biarkan menetes diatas penisku dan kembali mengocok dengan kedua tangannya.


“nggghhh… ada adek aku!” bisikku sambil berusaha menahan desahanku.

“hehe jangan sampe ketauan atuh, abis Mpen teh kangen si “dedek”.” balas Feni sambil menatapku sayu.

“kan baru tiga hari yg lalu ssshhh…” balasku.

“mpen maunya tiap hari atuh~” balasnya lagi, “biar punya Kak Yusa teh kempot hahaha”


Feni memberikan senyuman yg nakal sebelum akhirnya melahap penisku. Kepalanya naik turun mengulum penisku, bibirnya yg mungil mengurut penisku. Lidahnya membelit dan memijat batang penisku yg menjejali mulutnya. Blow job dari Feni betul-betul membuatku merem melek. Aku harus tetap fokus menyetir sambil menahan desahanku juga menahan agar penisku tidak cepat kalah. Aku harus nenikmati mulutnya selama mungkin.


Feni memvariasikan antara kuluman, sedotan dan kocokan pada penisku. Sesekali ia menjilati penisku naik turun dan menusuk lubang kencingku dengan lidah. Buah zakarku tak luput dari hisapan dan jilatannya. Kutekan kepalanya agar semakin melahap habis penisku. Feni mencoba memasukan seluruh penisku kedalam mulutnya, ia melakukan deep throat pada penisku.


“nnnghhhh” kugigit tangan kananku untuk menahan desahanku.

“Arrrgghhhh………” aku menahan eranganku ketika penisku menyemburkan isinya.


Deep throat dari Feni benar-benar membuat pertahananku jebol. Spermaku memenuhi mulutnya, sekitar 5 tembakan telah mengisi rongga rongga mulutnya. Kutahan kepalanya agar penisku tidak menetes keluar, kemudian Feni menelan habis spermaku dan membersihkan penisku.


“enak ya?” Feni bertanya padaku sambil mengelap bibirnya dengan tissue kemudian mengelap penisku juga.

“banget Fen, thank you” Balasku sambil mengusap kepalanya.

“kamar kakak di Surabaya pasti sama Meza dan Yoshua ya? Feni gak bisa main deh…” kata Feni sambil membantuku merapikan celanaku.

“main di ruang mesin, kamar mandi atau di tangga darurat kan bisa Fen hehe” Balasku padanya.

“ih maksud aku main ngobrol-ngobrol gitu, Mesum pisan Kak Yusa!” Feni menjawil hidungku dan tertawa.


Aku kembali fokus kejalan, kemacetan sudah terurai sejak kami sudah mencapai daerah kebon sirih. Tak butuh waktu lama kami telah sampai di stasiun Gambir. Kubangunkan kedua adikku dan bergegas turun, ku bantu mereka menurunkan koper. Tak berselang lama mobil Saktia juga telah sampai, ia parkir di sebelah mobilku. Ku bantu mereka menurunkan koper. Kemudian kami menuju ke petugas parkir untuk mengurus dan mendaftar parkir flat menginap untuk mobil Saktia. Setelahnya kami berjalan menuju ke seorang Staff JKT48 yg membawa absen dan mengurusi tiket kereta. Setelah mendapat briefing, kami menuju ketempat boarding pass. Aku menitipkan kedua adikku pada Julie, kemudian mereka melakukan boarding. Aku dan Della menunggu diluar sampai mereka benar-benar menghilang kebalik peron.


“masih ngindarin aku?” tanyaku padanya.

“gak, pede banget” balasnya melirikku.

“ah aku laper, mau makan burger atau ramen ya?” aku berusaha membujuknya.

“mau” Balasnya bersemangat.

“makan di warteg aja ah~” ledekku.

“Nyebelinkan!” ia meninggalkanku menuju mobil.

“ia ia, makan burger yuk, laper nih.” aku mengejarnya dari belakang dan menarik tangannya.

“eh pelan-pelan!” Della kutarik menuju mobil.


Kami berdua bergegas menuju Sency. Jalanan menuju Senayan lebih lancar dari sebelahnya, membuat kami menuju Sency dengan cepat. Setelah kuparkir mobilku, kami berdua bergegas menuju ke supermarket untuk membeli barang-barang yg tertinggal. Aku memilihkan apa yg Della butuhkan, karena kalau ia dibiarkan belanja sendiri bukannya keperluannya terpenuhi malah uangnya habis untuk belanja cemilan dan barang yg tidak terlalu ia butuhkan.


“pelit, barang gw banyak banget yg dibalikin” Della melipat tangannya, wajahnya sebal.

“belajar irit, gimana jadinya kalau istri yg boros.” balasku padanya.

“ya suaminya harus kerja keras lah buat gw” balasnya lagi.

“lu niat nyiksa gw ya?” balasku lagi, aku langsung terdiam ketika sadar perkataanku barusan.

“mmm…” Della memalingkan pandangannya, “yaudah gw belajar irit deh”

“eh bukan gitu maksudnya La, duh salah ngomong gw” aku berusaha meluruskan.

“iya iya, gw emang pengen belajar irit kok. Ajarin gw ya” Balasnya, matanya sedikit melirikku.

“siap! Gw ajarin sampe lu bisa lebih irit dan beli sesuai kebutuhan aja. Nah lu juga harus gantian ajarin gw” balasku sambil menatap matanya.

“ajarin apa Sa?” tanyanya, ia membalas tatapanku.

“ajarin gw biar bisa tahan sama cewek nyebelin, bawel, boros dan galak ini” kugenggam tangannya itu, Della hanya terdiam dan menggenggam balik tanganku.

“ini mbak uangnya” kataku sambil membayar seluruh belanjaan kami di kasir.

“pasangan muda ya mas? Baru nikah berapa bulan mas?” si kasir memberikan kembalianku.

“eh… loh bukan mbak, ini temen saya” aku meluruskan.

“ih si masnya malu-malu ya. mbaknya cantik dan masnya perhatian gini. Serasi banget” Balas penjaga kasir itu lagi.

“apadeh mbak, dia temen saya” Della menambahkan.

“masa? Tapi cocok kok kalo pacaran, keliatan banget. Mungkin ini yg dibilang jodoh” mbak mbak kasir itu mengacungkan jempol pada kami memberikan restu.

“emang lu mau pacaran sama gw?” tanya Della padaku.

“gak mau, emang lu mau?” tanyaku balik.

“gak juga” balasnya melirikku.

“yaudah, makasih ya mbak tapi kyaknya kita gak pacaran nih.” aku mengambil belanjaan yg tadi kubeli dan menarik tangan Della menjauh.


Tangan kami masih bergandengan, namun Della hanya diam sambil kepalanya tertunduk. Kami berdua berjalan dalam keadaan hening. Tangan kami saling menggenggam tapi kami berdua bagaikan orang yg tidak saling mengenal. Kami berdua berjalan menuju sebuah kedai Burger. Orang-orang memandang kami aneh karena saat ini ada dua orang anak muda yg berjalan berdua sambil bergandengan tangan namun wajah mereka saling memandang arah lain.

26981939c51bdc62d4445aa7cc4bbbc5ba7d798b.jpg


“Sa” Della memanggilku tiba-tiba.

“kenapa La?” tanyaku.

“lo beneran gak mau pacaran sama gw?” tanyanya lagi padaku.

“gak” balasku singkat.

“kenapa?” tanyanya lagi.

“soalnya bukan gw yg nembak. Masa bukan cowoknya yg nembak hahaha” Balasku sambil tertawa.

“yaudah tembak gw” ia meminta padaku.

“sekarang? Gak ah, entar aja” balasku lagi.

“******… lo gak romantis banget sih Sa” Della menampar pipiku.

“aduuuh kenapa ditampar!” tanyaku kebingungan, orang-orang disekitar kami semuanya menengok karena suara tamparannya yg cukup keras.

“gapapa, balesan karena lo jadi cowok gak romantis sama sekali” Balasnya lagi sambil melepaskan tanganku, ia berjalan mendahuluiku lalu membalik badannya.

“yaudah, gw tunggu sampe lu nembak gw” kata Della sambil berdiri di hadapanku.

“oke!” balasku sambil mengacungkan jempol padanya lalu mengejarnya yg sedang berlari-lari kecil.


Setelah selesai berbelanja, makan dan sedikit mencuci mata, kami berdua kembali ke mobil untuk menuju ke stasiun karena sekarang sudah jam 3 sore. Kami bergegas menuju stasiun karena kami tidak mau terkena macet dan juga karena kereta kami berangkat pukul 5 sore.


“Sa?” Della membuyarkan lamunanku.

“eeh iya kenapa?”

“kirain kesambet hahaha” ia tertawa, cantik sekali.

“yaampun, lu cantik juga ya kalo di liat-liat” kataku tiba-tiba.

“udah berapa cewek yg lu bilang gini, Yu-Sa-Yang?” Della meledekku.

“kan mulai lagi” dengusku kesal.

“kirain suka dipanggil gitu” Della kembali tersenyum.

“namanya juga Feni” balasku lagi sambil tetap fokus menyetir.

“tapi suka kan? Lu manggil dia apa? Feni sayang, Mpen sayang atau cintaku?” balasnya lagi sambil memicingkan bibirnya meledek.

“cintaku cuma gaby!” balasku lagi.

“ckck, mau nembak gw tapi masih manggil orang lain cintaku.” Della menatapku sinis.

“ya itu kan cuma karena dia oshi gw” aku membela diri.

“kalo gw? Kan oshi pertama lo” tanya lagi.

“kata siapa? Oshi pertama gw Veranda, kalo lo cinta pertama gw” jelasku padanya.

“sekarang cinta keberapa?” tanyanya lagi, pipinya nampak bersemu merah.

“loh, emangnya pernah nambah?” balasku tersenyum padanya.


Langit sore ini begitu cerah, secerah perasaan kami berdua yg sekarang sedang jatuh cinta. Cinta tanpa status tapi tumbuh dengan tulus. Dua orang anak remaja yg selalu bersama hingga terkadang lupa bahwa mereka tidak terikat apa-apa, saling menjaga perasaan antara keduanya jauh didalam hati.


apakah aku benar-benar harus menembaknya? Aku hanya takut ketika kami benar-benar harus berpisah, itu menjadi perpisahan yg abadi.” pikiranku terus mengulang-ngulang kalimat dari mbak kasir bahwa kami cocok menjadi sepasang kekasih, aku bingung harus melangkah lebih jauh atau tetap di posisi ini.

“Yusa jangan bengong, gak usah dipikirin. Kita fokus aja ya, kan mau ke Surabaya” Della tersenyum padaku dan memegang bahuku.

“iya La, gimana arahnya aja nanti yg penting sekarang kita ke Surabaya, kampung halaman tercinta~” Balasku sambil menyanyikan sebait lagu Kikyou, Unit Song Della di theater.


Kami berdua melakukan boarding dan bertemu sisa member yg tidak ikut di keberangkatan pagi. Tidak cukup banyak member yg mengikuti keberangkatan malam sehingga PT. KAI tidak perlu memberikan mereka satu gerbong khusus. Tampak beberapa member dari Team yg berbeda saling bercengkrama. Aku melihat Yupi, Michelle, Rachel Viny dan beberapa member lainnya yg malas aku sebutkan satu-satu.


“Della!!” ketika kami baru memasuki peron, terdengar seseorang berteriak memanggil Della.

“Eh Gaby!” Della menghampirinya.

“Hai Yusa” Gaby tersenyum padaku, senyumannya begitu manis dan membuatku terpaku.

26981938c561e388eaf588a575a0e067acb792e0.jpg


Aku terpaku dan tanganku bergetar. Bertemu oshi dalam keadaan bukan sebagai performers diluar FX benar-benar berbeda sekali, ia lebih cantik dan natural saat ini. jantungku berdegup kencang.


Tolong gw gesrek!!


-Bersambung-
 
Terakhir diubah:
Astaga, ikan fugu gue dijadiin partner ena2?

Alias

Nice update suhu.
Gemes anjir liat Della sama Yusa sama-sama suka tapi gak saling peka, cepet-cepet jadian sono!
Tapi Yusa kampret, kasihan Della dong nanti
Intinya nice update lah

Btw nama adiknya Yusa-nge ngingetin sama Aldini bersaudara ya :pandaketawa:
 
Terakhir diubah:
Bimabet
Sebagai ketua asosiasi kampret nasional, bagaimana perasaan anda mendapatkan anggota baru?
Berarti kalo Benji, internasional ya?

Oke, fix
BY DAY (Benji Yovie Dimas Adrian Yusa)

Tama nya taruh mana ya?


Alias


Update dong, udah kangen nih sama....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd