Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA WASIAT

Status
Please reply by conversation.

lonk69

Semprot Baru
Daftar
29 Jul 2017
Post
45
Like diterima
2.573
Bimabet



Namaku Reza, sekarang umur 24 tahun dan aku adalah seorang pengusaha muda dibidang perkebunan, almarhum bapak mewariskan tanah perkebunan seluas 10 hektar, dan berkat ilmu yang ku dapatkan dari YouTube dan belajar secara otodidak, aku berhasil mengelola tanah tersebut, berbagai macam buah buahan aku tanam diantara nya, durian, alpukat, apel, jeruk dan beberapa tanaman sayur mayur. Total ada 60 pekerja yang aku pekerjakan dan 2 orang mandor satu mandor disektor buah dan satu lagi di sektor sayur sayuran, masing masing mandor tersebut membawahi 30 pekerja.



Satu tahun yang lalu aku sudah meminang seorang wanita, anak kelima dari 5 bersaudara 4 perempuan dan 1 laki laki, istriku bernama Reni, setelah 1,5 tahun kami berumah tangga namun belum diberikan buah hati, aku tidak tahu apa penyebab nya, sudah kami periksa ke dokter hasilnya aku dan Reni masih dalam keadaan sehat, mungkin belum rezeki saja kataku dalam hati.



Kakak pertama Reni bernama Andre, kedua bernama Ningsih, ketiga bernama Fani , keempat bernama Heni, dan selanjutnya adalah Reni yaitu istriku sendiri.

Sedangkan kedua ibu bapakku dan kedua mertuaku semua sudah meninggal.






Andre Irawan 40tahun



Ulfa Riani 35tahun (istri Andre)


Ulya Ningsih (Nining) 30tahun


Fany Risma 28 tahun


Heni Riskika 26tahun








‘’Halo assalamualaikum Za, keadaan Reny bagaimana...?’’

Kata kak Heni diujung telpon menanyakan keadaan istriku Reni yang sekarang masih berada dirumah sakit.

‘’Baru dapat kamar ini kak, kita disuruh tunggu hasil lab dulu’’

timpal ku menjawab dengan agak lemas

“Yang sabar ya Za, mudah2an Reni segera baikan..”

Balas kak Heni,

“Iya kak semoga saja Reni tidak kenapa2..”

Jawab ku,

“Kakak belum bisa ke RS Za, soalnya Mila gak ada yang anterin dan jagain disekolah..”

Timpal kak Heni,

“Tidak apa2 kak..”

Balas ku,

“Ya sudah kalo gitu kakak mau siapin makanan buat Mila sama mas Ibnu dulu ya Za, nanti kalo gimana2 tetap kabari kakak ya..”

“Baik kak, kata dokter nya nanti jam 9 hasil lab nya sudah keluar kok kak..”

Balas ku,

“Ya Za, kamu juga jangan lupa jaga kesehatan ya, ya sudah kalo gitu Za, assalamualaikum ..”

Obrolan kami pun di pagi itu berakhir.





memang dimalam sebelumnya istriku ngeluh kalo kepalanya tiba2 pusing, tepat jam 2 pagi istriku tiba2 bangun.

“Sayang,.. sayang...sayang...”

KataReni, sambil menggoyangkan tubuh ku pelan saat kami masih di atas kasur,

“Hhmmm... iya sayang, ada apa..?”

Balas ku masih dalam keadaan ngantuk,

“Kepala ku tiba2 pusing nih, aku ambil fresh ca**e dulu ya..”

Kata Reni,

“Iya sayang, aku ambilin dulu ya..”

Jawab ku sambil akan beranjak bangun,

“Ndak usah yang, aku bisa kok, kamu kasian tadi pagi sudah kontrol2 ke kebun, pasti capek..”

Kata istriku, sambil menahan lembut tubuh ku,

“Ya kalo gitu yang..”

Kataku, memang saat itu aku dalam keadaan mengantuk dan capek karena seharian berada di kebun, kontrol jalan nya panen disektor sayur2an,

Walaupun sudah ada pak Rosman sebagai mandor namun apabila ada kesempatan aku akan ikut mengontrol jalan nya panen.



Reni langsung beranjak keluar kamar, dan selang beberapa menit terdengar suara seperti piring jatuh, aku yang masih dalam keadaan mengantuk segera bangun dan keluar menyusul Reni,

“Sayang, kamu tidak apa2..”

Kataku, sambil memegang Reni yang sedang terbaring tidak sadarkan diri, beberapa pecahan gelas juga ada di sekitar Reni, nampak nya dia hendak ingin minum.

“Sayang....sayang....sayang...”

Ucapku sambil menggoyang goyangkan bahu nya, namun tidak ada jawaban, saat itu juga aku mulai panik dan rasa kantuk pun hilang, segera ku ambil kunci mobil dan membawa Reni ke rumah sakit,



Sesampainya di rumah sakit pada pukul 3 dini hari Reni langsung dimasukkan ke dalam UGD, dan aku disuruh menunggu di luar oleh serang perawat.



Selang beberapa menit aku menunggu diluar, akupun ingin ngasih tahu ke kak Heni mengenai keadaan Reni, dan berhubung sudah larut malam aku cuman mengirim kan wa saja.



Saking capek nya dan jam tidur yang sanggat kurang, tanpa terasa aku pun tertidur sambil duduk di ruang tunggu, aku bangun ketika waktu azan subuh berkumandang, setelah selesai sholat aku hendak melihat kondisi Reni namun ternyata sudah di pindahkan ke kamar rawat inap kelas VVIP, yang memang sudah ku pesan sebelumnya.



Tepat pukul 9 pagi, beberapa jam setelah kak Heni menelepon ku

“Pak...pak...pak...”

Ucap seorang perawat menyadarkan ku, ketika sedang duduk di kursi besi RS.

“Iya.. buk, bagaimana..?”

Balasku, yang masih dalam keadaan lemas

“Mohon maaf pak, pasien atas nama Reni Puspa, sudah meninggal..”

Ucap perawat tersebut, dengan muka datar,

“HHAAH..”

Ucapku, yang seketika itu juga langsung berlari ke dalam kamar tempat Reni berbaring, langsung saja air mataku mengalir dan memeluk istriku,

hatiku sangat terguncang dan udara terasa sangat Penuh didalam dadaku, serasa ingin meledak, istriku yang sangat ku sayangi sekarang pergi untuk selamanya, ketika ku pandangi wajahnya yang sangat damai, perlahan memori dalam ingatan ku mulai muncul saat2 bersama, saat dia tersenyum saat dia tertawa dan saat dia ku buat sedih karena konflik2 ringan dalam rumah tangga, hal tersebut pun membuat air mataku terus mengalir.



“Yang sabar pak..”

Ucap dokter, dibelakangku berusaha menenangkan,

“A.apa.. yang terjadi dengan istri saya pak..?”

Kataku sambil sesenggukan,

“Sebelum saya mengatakannya, saya minta bapak menenangkan diri dulu, hubungi keluarga tentang musibah ini..”

Balas sang dokter, sambil berlalu pergi menuju ruangan nya

“Bbaik pak..”

Lalu kuambil kursi, dan tetap duduk di samping Reni, dan mengirimkan pesan kepada semua keluarga terdekat mengenai meninggal nya Reni, melalui wa grup keluarga.










Setelah mengirimkan pesan tersebut, aku tidak langsung mematikan hp, notifikasi yang muncul sangat banyak, dikarenakan grup wa tersebut didominasi oleh keluarga istriku Reni, kak Heni segera menelepon ku, namun tak ku angkat, setelah itu hp langsung ku matikan.



Setelah lama aku duduk sambil memegangi tangan Reni, tiba2 pintu kamar dibuka dan muncullah kak Heni, kak Fani dan kak Nining mereka langsung menangis melihat Reni berbaring tak sadarkan diri untuk selamanya, lantas akua segera berdiri dan memberikan ruang kepada mereka bertiga.



Setelah beberapa menit mereka menangis sambil memeluk Reni, kak Heni segera mengampiri ku,

“Aaappa yang terjadi Za..?”

Ucap kak Heni sambil sesenggukan,

“Saya juga belum tahu kak, dokter minta kita nenangin diri dulu, baru dia memberi tahu bagaimana kondisi Reni yang sebenarnya..”

Balas ku lesu,

“Ayoo Ke ruangan dokter, menanyakan kondisi Reni sebelumnya, biar nanti Fani yang tetap disini..”

Ucap kak Nining tegas, namun sambil berlinang air mata,



Setelah itu kamipun, pergi ke ruang dokter yang tak jauh dari kamar tempat Istriku, setelah kami mengetuk pintu dan, dokter mempersilahkan kami duduk, dokter langsung membuka hasil lab kandisi terakhir Reni.



“Begini pak/buk, setelah kami periksa hasil lab pasien atas nama Reni Puspa, kami menemukan ada tumor dikepala beliau, nampak nya beliau sudah lama mengidap penyakit ini, kami sebenarnya tidak ingin ber andai andai, tapi seandainya saja ibu Reni mendapat kan perawatan yang intensif dan bagus, barangkali kejadian nya tidak akan seperti ini, kita masih optimis bahwa penyakit beliau masih bisa kita sisembuhkan..”



Ucap pak dokter, menjelaskan keadaan istriku Reni, dan kami pun kaget bahwa selama ini Reni mengidap penyakit yang sangat mematikan, namun aku sebagai suami tidak mengetahui sama sekali tentang hal itu.



Lantas kak Nining pun melihat ke arah ku dengan mata melotot dan berkaca kaca.



“REZA... KAMU SEBAGAI SUAMI KENAPA TIDAK MENGETAHUI SAMA SEKALI KONDISI ISTRIMU, APA KAMU SEGITU SIBUKNYA DENGAN USAHA MU SEHINGGA KAMU ACUH PADA ISTRIMU, DI DEPAN MATA KAMI, KAMU SELALU TERLIHAT MESRA, TAPI NAMPAK NYA ITU HANYA TOPENGMU, UNTUK MENUTUPI KEBUSUKAN MU...”

Ucap kak Nining tegas, dan tanpa bisa menahan amarah lagi

“Sudah kak, sudah, percuma saling menyalahkan, toh semua sudah terjadi..”

Ucap kak Heni, menenangkan kak Nining, namun terlihat dari matanya, kak Heni nampak seperti sangat muak melihatku, namun dia bisa mengontrol emosi agar tidak meluap seperti kak Nining.

“Saya benar benar gak tahu kondisi Reni kak,..”

Ucapku lesu, dengan dada yang sesak seperti mau meledak, mendengar uraian dokter mengenai kondisi Reni istriku, ditambah lagi luapan amarah yang dilontar kan kak Nining.

Setelah itu kami segera meninggal kan ruangan dokter, tentu saja kak Nining dan kak Heni keluar terlebih dahulu meninggalkan ku, dengan masih berlinang air mata.

“Terimakasih dok atas informasi nya..”

Ucapku kepada pak dokter,

“Baik pak, sama2. Bapak yang tabah ya..”

Jawab pak dokter, dan aku hanya balas dengan anggukan kepala.



Aku segera keluar meninggal kan ruang dokter menuju kamar tempat istriku, ku urung kan niat ku untuk masuk dan aku hanya duduk di kursi sofa yang ada diluar kamar sambil mencoba mengingat ingat kondisi terakhir Reni sebelum meninggal.

memang akhir2 ini Reni selalu mengeluh pusing, namun setelah ku ajak ke RS dia tidak pernah mau.

Dia beralasan kalo dia cuman pusing biasa.



Hari itu juga kami membawa pulang jenazah Reni dan pemakaman akan dilaksanakan pada sore hari, Acara pemakaman pun sudah dilaksanakan dengan sebagaimana mestinya, sebelum acara pemakaman tersebut pihak keluarga Reni yaitu saudara2 dari istriku, tidak pernah pernah mengajak ku ngobrol, mereka seakan akan menganggap ku tidak ada dan tidak pernah di anggap oleh mereka



Setelah acara pemakaman selasesai, Kak Andre dan kak Fani kemudian menghampiri ku,

“Za.. hasil diskusi keluarga besar memutuskan, kalo acara 9 harian nya Reni di lakukan di rumahku..”

Ujar kak Andre kepadaku,.



Haah... kapan mereka rapat? Kenapa tidak melibatkank, aku kan suaminya, apa mereka se begitu bencinya kepadaku, sehingga tidak di libatkan.

Pertanyaan itu terus terngiang didalam otak,

Memang rumah kak Andre adalah rumah peninggalan orang tua mereka, sesuai surat wasiat dari almarhum mertua ku bahwa rumah tersebut telah diberikan kepada kak Andre, dan anak2 nya yang perempuan diberikan uang masing2 10jt.

Rumah tersebut tidak terlalu besar, namun halamannya cukup luas.

Tapi Kenapa tidak dirumah ku saja, padahal rumahku cukup luas dengan lantai 2 dan halaman juga luas, gumamku dalam hati.

Ingin ku sanggah keputusan itu, tapi apalah daya aku merasa disudutkan, akhirnya aku menerima saja apapun keputusan saudara2 istriku.



“Baik kak.. saya ngikut saja apa2 keputusan nya..”

Jawab ku lesu,

Lantas kak Andre segera meninggalkan ku, dengan muka datar.



“Yang sabar ya Za, memang kejadian ini sangat mengejutkan, dan kamu tidak sepenuh nya bersalah, nasi sudah menjadi bubur, dan kita tidak bisa memundurkan waktu..”

Ucap kak Fani kepadaku, aku merasa sedikit lega bahwasanya masih ada keluarga dari istri ku, yang masih peduli kepada ku, dan tidak menganggap kejadian ini sepenuh nya salahku.

“Terimakasih kak, sudah peduli..”

Timpal ku menanggapi.

“Keluarga besar tidak tahu penyebab kematian Reni, Za. Saya ngotot kalo keluarga besar tidak boleh tahu, supaya kamu tidak dibenci..”

Kata kak fani,

“Terimakasih banyak kak..”

Ucapku, dan tanpa sadar air mataku mengalir

“Yang tabah ya Za, kalo begitu kakak mau pulang dulu, mau ke rumah kak Andre, mau nyiepin untuk acara 9 harian nya Reni..”

Kata kak fani sambil menepuk pundak ku,

“Iya kak, nanti saya belakangan..”

Jawabku.



Kak fani pun segera meninggalkan ku sendiri di samping kuburan istriku Reni.



Hari demi hari ku jalani, proses 9 hari Reni pun sudah selesai, namun aku menjalaninya dengan penuh tekanan batin dan mental, selama proses 9 harinya Reni saudara saudari istriku sama sekali tidak pernah menegur dan menyapa, kecuali kak Fani yang beberapa kali sempat menyapaku.



Hari hari yang ku jalani terasa kelam, rumah yang luas dan sebesar ini dengan dilengkapi furnitur2 mewah dan kolam renang terasa tidak ada artinya, 2 hari aku tinggal sendiri dirumah sebesar ini bayang bayang Reni terus saja hadir memang sebelum nya aku tinggal di rumah kak Andre, aku tidur bersama Romi anak kak Andre yang masih berusia 8 tahun.



Karena merasa bosan dirumah, akhirnya aku sempatkan untuk berkunjung ke kebun dihari ke-3, hanya sekedar untuk refrehing menenangkan diri, aku memang tidak harus capek capek mengurus kebun itu, dikarenakan sudah ada orang kepercayaan yang sudah ku suruh untuk mengurusi nya, yaitu pak Sukandi di sektor buah2an dan pak Rosman di sektor sayur mayur, mereka ku buatkan masing rumah di dalam kebun, mereka tinggal bersama istri dan anak2 mereka, hasil dari panen kebun tersebut mereka akan mendapatkan masing masing 25%.



Alih alih ingin menenangkan Fikiran di kebun tetapi sama saja, disini terasa sangat sumpek, rumah joglo bertema alam yang sengaja ku buat untuk singgah dan menenangkan Fikiran di saat bosan dengan suasana kota, juga tidak mampu membuat hati tenang apalagi ketika melihat kursi goyang tempat favorit Reni ketika datang ke rumah ini, membuat bayang2 Reni muncul didalam Fikiran dan tanpa sadar air mata pun menetes.



Total 2 hari 2 malam aku tinggal di perkebunan sebelum akhirnya kembali pulang ke kota, aku sudah bertekat bahwa akan hidup mengikuti arus walaupun sempat terbesit ingin bunuh diri. Namun hal itu urung kulakukan, aku berniat akan terus menjalani hidup walaupun dengan kesedihan dan kesepian.
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd