Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Kisahku dan Mamaku

-PART 18-
Setelah meninggalkan mama dalam keadaan kentang setelah seharian tidak kubiarkan keluar, aku menghabiskan sisa malamku di kamar. Menunggu mama menjalani perintahku untuk berhubungan dengan papa, akhirnya sekitar pukul 11 malam mama mengirim pesan teks padaku mengabari kalau dia akan mulai. Perlahan aku membuka pintu kamarku dan menghampiri kamar mama, di depan pintu kamarnya aku menguping sejenak. Sayup terdengar raungan papa dan suara genjotan, tetapi sama sekali tidak terdengar suara desahan mama, suara yang selalu kudengar setiap kami bersama. Bahkan tidak sampai sepuluh menit semua suara tadi sudah hilang, dengan cepat aku mengendap-endap kembali ke kamarku.

Aku berbaring di kamarku cukup lama, berpikir kalau mama akan mengirim pesan lagi. Ternyata bukan pesan yang kudapat, melainkan mama yang perlahan membuka pintu kamarku. Mama berdiri di ambang pintuku dalam keadaan telanjang, satu tangannya menutupi dadanya dan tangan satunya lagi mengusap-usap memeknya. Mama tidak mengucapkan sepatah kata pun, ia hanya menatapku sayu dengan wajah yang merah dan nafas yang terengah-engah. Di momen itu mama terlihat sangat erotis pikirku, aku pun berusaha memecah sunyi dengan bertanya pada mama.

Aku: mama ngapain?
Mama: mama udah lakuin perintahmu
Aku: papa mana?
Mama: udah tidur
Mama: ga lama habis selesai dia langsung tidur
Aku: yaudah bagus deh
Mama: ...
Aku: mama ngapain diem di situ telanjang, sambil mainin memeknya lagi, kayak lonte kepanasan aja
Mama: ...hmm
Aku: mama ngapain aku tanya
Mama: ..mama..belum puas
Aku: terus?
Mama: mama mau kamu puasin
Aku: mau apa?
Mama: mama mau kontol kamu
Mama: mama mau kontol kamu di memek mama
Mama: mama udah ga tahan
Mama: mama mau kamu entot mama semaleman
Aku: tapi akunya lagi ga mau, buat aku mau dong

Tentu saja kalimatku barusan adalah bohong, aku juga sudah konak sedari pagi. Aku hanya ingin melihat sejauh apa aku dapat mendorong mama, betapa beruntungnya aku ketika mendengar kata-kata mama tadi yang mengartikan bahwa dia sudah sepenuhnya di bawah kendaliku. Mama juga paham atas perkataanku dan apa maksudnya, pelan ia masuk ke dalam kamarku dan menutup pintu. Tanpa aku suruh apa-apa mama sudah mengerti apa yang aku mau, ia turun ke lantai dan merangkak ke arahku sampai naik di kasurku. Dengan cepat ia menggenggam selimutku dan melemparnya ke lantai, setelah itu adalah giliran celanaku yang dipelorotkannya dan keluarlah kontolku yang sudah menegang dan tidak berbalut dalam itu. Kedua tangan mama menyapu kedua pahaku dari bawah hingga ke kontolku, badannya meliuk-liuk seperti predator yang akan memangsa. Matanya yang sedari tadi sayu sekarang terbuka lebar dan hanya berjarak sekian centi dari kontolku, nafasnya yang semakin menderu dapat kurasakan meniup-niup batang kontolku. Sekian lama mama hanya menatap dan mengendus-endus kontolku, akhirnya ia membuka mulutnya yang sudah penuh liur dan dengan cepat ia melumat kontolku. Kepalanya naik turun di kontolku yang timbul tenggelam dan suara erangan mama serta suara kontolku yang keluar masuk mulut mama memenuhi kamarku, untungnya papaku adalah orang yang sangat pulas kalau tidur jadi aku tidak khawatir, sedangkan mamaku, sepertinya ia tidak peduli lagi kalau ketauan. Permainan lidah dan mulut mama sangat luar biasa, entah bagaimana mama bisa sejago ini hingga aku nyaris keluar. Tetapi tentu saja aku tidak ingin keluar di mulutnya, aku menarik kepala mama dan mengarahkannya untuk maju hingga memeknya tepat ada di atas kontolku. Tanpa aba-aba, mama langsung menaik turunkan badannya, menggoyang-goyangkan pinggangnya dengan cepat. Lagi-lagi kamarku terisi dengan suara kontolku dan memek mama yang beradu, dihiasi dengan desahan-desahannya yang ditahan. Pada posisi cowgirl seperti ini aku dapat melihat jelas mama yang menggigit bibir bawahnya, serta kedua tetek mama yang saling beradu naik turun. Aku dan mama yang sudah konak sejak pagi tidak membutuhkan waktu lama untuk mencapai orgasme, kami keluar di waktu yang hampir bersamaan. Aku mengerang cukup keras saat menembakkan pejuku ke rahim mama, sedangkan mama mengeluarkan erangan-erangan panjang beberapa kali sambil badannya bergetar kecil.

Setelah permainan itu, mama membaringkan badannya di atasku dengan kontolku yang masih menancap di dalamnya. Aku memeluknya sambil meremas-remas pantat mama yang masih cukup kencang itu, sedangkan mama hanya terkulai lemas merebahkan kepalanya di pangkal dadaku sambil tangannya mengusap-usap rambutku. Aku tahu walau capek tetapi mama masih belum puas, karena aku juga masih ingin lagi, terlebih malam masih panjang. Sekitar dua menit aku membiarkan mama beristirahat dan berbaring di atasku, kemudian aku mulai berdiri dan menuntun mama untuk juga ikut berdiri. Aku membalikkan badan mama menghadap pintu dan melebarkan kakinya, lalu aku menancapkan kembali kontolku ke lubang rahimnya dan kugenjot perlahan. Aku mengisyaratkan mama untuk maju dan keluar kamar, kami berjalan perlahan menuju pintu hingga keluar kamarku tanpa penolakan dari mama. Sesampai di luar, tanganku yang sedari tadi di pinggang mama berpindah menarik kedua tangan mama ke belakang. Mendorong badan atas mama ke depan, membusungkan teteknya yang besar itu dan membiarkannya menggantung, beradu maju mundur dengan tidak hentakan kontolku. Kini seisi rumahku bergema suara kontolku yang menampar-nampak memek dan pantat mama, terasa mama yang menikmati aksi ini dengan memeknya yang mengencang memeluk kontolku dengan erat. Kami ngentot sambil berjalan mengelilingi rumah, sebuah kegiatan yang sudah biasa kami lakukan di pagi hari. Tapi entah mengapa, malam ini rasanya jauh lebih binal, mungkin karena kehadiran papa di rumah, atau mungkin karena kami berdua yang sudah birahi sejak pagi.

Setelah mengelilingi rumah, kami akhirnya sampai di depan pintu kamar mama. Masih dalam posisi yang sama, kepala mama berbalik ke arahku dan menggeleng. Saat itu ekspresi wajah mama tidak selaras dengan sikapnya yang seolah tidak mau, matanya sudah 3/4 putihnya saja dan bibir bawahnya yang sedari tadi digigitnya sudah lepas, membiarkannya menganga dan mendesah. Aku melepaskan genggaman tangan kiri kami agar mama bisa membuka pintu, tidak lupa aku juga memelankan genjotanku agar tidak berisik. Pelan mama membuka pintu kamarnya seperempat, hanya cukup celah untuk kami mengintip terlebih dahulu. Terlihat papa masih tertidur pulas terlentang di kasur, tidak mengetahui apa yang sedari tadi istri dan anaknya lakukan dan tentu saja tidak mengetahui apa yang akan kami lakukan. Setengah berbisik mama mencoba memanggil papa, memastikan bahwa ia sudah lelap tertidur. Melihat tidak adanya reaksi, aku cukup yakin untuk melanjutkan masuk ke dalam. Kembali aku menarik tangan kiri mama dan meningkatkan kecepatan genjotanku perlahan, sambil kami berjalan menuju ke arah kasur. Kini kami berada tepat di sebelah kasur, mama dengan teteknya yang bergoyang kencang berada tepat di atas papa. Di bawah remang cahaya, terlihat buliran keringat dan liur mama menciprat mengenai papa. Sesekali mama menolah ke arahku dengan raut wajah binalnya, terlihat mama berusaha sekuat tenaga menahan untuk tidak mendesah. Situasi yang sangat erotis ini menaikkan birahiku, membuatku semakin nafsu dan mempercepat genjotanku. Sebuah keajaiban papa tidak terbangun dengan suara hentakanku yang semakin berisik, serta wajahnya yang terus-terusan terciprat cairan tubuh mama.

Aku menarik kedua tangan mama ke belakang hingga ia berdiri cukup tegak dan tubuhnya mepet denganku, lirih aku berbisik ke mama.

Aku: aku mau mama sujud, bungkuk, terserah, pokoknya mama rendahin badan mama tapi kontolku ga boleh lepas
Aku: terus aku mau mama minta maaf sama papa
Aku: minta maaf udah jadi istri binal, udah jadi lonte buat anaknya sendiri

Mama membalikkan kepalanya ke arahku dan dengan ekspresi binalnya ia mengangguk, perlahan aku melepaskan genggamanku dan membiarkan mama bergerak. Ia membungkukkan badannya serendah mungkin, dengan kedua tangannya memegangi betisnya seperti orang sedang pemanasan. Kepalanya hampir sejajar dengan papa yang berada di kasur, dengan pelan mama berbisik sambil melihat papa.

Mama: pah..mamaah, hmhh minta maafff
Mama: mama bukan istrih..yang baik
Mama: akuuh..ini binaalh
Mama: aku lonte buat anak kita pahh
Mama: aku..setiap hari..ahh..ngentot sama anak kita
Mama: hmmhh, aku..punyanya Haykal pa
Mama: maaaf ya pah..ahh.. aku udah jadi lontenya Haykaal

Di momen itu, aku merasakan kedutan yang sangat luar biasa dari memek mama. Menandakan mama yang sudah mau mencapai puncak orgasme, begitu pula denganku. Pemandangan yang sangat erotis dan tidak pantas itu mendorongku untuk sampai ke puncak kenikmatan. Kepalang konak juga meningkatkan adrenalitasku, mengisi tubuhku dengan tenaga entah dari mana. Aku mengangkat tubuh mama dengan menggendong kedua pahanya, membuat memeknya terbuka lebar. Mama mengalungkan kedua tangannya di leherku dengan kepala yang mendongak, mempertontonkan seluruh tubuhnya yang sedang digagahi anaknya pada suaminya yang tertidur pulas. Tidak sampai semenit, kami berdua mencapai orgasme di waktu yang bersamaan. Kami berdua layaknya pasangan yang kesetanan dan tidak peduli apa-apa lagi, sambil mengerang aku menembakkan pejuku ke dalam rahim mamaku di depan papaku sendiri. Mama yang sudah birahi sedari pagi mendapatkan orgasme yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ia mendesah kencang dan memuncratkan cairan memeknya seperti air mancur, membasahi papa serta kasur mereka.

Selama beberapa saat kami masih diam di posisi itu, berusaha memproses kenikmatan luar biasa yang baru saja kami berdua rasakan. Sampai akhirnya tangan dan kakiku mulai melemas, baru setelah itu aku menurunkan mama ke lantai secara perlahan. Di kasur terlihat papa yang masih saja pulas, tidak tahu menahu apa yang baru saja terjadi. Di sisi lain, mama terkulai lemas di lantai sambil mengangkang dengan memeknya yang merah dan bersimbah pejuku. Sekilas mama terlihat seperti orang yang tidak sadarkan diri, matanya putih semua dan mulutnya hanya bisa terbuka sambil mengeluarkan desahan-desahan kecil dengan nafas yang terengah-engah. Aku mendekatkan diriku ke mama, menggoyang-goyangkan wajahnya tetapi tidak ada respon. Akhirnya aku berbisik pada mama kalau aku akan kembali ke kamar dan menyuruhnya untuk merapihkan diri, pemandangan mama dengan kondisi yang tidak sadarkan diri adalah hal terakhir yang kulihat sebelum aku kembali ke kamarku.

Di kamar, aku hanya berbaring sambil tersenyum-senyum sendiri. Kini mama sudah sepenuhnya milikku, tidak bisa lagi mama hidup tanpaku. Sungguh aku tidak sabar, akan hari-hariku di rumah ke depannya.

-Bersambung-
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd