Veatheria
Suka Semprot
- Daftar
- 2 Mar 2018
- Post
- 23
- Like diterima
- 184
Siapa sih akhwat story lover yang tidak mengenal cerita tentang Adinda akhwat doyan. cuman ya karena cerita itu putus ditengah jalan, ane juga pengen nerusin lah. tapi sepertinya jadiin Adinda & Azizah sebagai tokoh sampingannya saja dan ambil judul lain. Sebenernya udah ada yg ngepost tulisan ini. tapi di-delete. eahhh. cuman sampe page 9. sekarang ane coba repost itu cerita dg mungkin sedikit remake lah nantinya.
Gak enak kalo nerusin story tapi season yg sebelumnya masih dikit banget yg baca.
Happy reading.
Sorry ane masih Newbi.
#1 Seminar PraNikah
“aaaahhhh… uuhhhhhh. Oouuuhhhhhhhhhhh…aaaahhhhhhhh aahhhhhh….. ihhhhhhhhhh… ehhmmmm… aaahhhhhhh…..aachhhhhhhhhhhhhh achhhhhhhh achhhhhhhhhhhhh oouuuuuuuuuuhhhhhhhhhhh….. ouuccchhhhhhhhhhh aaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhh ssshhhhhhhh aahhhhhhhhhhhhhhhhh”
Ledakan orgasme mengakhiri gerak lincah jemari ku memainkan sebuah biji kecil di tengah vagina ku. rasa nikmat yang tadi menjalar di sekujur tubuh ku kini berganti menjadi sebuah penyesalan yang amat dalam. Aku pun merubah posisi ku yang tadi berbaring terlentang menjadi miring kesebelah kanan. Sambil memeluk bantal guling, aku menatap kearah yang tak pasti, nanar dan penuh dengan penyesalan. Serasa tiada lagi arti kenikmatan yang tadi ku raih, semua sirna seketika bersamaan dengan menyemburnya cairan dari dalam vagina ku tadi. Keringat yang mengucur dari tubuh ku yang tak tertutupi sehelai pakaian pun membasahi bantal guling yang ku peluk erat. Kondisi tubuh ku yang dibanjiri oleh peluh ini sangat kontras dengan cuaca di luar sana dimana mentari bersinar malu malu dan tetesan air hujan turun dengan pelan dan menciptakan suara rintik rintik diatas atap rumah kontrakan yang terbuat dari seng ini.
Ku angkat tubuh ku yang lemah selepas orgasme ini. Ku tengok jam dinding yang berada diatas dinding kamar kontrakan ku ini, jarum pendek menunjukan hampir ke arah angka 8 dan jarum panjang menunjukan ke angka 10. Aku pun berjalan menuju kamar mandi dengan keadaan telanjang bulat. Aku memang terbiasa bertelanjang bulat seperti ini ketika sendirian di dalam rumah. Entahlah, aku merasa ini lebih membuatku nyaman dan bebas.
Ku basahi tubuh ku dengan air yang ku ambil dari bak mandi menggunakan gayung berwarna merah. Penyesalan masih bertahta dalam nurani atas masturbasi yang ku lakukan tadi. Tadi itu bukanlah pertama kalinya aku melakukan kegiatan sex solo tersebut. Aku telah mengenal sex dan masturbasi sejak duduk di bangku kelas X SMA, dimana aku yang dulu pernah di ajak menonton film porno oleh teman teman perempuan ku. karena didorong oleh rasa penasaran, akhirnya aku menonton dengan rasa malu dan disana juga lah aku menyaksikan teman teman ku melakukan masturbasi serta disana juga lah pertama kali nya aku melakukan masturbasi. Dan sejak saat itulah, aku mulai ketagihan sex namun sampai saat ini aku masih tetap perawan dan belum pernah sekalipun berhubungan sex dengan pria.
Setelah selesai mandi dan mengeringkan tubuh ku, aku mengerjakan pekerjaan yang seharusnya telah selesai ku kerjakan seperti merapikan kamar tidur yang lagi lagi berantakan akibat tubuh ku yang menggeliat karena menerima kenikmatan permainan jari ku dan menyetrika pakaian yang akan ku pakai hari ini ke sebuah acara seminar pra nikah.
Waktu menunjukan pukul 09.15. Masih ada kurang lebih 30 menit sebelum Rahma menjemput ku. Aku berdiri didepan cermin, memandangi tubuh ku yang tak berpakaian sama sekali. Aku merasa bangga atas indahnya tubuhku. Kulit ku yang kuning langsat dan mulus, payudara ku yang berukuran 36B yang sering kali masih menyembul dibalik pakaian syari yang ku pakai. Sambil memandangi tubuh ku yang dari pantulan bayangan cermin, aku menyentuh buah dada ku. getaran nikmat kembali menjalar dalam tubuhku. Darah ku mengalir deras tatkala aku menyentuh dan memilin kedua putting susu ku yang mulai mengeras. Perlahan lahan, remasan ku terhadap bukit kembar ku makin intens dan kasar. Aahhhh betapa nikmat nya. Tangan ku pun merambat ke bagian bawah, sshhhhh, geli semakin menjalar ke sekujur tubuh ku. ku raba vagina ku yang tak berbulu itu. aahhhh jari tangan ku pun akhirnya berhenti di sebuah titik yang memberikan kenikmatan yang tak terkira, klitoris. Jariku menekan nekan biji kecil itu. kedua kaki ku melebar dan posisi pantat ku agak sedikit menungging sedangkan tangan kiriku berpegangan pada pinggiran lemari sehingga aku dapat melihat tubuh ku yang sedang ku mainkan dan wajah ku yang tengah menikmati. Sangat jauh berbeda dengan diriku yang dikenal sebagai akhwat shalihah, kini di cermin ini aku terlihat tak jauh berbeda dari seorang pelacur.
“tok tok tok” suara pintu mengagetkan ku dari kegiatan terlarang ku.
“assalaamualaikum” sapa orang diluar sana yang suara nya tak asing lagi bagiku.
“wa’alaikumsalam” jawab ku dengan sedikit berteriak karena posisi ku saat ini berada didalam kamar.
Aku pun memakai sehelai handuk dan sebuah jilbab instan panjang. Dengan berlari kecil, aku menuju pintu dan membuka sedikit pintu tersebut untuk mengintip apakah ada laki laki di luar sana yang mungkin dapat melihat ku mengenakan pakaian seminim ini. Setelah yakin tak ada orang lain diluar sana selain Rahma, aku membuka pintu dan mengizinkan Rahma masuk.
Rahma adalah teman satu kelas ku di bangku kuliah, tapi Rahma sudah lulus setahun yang lalu dan aku masih sibuk dengan skripsi yang tak kunjung usai. Ini bukan karena aku yang tak mampu menyelesaikannya namun karena aku yang terlalu focus untuk menikah daripada wisuda sehingga aku kehilangan semangat untuk wisuda dan lebih menginginkan menikah sekarang juga.
“loh belum siap siap ukh?” tanya Rahma.
“hehehe. Ana habis nyetrika baju ukh” jawab ku. Rahma tentu saja tak tahu dengan kebiasaan buruk ku.jika ia tahu pasti ia akan marah besar karena kelakuan ku yang menyimpang ini.
“iya deh, nyantai aja kan masih agak lama juga” ujar Rahma.
Aku pamit kepadanya untuk masuk kedalam kamar dan memakai pakaian ku. kembali ku tatap cermin besar itu, sesosok wanita yang jauh berbeda dari sebelumnya terlihat disana. Seorang wanita yang disebut akhwat dengan gamis hijau botolnya yang longgar dan jilbab berwarna serupa serta handsock hitam terlihat terlalu baik untuk menjadikan masturbasi sebagai hobinya. Tak lupa ku pakai juga kaos kaki krem ku dengan telapaknya yang berwarna hitam. Setelah semua nya sempurna, aku memakai cadar hitam ku yang tali nya ku ikatkan dibelakang kepalaku.
Rahma yang tampak sangat cantik memakai jilbab berbahan wolfis warna pink dan gamis berwarna hitam menyalakan sepeda motor nya. Aku duduk menyamping di bonceng oleh Rahma dan kami pun berangkat dengan rintikan gerimis jatuh ke atas tubuh kami.
Sampailah kami di tempat seminar. Tampak para akhwat berpakaian syari lalu lalang disini. Ada diantara mereka yang sedang menunggu teman nya, ada juga yang sekedar jalan jalan dan berfoto foto, ada juga yang masih meregistrasi ulang dan tampak para panitia akhwat dan beberapa panitia ikhwan sibuk dengan urusan mereka masing masing.
Nampak dari kejauhan ku lihat seorang akhwat berjilbab biru muda yang tak asing lagi bagi kami sedang mengobrol dengan seorang ikhwan dari kampus tempat kami kuliah. Dia adalah Dinda. Sudah lama kami tak melihat nya sejak kasus pemerkosaan nya yang dilakukan oleh tetangga kos nya. Bahkan semenjak ia pindah, Dinda tak pernah lagi berkumpul dengan kami dalam kelompok pengajian kampus. Aku, Rahma dan Dinda adalah teman satu kelompok pengajian yang dibina oleh ustadzah Azizah, yang menjadi pembicara pada seminar hari ini. Seorang laman bicara Dinda bernama Riki, dia merupakan mahasiswa satu angkatan dengan Dinda dan dia pun masih sibuk mengerjakan skripsi nya.
Aku dan Rahma menghampiri Dinda yang tak menyadari kedatangan kami.
“assalamu’alaikum ukhti?” kata Rahma, Dinda pun kaget dengan kehadiran kami.
“wa’alaikumsalam eh kalian rupanya. Ana kangen sekali dengan kalian” kata Dinda. Kami pun berpelukan bergantian. Ku rasakan dari luar jilbab lebar dan gamis Dinda, ia seperti tak memakai bra. Payudara nya terasa kenyal bersentuhan dengan payudara ku.
Acara pun segera dimulai. Setelah berbincang singkat dengan Dinda kami pun masuk bersama sama. Wajah ku memerah dan jantung ku berdegup kencang saat berhadapan dengan Riki, yang selama ini ku kagumi diam diam. Kami bertiga duduk di barisan nomor tiga dari depan. Seluruh peserta seminar ini adalah wanita. Karena memang seminar ini hanya diperuntukan kepada wanita. Panitia laki laki pun hanya boleh menunggu diluar dan tak satupun boleh masuk kedalam tanpa terkecuali.
Seminar dimulai dengan pertunjukan tim nasyid akhwat yang melantunkan dua buah tembang nasyid. Puncak acara pun tiba. Ustadzah Azizah memasuki ruang seminar dengan balutan gamis dan cadar yang serba hitam. Tatapan mata indah ustadzah Azizah terlihat menarik perhatian dari sela sela cadarnya. Ustadzah Azizah memulai menyampaikan materi nya yang padat dan berisi. Hampir semua peserta seminar merasa baper dengan materi dan kisah kisah yang dituturkan oleh beliau, termasuk aku. Dan kini masuklah pada sesi tanya jawab. Hampir seluruh peserta mengangkat tangannya dan kami bertiga tidak termasuk diantaranya. Rahma tengah sibuk menatap layar Hp nya sambil tersenyum dan Dinda focus mendengarkan isi pertanyaan sedangkan aku sibuk menulis nulis di buku yang bertuliskan nama ku disampulnya, yaitu Hanna.
“assalaamualaikum ustadzah. Bagaimana jika sperma suami tertelan pada saat melakukan oral sex?” suara merdu salah satu akhwat menghentikan aku dan Rahma dari kesibukan individual kami. Pertanyaan yang diajukan akhwat tersebut sangat bersifat tabu namun karena ini membahas masalah pernikahan dan persiapannya, maka ustadzah Azizah dengan gamblang menjawab bahwa menelan sperma itu membawa dampak yang baik untuk tubuh kita. Beliau tak sungkan menjawab pertanyaan pertanyaan yang sifat nya mengarah kepada hal hal pornografi karena di dalam ruangan ini tak ada satupun laki laki. Pertanyaan lain pun diutarakan kepada beliau baik yang bersifat agama maupun bersifat sex. Setiap penjelasan ustadzah Azizah mengenai sex membuat vagina ku terasa berdenyut. Diam diam aku menekan vagina ku dari balik jilbab lebar ku. aahhh terasa sangat geli. Aku pun merasa sangat terangsang, nafas ku terasa berat. Apakah hanya aku yang mengalami hal seperti ini? Apakah akhwat akhwat lain tiada yang merasa kan syahwat yang memanas? Apakah ustadzah Azizah sendiri tidak merasa terangsang bercerita tentang hal ini? Ahh ustadzah Azizah juga sudah menikah jika pun ia terangsang ia bisa menyalurkan birahi nya ke suami nya. Ohh sungguh ini lah alasan mengapa aku ingin segera menikah. Aku sudah tak tahan.
“ihh pembahasan nya dewasa banget ya ukh” bisik Rahma kepadaku. Aku tak menanggapi perkataan nya. Dari balik cadar, aku menggigit bibir bawah ku dan jari telunjuk ku masih menekan vagina ku.
“ana mau ke toilet dulu ya ukh” aku buru buru bangkit dari kursi ku dan menuju kamar mandi yang berada di luar aula karena rasa ingin pipis yang malah justru mendatangi.
Sialnya toilet wanita penuh. Ada banyak akhwat yang ke kamar mandi. Akhirnya karena sudah tak tahan lagi akun pun masuk ke toilet pria yang ternyata sangat sepi.
Aku pun memasuki salah satu bilik dan menuntaskan rasa ingin pipis tadi. Suara langkah kaki pun terdengar masuk kedalam toilet dan membuatku mengurungkan niat untuk keluar.
“aman gak disini?” terdengar suara seorang akhwat.
“iya pasti aman. Kita kunci aja pintu nya dari dalem biar gak ada yang masuk” terdengar pula suara bisik seorang ikhwan.
Apa? ada akhwat dan ikhwan berduaan masuk ke dalam toilet?
“disini aja yuk. Sudah gak tahan lagi” terdengar lagi suara si akhwat mendesah manja.
“gak sabar banget ya pelacur ana ini” apa maksudnya? Ia memanggil akhwat itu pelacur? Siapa akhwat dan ikhwan itu sebenarnya? Aku pun dengan seksama menguping suara mereka.
Suara obrolan mereka tak lagi terdengar melainkan suara desah si akhwat yang terdengar sangat menikmati.
“kulum kontol ana ukhti” kata si ikhwan dengan nada pelan.
Mungkin mereka tak menyadari keberadaan ku didalam salah satu bilik ini sehingga dengan bebas mereka berhubungan mesum di tempat ini.
Aku tak tahu apakah si akhwat tengah mengulum penis ikhwan tersebut ataukah tidak. Aku tak dapat melihat mereka dari dalam bilik kecil ini. Sedangkan mereka berada di luar didepan kaca besar dan kran untuk mencuci tangan.
Aksi mesum mereka yang hanya terdengar suara nya bagiku memberikan efek syahwat yang kembali datang setelah sebelumnya menghilang. Aku melepaskan celana panjang yang ku pakai dibalik gamis ku dan mengangkat gamis yang ku pakai hingga ke pinggang sehingga kaki ku yang putih mulus hanya ditutupi oleh kaos kaki krem sepanjang betis mirip anak anak sekolah di Jepang. Alhasil vagina ku terlihat sempurna merekah dan agak sedikit basah. Sambil mendengarkan desahan dari kedua insan diluar sana, aku pun memulai meraba vagina ku dan menekan nya sedikit demi sedikit.
“ukhti.. payudara nya besaarr.. ana suka remes nya” bisik laki laki itu.
“iya akhi. Remes payudara ana akhii.. aahhh remas seperti waktu itu akhi” akhwat itu menjawab dengan nafas yang berat. Seperti nya mereka pernag melakukan hal ini sebelumnya, siapakah mereka?
“akhii.. penis nya masukin aja. Jangan Cuma digesek ke pantat ana” lanjut akhwat tersebut. Nampaknya mereka berdiri tepat didepan pintu bilik toilet yang ku pakai.
Desahan desahan mereka makin terdengar asyik dan saling beradu. aku pun tak mau kalah dengan apa yang mereka rasakan. Aku didalam sini pun ikut sibuk mencari cari kenikmatan dengan melakukan masturbasi sendirian.
“ukh ana masukin penis ana ya.. ana gak tahan lagi” kata si ikhwan tersebut.
“iya akhii.. ayo zinahi ana akhi. Puaskan nafsu akhi dengan tubuh ana.. aahhh” ujar akhwat tersebut.
“pelan pelan akhii.. aaahhkkk” akhwat tersebut menjerit kecil yang mana jeritannya langsung terhenti sepertinya si ikhwan menutup mulut si akhwat dengan tangan atau dengan bibir nya.
Sementara diluar sana mereka sibuk menikmati aktivitas mereka, disini aku pun masih tetap memainkan vagina ku yang semakin dan semakin basah. Payudara ku pun tak ku lewatkan untuk ku remas. Tubuh ku makin mengejang dan gemetar. Kenikmatan itu makin tiba. Jika saja aku tak memikirkan keperawanan yang harus ku jaga, aku pasti sudah membuka pintu dan bergabung dengan mereka diluar sana. Kocokan jari ku makin cepat, aku berusaha menahan desahan yang keluar dari mulutku yang masih tertutup oleh cadar. Posisi gamis ku yang merosot ku biarkan begitu saja sehingga ujungnya sedikit menyentuh lantai toilet.
“aahh akhii pelaanhhh pelaaann.. aaahhhh enaaakkk akhiiii” rintih akhwat diluar sana.
“iya ukhtii.. nikmati penis ana ukhti.. ukhti pasti ketagihan ngesex sama ana” jawab ikhwan tersebut.
“aaahhh akhiii ana mau keluaarrr…” kata akhwat tersebut.
“ana juga ukhtii… ana keluarin dimana ukhti?” jawab si ikhwan.
Aku pun ikut orgasme dan ini adalah orgasme kedua ku hari ini. Tubuh ku terasa lemas dan lagi lagi aku merasakan penyesalan dalam diriku serta mencaci kedua manusia yang sedang beradu kenikmatan di luar sana.
“BRAAAAKKK!!!!!!!!!” suara pintu didobrak.
“apa yang kalian lakukan?” suara perempuan dengan nada tinggi terdengar. Aku menjadi panic dan dengan cepat memakai celana yang ku lepas.
---------------------------
Gak enak kalo nerusin story tapi season yg sebelumnya masih dikit banget yg baca.
Happy reading.
Sorry ane masih Newbi.
#1 Seminar PraNikah
“aaaahhhh… uuhhhhhh. Oouuuhhhhhhhhhhh…aaaahhhhhhhh aahhhhhh….. ihhhhhhhhhh… ehhmmmm… aaahhhhhhh…..aachhhhhhhhhhhhhh achhhhhhhh achhhhhhhhhhhhh oouuuuuuuuuuhhhhhhhhhhh….. ouuccchhhhhhhhhhh aaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhh ssshhhhhhhh aahhhhhhhhhhhhhhhhh”
Ledakan orgasme mengakhiri gerak lincah jemari ku memainkan sebuah biji kecil di tengah vagina ku. rasa nikmat yang tadi menjalar di sekujur tubuh ku kini berganti menjadi sebuah penyesalan yang amat dalam. Aku pun merubah posisi ku yang tadi berbaring terlentang menjadi miring kesebelah kanan. Sambil memeluk bantal guling, aku menatap kearah yang tak pasti, nanar dan penuh dengan penyesalan. Serasa tiada lagi arti kenikmatan yang tadi ku raih, semua sirna seketika bersamaan dengan menyemburnya cairan dari dalam vagina ku tadi. Keringat yang mengucur dari tubuh ku yang tak tertutupi sehelai pakaian pun membasahi bantal guling yang ku peluk erat. Kondisi tubuh ku yang dibanjiri oleh peluh ini sangat kontras dengan cuaca di luar sana dimana mentari bersinar malu malu dan tetesan air hujan turun dengan pelan dan menciptakan suara rintik rintik diatas atap rumah kontrakan yang terbuat dari seng ini.
Ku angkat tubuh ku yang lemah selepas orgasme ini. Ku tengok jam dinding yang berada diatas dinding kamar kontrakan ku ini, jarum pendek menunjukan hampir ke arah angka 8 dan jarum panjang menunjukan ke angka 10. Aku pun berjalan menuju kamar mandi dengan keadaan telanjang bulat. Aku memang terbiasa bertelanjang bulat seperti ini ketika sendirian di dalam rumah. Entahlah, aku merasa ini lebih membuatku nyaman dan bebas.
Ku basahi tubuh ku dengan air yang ku ambil dari bak mandi menggunakan gayung berwarna merah. Penyesalan masih bertahta dalam nurani atas masturbasi yang ku lakukan tadi. Tadi itu bukanlah pertama kalinya aku melakukan kegiatan sex solo tersebut. Aku telah mengenal sex dan masturbasi sejak duduk di bangku kelas X SMA, dimana aku yang dulu pernah di ajak menonton film porno oleh teman teman perempuan ku. karena didorong oleh rasa penasaran, akhirnya aku menonton dengan rasa malu dan disana juga lah aku menyaksikan teman teman ku melakukan masturbasi serta disana juga lah pertama kali nya aku melakukan masturbasi. Dan sejak saat itulah, aku mulai ketagihan sex namun sampai saat ini aku masih tetap perawan dan belum pernah sekalipun berhubungan sex dengan pria.
Setelah selesai mandi dan mengeringkan tubuh ku, aku mengerjakan pekerjaan yang seharusnya telah selesai ku kerjakan seperti merapikan kamar tidur yang lagi lagi berantakan akibat tubuh ku yang menggeliat karena menerima kenikmatan permainan jari ku dan menyetrika pakaian yang akan ku pakai hari ini ke sebuah acara seminar pra nikah.
Waktu menunjukan pukul 09.15. Masih ada kurang lebih 30 menit sebelum Rahma menjemput ku. Aku berdiri didepan cermin, memandangi tubuh ku yang tak berpakaian sama sekali. Aku merasa bangga atas indahnya tubuhku. Kulit ku yang kuning langsat dan mulus, payudara ku yang berukuran 36B yang sering kali masih menyembul dibalik pakaian syari yang ku pakai. Sambil memandangi tubuh ku yang dari pantulan bayangan cermin, aku menyentuh buah dada ku. getaran nikmat kembali menjalar dalam tubuhku. Darah ku mengalir deras tatkala aku menyentuh dan memilin kedua putting susu ku yang mulai mengeras. Perlahan lahan, remasan ku terhadap bukit kembar ku makin intens dan kasar. Aahhhh betapa nikmat nya. Tangan ku pun merambat ke bagian bawah, sshhhhh, geli semakin menjalar ke sekujur tubuh ku. ku raba vagina ku yang tak berbulu itu. aahhhh jari tangan ku pun akhirnya berhenti di sebuah titik yang memberikan kenikmatan yang tak terkira, klitoris. Jariku menekan nekan biji kecil itu. kedua kaki ku melebar dan posisi pantat ku agak sedikit menungging sedangkan tangan kiriku berpegangan pada pinggiran lemari sehingga aku dapat melihat tubuh ku yang sedang ku mainkan dan wajah ku yang tengah menikmati. Sangat jauh berbeda dengan diriku yang dikenal sebagai akhwat shalihah, kini di cermin ini aku terlihat tak jauh berbeda dari seorang pelacur.
“tok tok tok” suara pintu mengagetkan ku dari kegiatan terlarang ku.
“assalaamualaikum” sapa orang diluar sana yang suara nya tak asing lagi bagiku.
“wa’alaikumsalam” jawab ku dengan sedikit berteriak karena posisi ku saat ini berada didalam kamar.
Aku pun memakai sehelai handuk dan sebuah jilbab instan panjang. Dengan berlari kecil, aku menuju pintu dan membuka sedikit pintu tersebut untuk mengintip apakah ada laki laki di luar sana yang mungkin dapat melihat ku mengenakan pakaian seminim ini. Setelah yakin tak ada orang lain diluar sana selain Rahma, aku membuka pintu dan mengizinkan Rahma masuk.
Rahma adalah teman satu kelas ku di bangku kuliah, tapi Rahma sudah lulus setahun yang lalu dan aku masih sibuk dengan skripsi yang tak kunjung usai. Ini bukan karena aku yang tak mampu menyelesaikannya namun karena aku yang terlalu focus untuk menikah daripada wisuda sehingga aku kehilangan semangat untuk wisuda dan lebih menginginkan menikah sekarang juga.
“loh belum siap siap ukh?” tanya Rahma.
“hehehe. Ana habis nyetrika baju ukh” jawab ku. Rahma tentu saja tak tahu dengan kebiasaan buruk ku.jika ia tahu pasti ia akan marah besar karena kelakuan ku yang menyimpang ini.
“iya deh, nyantai aja kan masih agak lama juga” ujar Rahma.
Aku pamit kepadanya untuk masuk kedalam kamar dan memakai pakaian ku. kembali ku tatap cermin besar itu, sesosok wanita yang jauh berbeda dari sebelumnya terlihat disana. Seorang wanita yang disebut akhwat dengan gamis hijau botolnya yang longgar dan jilbab berwarna serupa serta handsock hitam terlihat terlalu baik untuk menjadikan masturbasi sebagai hobinya. Tak lupa ku pakai juga kaos kaki krem ku dengan telapaknya yang berwarna hitam. Setelah semua nya sempurna, aku memakai cadar hitam ku yang tali nya ku ikatkan dibelakang kepalaku.
Rahma yang tampak sangat cantik memakai jilbab berbahan wolfis warna pink dan gamis berwarna hitam menyalakan sepeda motor nya. Aku duduk menyamping di bonceng oleh Rahma dan kami pun berangkat dengan rintikan gerimis jatuh ke atas tubuh kami.
Sampailah kami di tempat seminar. Tampak para akhwat berpakaian syari lalu lalang disini. Ada diantara mereka yang sedang menunggu teman nya, ada juga yang sekedar jalan jalan dan berfoto foto, ada juga yang masih meregistrasi ulang dan tampak para panitia akhwat dan beberapa panitia ikhwan sibuk dengan urusan mereka masing masing.
Nampak dari kejauhan ku lihat seorang akhwat berjilbab biru muda yang tak asing lagi bagi kami sedang mengobrol dengan seorang ikhwan dari kampus tempat kami kuliah. Dia adalah Dinda. Sudah lama kami tak melihat nya sejak kasus pemerkosaan nya yang dilakukan oleh tetangga kos nya. Bahkan semenjak ia pindah, Dinda tak pernah lagi berkumpul dengan kami dalam kelompok pengajian kampus. Aku, Rahma dan Dinda adalah teman satu kelompok pengajian yang dibina oleh ustadzah Azizah, yang menjadi pembicara pada seminar hari ini. Seorang laman bicara Dinda bernama Riki, dia merupakan mahasiswa satu angkatan dengan Dinda dan dia pun masih sibuk mengerjakan skripsi nya.
Aku dan Rahma menghampiri Dinda yang tak menyadari kedatangan kami.
“assalamu’alaikum ukhti?” kata Rahma, Dinda pun kaget dengan kehadiran kami.
“wa’alaikumsalam eh kalian rupanya. Ana kangen sekali dengan kalian” kata Dinda. Kami pun berpelukan bergantian. Ku rasakan dari luar jilbab lebar dan gamis Dinda, ia seperti tak memakai bra. Payudara nya terasa kenyal bersentuhan dengan payudara ku.
Acara pun segera dimulai. Setelah berbincang singkat dengan Dinda kami pun masuk bersama sama. Wajah ku memerah dan jantung ku berdegup kencang saat berhadapan dengan Riki, yang selama ini ku kagumi diam diam. Kami bertiga duduk di barisan nomor tiga dari depan. Seluruh peserta seminar ini adalah wanita. Karena memang seminar ini hanya diperuntukan kepada wanita. Panitia laki laki pun hanya boleh menunggu diluar dan tak satupun boleh masuk kedalam tanpa terkecuali.
Seminar dimulai dengan pertunjukan tim nasyid akhwat yang melantunkan dua buah tembang nasyid. Puncak acara pun tiba. Ustadzah Azizah memasuki ruang seminar dengan balutan gamis dan cadar yang serba hitam. Tatapan mata indah ustadzah Azizah terlihat menarik perhatian dari sela sela cadarnya. Ustadzah Azizah memulai menyampaikan materi nya yang padat dan berisi. Hampir semua peserta seminar merasa baper dengan materi dan kisah kisah yang dituturkan oleh beliau, termasuk aku. Dan kini masuklah pada sesi tanya jawab. Hampir seluruh peserta mengangkat tangannya dan kami bertiga tidak termasuk diantaranya. Rahma tengah sibuk menatap layar Hp nya sambil tersenyum dan Dinda focus mendengarkan isi pertanyaan sedangkan aku sibuk menulis nulis di buku yang bertuliskan nama ku disampulnya, yaitu Hanna.
“assalaamualaikum ustadzah. Bagaimana jika sperma suami tertelan pada saat melakukan oral sex?” suara merdu salah satu akhwat menghentikan aku dan Rahma dari kesibukan individual kami. Pertanyaan yang diajukan akhwat tersebut sangat bersifat tabu namun karena ini membahas masalah pernikahan dan persiapannya, maka ustadzah Azizah dengan gamblang menjawab bahwa menelan sperma itu membawa dampak yang baik untuk tubuh kita. Beliau tak sungkan menjawab pertanyaan pertanyaan yang sifat nya mengarah kepada hal hal pornografi karena di dalam ruangan ini tak ada satupun laki laki. Pertanyaan lain pun diutarakan kepada beliau baik yang bersifat agama maupun bersifat sex. Setiap penjelasan ustadzah Azizah mengenai sex membuat vagina ku terasa berdenyut. Diam diam aku menekan vagina ku dari balik jilbab lebar ku. aahhh terasa sangat geli. Aku pun merasa sangat terangsang, nafas ku terasa berat. Apakah hanya aku yang mengalami hal seperti ini? Apakah akhwat akhwat lain tiada yang merasa kan syahwat yang memanas? Apakah ustadzah Azizah sendiri tidak merasa terangsang bercerita tentang hal ini? Ahh ustadzah Azizah juga sudah menikah jika pun ia terangsang ia bisa menyalurkan birahi nya ke suami nya. Ohh sungguh ini lah alasan mengapa aku ingin segera menikah. Aku sudah tak tahan.
“ihh pembahasan nya dewasa banget ya ukh” bisik Rahma kepadaku. Aku tak menanggapi perkataan nya. Dari balik cadar, aku menggigit bibir bawah ku dan jari telunjuk ku masih menekan vagina ku.
“ana mau ke toilet dulu ya ukh” aku buru buru bangkit dari kursi ku dan menuju kamar mandi yang berada di luar aula karena rasa ingin pipis yang malah justru mendatangi.
Sialnya toilet wanita penuh. Ada banyak akhwat yang ke kamar mandi. Akhirnya karena sudah tak tahan lagi akun pun masuk ke toilet pria yang ternyata sangat sepi.
Aku pun memasuki salah satu bilik dan menuntaskan rasa ingin pipis tadi. Suara langkah kaki pun terdengar masuk kedalam toilet dan membuatku mengurungkan niat untuk keluar.
“aman gak disini?” terdengar suara seorang akhwat.
“iya pasti aman. Kita kunci aja pintu nya dari dalem biar gak ada yang masuk” terdengar pula suara bisik seorang ikhwan.
Apa? ada akhwat dan ikhwan berduaan masuk ke dalam toilet?
“disini aja yuk. Sudah gak tahan lagi” terdengar lagi suara si akhwat mendesah manja.
“gak sabar banget ya pelacur ana ini” apa maksudnya? Ia memanggil akhwat itu pelacur? Siapa akhwat dan ikhwan itu sebenarnya? Aku pun dengan seksama menguping suara mereka.
Suara obrolan mereka tak lagi terdengar melainkan suara desah si akhwat yang terdengar sangat menikmati.
“kulum kontol ana ukhti” kata si ikhwan dengan nada pelan.
Mungkin mereka tak menyadari keberadaan ku didalam salah satu bilik ini sehingga dengan bebas mereka berhubungan mesum di tempat ini.
Aku tak tahu apakah si akhwat tengah mengulum penis ikhwan tersebut ataukah tidak. Aku tak dapat melihat mereka dari dalam bilik kecil ini. Sedangkan mereka berada di luar didepan kaca besar dan kran untuk mencuci tangan.
Aksi mesum mereka yang hanya terdengar suara nya bagiku memberikan efek syahwat yang kembali datang setelah sebelumnya menghilang. Aku melepaskan celana panjang yang ku pakai dibalik gamis ku dan mengangkat gamis yang ku pakai hingga ke pinggang sehingga kaki ku yang putih mulus hanya ditutupi oleh kaos kaki krem sepanjang betis mirip anak anak sekolah di Jepang. Alhasil vagina ku terlihat sempurna merekah dan agak sedikit basah. Sambil mendengarkan desahan dari kedua insan diluar sana, aku pun memulai meraba vagina ku dan menekan nya sedikit demi sedikit.
“ukhti.. payudara nya besaarr.. ana suka remes nya” bisik laki laki itu.
“iya akhi. Remes payudara ana akhii.. aahhh remas seperti waktu itu akhi” akhwat itu menjawab dengan nafas yang berat. Seperti nya mereka pernag melakukan hal ini sebelumnya, siapakah mereka?
“akhii.. penis nya masukin aja. Jangan Cuma digesek ke pantat ana” lanjut akhwat tersebut. Nampaknya mereka berdiri tepat didepan pintu bilik toilet yang ku pakai.
Desahan desahan mereka makin terdengar asyik dan saling beradu. aku pun tak mau kalah dengan apa yang mereka rasakan. Aku didalam sini pun ikut sibuk mencari cari kenikmatan dengan melakukan masturbasi sendirian.
“ukh ana masukin penis ana ya.. ana gak tahan lagi” kata si ikhwan tersebut.
“iya akhii.. ayo zinahi ana akhi. Puaskan nafsu akhi dengan tubuh ana.. aahhh” ujar akhwat tersebut.
“pelan pelan akhii.. aaahhkkk” akhwat tersebut menjerit kecil yang mana jeritannya langsung terhenti sepertinya si ikhwan menutup mulut si akhwat dengan tangan atau dengan bibir nya.
Sementara diluar sana mereka sibuk menikmati aktivitas mereka, disini aku pun masih tetap memainkan vagina ku yang semakin dan semakin basah. Payudara ku pun tak ku lewatkan untuk ku remas. Tubuh ku makin mengejang dan gemetar. Kenikmatan itu makin tiba. Jika saja aku tak memikirkan keperawanan yang harus ku jaga, aku pasti sudah membuka pintu dan bergabung dengan mereka diluar sana. Kocokan jari ku makin cepat, aku berusaha menahan desahan yang keluar dari mulutku yang masih tertutup oleh cadar. Posisi gamis ku yang merosot ku biarkan begitu saja sehingga ujungnya sedikit menyentuh lantai toilet.
“aahh akhii pelaanhhh pelaaann.. aaahhhh enaaakkk akhiiii” rintih akhwat diluar sana.
“iya ukhtii.. nikmati penis ana ukhti.. ukhti pasti ketagihan ngesex sama ana” jawab ikhwan tersebut.
“aaahhh akhiii ana mau keluaarrr…” kata akhwat tersebut.
“ana juga ukhtii… ana keluarin dimana ukhti?” jawab si ikhwan.
Aku pun ikut orgasme dan ini adalah orgasme kedua ku hari ini. Tubuh ku terasa lemas dan lagi lagi aku merasakan penyesalan dalam diriku serta mencaci kedua manusia yang sedang beradu kenikmatan di luar sana.
“BRAAAAKKK!!!!!!!!!” suara pintu didobrak.
“apa yang kalian lakukan?” suara perempuan dengan nada tinggi terdengar. Aku menjadi panic dan dengan cepat memakai celana yang ku lepas.
---------------------------
Terakhir diubah: