Ira yang masuk dalam lingkaran kemelutku terseret semakin dalam apalagi kondisi suaminya begini, tangannya sebelah susah digerakkan dan wajahnya juga agak berubah akibat stroke yang pernah menyerangnya sehingga ia tidak bisa lagi memberikan nafkah batin yang maksimal pada Ira.
Aku semakin terkesan dan sangat menikmati tubuh Ira.
Sungguh pandai Ira memainkan mulut dan lidahnya di sekujur batang penisku.
Tidak perlu lama karena nikmat, penisku pun membesar akibat rangsangan yang diberikannya.
Setelah beberapa lama Ira menghentikan aksinya dan berbaring telentang. Aku tahu ia ingin aku segera menyelesaikannya. Kutindih dan kucium bibirnya. Tak lama kemudian dengan arahan tangannya penisku sudah menembus liang vaginanya.
Kurasakan Ira membalasku dengan penuh gairah setiap serangan yang kulancarkan pada lubang vaginanya yang basah dengan menggeol-geolkan pantatnya, namun aku tidak tahu pasti apakah ia benar-benar menikmati atau hanya sekedar servis terhadapku.
Lima belas menit kemudian tubuhku sudah mengejang di atasnya. Spermaku tumpah melimpah di dalam lubang vaginanya.
Aku pernah pulang, tetapi aku sangat dingin terhadap Hana, apalagi pada suatu malam aku melihat ia berciuman mesra dengan boss-nya di dalam mobil sebelum ia turun dari mobil.
Perselingkuhanku dengan adikku Ira semakin menjadi-jadi seperti tidak ada jalan untuk aku berputar kembali ke arah yang benar.
Ira tersenyum dan mengajakku membersihkan badan.
Pada waktu mandi, kusabuni punggung dan payudaranya kemudian kusiram dengan air dan mulai kusedot putingnya yang besar berwarna coklat tua. Ia menggerinjal.
Namun tangannya tidak menolakku, bahkan tangannya yang menyabuni penisku dengan cermat sampai bersih. Tangannya tidak berusaha mengocok selama berada di penisku, benar-benar hanya menyabuni dan membersihkannya.
Selesai mandi dan mengeringkan tubuh, Ira segera kupeluk di atas ranjang dengan tubuh telanjang.
Kubuka kakinya lebar-lebar, tercium aroma yang khas namun segar.
“Enggak usah.... jangan.. jang.. ngan!”
Tanpa menunggu kata-kata yang akan diucapkannya lagi, aku langsung menjulurkan lidahku menuju lubang vaginanya. Ira hanya bisa merintih.
“Oooh.. ssshhtt....”
Tangannya menjambak rambutku. Lidahku mulai mengarah ke klitorisnya. Jambakannya bertambah kuat dan desahannya semakin menjadi.
“Tteeruus.. saayaanghh.. ooohh!” rintihnya.
Aku semakin cepat menggerakkan lidahku berputar-putar dan menjilati klitorisnya. Sesekali aku menyedotnya dengan keras.
Beberapa detik kemudian kedua tangan Ira menekan kepalaku dengan kuat sehingga aku sedikit susah bernapas. Aku semakin kuat menjilati klitorisnya.
Kuhentikan gerakan lidahku. Kutindih tubuhnya dan wajahnya kulihat tersenyum. Sambil berciuman tangan kananku menjelajah ke selangkangannya.
Ira semakin agresif menyedot bibirku. Bibirku turun ke lehernya, kujilat lehernya dan beralih ke dadanya. Kuisap putingnya dan sesekali kugigit belahan dadanya.
“Ssshh.... ahh.. shhhh..”
Tangan kanannya meraih batang penisku yang sedari tadi sudah mengeras. Kurasakan napasnya sudah mulai tak teratur. Ia meremas penisku dan mengocoknya.
Aku sangat menikmatinya permainan bibir dan tangannya. Ira melebarkan sedikit kakinya.
Kejantananku yang semakin mengeras kuarahkan ke dalam lubang kenikmatannya. Napas kami sama-sama sudah tidak beraturan. Kucium bibir dan buah dadanya. ”Sekarang masukin saja ya!” katanya.
Dibimbingnya kejantananku menuju lubang guanya. Dan.. slepp.. blesshh!
Aku mulai menggerakkan pantatku. Cropp.. cropp.. crop... bunyi di antara selangkangan kami mulai mengeras. Ira semakin meracau.
“Ehhnaakk.. terus yang keraas yaang.. ahh,”
Kugerakkan pantatku semakin cepat hingga kejantananku terasa mentok di rahimnya.
Ira membalas gerakanku dengan gerakan memutar pinggulnya. Kakinya menjepit pinggulku, tangannya menjepit leher dan meremas rambutku.
Demikian kami lakukan beberapa menit dengan mengatur tempo gerakan.
Kalau desiran di penisku sudah terasa meningkat aku menurunkan tempo, setelah agak menurun maka kutingkatkan, kugenjot dengan cepat.
“Sudah... aku tidak kuat lagi!” jeritnya sambil mengetatkan jepitan kakinya.
Akupun dalam kondisi gairah yang memuncak, tinggal menunggu saat yang tepat dan kurasakan inilah saatnya. Gerakan badan dan pantatku semakin cepat, pinggulnya semakin liar berputar-putar.
“Iraaa..aa.. eeeghk.. aku.. mauu.. keelluuaarr.. ahh..!!”
“Ahh.. ayo... ayooo.. sekaranghh...”
Kutahan gerakan pantatku ketika dalam posisi naik. Dan akhirnya aliran lahar yang tertahan dari tadipun menerjang bertubi-tubi ke rahim Ira. Kutindih tubuhnya dengan kuat.
Ira mengendorkan jepitan pada pinggangku namun betisnya membelit betisku dan dengan mengait betisku pantatnya naik menyambut kejantananku yang terhunjam cepat.
Penisku masih berdenyut di dalam vaginanya dan menyemprotkan sisa-sisa lahar.
Beberapa minggu kemudian aku mendapat laporan dari Ira bahwa ia hamil. (bc_022024)