Eps. 2 Ghaffar Kecil
Negeri petani yang beberapa tahun silam menambahkan seorang generasi pada malam hari yang disertai hujan dan kilat adalah sebuah Negeri yang ada di Maluku. Orang Maluku tidak menyebut kampungnya dengan sebutan Desa, mereka lebih suka dengan sebutan Negeri karena itu melambangkan orang asli Maluku yang turun dari Kerajaan Nunusaku, tak heran jika orang Maluku adalah satu-satunya orang yang pergi ke luar Negeri tanpa passpor dan visa, hehehehe.
Hena, Aman/Amanno atau Ohio juga biasa dipakai sebagai sebutan kampung di Maluku yang spesifik. Hena melambangkan Negeri di Maluku tengah, Aman/Amanno melambangkan Negeri di Pulau Seram (Nusa Ina atau Pulau Ibu) Dan Ohio melambangkan Negeri dari Maluku Tenggara dan Pulau Buru.
Negeri petani berada di Pulau Seram, sama halnya dengan perkampungan biasa masyarakat hanya bergantung pada alam. Kala itu adalah awal dari masa millennium tetapi sebagain besar masyarakat Negeri belum tersentuh dengan keajaiban teknologi, mereka punya pengetahuan sendiri tentang alam, adat dan magis walaupun beberapa orang dari mereka telah mengecap bangku pendidikan hingga sarjana.
* * *
Pagi ini cuaca cukup cerah, semua masyarakat Negeri sibuk melakukan kegiatan rutin untuk mengawali hari. Para petani sudah pergi ke lahan pertaniannya di hutan setelah selesai sholat subuh, mama-mama sibuk di dapur menyiapkan sarapan untuk anak mereka yang sebentar lagi pergi ke sekolah dan dilanjutkan menyiapkan makan siang di pagi hari untuk keluarga tercinta.
Sementara itu, bocah 10 tahun masih terlelap di kamarnya. Tak lama kemudian,
Tok Tok Tok
“ Ayo nak bangun “ teriak sang mama dari balik pintu kamar, namun karena sang mama merasa tidak ada tanda-tanda kehidupan dari dalam kamar, mama memutuskan untuk masuk ke dalam kamar.
“ayo nyong gogos su pagi, capat bangon pi skolah (Lelaki tampan sudah pagi, cepat bangun dan pergi sekolah)“ ujar sang mama sambil mengelus kepala anak semata wayangnya.
“Iya ma“ kata si bocah sambil mengucek mata
“jang bangon siang nanti ayam tetu ale pung sagu (Jangan bangun kesiangan nanti sagumu dipatok ayam)“ kata sang mama memberi nasehat tentang rezeky diganti dengan sagu yang dipatok ayam jika bangun kesiangan.
Bocah tersebut adalah Ghaffar, anak yang rajin ke sekolah walaupun selalu dibangunkan mamanya setiap pagi. Dia berkembang seperti waktu pemberian namanya malam itu yang diusul oleh paman dan kakek-kakeknya, cerdas, tampan dan kuat.
“hati-hati, belajar yang rajin nak“ ucap mamanya saat ghaffar sedang salim dan berpamitan sebelum pergi ke sekolah
“Iya ma, Assalamualaikum“ ucapnya sembari berangkat keluar rumah
“Wa’alaikumsalam“ jawab sang mama dan berjalan ke dapur melanjutkan aktivitasnya.
* * *
Sore hari suasana Negeri selalu ramai, anak-anak bermain pada sore hari karena siang selepas sekolah semua anak akan tidur yang sudah menjadi kebiasaan setiap anak di Negeri petani. Permainan mereka beraneka ragam, lompat karet, sepak bola, congklak, virgo dan aneka ragam permainan tradisional lainnya.
Virgo merupakan permainan khas anak Negeri petani, permainan virgo adalah permainan perang-perangan oleh dua kubu anak, mereka membagikan jumlah keseluruhan mereka menjadi dua kubu dengan jumlah yang sama atau lebih satu, biasanya lebih satu diisi oleh anak yang paling kecil yang disebut anak bawang. Jika sudah dibagikan menjadi dua maka masing-masing kubu memilih markas didalam semak-semak yang ada di ujung Negeri, dan baju mereka dijadikan bendera yang ditaruh di benteng markas. Baju yang menjadi bendera dimulai dari baju anak yang paling kecil, lalu jika kalah pada pertandingan pertama maka anak yang paling kecil kedua merelakan bajunya menjadi bendera, begitu seterusnya.
Cara bermainnya cukup sederhana, mereka bersembunyi di semak-semak seperti tentara sungguhan dan dengan ekstra hati-hati merayap ke benteng lawan, cukup menyebut nama musuh yang terlihat dan musuh yang disebut namanya akan pura-pura mati hingga bendera diambil.
Sore itu ghaffar memilih bermain virgo seperti biasanya, “ Tosiroooo “ teriak ghaffar tanda perang dimulai, dengan sangat hati-hati ghaffar merayap di dalam semak-semak sambil menajamkan penglihatannya ke segala penjuru.
“ Lukman mati “ ucapnya pelan yang sudah dibelakang temannya yang bernama lukman, dan lukman pun berpura-pura mati. Setelah itu, dia kembali merayap masih dengan sangat hati-hati. Namun, sebelum dia merayap menjauhi lukman dia mendengar lukman memanggilnya sangat pelan dengan suara bergetar,
“ghaf tolong“ refleks dia membalikan badannya dan dia melihat seekor ular panjang dengan diameter lumayan lebar sedang melilitkan hampir keseluruhan kaki kiri lukman yang sengaja tak digerakkan.
Ghaffar merayap pelan ke arah lukman hingga mendekati lukman dan dia melompat dengan kecepatan yang luar biasa sehingga ular tersebut tak menyadari kedatangan ghaffar yang langsung memegang erat kepala ular, dengan susah payah yang menguras tenaga ghaffar berhasil membebaskan kaki kiri lukman yang terlihat pucat akibat lilitan ular tersebut, melihat kaki kiri lukman yang pucat ghaffar menjadi emosi kepada ular dan langsung ditarik dengan gaya layaknya pawang ular ke arah dua batu yang tidak terlalu jauh jaraknya, setelah sampai dia membanting ular tersebut dengan emosi yang meluap-luap ke salah satu batu hingga ular tersebut tak dapat bergerak, yakin ular tersebut belum mati ghaffar mengambil batu yang satu dan melemparnya kepala ular berulang-ulang sampai penyot. Setelah itu, ghaffar menghampiri lukman yang tak bergerak akibat pingsan karena ketakutan, lukman digendong ghaffar dengan baju bagian depan dipenuhi darah ular.
Sore itu permainan tidak dilanjutkan setelah kejadian itu.
BERSAMBUNG
