marikitakemana
Kakak Semprot
Tahukah anda bahwa ***** adalah bagian dari bahan pengobatan yang berumur ribuan tahun?
Lalu mengapa seakan2 ***** horor? Itu tak lepas dari kontribusi penulis sejarah dunia mamarika..
***** sebagai tumbuhan multi-fungsi juga bukanlah temuan baru mengingat ribuan tahun bukanlah waktu yang singkat untuk dijuluki anak kemaren sore.
Faktanya, status ilegal ganjalah yang lebih pantas mendapat julukan bau kencur, mengingat presentasi kurun waktu pelarangan tidak sampai 1% dari total masa pemanfaatan yang sudah ribuan tahun.
***** secara utuh telah dimanfaatkan sejak lama untuk berbagai kebutuhan seperti kain sebagai sandang, tepung dan minyak untuk pangan, temali dan lainnya untuk industri, sampai pemanfaatan bunga untuk medis hingga kebutuhan spiritual keagamaan.
Sejarah juga menyatakan bahwa ***** adalah tumbuhan tertua yang manusia gunakan untuk kebutuhan sandang (setelah kulit hewan).
Fakta-fakta seperti ini dan informasi belakangan sedikit memberikan kebingungan publik setelah pada awal abad ke-16 Amerika memperkenalkan tumbuhan ini beserta himbauan untuk memanfaatkannya secara massal, dan kemudian menuai kontroversi perihal penggunaannya untuk rekreasional di awal abad 19.
Undang-undang awal yang mengatur hal-hal terkait ***** tercatat di Amerika pada tahun 1619.
Undang-undang tersebut terutama mengatur dan menghimbau para petaninya untuk serentak menanam *****. Hukum terkait terus berkembang dalam periode 200 tahun setelah itu dan terkesan lebih mengharuskan penanaman besar-besaran.
Seperti tercatat pada tahun 1763-1767 di Virginia, siapapun bisa terkena hukuman pidana dan dipenjarakan untuk tidak menanam *****. Ya, pernah sepenting itu tumbuhan ***** untuk sebuah peradaban, sampai pada akhirnya diawal abad 19 semua tentang ***** seolah terdiskriminasi.
Secara lebih terperinci, semua berawal ketika terbukanya celah di bidang pertanian, khususnya dibagian barat Amerika.
Ketika itu tercatat awal tahun 1900-an, ketika pecahnya revolusi Meksiko dan banyak masuknya warga Meksiko ke Amerika, yang secara tidak langsung menimbulkan perang dingin antara petani kecil dan penguasa ladang-ladang besar (yang tak lagi memakai jasa petani lokal dan mengganti mereka dengan buruh Meksiko berupah jauh lebih rendah).
Memanfaatkan kebiasaan buruh-buruh Meksiko dalam mengkonsumsi ***** sebagai bahan rekreasi, pihak-pihak berkepentingan pertama kali mengkambing-hitamkan ***** sebagai sesuatu yang buruk.
Hal ini kontan diikuti oleh pelarangan di beberapa kota di Amerika, seperti di Wyoming (1915), Texas (1919), Iowa, Nevada, Oregon, Washington, and Arkansas (1923), and Nebraska (1927).
Sebesar itu juga ternyata ketakutan para konspirator terhadap ***** sampai sering terdengar di tahun 1927 kata-kata seperti yang terucap dari senator Texas
All Mexicans are crazy, and this stuff (*****) is what makes them crazy.
Di bagian timur Amerika, diskriminasi terhadap ***** pun kian terasa dengan nuansa yang berbeda. Masalah seolah dibuat-buat dan ditujukan kepada kombinasi Latin Americans dengan black jazz musicians.
***** dan musik jazz datang dari New Orleans ke Chicago, kemudian merambah ke Harlem dimana ***** menjadi bagian tak terpisahkan dengan hits-hits kulit hitam (Louis Armstrong Muggles, That Funny Reefer Man Cab calloways, Fats Waller Vipers Drag).
Sekali lagi diskriminasi terhadap ***** sangat pekat tercium bersamaan dengan rasisme terhadap kulit hitam.
Seperti tertulis dalam sebuah koran tahun 1934:
Marijuana influences Negroes to look at white people in the eye, step on white mens shadows and look at a white woman twice.
Begitulah kurang lebih deretan peristiwa yang secara tidak langsung menjadi dasar pelarangan ***** di Amerika.
Setelah sebelumnya, tahun 1914 pemerintah federal Amerika meloloskan The Harrison Act undang-undang/tax untuk opium dan kokain.
Dalam Harrison Act ini, segala bentuk penggunaan opium dan kokain dikenakan tax untuk legalitas, sementara para pelanggar tax mendapatkan hukuman denda atau penjara.
Hingga akhirnya terlahir The Federal Bureau of Narcotics pada tahun 1930 dibawah kuasa Harry J. Anslinger. Disinilah, perang terhadap ***** resmi diawali
Harry J. Anslinger, sosok picik penuh ambisi yang meng-otaki berdirinya divisi baru di bawah Department of Treasury, dan memanfaatkan badan federal ini sebagai peluang karir pribadi.
Sebuah badan pemerintah dengan kuasa penuh menangani segala bentuk narkotika, dan berwewenang menyuguhkan solusi atas segala masalah yang bisa ditetapkan seenaknya sendiri.
Tak membutuhkan waktu lama, Anslinger pun menyadari bahwa opium dan kokain saja tidaklah cukup dijadikan ajang mempercepat perkembangan badan yang dikepalainya, sehingga ***** merupakan bulan-bulanan tepat bagi Anslinger.
Tak lepas dari perhatiannya, fenomena rasisme dan kekerasan serta merta disangkut-pautkan dengan tumbuhan ini untuk mendapatkan perhatian bangsanya atas rekayasa-rekayasa yang dbuatnya sendiri.
Berikut beberapa rekayasa dalam kata karya Anslinger yang mencerminkan sangat besarnya kebencian dia dan sekutu-sekutunya (di artikel sebelumnya pernah dibahas hubungan dekat Anslinger dengan Hearst, Dupont, dan Melon) terhadap *****:
the primary reason to outlaw marijuana is its effect on the degenerate races.
Marijuana is an addictive drug which produces in its users insanity, criminality, and death.
Reefer makes darkies think theyre as good as white man.
Marijuana leads to pacifism and communist brainwashing.
You smoke a joint and youre likely to kill your brother.
Marijuana is the most violence-causing drug in the history of mankind.
Ya, sebesar kebohongan-kebohongan itu pula kebencian Anslinger terhadap ***** yang tak henti-hentinya dia gembar-gemborkan.
Kampanye mengkambinghitamkan ***** oleh Anslinger ini serta merta mendapatkan segala dukungan yang diperllukan dari pihak-pihak yang tak kalah kuat dari FBN. Seperti salah satu bantuan yang datang dari William Randolf Hearst, penguasa media cetak saat itu. Hearst memiliki segudang alasan untuk membanatu Anslinger dalam kampenye anti ganjanya.
Peristiwa besar apa kiranya yang membuat jangka waktu selama itu seolah tak pernah terjadi? Sejak kapan pula ***** menyandang status hukum ilegal?
Bersumber dari buku The Emperor Wears No Clothes karya mendiang Jack Herer, tertulislah tulisan rangkum berikut ini:
Berawal dari konspirasi raksasa-raksasa industri Amerika di akhir abad 19, gejala intimidasi terhadap ***** mulai tercium ketika Dupont (salah satu raksasa industri saat itu), memonopoli industri bahan peledak berbahan Hemp Hurds dengan cara membeli dan mengkonsolidasikan beberapa perusahaan kecil yang sedang berkembang. Usaha ini mereka lakukan setelah menyadari potensi ***** dan pasarnya, bahkan dalam industri dinamit.
Hasilnya, Dupont pun berjaya di industri ini dan menjadi perusahaan terbesar yang memasok 40% stock amunisi kepada sekutu-sekutunya saat perang dunia pertama.
Hal ini juga lantas mengisi berita di Popular Mechanics 38 yang menyatakan Thousands of tons of hemp hurds are used every year by one large powder company for the manufacture of dynamite and TNT.
Semenjak saat itu sampai 1937, banyak pertemuan rahasia dilakukan terkait rancangan undang-undang untuk *****, sampai akhirnya Marijuana Tax Act diresmikan pemerintah Amerika pada tanggal 2 Agustus 1937.
Dalam masa jabatannya ini (31 tahun), Anslinger sangat gencar menyebarkan propaganda buruk tentang ***** atas nama marijuana
Banyak pihak-pihak independent seperti ilmuan-ilmuan univ membantah tudingan-tudingan buruk anslinger yang tidak beralasan.
Alhasil, undang-undang baru yang melarang segala penelitian tentang ***** (tanpa seijin pribadi Anslinger) dikeluarkan sebagai reaksi sangkala-sangkalan itu.
Semakin dalam terkubur sejak saat itu nama Cannabis atau Hemp dibawah julukan barunya yang penuh cemar, Marijuana.
Dan terus berlanjut hingga kini sandangan hukum ***** semenjak diberlakukannya Marijuana Tax Act 1937.
Begitulah kiranya rangkuman hari-hari terakhir ***** bergelar LEGAL lalu menjadi ILLEGAL.