begawan_cinta
Guru Semprot
- Daftar
- 27 Oct 2023
- Post
- 602
- Like diterima
- 10.449
●●●●●
P.e.r.j.a.l.a.n.a.n. 2
ANAK saya minta melanjutkan SMA-nya di luar kota. Di daerah tempat tinggal saya bukan tidak ada SMA, banyak! Mau yang negeri atau yang swasta, tinggal pilih sesuai dengan tebal tipisnya kocek si orangtua.
Tetapi anak saya mengatakan ia ingin belajar hidup mandiri. Tidak ada masalah bagi kami jika ia ingin belajar hidup mandiri, malah bagus, karena ia adalah anak laki-laki dan lagi pula ia tinggal satu kost dengan temannya, di rumah Om temannya.
Setelah kepergiannya, tentu saja saya dengan istri merasa sangat sedih, karena ia anak tunggal kami, apalagi istri saya merasa dulu ia melahirkannya dengan susah payah.
Sebenarnya sesuai dengan rencana semula, istri saya ingin melahirkan secara normal atau disebut 'vaginal birth' tetapi setelah 1 jam di ruang bersalin, sang bayi tidak juga membrojol dari liang vagina istri saya, malah justru air ketubannya yang terkuras habis.
Oleh sebab itu dokter kandungan yang menangani kelahiran anak kami mengambil tindakan medis, yaitu istri saya harus segera masuk ruang operasi.
Jadilah anak kami dilahirkan melalui SC (sectio caesarea) atau bahasa kerennya yang terkenal saat ini oleh para ibu-ibu yang mau melahirkan; operasi caesar.
Setelah itu, istri saya tidak berani hamil lagi. Ia langsung minta dipasangi spiral.
Ternyata waktu begitu cepat berlalu. Anak saya sudah satu semester sekolah di SMA.
Liburan semester, temannya pulang, anak saya tidak.
Sayapun berencana menengoknya dengan mengambil cuti selama 2 hari plus hari libur kerja dari hari Sabtu sampai hari Minggu, jadi saya bisa bersama anak saya di sana selama 4 hari.
Lumayan....
Pasti anak saya akan sangat senang. Saya bisa menemarinya jalan-jalan, bisa menemaninya ngobrol dan mènemaniya bermain, menemaninya memburu makanan kesukaannya di tempat kuliner.
Sesampainya saya di alamat yang dituju, di sebuah perumahan sederhana, yang membukakan pintu rumah untuk saya adalah seorang wanita paruh baya.
"O... papanya Cherio, ya...?" tanyanya dengan tersenyum manis, dan pakaiannya juga sederhana, kaos oblong dan celana longgar selutut.
Wajahnya tanpa riasan. Rambutnya yang sebahu diikat ke belakang dengan gelang karet.
"Iya, Ibu..." jawab saya sambil menenteng tas dan kardus berisi oleh-oleh yang dibeli oleh istri saya untuk anaknya tercinta dan juga untuk tuan rumah.
"Mari masuk," sambutnya dan saat itu terlihat oleh saya di jari manis tangan kirinya terpasang sebentuk cincin nikah dan di jari tengah tangan kanannya terpasang sebentuk cincin bermata merah yang sederhana, di lehernya juga menggantung sebentuk kalung yang sederhana. Kulitnya putih, tetapi di wajahnya yang polos tanpa riasan itu sudah tampak bintik-bintik kecil berwarna hitam. "Cherio ada di lantai atas, saya panggilkan." katanya.
Begitu ia membalik tubuhnya yang setinggi sekitar 165 sentimeter dan sudah berbentuk tubuh ibu-ibu itu, lalu ia berjalan naik ke tangga, oh... alamak... bentuk pantatnya membongkah besar sampai celana longgar yang dipakainya, terutama di daerah pantatnya terlihat sangat ketat dan sekaligus tercetak bentuk celana dalam yang dipakainya, bukan berbentuk segitiga sama sisi, melainkan segitiga yang miring sebelah, sehingga membuat kain celana dalamnya terjepit banyak di sela pantatnya.
O... o...
Melihatnya, sampai saya terbengong beberapa saat tidak bisa melepaskan sepatu.
Beberapa bulan tidak bertemu, setelah bertemu dengan saya, Cherio langsung memeluk saya. Saya membiarkan Cherio melepaskan rindu, sementara ibu kost Cherio dengan bertelanjang kaki pergi ke dapur.
Sekali lagi saya terkesimah melihat bongkahan pantat ibu kost Cherio, sehingga membuat saya berpikir macam-macam. Lalu sewaktu saya dan Cherio duduk di ruang tamu, ibu kost Cherio mengeluarkan nampan dari dapur berisi 3 gelas teh dan sepiring kue berisi macam-macam kue; lapis legit, lemper, kue sus dan pastel bulat.
Dan saat ia memindahkan satu persatu gelas teh ke depan kami di atas meja sambil menunduk, saya bisa melihat bongkahan payudaranya yang tidak tertutup semua BH-nya, sehingga membuat saya semakin berimaginasi saja.
Lalu ia duduk bersama dengan kami dan Cherio memperkenalkan ibu kostnya pada saya, Cherio memanggilnya Tante Sisca.
"Suami saya kerja di luar kota, Papa Cherio." kata Cik Sisca pada saya. Ia memanggil saya Papa Cherio. "Coba tanya pada Cherio deh, sudah pernah belum ketemu dengan Om-nya selama tinggal di sini?"
"Saya berterima kasih," kata saya. "...sudah mau terima anak saya tinggal di sini..."
"Hitung-hitung mereka berdua menemani saya, Papa Cherio... saya tidak punya anak."
O...
"Nanti Papa Cherio tidur di kamar depan saja, ada AC..." kata Cik Sisca.
"Saya tidak kuat dengan AC, saya tidur dengan Cherio saja biar bisa menemaninya ngobrol..."
"O... iya, kalau begitu boleh." jawab Cik Sisca. "Nanti kita makan di luar saja ya, Papa Cherio..."
Saya menyanggupi, karena saya memang ingin mengajak Cherio makan di luar. Lalu saya dan Cherio berpisah dengan Cik Sisca di ruang tamu.
P.e.r.j.a.l.a.n.a.n. 2
ANAK saya minta melanjutkan SMA-nya di luar kota. Di daerah tempat tinggal saya bukan tidak ada SMA, banyak! Mau yang negeri atau yang swasta, tinggal pilih sesuai dengan tebal tipisnya kocek si orangtua.
Tetapi anak saya mengatakan ia ingin belajar hidup mandiri. Tidak ada masalah bagi kami jika ia ingin belajar hidup mandiri, malah bagus, karena ia adalah anak laki-laki dan lagi pula ia tinggal satu kost dengan temannya, di rumah Om temannya.
Setelah kepergiannya, tentu saja saya dengan istri merasa sangat sedih, karena ia anak tunggal kami, apalagi istri saya merasa dulu ia melahirkannya dengan susah payah.
Sebenarnya sesuai dengan rencana semula, istri saya ingin melahirkan secara normal atau disebut 'vaginal birth' tetapi setelah 1 jam di ruang bersalin, sang bayi tidak juga membrojol dari liang vagina istri saya, malah justru air ketubannya yang terkuras habis.
Oleh sebab itu dokter kandungan yang menangani kelahiran anak kami mengambil tindakan medis, yaitu istri saya harus segera masuk ruang operasi.
Jadilah anak kami dilahirkan melalui SC (sectio caesarea) atau bahasa kerennya yang terkenal saat ini oleh para ibu-ibu yang mau melahirkan; operasi caesar.
Setelah itu, istri saya tidak berani hamil lagi. Ia langsung minta dipasangi spiral.
Ternyata waktu begitu cepat berlalu. Anak saya sudah satu semester sekolah di SMA.
Liburan semester, temannya pulang, anak saya tidak.
Sayapun berencana menengoknya dengan mengambil cuti selama 2 hari plus hari libur kerja dari hari Sabtu sampai hari Minggu, jadi saya bisa bersama anak saya di sana selama 4 hari.
Lumayan....
Pasti anak saya akan sangat senang. Saya bisa menemarinya jalan-jalan, bisa menemaninya ngobrol dan mènemaniya bermain, menemaninya memburu makanan kesukaannya di tempat kuliner.
Sesampainya saya di alamat yang dituju, di sebuah perumahan sederhana, yang membukakan pintu rumah untuk saya adalah seorang wanita paruh baya.
"O... papanya Cherio, ya...?" tanyanya dengan tersenyum manis, dan pakaiannya juga sederhana, kaos oblong dan celana longgar selutut.
Wajahnya tanpa riasan. Rambutnya yang sebahu diikat ke belakang dengan gelang karet.
"Iya, Ibu..." jawab saya sambil menenteng tas dan kardus berisi oleh-oleh yang dibeli oleh istri saya untuk anaknya tercinta dan juga untuk tuan rumah.
"Mari masuk," sambutnya dan saat itu terlihat oleh saya di jari manis tangan kirinya terpasang sebentuk cincin nikah dan di jari tengah tangan kanannya terpasang sebentuk cincin bermata merah yang sederhana, di lehernya juga menggantung sebentuk kalung yang sederhana. Kulitnya putih, tetapi di wajahnya yang polos tanpa riasan itu sudah tampak bintik-bintik kecil berwarna hitam. "Cherio ada di lantai atas, saya panggilkan." katanya.
Begitu ia membalik tubuhnya yang setinggi sekitar 165 sentimeter dan sudah berbentuk tubuh ibu-ibu itu, lalu ia berjalan naik ke tangga, oh... alamak... bentuk pantatnya membongkah besar sampai celana longgar yang dipakainya, terutama di daerah pantatnya terlihat sangat ketat dan sekaligus tercetak bentuk celana dalam yang dipakainya, bukan berbentuk segitiga sama sisi, melainkan segitiga yang miring sebelah, sehingga membuat kain celana dalamnya terjepit banyak di sela pantatnya.
O... o...
Melihatnya, sampai saya terbengong beberapa saat tidak bisa melepaskan sepatu.
Beberapa bulan tidak bertemu, setelah bertemu dengan saya, Cherio langsung memeluk saya. Saya membiarkan Cherio melepaskan rindu, sementara ibu kost Cherio dengan bertelanjang kaki pergi ke dapur.
Sekali lagi saya terkesimah melihat bongkahan pantat ibu kost Cherio, sehingga membuat saya berpikir macam-macam. Lalu sewaktu saya dan Cherio duduk di ruang tamu, ibu kost Cherio mengeluarkan nampan dari dapur berisi 3 gelas teh dan sepiring kue berisi macam-macam kue; lapis legit, lemper, kue sus dan pastel bulat.
Dan saat ia memindahkan satu persatu gelas teh ke depan kami di atas meja sambil menunduk, saya bisa melihat bongkahan payudaranya yang tidak tertutup semua BH-nya, sehingga membuat saya semakin berimaginasi saja.
Lalu ia duduk bersama dengan kami dan Cherio memperkenalkan ibu kostnya pada saya, Cherio memanggilnya Tante Sisca.
"Suami saya kerja di luar kota, Papa Cherio." kata Cik Sisca pada saya. Ia memanggil saya Papa Cherio. "Coba tanya pada Cherio deh, sudah pernah belum ketemu dengan Om-nya selama tinggal di sini?"
"Saya berterima kasih," kata saya. "...sudah mau terima anak saya tinggal di sini..."
"Hitung-hitung mereka berdua menemani saya, Papa Cherio... saya tidak punya anak."
O...
"Nanti Papa Cherio tidur di kamar depan saja, ada AC..." kata Cik Sisca.
"Saya tidak kuat dengan AC, saya tidur dengan Cherio saja biar bisa menemaninya ngobrol..."
"O... iya, kalau begitu boleh." jawab Cik Sisca. "Nanti kita makan di luar saja ya, Papa Cherio..."
Saya menyanggupi, karena saya memang ingin mengajak Cherio makan di luar. Lalu saya dan Cherio berpisah dengan Cik Sisca di ruang tamu.