numpang coret coret lagi ya bang rangga ,,,,
masih tentang bola nih bang rangga tulisan lumayan bagus tentang pola pola pencucian uang dan kejahatan keuangan melalui sepak bola ..... jangan di timpuk
Penyusun: Financial Action Task Force
Tahun : 2009
Tebal : 41 Halaman
Selalu ada jalan menuju Roma, tak terkecuali bagi para kriminal yang ingin mencuci uang haram miliknya. Industri olahraga menyediakan wahana baru bagi para kriminal itu menyembunyikan harta yang diperolehnya secara haram. Dan sepakbola sekarang jadi salah satu tempat terbaik untuk melakukan praktik ilegal pencucian uang.
Kita tahu, industri olahraga melesat sangat cepat dalam dua dekade terakhir. Perputaran uang di dunia "peras keringat" ini dari tahun ke tahun bertambah gemuk. Perputaran uang itu bukan hanya dari hak siar televisi yang jadi tulang punggung industri olahraga, tapi juga transaksi jual beli pemain, serta putaran uang yang dihabiskan untuk membayar gaji para pemain bintang.
Amerika tentu saja salah satu "biang" industrialisasi olahraga ini. Basket, bisbol, sampai American Football berhasil diolah sedemikian rupa menjadi bisnis yang menggurkan. Sementara di Eropa, sepakbola jadi ujung tombak industrialisasi olahraga ini.
Buku ini memberi gambaran yang lugas dan ringkas mengenai efek negatif industrialisasi olahraga, khususnya sepakbola. Melalui kesimpulan-kesimpulan yang diuraikan buku ini, tergambar bagaimana industrialiasi sepakbola sejatinya tak sekadar glamor, tapi juga bergelimang dengan bau busuk praktik ilegal.
Dan uniknya, praktik-praktik ilegal itu justru tak harus menunggu sebuah liga benar-benar mapan lebih dulu sebagai sebuah industri. Praktik haram pencucian uang justru sangat marak terjadi di negara-negara dengan industri sepakbola yang sebenarnya masih tanggung atau setengah-setengah.
Naskah yang diuraikan buku ini memang patut dipertimbangkan sebagai referensi mengingat dikeluarkan oleh lembaga resmi bernama Financial Action Task Force [FATF]. Lembaga ini dididirikan pada 1989 oleh negara-negara maju yang tergabung dalam G-7 [pada 1997, Rusia bergabung dan kelompok ini pun menjadi G-8]. Tujuan utamanya adalah untuk mengatasi persoalan pencucian uang dan terorisme keuangan di dunia, terutama negara-negara maju itu.
Secara berkala FATF mengeluarkan seri rekomendasi yang berasal dari penelitian dan penyelidikan yang mereka lakukan secara intensif terhadap bahaya pencucian uang dan kejahatan finansial lainnya. Buku ini adalah salah satu seri rekomendasi itu sekaligus rekomendasi pertama yang FATF keluarkan terkait bidang olahraga.
Buku ini menganalisis beberapa kasus yang menggambarkan penggunaan sepakbola sebagai alat untuk pencucian hasil kegiatan kriminal. Melalui analisis ini, pencucian uang (money laundering) melalui sektor sepakbola menunjukkan hal yang lebih dalam dan kompleks daripada yang dipahami sebelumnya.
Hal ini dapat berkaitan dengan kepemilikan klub sepakbola atau pemain, bursa transfer, kegiatan taruhan, hak citra dan sponsorship atau pengaturan iklan. Kasus lain juga menunjukkan bahwa sektor sepakbola juga digunakan sebagai alat untuk melakukan tindak berbagai kegiatan kriminal lainnya seperti perdagangan manusia, korupsi, narkoba (doping) dan pelanggaran pajak.
Semua hal tersebut dijelaskan dalam 6 bab yang membahas mengenai pencucian uang dan olahraga, struktur dari sektor sepakbola, sektor sepakbola yang mudah diserang, kasus dan tipologi, ikhtisar dari inisiasi anti-pencucian uang hingga implikasi dari kebijakannya.
Setidaknya ada 5 hal menarik yang bisa kita temukan dari buku rekomendasi ini.
Pertama, terkait kepemilikan klub. Investasi pada klub-klub sepakbola berskala kecil memunculkan risiko pencucian uang karena kurangnya transparansi mengenai sumber pendanaan. Persoalan sudah dimulai dari proses penanaman modal yang sumbernya kabur sehingga sulit untuk memverifikasi asal dana yang diinvestasikan.
Sebagian klub sepak bola tidak selalu sangat menguntungkan dan keuntungan atas investasi di masa mendatang sangat tidak terduga. Oleh karena itu, banyak para penjahat kaya yang menginvestasikan uangnya ke klub-klub lokal bukan untuk mencari laba. Yang mereka cari adalah "image" agar bisa disukai, dikenal dan disegani di kota tempat klub tersebut berada. Dengan berinvestasi di sepakbola, organisasi kriminal bisa masuk ke penguasa lokal atau bahkan nasional.
Di Meksiko, seorang pengusaha fiktif yang terkait dengan pejabat pemerintah daerah memperoleh tim yang menguntungkan di liga sepakbola professional dan menggunakan klub itu untuk menarik politisi dan pejabat dari berbagai tingkat. Berkat klub itu, ia memiliki akses kepada para pejabat setempat dan para pengambilan keputusan. Dari sinilah lobi-lobi dilakukan, termasuk untuk menguasai proyek-proyek publik yang didanai negara.
Kedua, terkait pasar transfer pemain dan kepemilikannya. Terlebih setelah Aturan Bosman, pasar internasional para pemain sepakbola pun makin meraksasa. Skala uang yang bergulir dalam transaksi jual-beli pemain pun semakin besar dari waktu ke waktu.
Buku ini memberikan tengara bahwa harga para pemain dari luar Eropa seringkali tidak masuk akal atau over-valuation. Dan dalam setiap over-valuation para pemain itu, selalu mudah dimasuki oleh uang haram.
Over-evaluation pemain sesuai dengan teknik pencucian uang mirip dengan over-faktur barang dan jasa terlihat dalam pencucian uang berbasis perdagangan. Elemen kunci dari teknik ini adalah keliru dari harga barang atau jasa untuk mentransfer nilai tambah.
Perlu dicatat, ilustrasi yang diberikan oleh buku ini lebih banyak terkait klub-klub berskala kecil, klub-klub lokal, bukan melulu klub-klub raksasa multi-nasional. Ini membuat over-valuation itu sepintas tak terlihat 'wah', tapi jika dilakukan secara massif tentulah angkanya akan sangat besar.
Ketiga, terkait pasar taruhan atau judi sepakbola. Taruhan dapat digunakan baik untuk menurunkan hasil ilegal dari pengaturan pertandingan atau murni untuk tujuan pencucian uang. Taruhan dalam olahraga telah mencapai tingkat kompleksitas yang baru dengan berbagai operator yang terlibat di beberapa negara juga perusahaan-perusahaan taruhan yang terus menerus bermunculan. Selain itu, penggunaan internet untuk taruhan online turut meningkatkan risiko atas pencucian uang. Buku ini menggarisbawahi praktik judi online yang memang lebih sulit lagi dilacak.
UEFA telah meminta organisasi Europol untuk menyelidiki kemungkinan pengaturan pertandingan oleh sindikat taruhan Asia di kompetisi sepakbola top Eropa. Namun, kenyataan yang terjadi adalah ternyata judi bola illegal tidak selalu hanya melibatkan Asia. Justru sebaliknya, sebagian besar pelaku judi Asia berkerja secara profesional dan terorganisasi dengan baik lewat banyak keahlian di lapangan. Mereka tidak berurusan dengan para penjudi langsung, tetapi hanya dengan menggunakan jaringan perantara.
Inti permasalahannya sering terletak di tempat lain.Organisasi internasional atau sindikat di Eropa, misalnya, berusaha untuk mengamankan investasi mereka di pasar taruhan asia dengan pengaturan pertandingan melalui klub, pemain atau wasit.
Pada awal bulan Februari tahun ini, misalnya, Europol berhasil melakukan investigasi dan menangkap Dan Tan Seet Eng yang dituding sebagai otak di balik sindikat internasional yang mengendalikan pengaturan skor dalam dunia sepakbola. Dicurigai terdapat 680 laga yang telah diatur dalam kurun 2008-2011. Sebanyak 300 di antaranya berada di Eropa sedangkan sisanya tersebar di Afrika, Asia dan Amerika Latin.
Keempat, terkait hak citra, sponsorship dan pengaturan iklan. Pemain dengan reputasi yang sangat baik kadang mampu membuat kontrak secara khusus mengenai "image contracts" dengan perusahaan yang umumnya memiliki kantor terdaftar di luar negeri. Pemain seperti ini mendapat fee dari semua merchandise atau penggunaan image dirinya oleh klub. Tetapi, hal ini bisa mewakili kerentanan dalam hal penghindaran pajak dan kegiatan pencucian uang.
Apa yang terjadi dengan pemberitaan Lionel Messi yang melakukan penggelapan pajak pada awal bulan Juni lalu pun tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan hal ini. Messi sendiri terjerat kasus pajak karena diduga mengisi laporan pajak palsu bersama sang ayah, Jorge. Messi dan Jorge diduga menggunakan perusahaan asing di Belize dan Uruguay untuk menjual hak penggunaan image Messi.
Dalam rilis yang keluarkan oleh Forbes, pendapatan image rights yang mampu Messi raup berada pada total nilai 21 juta dollar AS. Nilai tersebut didapat melalui pengasilan dari berbagai sponsor seperti Adidas, Pepsi dan P&G.
Kelima, terkait hal yang di atas yaitu penggelapan pajak. Penghindaran pajak dan pencucian uang sering menggunakan mekanisme yang sama. Misalnya, pelaku pencucian uang mungkin berusaha menyembunyikan hasil kejahatan korporasi yang terdaftar di rezim (negara) yang memiliki regulasi keuangan terbuka atau undang-undang kerahasiaan bank yang ketat.
Para penghindar pajak biasanya akan mencari yuridiksi kerahasiaan yang sama. Praktik biaya transfer pemain dari klub ke pemain kadang menggunakan perusahaan yang berada di yuridiksi pajak yang rendah. Ini cara paling sederhana untuk menyiasati pajak yang tinggi.
Kekurangan buku Financial Action Task Force ini adalah kurang berani untuk mengungkap mengenai pelaku sebenarnya dalam kasus yang diterangkan. Sebagian besar kasus masih merupakan penelitian yang mengindikasikan adanya fraud dalam bentuk money laundering di beberapa sektor sepakbola. Bahkan, terdapat dua kasus yang dicontohkan berbentuk fiksi sehingga argumentasi yang muncul pun dapat dimentahkan oleh para pembacanya.
Buku ini memang berisi laporan yang menggambarkan pola-pola pencucian uang dan kejahatan keuangan melalui sepakbola. Sebagai laporan komprehensif terhadap pola-pola kejahatan keuangan dalam sepakbola, buku ini tak hanya memberikan gambaran terkait pola-polanya saja, tapi juga solusi pencegahannya.
Buku ini tetap relevan untuk dibaca mereka yang menyukai isu finansial di dunia sepakbola. Untuk setiap kasus atau pemberitaan mengenai praktik ilegal dalam keuangan sepakbola, para pembaca tinggal mencocokkannya dengan pola-pola kejahatan yang dengan rinci dipaparkan buku ini.