Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI Nyai Ajeng Galuh Andini - a Mini Series

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Jgn tamat suhu
Panjangin lagi, penasaran ane ma neng dini
Wekekeke
 
Dharmasunyata. Pt. 1



Aku berjalan setengah gamang mengikuti kang Kartono, genderuwo sahabatku yang melangkah di depankudengan langkah kaki gontai khas genderuwo. Yep, inilah hari dimana aku dengan bimbang hati, akhirnya meningalkan alam bayangan ini.

Sepanjang perjalanan itupun pikiranku entah kemana. Teringat janji-janji yang terucap kepada istriku, peraturan-peraturan yang diikat oleh sumpah yang mau-tidak-mau harus aku sepakati, atau ki Lurah yang kami hormati harus menghapus seluruh ingatan selama aku berada di alam ini, yang tentunya saat itu terasa enggan aku lakukan.

Namun setelah dipikir-pikir kembali, mungkin penghapusan ingatan lebih baik dari pada beban sumpah dan janji-janji yang harus ku tanggung. Aku mendesah panjang.

“Kang...” panggilku kepada kang kartono yang melangkah gontai didepanku. Kulihat tangan kanan-nya masih digendong karena cideranya, dilukai oleh manusia sakti yang kemarin diceritakan oleh Ki Lurah

“HMM?” desisnya nge-bass wagu sambil memelankan langkah supaya aku dapat menyusulnya

“Manusia yang melukai panjenengan...” aku menghentikan pertanyaan, bimbang dengan pertimbanganku sendiri.

Sebersit pikiran jahat melintas di otak-ku. Kulihat lagi, tangan kanan-nya yang diperban dan digendong di dada tampak masih melepuh. Perfect!

Perfect?

Eh, maksudku... kasihan... eh?

Ah, pikiran jahat sebenarnya, walaupun pikiran itu berbenturan dengan rasa tidak tega dan beratnya hati untuk menghianati kepercayaan orang-orang yang sudah begitu baik padaku selama ini.

Aku berencana untuk “menidurkan” sobatku ini, yah, mungkin dengan beberapa kali pukulan ringan dikepala. Kau tau, genderuwo itu gede, jadi beberapa benjol dan pingsan sebentar tidak akan berakibat terlalu buruk kan?

Rencanaku sederhana: Melarikan diri, bersembunyi sebentar, mencari cara untuk menyeberang kapan-kapan dan menemui istriku lagi. Soalnya kalau dikawal gini, aku pastinya tidak punya pilihan lain selain kembali ke alam-ku, tanpa kesempatan untuk kembali lagi kesini. Tapi lebih dari itu, sebenernya aku cuman jengkel diatur-atur melulu

Selama ini, kalau dipikir-pikir, hidupku selalu diatur oleh orang-orang. Oleh Eyang, bang Iksan, Miss B, adik perempuanku, Bunda, Bulik-bulik, semua orang kayaknya demen banget atur-atur hidupku. Bahkan oleh istriku, siperi kecil imut dan kakak iparku, ki Lurah. Dan aku muak!

Aku pengen sekali-sekali memberontak!

“KENAPA DENGAN MANUSIA ITU DI?” tanya-nya polos, kang Kartono memang memanggilku Di, Adi - bahasa jawa dari adik

“Eh, enggak... eh, kita menuju ke Sendang Kahuripan ya?” ujarku mengalihkan pembicaraan

“ENGGAK, KITA MENUJU KE LORONG RUH” jawabnya polos

“Kenapa kita tidak menyeberang lewat Sendang Kahuripan?”

“KARENA SENDANG ITU DI SEGEL KAN SAMA KI LURAH, DI? KI LURAH MENYURUHKU MEMBAWAMU LEWAT LORONG RUH, TEMPAT AKU BIASA NYEBERANG KE ALAM-MU

Waduh, kayaknya harus improvisasi nih, satu-satunya portal yang aku tau sudah di segel. Masa mau jadi renegade sekali aja musti gagal sih? Cemen banget ga sih?

“Katanya panjenengan bisa sewaktu waktu menyeberang ya kang? Sedangkan yang lain tidak, bahkan ki lurah… Kok bisa kang?” tanyaku masih mencoba peruntungan

“ITU JELAS KAN? KARENA AKU GENDERUWO” jawabnya yang menurutku tidak menjelaskan apapun. Hadeh!

“Maksudnya?”

“ITU JELAS KAN DI, KARENA AKU DILAHIRKAN DENGAN INI” jawabnya polos, sambil menunjuk semacam batu permata yang menempel di tengah dahinya. Oh, jadi itu batu mustika sakti? Kirain jerawat…

Ya jerawat genderuwo kan? Siapa yang tau coba?

“Maksudnya, dengan batu itu, kita bisa bebas menyeberang?” tanyaku, sembari kembali mendapatkan angin untuk memantapkan niat jahat-ku

Kang kartono malah melepas batu itu dari dahi-nya, lalu mengamati batu yang sudah seumur-umur nempel didahinya seolah-olah itu barang baru yang mengagumkan.

Oh, jadi batu itu bisa di lepas-lepas? Hmmm…

Bulat sudah niatku ber-Renegade-Jahat!

Kang Kartono menempelkan kembali batu itu di dahi-nya.

“Kang, manusia yang melukai panjenengan itu... bener-bener sakti ya?” tanyaku lebih lanjut

“MANUSIA MEMANG MENAKUTKAN...” desisnya lirih sambil seakan mengenang kengerian yang kelihatannya begitu traumatis

“Sama aku sakti mana?” desisku pendek sambil meloncat dan memutar badan, mengarahkan tanganku langsung ke arah dahi-nya.

Lagi-lagi, rencanaku simple, maklum Renegade Nubi!

Merebut batu mustika itu, menggunakan-nya untuk menyeberang, sejenak melarikan diri dari sobat genderuwo ini, lalu kapan-kapan secara rahasia balik untuk menemui istriku. Improvisasi, ya kan?

Jahat memang, aku sendiri tidak tau kenapa aku bisa berfikir sependek ini

Aku hanya ingin menemui kembali istriku, atau melakukan apapun nanti yang sempet kepikiran sebagai manusia bebas yang gak diatur-atur oleh siapapun. Egois memang, tapi mereka akan paham kan?

Kita berteman kan?

Maafkan aku kang…

Badanku yang sudah dipenuhi tenaga oleh jurus Sukma Ani-Ani melenting dengan kecepatan yang membuatku terkagum sendiri. Hanya hitungan centi sebelum telapak-ku menyentuh dahinya dan...

BUGG!!

Tangan besar kang Kartono, menampar pinggulku, membuatku terpelanting!

What the?!!

Aku terlontar kedepan, lalu membentur sebuah pohon pada punggung-ku. Benturan tubuh berlapis Sukma Ani-Ani ku ini membuat batang pohoh naas sebesar pelukan laki-laki dewasa itu terbeset robek sebagian. Dengan luwes - meski beneran kaget dengan kecepatan kang Kartono mementahkan serangan mendadak-ku, aku membuat salto kecil kebelakang dan mendarat dengan kaki, mengambil sikap kuda-kuda lalu bersiap menyerang kembali!

Gerakan keberuntugan! Tebak-ku kepada kang Kartono saat mementahkan serangan mendadak-ku

HEAG!!

Aku meluncur maju lagi, dengan pengerahan Ajian Sukma Ani-Ani ini, aku memang percaya diri dengan kecepatan-ku sendiri. Sejenak didepan tubuh gontai kang kartono yang sudah bersiap menerima seranganku dari depan, aku meloncat kesamping. Ini serangan tipuan! Melentingkan tubuhku, menjejejak batang pohon yang ada di sana, lalu bersalto melontarkan tubuhku ke belakang tubuh kang Kartono.

Sesampainya disana, aku menjejak tanah dengan ringan lalu melenting maju lurus mengarah ke punggungnya Aku berusaha menyerangnya dari belakang, rencanaku (lagi-lagi) simple, mencekik nya dari belakang dengan satu lengan, lalu merebut mistika itu dengan tangan yang lain, dan lari...

BRET!

HOOOGGG!!!

“KENAPA ADIK RANDU MENYERANG KU?” tanya nya polos

Entah bagaimana lagi nantinya aku harus membangun kepercayaan diriku lagi, karena serangan tipuanku yang kedua ini juga dimentahkannya. Dengan kecepatan gerakan yang sukar dipercaya, kang Kartono dengan tubuh besarnya yang biasanya selalu lamban memutar pinggulnya ke arah-ku yang menyerangnya dari belakang, mengulurkan tangan-nya menuju leherku dan disinilah aku sekarang...

Tercekik tangan besar genderuwo sahabatku sendiri, dan karena perbedaan tinggi badan, kakiku terayun di udara, menggapai-gapai .

Menendang nendang dengan kalap, mencicit-cicit dan menggelepar karena cekikannya

“Lepaaa... lepaaasii...nnn” ratapku melas sambil menepuk-nepuk lengan sahabatku ini. Kang Kartono melepaskan cekikannya dan aku terjatuh di tanah megap-megap

Dia memandangku yang masih berusaha bernafas dengan pandangan polos

“Eghh... Anu... Aku cuman menguji setinggi apa ilmu kakang kok sampai bisa kalah sama orang itu, kali aja nanti diduniaku aku ketemu dia, bisa kubalaskan dendam kakang… Disini, aku memang remah-remah, tapi di duniaku, aku termasuk… kau tau, jagoan…” ngelesku dengan suara parau karena barusan hampir aja mati kecekek. Jagoan? Jagoan ndase yak’e!

“AKU TIDAK DENDAM KOK DI” jawabnya polos

Hadeh...


Tengsin kuadrat deh, bukan hanya dalam kenyataannya ilmu bela-diri-ku yang kukira telah mengalami kemajuan pesat pasca pulihnya fisik-ku, ternyata hanya seujung kuku dari sobat generuwo polos-ku ini.

Kang kartono mengulurkan tangannya untuk membantuku berdiri, lalu dengan santai menyarankan untuk melanjutkan perjalanan kembali. Seolah insiden tadi tidak berarti. Dan dia juga mulai bercerita.

Dia ketemu dengan orang sakti itu tanpa sengaja pada saat ditugasi untuk berpatroli diseputaran Sendang Kahuripan. Mereka menerobos berdua, seorang tengah baya dan seorang bocah, terangnya.

Kang Kartono yang kaget, semerta-merta menyerang kedua orang tersebut dengan kalap. Tetapi si orang setengah baya memapak serangannya dengan ringan. Dan benturan itulah yang menyebabkan luka serius di tangannya. Tenaganya berbalik menghantamnya sendiri. Luar biasa.

Seorang Master Class pastinya

Diatas langit masih ada langit.

Pepatah jahanam itu berkali-kali menghujamku secara sadis akhir-akhir ini. Membanting secara kejam harga diri dan kebangganku sebagai pangeran pewaris tunggal silat Tejokusuman aliran Ponosoemarto.

Tak terkalahkan di hampir semua kompetisi? Tulis ulang Curriculum Vitae-mu De!

Elo sekarang pecundang!

Teringat bagaimana Handoko, ponakan ku, putera dari pak lik Rono yang menguasai Sukmo Ani-Ani dari silat Ponosoemarto murni, dan gilanya lagi, dia menguasainya secara otodidak! Bayangkan, otodidak?! Bocah itu! Bangsad jenius! Kau tau, aku tidak suka mengakui hal-hal yang menonjolkan kelebihan orang lain, apalagi calon rival, tapi… Cuk!

Lalu adik-ku, OK, adik ku memang monyet kecil manja jenius yang berbakat - dalam hampir semua bidang, tapi... ah, aku kan kakak-nya, masa kalah?

Bocah-bocah sialan! Aku bener-bener benci kalah!

Lalu pertunjukan kembang api di rumah ki Lurah. Kekuatan mengerikan istriku, ki Lurah, bahkan Nyi Lurah dan sekarang sobatku sendiri, genderuwo sableng...

Dan sebagai rangkuman saja, hal-hal tersebut memupus semua ide narsisme tentang diriku sendiri. Bagaimana bisa narsis dan sombong saat tau diri ini bukanlah yang terbaik? Dalam segi apapun, bahkan bisa dibilang aku selalu kalah

Huft...

Tapi hidup tidak melulu tentang ilmu bela-diri dan olah kanuragan kan? Emang kita ada di dunia Rimba Persilatan?

Masih banyak hal-hal lain yang...

Brengsek!

Aku memaki argumentasi cemen-ku sendiri!

Sebagai lelaki, sebagai pe-bela-diri aku... kalah...

Telak...

Teringat raut wajah malu-nya mas Adrian saat kupecundangi di dojo-ku dahulu. Didepan Istri dan adik iparnya. Mba Ine dan Mba Rika. Benar, mas Adrian bukan pebela-diri murni, tetapi bagaimanapun sebagai seorang yang pernah belajar bela-diri, pasti punya harga diri menyangkut bela-diri-nya. Apalagi mas Adrian juga menyandang titel “Trah Ponosoemarto”. Hatinya pasti sakit sekali.

Walau itu memang untuk memberinya pelajaran, tapi kalau dipikir kembali, saat itu aku memang terlalu kejam.

Dan betapa bangga-nya diriku saat berhasil mengalahkan Datok Mudo Chairul seorang Pandika Silek Harimau dari Pagarruyung, lalu seorang Master kungfu Naga dari Shaolin, Tang He Lim a.k.a Vincent...

Ah…

Saat itu aku betul-betul menikmati menjadi sosok superior. Tapi kini?

Bocah-bocah gendeng, cewek-cewek, bahkan genderuwo ber-IQ pas-pas-an pun jauh lebih kuat dariku...

Inikah “Batasan Bakat” yang membedakan antara seorang yang berbakat dan yang tidak? Batasan yang selalu di- ulang-ulang oleh eyang dengan nada ejekan saat melatihku dulu? Bahwa aku hanyalah seorang anak kecil tak berbakat? Tidak cerdas dan bahkan tidak ditakdirkan untuk menjadi sesuatu yang besar atau apapun?

Tidak!

Aku tidak terima!

Persetan dengan bakat!!

Eyang, Bunda, Ayah, Istriku, Bocah-Bocah sableng...

I’m More than that! Much More!!

All of you will see!!

Dan semangatku kembali terpompa. Saat aku nanti kembali ke-alam-ku, aku akan menakhlukkan kehiupanku sendiri. Aku akan menjadi Master!!

---


“KITA SUDAH SAMPAI” ucapan kalem-nge-bass kang Kartono membuyarkan lamunan ngelantur-ku

“Ini... Lorong Ruh?” Aku menatap goa besar nan gelap didepan-ku dengan jeri. Keberanianku dan jiwa ‘Renegade Dadakan’-ku sepontan (uhuy!) mengkerut. Shit, tidak berbakat memang bukan kelemahanku satu-satunya, aku juga penakut, kuingetin aja, kali-kali aja kamu lupa. Cuk! Puas?!

“INI” ujar kang Kartono kemudian sambil melepas batu mustika di dahinya dan mengulurkan-nya kepadaku

“Eh?” aku bengong

“MUSTIKA-KU AKAN MENJAGAMU SAAT MENYEBERANG” ucapnya kalem

“Ini… Berarti kakang tidak akan mengantarku sampai ke dunia-ku lalu mencegahku untuk balik ke sini atau gimana gitu?” aku menerima mustika itu dengan gamang

“ENGGAK, TAPI ADI HARUS CEPAT, KARENA MUSTIKA ITU TIDAK BERTAHAN LAMA KALAU JAUH DARIKU” terang-nya polos

“Aku... aku tidak bisa menerima ini, nanti kakang sudah tidak punya...”

“NANTI JUGA TUMBUH LAGI, SELALU BEGITU KAN?”

“Eh, iya, selalu begitu kan?” sahutku songong sok ngerti

“SEBENTAR” ucapnya lagi, lalu sejenak kemudian kulihat tangan kang Kartono bergemeretak. Perlahan percikan sinar keperakan menyilaukan keluar darinya. Aura-nya Perak?

Aku pernah diberitahu Eyang bahwa aura terkuat didunia ini adalah Emas dan Perak. Dan kang Kartono memiliki aura Perak?

Kang kartono menempelkan tangan-nya yang penuh dengan percikan aura keperakan itu ke dahiku, sepontan aku berteriak kaget. Rasanya sesaat seperti kesetrum, tetapi kemudian aku merasa tubuhku begitu ringan, begitu penuh energi. Seolah meletup-letup. Jauh melebihi sensasi kuat jurus Sukma Ani-Ani ku. Dia men-charge-ku full! Bisa kayak gini juga ya? Njir!

“ENERGI KU AKAN MEMBERIMU KEKUATAN DAN PERLINDUNGAN TAMBAHAN, BEGITU PESAN KI LURAH. TETAPI ADI HARUS CEPAT, SEMUA INI SIFATNYA SEMENTARA” lanjutnya kalem

“Eh?” aku masih berusaha memahami kebaikan tanpa pamrih orang-orang ini... mereka semua...

Begitu baik kepadaku...

Terimakasih....

Hampir aja aku menagis

“Kang, apakah semua orang di alam ini bisa melakukan hal ini?” tanyaku konyol

“HAL APA?”

“Ini, mengolah energi...” kataku sambil melihat kedua tanganku sendiri yang sekarang tampak sedikit bercahaya keperakan karena terisi aura kuat-nya

“INI MUDAH KAN? SAAT DIRI KITA SELARAS DENGAN ALAM, MAKA ENERGI KITA AKAN MENGALIR, LALU KITA TINGGAL MENGOLAHNYA, TERSERAH MAU KITA. ANAK KECIL JUGA TAU KAN?”

“Anak kecil juga tau?” yang bener aja!

Kang kartono hanya mengangkat bahu dengan cuek

“Jadi semua orang di alam ini bisa mengolah energi?” tanyaku lagi tambah penasaran

“YA TIDAK SEMUA KAN?” jawabnya polos

“Right, tidak semua, pastinya....” deisiku

“SEBAGIAN BESAR BISA, SEBAGIAN LAGI TIDAK PERLU KARENA TENAGANYA TIDAK TERBATAS” lanjutnya

“Yap, sebagian besar bisa... dan sebagaian lagi… Ah, benar-benar... ah, lagian ini mudah kan? Hehehe...” candaku, walau entah kenapa aku malah jadi tambah kecut. Mengolah energi tubuh adalah hal yang sangat luar biasa tentunya di dunia kami, dan dialam ini, sebagian besar bisa? Ah, lagian ini mudah kan?

Mudah ndasmu!

Dan sebagian tidak perlu susah-susah mengaturnya karena mempunyai stok tenaga tak terbatas? Apa-apaan ini? Kalau mahluk-mahluk luar biasa ini sampai gentayangan didunia kami, memang kayaknya akan sangat merepotkan. Bayangkan, seekor mahluk yang abadi, tidak pernah capek, kebal senjata dan kuat tidak makan seumur hidup? Iya, banyak dari mereka yang memang tidak perlu makan sama sekali. Ngeri kan? Aku mendadak paham betul alasan eyang buyutku mati-matian menyegel portal-portal itu

“SUDAH JELAS KAN, INI MUDAH. NAH, SEKARANG CEPAT MASUK KE LORONG, WAKTUMU TERBATAS DI, HATI-HATI” selorohnya mengingatkan

“Berapa jauh lorong ini kang? Kira kira berapa lama aku harus berjalan?” tanyaku lagi

“SEJAUH DUNIA, SELAMA HIDUP. NAH, SEKARANG BERANGKATLAH. BERLARILAH SECEPAT YANG KAMU BISA. AKU... AKU SENANG BISA MEMPUNYAI TEMAN SEPERTI KAMU DI, KAMU TEMAN YANG MENYENANGKAN” ujarnya lagi sambil berjongkok dan mengulurkan tangan-nya kepadaku untuk bersalaman.

Kau tau, ekspresi wajah genderuwo itu cenderung datar, sangat susah mengetahui apa yang sedang mereka pikirkan.

Senang, sedih, khawatir, takut atau apapun, datar aja mereka...

Tapi saat ini, kulihat ada senyum diwajah kang Kartono, dan matanya juga kulihat berkaca-kaca

Mengabaikan uluran tangan itu, aku memeluknya “Bukan teman kang, kalau boleh aku ingin menganggap panjenengan sebagai saudaraku, panjenengan Kakak yang sangat baik kang... Maafkan semua kesalahan adikmu ini ya kang...” ucapku hampir saja terisak sambil memeluk kakang genderuwo-ku yang sableng dan polos ini

“SAUDARA? AKU SENANG BERSAUDARA DENGANMU DI. JAGA DIRIMU BAIK-BAIK DI, SEMOGA SUATU SAAT KITA AKAN BERTEMU KEMBALI” ujarnya sambil menepuk-nepuk punggungku

Entah kenapa, aku malah berubah pikiran, Semoga kita TIDAK pernah harus ketemu kembali kang, batinku…

Ngeri…

Dan aku melangkah meninggalkannya. Berbekal Mustika sakti yang tadi dengan songong berencana kucuri dan energi murni-nya yang menge-charge-ku sampai full

Sekali lagi kutatap lorong gelap menganga itu

“What the hell” desisku lirih, menguatkan hati dan mulai berlari memasukinya...

Lagian, waktuku terbatas kan?

Shit aku bener-bener takut…



- End of Dharmasunyata Pt.1 -



To be Conticrot!
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd