Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Bimabet
Cerita ini adalah projek ketiga kita dan merupakan cerbung kedua. Cerita ini ditulis oleh dua orang yang berbeda jenis kelamin yang belum pernah bertemu dan akhirnya nekat berkolaborasi. kisah yang kami tuliskan adalah kisah fiksi yang merupakan fantasi dan khayalan kami.

kisah ini bercerita tentang seorang wanita muda yang menjadi binal dan senang bermain seks dibelakang pacarnya sendiri. ia menikmati ketika badannya dijamah dan dinikmati oleh lelaki lain yang bukan pacarnya, bahkan keluarga dekat pacarnya sendiri.

kisah ini akan rutin kami update hingga chapter akhir tiap seminggu sekali. karya ini adalah karya ketiga kami. kami menerima saran dan masukan dari suhu-suhu sekalian hehe. semoga next time kami bisa membuat cerita yang lebih bagus lagi. thank you and we hope you enjoy it.

part 1 (Kesalahan ku)
part 2 (pengkhianatan sedarah)
part 3 (salah curhat)
part 4 (hadiah untuk teman)
part 5 (budak sex keluargaku)

Part 2 Pengkhianatan Sedarah


(Andre)

Aku mengajak Anisa ke rumahku karena kebetulan hari ini adalah tanggal merah. Aku masih sering memikirkan saat melihat pacarku malah keenakan dientot preman, meskipun aku tau itu Anisa lakukan dengan terpaksa tapi aku bisa melihat kepuasan dari wajah Anisa. Terlebih lagi malam itu kami bermain, Anisa belum mendapatkan klimaxnya. Pagi itu aku menelpon Anisa dan dia sudah siap untuk aku jemput. Seperti biasa penampilan Anisa sangatlah cantik dan menggemaskan, meskipun terkadang aku masih terbayang permainannya dengan preman. Sesampainya di rumah ku, Anisa langsung disambut ayahku yang sedang santai di teras rumah.

"Ehh ada Anisa, bagus deh kesini, om jadi ada temennya haha" kata ayahku sambil menghampiri kami.

"Apaan sih yah, ini si Anisa kan nemenin Andre" jawabku.

"Eh om apa kabar?" Kata si Anisa mengajak bersalaman ayahku.

"Baik kok, oh iya papa mama mu gimana nis kabarnya? Panggil ayah aja, ya. Kamu udah om anggep anak sendiri" Kata ayahku sambil tetap bersalaman.

"Eh iya, Yah. Papa mama baik kok, Om. Eh, Yah."

"Yuk yang masuk" aku menggandeng masuk Anisa meninggalkan ayahku di teras.

Kami kemudian masuk ke kamar ku dan mengobrol banyak. Kami juga bermain UNO dan permainan lain, meskipun umur kami tidak muda lagi tapi kami suka melakukan hal-hal seperti yang anak abg lakukan.

"Yang, kamu nginep sini ya?" Tanyaku sambil tiduran di paha Anisa.

"Ih gila kamu. Kan ada ayahmu, masa aku nginep" jawab Anisa sambil mengelus kepalaku.

"Ya daripada aku kangen ini" kataku sambil meremas toket menggemaskan Anisa.

"Ihh nghh yang kok diremes sih nakal kamu ya" tangan Anisa mulai meremas kontolku dari luar.

Karena sudah tanggung aku bangkit dan melepas celana ku, aku tau Anisa pasti tidak mau kalo kuajak ngentot karena ada ayahku. Jadi aku hanya menyuruhnya mengocok dan mengulum kontolku. Aku ingin tau dia masih tidak mau atau mau mengulum kontol pasca dia ngentot dengan preman. Tanpa di beri aba-aba, Anisa menggapai kontolku dan mengocoknya lembut. Aku nikmati tiap kocokan Anisa, aku juga tidak mau kalah, terus meremas-remas toketnya. Kemudian aku berdiri dan menodongkan kontolku ke depan mukanya. Tiba-tiba, Anisa langsung melahap kontolku, melihat itu aku sedikit kaget karena sebelumnya dia tidak pernah mau untuk mengulum kontolku.

"Loh yang tumben mau nyepong?" Kataku heran.

"Hmmmm slop eh..nghh kamu sih nodongin ke depan muka, ya aku makan hehe" terlihat ekspresi malu Anisa.

"Ohh pantes yaudah lanjutin yang"

Karena ini pertama kalinya aku disepong pacarku rasanya begitu nikmat. Mulutnya terus menghisap kontolku, ditambah lidah Anisa yang bergerak kesana kemari menambah sensasi geli-geli enak. Anisa terlihat sudah sangat ahli saat menyepong kontolku, dan baru kali ini aku melihat Anisa sangat rakus menyepong kontolku, sampai-sampai ludahnya menetes ke toketnya.

"Oghh yang enak banget seponganmuu shhh"

"Slop slop ogh" Anisa semakin cepat menyepong bahkan dia tidak segan memasukan dalam-dalam kontolku.

"Ahhh aduhh yang mentok banget sayang ke tenggorokanmu.”

"Uhuk uhuk...enak ga yang hehe" kata Anisa senyum blepotan ludah.

"Enak banget, lanjutin yang"

Anisa kembali melahap kontolku, setelah 15 menit kurasakan kontolku semakin keras dan hendak mengeluarkan peju. Aku memegang kepala Anisa dan menyodok mulutnya, aku menekan kuat kontolku dan menyemprotkan peju ku kedalam mulut Anisa. Nampak Anisa menelan semua peju ku sampai habis. Karena kelelahan aku duduk didepan Anisa, tiba-tiba hp ku berbunyi, ternyata saudaraku, Andi.

"Halo kenapa di?"

"Gue di bandara nih, jemput gue dong, adek gue gabisa jemput"

Anisa kini kembali menunduk dan menjilati kontolku seolah membersihkan sisa-sisa peju di kontolku.

"Hmm ohh oke-oke, gue juga mau ngasih makanan sih buat tante sarah”

"Oh yaudah siip gue tunggu"

Sebenarnya tanggung aku meninggalkan Anisa, aku melihat Anisa seperti belum puas. Tapi mau bagaimana lagi. Aku pun melepaskan kontolku dari mulut Nisa.

"Loh yang mau kemana??" Tanya Anisa.

"Mau jemput Andi, maaf ya yang hehe"

"Tuhkannn selalu gitu ih huuu aku tanggung nih" kata Anisa ngambek.

"Ya gimana lagi yang hehe yaudah ntar malem aku puasin deh"

"Janji yaaa?"

"Iyaaa sayang muach" aku mengecup kening Anisa.

Setelah bersiap aku mengambil kunci mobil dan menuju bandara. Sebelum berangkat aku bilang kepada Ayahku untuk titip Anisa sebentar. Sebenarnya Anisa ingin ikut tapi tidak kuijinkan karena aku juga akan kerumah Andi untuk bertemu Tanteku sebentar, lagi pula jaraknya lumayan jauh, aku khawatir Anisa kecapean.

———————————

(Anisa)

Pagi ini aku habiskan dengan pekerjaan rumah yang kemarin sempat tertunda karna aku kecapekan. Pukul 9 pagi, aku mendapat telpon dari Andre yang mengajakku untuk main ke rumahnya. Karena pekerjaan rumah sudah selesai, aku mengiyakan. Aku segera mandi dan mematut diri di cermin. Hari ini aku memakai celana jeans dan tshirt ketat yang lumayan memperlihatkan lekuk tubuhku juga jilbab segiempat yang aku lilitkan ke belakang leher seperti biasa. 10 menit kemudian ku dengar suara motor Andre di depan kosan. Aku segera mengambil tasku dan menemuinya.

“Muah” aku memberi kecupan kecil di bibirnya. Rasanya kangen juga aku dengan pacarku ini, meski kadang dia menyebalkan dan egois saat kami berhubungan badan.

“Kamu makin seksi aja, Yang.” Andre tidak henti-hentinya memelototi toketku yang terlihat besar dibalik tshirt.

“Ih.. apaan sih. Genit ah matanya. Yuk berangkat.” aku menggandeng tangan Andre agar ia kembali fokus. Selama perjalanan menuju rumahnya, aku memeluk Andre dengan erat sehingga toketku menempel pada punggung Andre.

30 menit perjalanan, kami pun sampai di rumah Andre. Terlihat di teras depan Ayah Andre sedang bersantai dan bersiap menyambut kami.

“Ih, Yang. Kamu kok ngga bilang sih kalo ada ayah?”

“Hehe. Ya aku pikir km udah tau. Kan hari ini libur jadi ayah dirumahlah.”

Ish. Aku sebenernya malas bertemu ayahnya Andre, tatapan matanya selalu mesum ketika melihatku. Apalagi aku sekarang berpakaian seperti ini.

"Ehh ada Anisa, bagus deh kesini, om jadi ada temennya haha" kata ayah Andre sambil menghampiri kami.

"Eh om apa kabar?" Demi menghormati Andre, aku mengulurkan tanganku dan tersenyum dengan sopan.

Setelah berbasa-basi sedikit, Andre mengajakku masuk ke dalam kamar. Seperti biasa, kami bermain dan melakukan banyak hal menyenangkan. Mencoba beberapa games yang sedang ngetren di kalangan anak abg.

Saat kami mengobrol berbagai hal, tiba-tiba Andre mengarahkan obrolan kami ke hal berbau seks dan sesekali meremas toketku.

“Ih, Yang. Kok di remesin sih. Nakal kamu.” meski aku bicara seolah menolak tapi aku justru menikmati. Entahlah, semenjak aku bermain dengan preman tempo hari, aku merasa gairahku mudah sekali muncul.

Andre tiba-tiba menyodorkan kontolnya sehingga aku yang sudah nafsu menggapainya dan segera mengocoknya.

“Aaahh...” ku dengar Andre mulai mendesah kenikmatan. Andre lalu menyodorkan kontolnya ke depan mukaku. Aku langsung saja melahap habis kontolnya. Mengocoknya dengan mulutku. “Mmhh..” Aku yang baru pertama kali mengocok kontol pacarku tidak merasa terlalu sulit karna kontolnya yang lebih kecil dari kontol preman yang sebelumnya mengambil keperawanan mulutku.

"Loh yang tumben mau nyepong?" tanya Andre heran.

"Hmmmm slop eh..nghh kamu sih nodongin ke depan muka, ya aku makan hehe" Aku yang sudah merindukan kontol menjawab sebisanya pertanyaan Andre.

“Mmmhhh... Yang, enaak.... Asshhh....” Aku mengulum kontol Andre sambil sesekali memainkan lidahku sehingga Andre kegelian.

“Ooohhh... Teruus, yangg....” Aku mulai memaju mundurkan kepalaku seperti yang preman itu lakukan kepadaku.

Aku lepas sejenak kontol Andre saat dia keenakan. “Mmmhhh... Enak, Yang?” kataku sambil mengedipkan mata menggoda.

“Ehmm... Enak, Yang. Lanjutin, Yang..” Aku pun kembali melahap kontolnya.

“Ahhh... Yang, teruuss...” Andre tiba-tiba memegang kepalaku dan menyodokkan kontolnya yang sudah sangat keras hingga mentok ke tenggorokanku. “Aaahhh... Yang, keluaar...” Aku menelan semua sperma Andre dan menjilati kontolnya untuk membersihkan sisa-sisanya.

“Halo, Di.” Aku masih saja menyepong kontol Andre meski dia sedang menerima telepon. Akibatnya dia sedikit mendesah. Aku terus saja menyepong dan berharap kontol Andre segera bangun kembali agar bisa memuaskan aku.

“Yang, aku pergi dulu.” Andre tiba-tiba melepas keontolnya dari mulutku.

“Loh. Kamu mau kemana?”

"Mau jemput Andi, maaf ya yang hehe"

"Tuhkannn selalu gitu ih huuu aku tanggung nih" kataku pura-pura ngambek.

Mau tidak mau aku pun melepas Andi setelah dia berjanji akan memuaskan aku malam ini.

Selepas Andre pergi, aku merasa perutku keroncongan sehingga aku berencana membuat mi instan. “Mumpung si tua bangka yang mesum itu lagi di kamarnya.”

Aku yang sudah sering main di rumah Andre hafal semua sudut rumah ini. Bahkan, aku lah yang menata kebutuhan dapur di tempatnya sehingga dengan mudah aku menemukan mi instan.

Aku menyiapkan piring dan segera membuat mi instan. Semua berjalan normal sebelum akhirnya saat mi instan sudah siap dan aku hendak membawa piring itu ke kamar, dari belakang ku rasakan ada tangan yang meremas toketku.

“Hmm.. Ndre, kok udah pu...?” Aku memutar badanku untuk memastikan itu Andre.

“Eehh, Yah, kok Ayah... Ah.. Lagi ngapin? Jangan, Yah..” aku mencoba memberontak dan melepaskan diri dari pelukan Ayah Andre.

“Sudahlah, Nisa. Ayah tau, kamu belum puas kan tadi sama si Andre. Sekarang Ayah yang temenin kamu.” Ayah Andre masih meremas toketku bahkan sekarang makin keras.

“Ah, Yah... Jang... ngan...” Aku kini mulai menikmati remasan Ayah Andre meski mulutku masih berkata jangan, tapi aku membiarkan tangan Ayah Andre meremasi toketku.

“Haha. Dasar ya kamu, Nisa. Kayak lonte, bilangnya ngga mau tapi kelonjotan kayak gini.”

“Mmmhhh... Jangan, Yaah...” aku masih berusaha menolak meski sekarang aku justru makin membusungkan dadaku.

Ayah yang gemas melihat tingkahku yang sok jual mahal segera mengangkat kaosku serta bhnya ke atas.

“Ooohhh... Toketmu gede sekali, Nisa. Pantas Andre betah lama-lama di dalam kamar. Wong ada mainannya gini.” kali ini tangan Ayah Andre mempermainkan putingku.

“Ooohhh... Yaahhh... Enaaak...” badanku langsung menggelinjang menerima plintiran ayah di putingku.

“Pentilmu kecil gini, sayang. Ayah bikin gede ya.” Ayah kemudian langsung memasukkan toketku ke dalam mulutnya. Sesekali Ayah memberikan gigitan kecil di putingku yang membuatku makin mengerang.

“Aaahhh... Yaah, enaak.” Tangan Ayah kini mengarah ke celanaku, mulai melepas resletingnya. Aku membantunya dengan menaikkan kakiku sehingga celana itu merosot dengan mudah.

Tangan ayah kini mempermainkan memekku dari luar CD dan mulutnya masih saja terus menyusu.

Dengan tanpa melepas mulutnya di toketku, Ayah menggendongku menuju meja makan yang tidak jauh dari dapur. Dan membaringkan tubuhku di atas sana. Celana dalamku segera di lepasnya, lalu Ayah menunduk sehingga sekarang ia menghadap ke memekku.

“Aaah... Ayaahh... Jangaan... Enaaakk..” aku mengerang ketika lidah ayah kini mulai menjilati klitorisku.

Ayah lalu memasukkan dua jarinya ke dalam memekku yang sudah basah. Sambil masih menjilati klitorisku, ayah memaju mundurkan jarinya di memekku.

“Aaaahhh... Yaaahhh... Ahhh... Teruuus...” aku merasakan jilatannya memutar di klitorisku membuatku merasa semakin nikmat.

“Lonte kamu, yah, Nisa.” Ayah lalu bangkit dan kembali mengenyot susuku sambil jarinya masih mengocok memekku.

“Aaahhh... ahhh... Yaahh... Enaaak... Memek... Ahhh...” aku sudah kehilangan akal sehat sehingga kata-kataku makin tidak terkontrol yang membuat Ayah makin semangat memainkan jarinya. Kali ini mengaduk-aduk bagian dalam memekku dengan cara memutarkan jarinya.

“Aahh... Yaahhh... Nisaa, mau sam...” tiba-tiba Ayah melepas jarinya dari memekku.

“Yah, kenapa?” Aku bertanya kecewa karna belum mencapai klimaks.

“Kenapa sayang? Kamu mau apa?”

“Lanjutin, Yah. Nisa pengen.”

“Lanjutin apa? Bilang dong.”

“Mainin memek Nisa, Yah.”

“Haha. Dasar kamu lonte. Baiklah.” Ayah kemudian menunduk dan kembali menjilati klitorisku. Dua jarinya kini sudah kembali mengocok memekku keluar-masuk.

“Aaahh... Yaaahh, keluar... Nisa keluar...” badanku mengejang menerima gelombang orgasme.

Aku masih mengatur nafasku saat tiba-tiba Ayah sudah melepas celananya dan bersiap mengarahkan kontolnya ke memekku.

“Aahhh....” aku kembali melenguh saat Ayah mulai menggesekan kepala kontolnya ke bibir memekku.

“Aku masukin, sayang...” blesss...

“Aaahh...” kami sama-sama mendesah saat kontol Ayah yang sebesar kontol preman itu masuk ke dalam memekku.

Ayah langsung memaju mundurkan kontolnya di dalam memekku. “Aaahh... Nisaa, memekmu peret banget.. Aahh...”

“Ahhh... Hmm... Yaah, sakit... ohhh... enaak...” aku yang baru saja keluar dan langsung di masukin kontol membuatku merasa separuh menikmati separuh kesakitan.

“Aaahh... lonte...” Ayah menyodok memekku dengan kontolnya hingga terasa mentok. Sementara mulutnya kini bergerilya di toketku.

“Aaahh... Iyaa, Yaah... Pentilku... Ohhh....” Ayah Andre kembali mengemuti putingku.

Sekitar lima menit Ayah Andre menggejotku, kurasakan memekku kembali berkedut.

“Ooohh... Shiit.. Memekmu makin mijit kontolku..” kali ini Ayah membuat gerakan memutar sehingga memekku terasa di aduk-aduk.

“Aaahhh... ayaahh....” aku semakin keras mengerang saat kurasakan jari ayah mempermainkan klitorisku sambil masih tetap menggejotku. “Ooohhh... aaahh...” aku makin merem melek dibuai kenikmatan oleh ayah pacarku sendiri.

“Haha. Enak kan, sayang?”

“Eehmm.. Iyaa, enak, Yaahh...”

“Oohhh... Bilang kamu lonteku, Nisa. Bilaang...”

“Aahhh... iya Yah... Aku lontemu...”

“Aaaahh... Yaaah...” aku kembali mendesah keras saat kini ketiga titik sensitifku diserang. Ayah masih menggenjot memekku dan mempermainkan klitku dengan tangannya. Sementara mulutnya kembali menyusu di toketku.

“Aaah... Yahhh... Nisa, mau kelu....” belum aku menuntaskan ucapanku, badanku sudah mengejang. Ayah menghentikan genjotannya dan membiarkanku merasakan kenikmatan.

“Gimana, sayang? Enak?”

“Iya, Yah.”

“Gimana kontol ayah?” Aku hanya diam mendengar pertanyaan itu. Selepas mencapai klimaks, akal sehatku mulai bekerja dan sadar perbuatan yang aku lakukan salah.

“Yah, sudah. Nanti Andre tau. Kasian An...”

“Diem kamu, lonte. Udah dapet enaknya baru kasian sama anakku.” Ayah menampar pipiku dengan keras.

“Sekarang nungging cepet.” Ayah kemudian membalikkan badanku yang masih lemas sehingga aku kini berpegang pada sisi meja sebagai tumpuan.

Kurasakan kontol Ayah kembali masuk ke dalam memekku. Bless.

“Aaahh... Lonte dasar...”

“Hhmm mmhh... Yahh, stop, Yah... ahhh...”

“Diem kamu, anjing. Lonte kayak kamu emang harus dikasari.” Ayah lalu menyodok memekku dengan keras dan meremas toketku dengan kasar.

“Aahhh... aahhh...” entah kenapa, aku yang baru saja keluar kembali menikmati permainan kasar Ayah.

“Lontee.. aah, memekmu basah lagi..”

“Aaahh.. Yahh, enaakk... ahh...” mendengar Ayah menyebutku Lonte semakin membuatku bersemangat dan memekku terasa makin menjepit kontol Ayah.

“Aaahhh... Gilaaa... memek lonte peret bangeet...” Ayah kini benar-benar fokus menggenjot memekku dengan cepat. Sesekali membuat gerakan berputar membuatku mengerang semakin keras karna keenakan.

“Aahhh.... Yaahhh... Nisa mau...”

“Bentar, lonte. Tunggu aku...” Ayah kini semakin mempercepat gerakannya dan menancapkan kontolnya semakin dalam.

“Aaaahhhh....” kami mendesah bersama saat kurasakan badanku mengejang dan kontol Ayah menyemprotkan laharnya.

Badan Ayah langsung ambruk di atas badanku sembari mengatur nafas. Tidak lama kami langsung bergegas memakai pakaian saat ku dengar suara Andre datang dari pintu depan.

“Udah, kamu ke kamar mandi sana. Biar Andre, Ayah yang urus” aku yang masih belum memakai pakaian lengkap segera menuju ke kamar mandi. Ku dengar sayup-sayup Andre mencariku.

“Yang, aku tunggu di kamar ya.” Terdengar suara Andre dibarengi dengan suara ketokan dari pintu kamar mandi.

“Iya, Yang.”

————————————-

(Andre)

Aku segera bergegas pulang setelah mengantar Andi dan bertemu mamanya, Tante Sarah. Aku khawatir dengan Nisa yang aku tinggal sendirian meski di rumah ada Ayah. Selain itu, aku juga kembali bernafsu membayangkan sepongan Nisa.

30 menit perjalanan, aku sampai di rumah. Dari garasi, ku dengar suara desahan wanita. Aku pun masuk ke dalam rumah dengan mengendap-endap dan mencari sumber suara. Betapa kagetnya aku saat kutemukan Nisa didapur sedang di genjot oleh ayahku sendiri.

“Haha. Enak kan, sayang?”

“Eehmm.. Iyaa, enak, Yaahh...”

“Oohhh... Bilang kamu lonteku, Nisa. Bilaang...”

“Aahhh... iya Yah... Aku lontemu...”

Aku sebagai pacar Nisa harusnya marah melihat Nisa lagi-lagi tengah digarap oleh lelaki lain, terlebih ia adalah ayahku sendiri. Namun entah kenapa, rasanya aku justru bernafsu melihat permainan mereka. Apalagi melihat wajah keenakan dari pacarku dan lacurnya kata-katanya.

Sambil melihat kegiatan mereka, aku mengeluarkan kontolku sendiri dari dalam celanaku. “Mmmhh...” aku ikut mendesah dengan mengocok kontolku sembari melihat dan menikmati permainan Ayah dan Nisa.

“Aaahhhh....” pejuku keluar tepat bebarengan dengan mengejangnya badan Anisa. Aku bersandar di tembok mengatur nafasku sembari kembali melihat Nisa digarap oleh Ayah. “Gila. Nisa kan baru keluar, tapi dia udah keenakan lagi.” Aku tidak habis fikir saat kulihat Nisa kembali keenakan digenjot oleh Ayahku, kali ini dengan posisi doggy.

Toket Nisa yang gede menggantung indah. Sesekali Ayah meremas toket Nisa, aku yang melihatnya sebenarnya ingin bergabung dan menikmati toket Nisa yang sedang tidak terjamah. Tapi aku masih sadar, tidak mungkin aku melakukan itu. Aku pun hanya bisa melihat mereka berdua yang berusaha mencapai puncak kenikmatan masing-masing.

“Aaahhh...” ku lihat keduanya sudah mencapai puncak kenikmatan. Akupun segera mengendap-endap pergi ke garasi lalu berpura-pura kembali masuk melalui pintu depan.

“Nisa, Paah... Aku bawain makan siang nih.” Kulihat papa baru saja keluar dari dapur.

“Aku bawain makan siang, Pah. Nisa dimana ya?”

“Ada di kamar mandi belakang, Ndre.”

“Ooh, yaudah, Andre ambil piring dulu ya.”

“Eh, gausah. Sini, nasinya mana? Kamu mending temuin Anisa dan bilang kalo kamu udah datang. Nanti nasinya, papa anter ke kamar kamu sekalian sama piring dan sendoknya.”

Aku yang sudah mengerti alasan dibalik sikap papa pun mengiyakan dan berjalan menuju kamar mandi belakang yang ada di dekat taman dibagian belakang rumah.

Ttookk... ttookk... “Yang, aku tunggu dikamar ya.”

“Iya, Yang.”

Aku pun berjalan kembali ke kamar sambil memikirkan banyak hal yang ada di kepalaku. Apakah hubungan kami masih baik-baik saja setelah ini? Tiba-tiba gairah seksku yang tadi menggebu sekarang lenyap seketika memikirkan tentang kelanjutan hubungan kami. Aku pun memilih merebahkan badanku sembari menunggu Nisa, juga Ayah yang mungkin sekarang sedang membersihkan meja makan dari sisa cairan cinta mereka.
 
Terakhir diubah:
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd