RyuzakiKen
Tukang Semprot
Diva
Athena
Venus
Aphrodite
Hellen
Chapter 1 : Sibling Love
Hari itu, siang agak sedikit terik. Untunglah di rumah keluarga Ron Suryawan sejuk berkat lingkungannya yang asri, luas serta ditumbuhi pepohonan disekelilingnya. Rumah luas itu terletak di sebuah jalan yang belakangnya merupakan sebuah rumah lain yang merupakan rumah saudaranya. Rumah itu milik Buana Suryawan saudara kembar Ron. Rumah itu pun menghadap langsung ke jalan jadi secara keseluruhan gabungan rumah itu menghadap ke dua jalan sekaligus.
Rumah besar itu kelihatan sepi, walaupun masih ada beberapa pembantu yang bekerja baik di dapur maupun di halaman sekitar rumah. Tetapi penghuni rumahnya belum kelihatan.
Sekitar pukul 12.30 sebuah mobil melambatkan kecepatannya di depan gerbang yang secara otomatis terbuka dan meluncur masuklah kendaraan itu memasuki halaman luas rumah itu. Mobil SUV hijau metalik itu berhenti di depan pintu utama rumah dan hampir secara bersamaan, semua pintu mobil itu kecuali pintu supir terbuka.
Lalu berhamburanlah lima gadis remaja berbalut seragam putih biru. Dari paras mereka nampak sangat mirip satu sama lain. Sangat jelas bahwa mereka ini bersaudara. benar dugaan Anda, mereka kembar. Kembar Lima, hal ini sangat jarang terjadi.
Kelimanya adalah Diva, Athena, Venus, Aphrodite dan Hellen. Kelima gadis remaja itu sangat cantik, hampir sulit menentukan yang mana yang paling cantik diantara mereka. Masing-masing mempunyai keistimewaan tersendiri atas pesona yang terpancar dari penampilan mereka.
Yang tertua (dalam penentuan soal siapa yang tertua, orang tua mereka memilih cara siapa yang pertama sekali lahir, walaupun ada pendapat lain yang menyatakan bahwa yang paling tua adalah yang terlahir terakhir kali karena mengalah demi saudaranya yang lain), Diva, nama lengkapnya Evangel Diva Rahmadani, sesuai namanya ia sangat cantik dengan mata yang berbinar dan alis yang melengkung ke atas, hidung bangir dan bibir segar yang selalu basah. Tubuhnya sedang dengan tinggi sekitar 155 cm dan berat 45 kg. Rambutnya diikat dan digulung keatas membentuk konde kecil menunjukkan lehernya yang jenjang.
Yang kedua Athena, Aurell Athena Danaswara. Hampir seperti Diva, ia tak kalah cantik. Rambutnya dibiarkan tergerai menyapu sebagian bahunya dan sebagian punggungnya. Matanya terkadang dikerjab-kerjabkannya seolah ingin menunjukkan kebeningan matanya. Ia agak lebih tinggi dari kakaknya bahkan ia yang paling tinggi diantara semuanya.
Yang ketiga, Venus, Yvone Venus Donaswara. Bibirnya seolah yang paling menarik karena tak pernah lepas dari senyuman. Walaupun sedang tenang, sepertinya ia sedang tersenyum sendiri. Rambutnya agak sedikit bergelombang dan sebagian diikat dengan penjepit rambut warna-warni.
Yang keempat, Aphrodite, lengkapnya Cameron Aphrodite Hardinistara. Ia sedikit lebih santai dan cuek dalam penampilannya. Ia membiarkan rambutnya terjuntai lurus bahkan di wajahnya. Matanya tampak kurang bersemangat tapi tidak mengurangi kemolekan wajahnya yang untungnya merupakan turunan dari keluarganya terutama ibu dan saudarinya. Ia yang terakhir kali masuk kedalam rumah dengan langkah-langkah kecil.
Yang terakhir, Hellen, Diana Hellen Ardinasti untuk lengkapnya. Ia sangat lincah dan bahkan terkesan tomboy. Rambutnya dipotong pendek dan disisir rapi ke belakang. Untunglah wajah cantiknya memudarkan citra kelaki-lakiannya. Alis matanya yang tebal meneduhi matanya yang besar dan keseluruhan wajahnya dapat dikatakan baby face. Bibirnya kecil dan selalu terbuka sedikit.
Hellen mendahului keempat saudarinya memasuki rumah dan langsung disambut oleh seorang wanita dewasa yang mereka panggil mbak Tati. Ia adalah pembantu di rumah itu yang mengurusi kelima anak kembar itu di rumah.
"Hei, giliran kamar siapa hari ini? tanyanya setengah berteriak kepada yang lainnya. Yang merasa mempunyai kewajiban atas pertanyaan itu mengangkat tangan.
"Ya, ya tau," Athena mengangkat tangannya. "Hari ini giliran kamarku, tapi jangan diberantakin, ya?... kan capek mberesin kamar sendiri... " ujarnya sedikit mengeluh.
"Itukan resiko dapet giliran... " Venus menimpali sambil menaiki tangga yang menuju kamarnya yang berada di ruang atas. "Kemarin... waktu giliran kamarku, kan kamu yang paling ganas ngancurin kamarku," tambah Venus lagi.
Untuk menuju kamar-kamar mereka, harus melewati tangga tersendiri. Kamar mereka terletak di lantai atas yang berbentuk lingkaran.
"Heh, Then... buat tempat yang bagus, ya.. yang lapang, kemarin di kamar si Hellen terlalu sempit, sulit bergerak. Ok? ujar Diva sebelum menghilang di balik pintu kamarnya.
"Ok, ok... , heh Dit, mau bantuin aku, ngga? tanyanya pada Aphrodite.
"Nggak ah, aku mau tidur dulu. Ngantuk, nih..," jawabnya sekenanya dan lalu juga menghilang di dalam kamarnya meninggalkan Athena yang masih berdiri di lantai dasar.
"Hu-uh," keluhnya lagi dan dengan langkah malas menaiki tangga menuju kamarnya.
*****************************************************************************
Sekitar 15 menit kemudian, mereka telah kembali berkumpul di meja makan untuk makan siang. Mereka masing-masing menghadapi hidangan dengan tingkahnya sendiri.
"Mbak Tati, tadi ada kiriman paket, nggak buat kami? tanya Diva kepada Tati yang menunggui momongannya makan.
"Ada. Ada kiriman paket untuk Diva, kelihatannya order online, ya Diva yang pesan, ya?" tanya Tati balik.
"Iya, tapi nggak ada yang buka, 'kan? Kalau terbuka sedikit aja... Awas!" peringat Diva. "Eng.. sekarang barangnya dimana, mbak?"
"Ada. Sebentar, ya..mbak ambil dulu," lalu masuk ke dalam untuk mengambil paket yang dimaksud.
"Eh, paket apaan, sih, Div?" tanya Athena sambil mendekatkan wajahnya ke arah Diva.
"Ah, masak lupa, itu lho, barang yang kita pesan lewat internet minggu lalu itu lho. Sesuai janji mereka, barangnya tiba hari ini," jelas Diva yang tampaknya mulai dimengerti Athena dan lainnya.
"Kan karena ini kan kita melakukan ini semua. Karena ingin mencoba petualangan yang hebat ini. Aku sudah nggak sabar lagi," Diva terlihat sangat bersemangat. "Tanganku sudah gatal... "
"Aku tau yang paling gatal...," ucap Venus hampir berbisik karena ia sedang menyuapkan sendok terakhirnya. Lalu diantara kunyahannya ia tersenyum penuh arti pada Hellen di seberangnya.
Aphrodite yang dari tadi diam saja tampaknya mulai mengingat-ingat sesuatu. "Tapi, Papa tau gak ya kalau kita pakai kartu kreditnya untuk bayar barang itu?" ia mulai bicara setelah mulai ingat. "Ah jangan takut. Harganya cuma segitu Papa takkan memperhatikan uang segitu dari tagihannya yang segunung," jelas Diva menenangkan saudarinya itu juga yang lainnya.
"Tapi, Div... siapa yang nyoba dulu?... Kau mau nyoba apa? Kan sakit? cemas Athena yang sepertinya disetujui yang lainnya. Diva memandangi satu per satu saudari-saudarinya, mengerti kecemasan mereka.
"Kita lihat aja nanti" tepis Diva mencoba berkelit dari tekanan mereka.
Tati muncul dengan sebuah kotak kardus yang berukuran 50 x 60 cm di tangannya dan kelihatan agak berat dan langsung menyerahkannya pada Diva.
"Mbak Tati, bilang sama yang lain agar tidak menceritakan kotak ini pada siapapun terutama Papa dan Mama, Ok?" perintah Diva kepada Tati.
"Baik, Diva," turutnya.
Diva menimbang-nimbang kotak itu dan berkata, "Kotak ini kita buka nanti di kamar Athena. Ok?" Yang lainnya mengangguk setuju.
*****************************************************************************
"Ah, elo, kamar aja pake dikunci segala," Diva mengomentari kelakuan adiknya yang menurutnya memperlambat langkah saja.
"Hm, kamu semua belon liat gimana kamarku untuk acara spesial hari ini. Ekstra hebat dan lebih lembut dan nyaman. Liat aja sendiri," Athena membuka pintu kamarnya lebar-lebar. "Ta-raaaa... Liat?" Athena sangat bangga dengan dekorasi kamar barunya untuk acara itu.
"Wah, hebat! Apa tadi, ekstra lembut dan nyaman? kaya iklan pembalut aja, he-he," komentar Venus sambil masuk dan mencoba duduk di atas bantal-bantal besar yang disusun disekitar karpet tebal di depan sebuah TV layar besar. Dan yang lain pun ikut mencoba duduk dan hampir bersamaan mereka memuji kenyamanannya.
"Wow, Then... ini hebat, kanapa ini ngga' kupikirkan dari kemaren ya?" Hellen juga sangat senang.
Setelah semuanya merasa nyaman di posisi mereka, Diva yang memegang kotak itu mulai membuka bungkusnya. "Ok.. Ini dia, ini harus bagus seperti iklan mereka di internet itu," Diva menyisihkan kertas pembungkusnya dan mulai membuka kardusnya dan mengeluarkan plastik pelindung goncangannya.
Lalu satu persatu, Diva mengeluarkan sebuah kotak kulit besar, kotak yang lebih panjang dan sebuah kotak yang lebih kecil dari yang pertama. "Yang ini pasti berisi paket spesial itu," ujar Diva sambil tangannya dengan cepat membuka kuncinya. "Wah... hebat!" Serta merta yang lain langsung mengerubungi Diva dan kotak itu.
Kotak itu berisi lima penis karet yang panjangnya sekitar lima belas sentimeter dan berdiameter tiga sentimeter. Di bawah tiap penis karet itu terdapat kabel yang dapat dihubungkan ke motor penggerak yang ditenagai dua batre Alkaline kecil yang terdapat di kotak sedang satunya. Masing-masing mereka mengambil satu penis karet itu dan mengenggamnya dengan berbagai ekspresi yang campur aduk. Di pangkal penis karet berwarna krem tersebut terdapat bintil-bintil sepanjang kira-kira lima sentimeter untuk mendekati penis yang aslinya. Dan kepala yang bulat seperti jamur dibentuk sangat mirip penis lengkap dengan kerutan seperti bekas sunat di bawah kepalanya. Di tiap sisinya tampak urat-urat buatan mengingatkan kita akan penis yang sedang tegang penuh. Sangat real.
Kemudian Hellen membuka kotak panjang yang satunya. Kotak itu berisi dua penis karet berwarna merah dan hijau dan sebuah benda lonjong, terbuat dari perak. Panjangnya juga lima belas sentimeter dengan diameter empat sentimeter. Sedang dua penis karet lainnya tidak mempunyai kabel penghubung tetapi lebih panjang sekitar dua puluh sentimeter dan diameter yang sama dengan penis karet di kotak pertama. Dua penis karet ini lebih kaku dan keras dan juga dapat disambungkan kepasangannya berkat semacam mur dan baut di pangkalnya.
"Eh, ada buku petunjuk dan DVD-nya, lho. Asyik, nih," seru Aphrodite gembira. Hellen yang dekat dengan set TV layar besar itu lalu menekan tombol Open/Close DVD lalu memasukkan disc ke dalam tray-nya. Segera setelah tombol Play ditekan lewat Remote Control yang dipegang Athena, pemilik kamar, beberapa layar pembuka dan peringatan muncul dan diikuti beberapa potongan film produksi mereka.
"Pasti seperti film-film sebelumnya, main ginilalu ganti lagi, tukar gaya, tukar lagi, ya gitu-gitu aja. Bosan ah!" keluh Venus memalingkan mukanya dari layar dan mulai berkonsentrasi pada penis karet itu.
"Betul juga, sih... ," Diva mengiyakan, "Kita disini karena kita pingin tau lebih jelas... enaknya benda ini... pada benda kita. Iya 'kan?" ia menekankan intonasinya pada kata 'benda'. Tetapi segera perhatian mereka tertuju pada satu hal.
Aphrodite yang sejak awal sudah tertarik pada DVD di layar TV mempelototi adegan dimana seorang wanita bule pirang berdada besar sedang menghisap penis besar seorang pria dengan rakusnya. Terkadang ia menjilati kepala penis itu dari ujung dan sekitarnya kemudian pada urat besar dibagian bawahnya sementara tangannya meremas-remas lembut kedua pelirnya. Dengan tanpa sadar Aphrodite sudah mengelus-elus terkadang meremas penis karet itu.
Diva memberi tanda kepada yang lainnya untuk segera beraksi. Maka mulailah tangan-tangan mereka memegangi tubuh Aphrodite. Tangan kanan Diva mulai menyentuh dada kanan Aphrodite sementara Venus di sebelah kiri. Athena dengan iseng menghidupkan motor penis karetnya dan benda itu mulai bergerak berputar-putar kecil lalu menyentuhkannya ke leher Aphrodite.
Mendapat serangan dari berbagai arah sekaligus begitu, Aphrodite mulai sedikit terpengaruh dan mulai membimbing dua tangan di dadanya untuk meremas dadanya yang telah berkembang besar itu. Diva mulai menelusupkan tangannya lewat lengan baju dan tangan Venus lewat bagian bawah T-Shirt Aphrodite dan melewati bra kecilnya dan langsung meremas payudaranya.
"Ah... ," nafasnya mulai berat atas remasan kedua saudaranya. Athena yang memainkan penis karet itu telah sampai di pipi Aphrodite dan kini mulai menyentuhkannya ke bibir atasnya. Sebentar kemudian ia mulai menjilat dan mengulum kepala dildo itu. Athena yang sampai hampir membungkuk untuk melakukan hal itu mendapat sentuhan di bra-nya oleh Hellen yang rupanya mulai terpengaruh adengan langsung itu. Dari belakang Hellen memasukkan kedua tanganya dari bawah baju kaos Athena dan mulai meremas-remas dari luar bra Athena.
"Hmm... ahh... enak banget," Athena kini malah berusaha membuka bajunya dan dibantu Diva dan Venus dan melemparkannya ke sudut kamar. Venus segera melepas pengait bra Aphrodite dan melemparkannya juga ke sudut kamar. Kini Diva dan Venus dengan bebas mempermainkan puting susu Aphrodite dan meremas payudaranya.
Adegan di layar besar itu tidak lagi terlalu diperhatikan mereka, suara-suara erangan tokoh film kini bercampur dengan desah Aphrodite dan Athena. Baju kaos Athena kini telah naik sampai ke pangkal lengannya dan bra kecilnya kini telah bergabung dengan tumpukan baju dan bra Aphrodite di sudut kamar. Disamping meremas dada Athena, Hellen kini telah menyusuri punggung dan rusuk Athena sambil menciumi dan terkadang mengeserkan lidahnya. Helen memindahkan tangan kirinya dan mulai mengelus paha Athena dan naik hingga menyentuh bagian dalam rok mininya. Dengan beberapa kali sentuhan ia sudah sampai ke kain katun celana dalam Athena.
"Then, lo udah basah, ya?" bisik Hellen. "Hmm ... iya, nih hot banget. Banjir deh," Athena kini mulai menyentuh kemaluannya sendiri lewat kain tipis lembut itu. Hellen kini mengusap-usap bokong Athena dan terkadang meremasnya. Dan kini mereka asyik berdua saja.
Sementara itu, Diva, Venus dan Aphrodite juga semakin bersemangat. Aphrodite yang jadi objek kedua kakaknya kini terbaring di atas karpet sambil mulutnya mengulum penis karet kepunyaannya selagi Venus sedang meremas dan menjilati payudaranya dan Diva dengan penis karetnya yang bergerak disekitar celana dalam Aphrodite yang telah basah oleh campuran cairannya sendiri dan ludah Diva.
Bila anda berada disana yang kini terlihat hanyalah tangan, kaki, payudara dan celana dalam. Pemandangannya sungguh mengesankan melihat gairah dari kelima gadis bersaudara ini. Apakah ini didapat dari pergaulan? Pertanyaan besar karena kebanyakan sumber pengaruh ini adalah lingkungan mereka yang mendukung. Informasi yang didapat dari segala arah membuat gadis-gadis remaja yang baru menginjak umur 14 tahun dan duduk di kelas 2 SLTP ini menemukan surganya sendiri. Baik dari internet, buku-buku, majalah, film ataupun pembicaraan antar teman disamping fantasi yang terlalu jauh tentang seks.
"Arrgh... hhh... Div, aduh... hah... hekkhhh... Ahh!" teriak Aphrodite mendapatkan orgasme pertamanya karena Diva tengah menjilati klit-nya. Diva menyibak kekanan bagian depan celana dalam adiknya dan membenamkan wajahnya diantara paha Aphrodite itu. Bulu-bulu halus yang mulai tumbuh disekitar vagina Aphrodite telah basah oleh cairan dan ludah. Lidah Diva terkonsentrasi pada klentitnya yang sangat bengkak oleh pembuluh darah. Terkadang Diva mengulum dan menghisapnya dengan keras, terkadang menjilat dan menggetarkan lidahnya.
Liang vagina yang tersembunyi didalam bibir kecil labia minora-nya kini makin banjir dengan cairan yang terus dijilati Diva tetapi masih menunjukkan kerapatan perawannya. Venus yang dari tadi meremas dan menghisap payudara Aphrodite kini juga sedang mempermainkan vaginanya sendiri. Jari tengahnya menggosok-gosok gundukan kecil diatas belahan bibir vaginanya. Sesekali ia melepaskan kuluman mulutnya untuk sedikit melepaskan erangan kenikmatannya. Dan ketika Aphrodite mengerang keras sekali lagi untuk orgasme keduanya, Venus juga berteriak lirih oleh orgasmenya sendiri lalu tergulir lemas disamping tubuh Aphrodite yang juga telah lemas.
Diva yang dari tadi asyik kini sendirian, ia mengakhirinya dengan sedotan kuat di liang vagina Aphrodite menghisap semua cairan yang tersisa. Dan kini mengalihkan perhatiannya pada Hellen dan Athena yang kini beciuman dengan gencar. Lidah mereka saling bertemu, berputar-putar saling bertaut di dalam rongga mulut sementara tangan mereka saling meremas dan menggosok alat kelamin masing-masing. Hellen memelintir puting susu Athena sebelah kiri dan tangan kanannya menjelajahi belahan bibir vagina yang terbuka agak lebar karena Athena mengangkat kaki kirinya dan mengaitkannya ke pantat Hellen.
Awalnya gosokan jari tengah Hellen lembut dan seiring dengan semakin cepatnya gosokan Athena di vaginanya juga, ia mengimbangi kecepatannya agar mendapat hasil yang seimbang. Ditambah dengan pergulatan lidah dan remasan di payudara mereka yang sangat sensitif itu memicu orgasme yang mereka tuju bersama.
Hellen yang pertama sekali mencapainya. Tubuhnya bergetar hebat sehingga ia harus memeluk erat Athena. "Arghhh... ahhhh ... enakkkk ahh... ohhh... hmm..mmm.. " Karena saat orgasme itu Hellen seperti hilang kendali, ia melepaskan gosokannya pada klit Athena sehingga Athena yang hampir mencapainya harus melakukannya sendiri menyelesaikannya. Hellen yang kini terkulai lemas, berguling agak menjauhi Athena.
"Aghh... aku koq lama sekali ya?.. " keluhnya sambil terus menggosok klentitnya dengan gerakan cepat. Bila terlalu kering ia membasahi jarinya dengan ludah. "Oh... oh..ahh.. " erangnya pelan.
Diva yang melihat kejadian itu tidak jauh dari situ. Ia bekerja sendiri meremas dada kirinya dan meletakkan kepala penis karet yang berputar itu di antara bibir vaginanya. Ia belum berani memasukkannya lebih jauh hanya disekitar liangnya saja dan naik turun dari klit hingga lubang kencingnya. "Ah.. nikmat sekali ..oh.. " Karena pergerakan penis karet itu, kepala benda itu secara tidak sengaja menyentuh lubang anusnya dan tiba-tiba, "Oggghh... hhh... hhhhhhahhhh... ," erangan panjangnya memenuhi kamar luas itu. Ia tidak menyangka ia akan orgasme secepat itu. Cairan vaginanya banyak sekali yang keluar, menetes dari liang sempit itu kepahanya dan membekas diatas bantal besar yang ditidurinya.
Tinggal Athena sendiri yang belum selesai mencapai kepuasannya. Gosokannya semakin dipecepat terkadang karena gemas ia menarik klentitnya dan menjepitnya diantara jari tangan.
Tapi mendengar erangan keras Diva, ia semakin bersemangat lalu tak lama ia berteriak lirih. "Agh... hahhhhhh... " sambil Athena menekan keras vaginanya dan membuka lebar bibirnya yang telah sangat gatal dan banjir. Cairannya juga mengalir keluar dan meleleh di pangkal pahanya.
Kini kamar itu tenang dari erangan dan desis kelima gadis itu walaupun masih ada erangan-erangan dari adegan seks di layar TV. Kelimanya kini terbaring diam ditempatnya mencoba merasakan sisa-sisa orgasme yang baru mereka dapat.
Diva tetap menempelkan penis karet itu berputar di bibir vaginanya dan sesekali menekankannya lembut di liang vaginanya. "Hm... kontol. "
Walaupun kata itu diucapkannya dengan pelan tetapi cukup jelas didengar oleh adik-adiknya. Hampir serentak mereka membuka mata dan mengangkat kepala mereka ke arah Diva.
"Ih... Diva, ngomong jorok," ujar Venus. "Apanya jorok, inikan nama lainnya kontol selain penis atau burung menurut si Adit, kata itu cuma kedengaran ngga sopan. Tapi kita untuk apa sopan-sopanan, kita ini sedang masturbasi yang pasti ngga sopan. Iya kan," Diva membela dirinya. "Iya juga, sih. Tapi aku risih mendengarnya," lanjut Venus.
"Kontol..," seru Aphrodite tiba-tiba dan seluruhnya berpaling padanya. "Nah, lihatkan... tidak sulit asal dibiasakan, eh tapi jangan terlalu dibiasain, ding. Coba, lo Ven, ayo coba bilang, kon-tol, ayo..," bujuk Diva pada Venus. Yang dibujuk agak risih dan melirik pada yang lain.
"Kon-tol,... kontol. Eh, iya ding, nggak terlalu sulit," girangnya setelah usahanya berhasil. "Nah, sekarang giliran lo, Then," cobaan kini jatuh pada Athena. "Ah, gampang itu, kontol, kontol. Hi-hi-hi... " seru Athena tanpa ragu. Hellen pun tanpa kesulitan apalagi ragu mengucapkan kata itu.
"Kalau kita sudah akrab dengan katanya, semoga kita dapat akrab dengan bendanya kalau bisa dengan yang aslinya. Hi-hi... " tambah Diva lagi tentang pembahasan mereka tentang alat kelamin lelaki itu.
*****************************************************************************
Terakhir diubah: