Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Seru ceritanya?

  • iya

    Votes: 49 90,7%
  • tidak

    Votes: 6 11,1%

  • Total voters
    54
,,ada lagi cerita genre lesbi nih,,tapi,,kalo boleh saran,,jangan di hilangkan sama sekali peluang seks dengan lawan jenis(male vs female),,sekedar buat selingan,,biar genre lesbi nya ga monoton,,dan di tambah,,mentor lesbi nya ustadzah yg model/type nya MILF-2 gituh,,hehehe,,
ok makasih kak masukanya
 
Mantap hu, lanjutkan. Wajib dientot rame-rame, tapi masih lengkap dengan hijab dan gamisnya hehe
 
DIARY ANISA (Aisha & Nisa)
Part 5 *Hunter*
Genre: Lesbian,21+








Tiba-tiba, pintu ruang UGD terbuka dan seorang dokter keluar dengan langkah tergesa-gesa. Dia menemui Nisa yang duduk di ruang tunggu dan memanggilnya dengan nada serius. Nisa menatap dokter itu dengan tatapan penuh ketegangan, hatinya berdebar keras saat dia mencoba membaca ekspresi wajah dokter.

"Dokter, bagaimana kondisi Aisha?" tanya Nisa dengan suara gemetar, mencoba menahan kecemasan yang melanda dirinya.

Dokter itu mengambil nafas dalam-dalam sebelum akhirnya mengucapkan kata-kata yang membuat Nisa terkejut

"Alhamdulillah, saudari Aisha baik-baik saja. Dia sudah bisa pulang, hanya kelelahan saja," ujar Dokter itu dengan suara yang tenang

"Dia hanya mengalami sesak napas karena kekurangan oksigen, kemudian pingsan," lanjutnya, menjelaskan kondisi Aisha dengan cermat. "Tapi setelah mendapatkan perawatan dan oksigen yang cukup, dia telah pulih dan sekarang dalam kondisi stabil."
Nisa, terkejut dan bersyukur, tidak bisa menahan air mata kelegaan. Dia pun sujud syukur dan mengucapkan terima kasih kepada Allah atas perlindungan-Nya. Rasanya seperti beban besar telah terangkat dari pundaknya, dan dia bersyukur bahwa Aisha telah selamat dari bahaya yang mengancam.

Untuk sementara waktu, Aisha harus menjalani perawatan di rumah sakit. Meskipun kondisinya sudah stabil, dokter ingin memastikan bahwa dia sepenuhnya pulih sebelum dipulangkan.

Nisa tetap tinggal di samping Aisha sepanjang waktu, memberikan dukungan dan semangat untuk temannya yang sedang pulih. Dia tidak pernah meninggalkan sisi Aisha, memastikan bahwa temannya merasa didukung dan terjaga setiap saat.

Di waktu sore di ruang rawat inap, Aisha memperlihatkan kekhawatirannya. "Aduh, gimana ini, Nisa? Untuk biaya perawatannya?" ujarnya dengan nada cemas. "Aku belum punya duit."

Nisa menjawab dengan penuh kehangatan, "Tenang saja, sayang. Biaya perawatanmu ditanggung oleh asuransi."

"Oh, ya, untungnya aku punya asuransi bantuan dari pemerintah," kata Aisha, merasa lega.

"Sekarang kamu tenang saja, ya. Fokus pada kesehatan tubuhmu," kata Nisa dengan senyum lembut.

"Makasih, Nisa. Kamu baik banget," kata Aisha, merasa terharu atas dukungan yang diberikan oleh sahabatnya.

"Tunggu sebentar, aku mau pulang dulu ke kost. Mau ngambil selimut dan pakaian ganti,aku pinjam kunci kamar mu sekalian aku ambilin baju baju mu," ujar Nisa,

"Ok ini kuncinya Ati-ati ya, Nisa," ucap Aisha, memberikan peringatan pada sahabatnya sebelum dia pergi.

Nisa bergegas menuju kost dengan menggunakan motornya. Sesampainya di kost, dia segera masuk dan mengambil beberapa stel pakaian dan selimut. Namun, ketika dia kembali ke motornya, dia menemukan bahwa motornya tidak bisa dinyalakan. Dengan susah payah, Nisa berupaya untuk menyalakan motornya, tetapi tetap saja tidak berhasil.


Dia merasa frustasi dan cemas. Bagaimana dia bisa membawa pakaian dan selimut ke rumah sakit jika motornya tidak bisa dinyalakan? Pikirannya berkecamuk dengan berbagai kemungkinan, tetapi dia harus menemukan solusi dengan cepat. Dalam kepanikan, dia mulai mencari-cari bantuan atau alternatif lain untuk mengatasi masalah ini.

Nisa akhirnya memutuskan untuk memesan ojek online, namun ternyata para driver sedang penuh sehingga tidak ada yang tersedia. Dalam keputusasaan, dia memutuskan untuk berjalan kaki ke halte bus terdekat yang terletak di taman kota.

Meskipun letaknya tidak begitu jauh dari kostnya, namun perjalanan tersebut terasa melelahkan karena dia sudah membawa beberapa stelan pakaian dan selimut untuk Aisha.

Saat tiba di halte bus, Nisa merasa dirinya diawasi oleh seseorang. Pandangannya terusik oleh perasaan tak nyaman, membuatnya merasa waspada. Dia melirik ke sekeliling, mencari tahu siapa yang sedang memperhatikannya

Ternyata, dua orang Bapak Bapak mulai mendekati Nisa dengan langkah yang mantap. Kehadiran mereka menambah rasa tidak nyaman Nisa, terutama karena situasi yang semakin gelap karena mendekati waktu senja. Lampu di halte bus juga tampaknya rusak, menambah suasana yang suram dan gelap di sekitarnya.

Nisa mencoba untuk tetap tenang meskipun hatinya berdebar kencang. Dia merasa seperti terjebak dalam keadaan yang tidak menyenangkan, tanpa banyak pilihan untuk melarikan diri. Pandangan matanya terus memantau gerakan kedua pria tersebut, mencari tahu apa yang mereka inginkan atau apakah mereka benar-benar berbahaya.

Tiba-tiba, kedua pria tua itu duduk di samping kanan dan kiri Nisa, membuatnya merasa terjebak dalam situasi yang semakin menakutkan. Suara jantungnya berdegup kencang, dan Nisa berusaha untuk tetap tenang meskipun kecemasannya semakin memuncak.

"Hallo, neng, sendirian aja?" tanya salah satu dari mereka dengan suara yang menyeringai.

Nisa memilih untuk diam, berharap bahwa sikap cueknya akan membuat mereka meninggalkannya. Namun, kedua pria itu tidak terpengaruh.

"Jangan sombong dong, neng. Percuma lho cantik kalau sombong," ujar yang lainnya dengan nada melecehkan.

Nisa merasa kesal dan tidak nyaman dengan komentar mereka.

"Lagi males ngomong," jawabnya dengan ketus, berharap mereka akan mengerti bahwa dia tidak ingin berinteraksi dengan mereka.

Namun, kedua pria itu tidak mengendurkan tekanan. Mereka mulai duduk mepet kearah Nisa, menyempitkan ruang gerak Nisa, hingga membuatnya merasa terpojok dan terancam. Dengan cepat, Nisa mengangkat kedua tangannya, mencoba menahan mereka yang hendak menjepitnya.


Namun, di saat yang genting itu, suara gemuruh mesin bus yang ditunggu-tunggu akhirnya terdengar. Dengan lega, Nisa melihat bus itu mendekat, memberinya kesempatan untuk melarikan diri dari kedua pria yang meresahkan itu. Dengan langkah tergesa-gesa, dia segera melangkah masuk ke dalam bus, merasa lega karena berhasil selamat dari bahaya yang mengancamnya.

"Ah, sial, padahal tadi hampir saja." ujar salah satu bapak bapak itu sambil menghela napas dalam-dalam,

"Iya, gara-gara bus sialan itu, akhirnya kita tidak jadi menikmati gadis cantik barusan." ujar yang lainya mengangguk setuju,

"Tapi kayaknya gadis itu tinggal tidak jauh dari sini," ujar salah satu dari keduanya, menggambarkan harapannya.

yang satunya mengangguk, "Benar juga, aku juga kadang sering melihatnya."

"Baru kali ini aku menemui gadis secantik dia, sial, gara-gara bus itu," keluh salah satu dari bapak bapak tersebut

"Mungkin lain kali kita akan ketemu lagi sama dia," sahut temanya, mencoba menenangkan hatinya yang masih terasa kecewa.

Sementara itu, Nisa duduk di dalam bus, merasa gemetar dan terguncang oleh pengalaman yang baru saja dia alami. Dia merasa terganggu dengan percakapan kedua pria itu, tetapi juga merasa lega karena berhasil lolos dari situasi yang mencekam. Dengan hati-hati, dia berdoa agar tidak pernah bertemu dengan kedua pria itu lagi, dan berharap untuk tiba di rumah sakit dengan selamat.

Setibanya di kamar rawat inap, Nisa segera mendekati Aisha yang masih terbaring di kasurnya. Dia memeluk Aisha erat,

"Ya Allah, Aisha, aku tadi hampir saja dilecehkan," ujar Nisa dengan suara gemetar, mencoba menahan air mata yang ingin menetes.

"Apa? Dimana, Nisa?" tanya Aisha dengan khawatir, matanya mencari penjelasan dari ekspresi wajah Nisa yang penuh ketegangan.

"Di halte bus," jawab Nisa sambil menangis, merasa teringat akan momen mencekam yang baru saja dialaminya.

"Ya Allah, tapi kamu tidak apa-apa kan?" tanya Aisha dengan suara yang penuh perhatian, mencoba menenangkan sahabatnya.

"Aku tidak apa-apa, Aisha, cuma takut aja," jawab Nisa dengan suara yang penuh ketegasan, meskipun rasa takutnya masih terasa dalam dirinya.

"Ya Allah, lain kali hati-hati, Nisa," sahut Aisha sambil terus memeluknya dengan erat, merasa lega bahwa sahabatnya selamat dari bahaya yang mengancam.


"Loh, bukannya kamu harusnya naik motor ya?" tanya Aisha, terkejut mendengar penjelasan Nisa.

"Tidak, motorku rusak, jadi aku harus naik bus terpaksa," jawab Nisa dengan nada rendah.

"Ya Allah, Nisa," desis Aisha dengan suara penuh empati, mencoba menguatkan sahabatnya yang sedang terpuruk.


Kemudian, tanpa sengaja, perhatian mereka tertarik pada berita yang sedang ditayangkan di TV. Ruangan rawat inap tempat Aisha berada kebetulan dilengkapi dengan TV, kulkas, bahkan kamar mandi dalam, fasilitas yang disediakan oleh rumah sakit untuk kenyamanan dan kesembuhan pasien.

Mereka menatap layar TV dengan serius, mendengarkan berita yang disampaikan dengan cermat. Berita tersebut memberi mereka pembaruan tentang situasi di luar, berbagai peristiwa dan perkembangan terbaru yang terjadi di sekitar kota.

Dalam berita tersebut, suara serius seorang pembawa berita terdengar dari layar TV. Dengan nada yang tegang, ia melaporkan tentang kekejaman yang terjadi di kota mereka.


"Dua orang pelaku pemerkosa berantai sedang menjadi incaran polisi," ujar pembawa berita dengan suara yang berat.

"Mereka memperkosa korban-korban mereka, kemudian menghilangkan nyawa untuk menghilangkan jejak. Sudah ada tiga korban atas kekejian pelaku tersebut."

Ketika kata-kata tersebut terdengar di ruangan, suasana menjadi terasa semakin tegang. Aisha dan Nisa saling menatap dengan ekspresi yang penuh kekhawatiran. Mereka merasa ngeri dengan kejahatan yang dilaporkan

Dalam laporan berita yang mengguncang itu, suara serius pembawa acara terdengar mengisi ruangan, menggambarkan kekejaman yang sulit dipercaya.
"Korban dihilangkan dengan cara dibakar, sehingga polisi menghadapi kesulitan dalam mengidentifikasi mereka," ujarnya dengan nada yang terdengar hampa.

"Namun, menurut tim forensik, sebelum korban dibakar, para pelaku tampaknya telah mengambil jantung korban."
Ketika kata-kata itu menyentuh telinga Aisha dan Nisa, mereka merasakan bulu kuduk mereka berdiri. Ketidak mungkinan dan kekejaman dari apa yang mereka dengar membuat suasana semakin tegang.

Dalam lanjutan laporan berita yang mendebarkan, pembawa acara menyampaikan bahwa polisi telah berhasil mengambil sampel sperma dari pelaku saat melakukan tindakan keji terhadap korban. Melalui teknologi DNA, mereka berhasil mengekstrak DNA pelaku dari sampel tersebut.

"Dengan menggunakan data dari Kementerian Kesehatan dan data kependudukan, polisi berhasil mencocokkan DNA pelaku dengan data yang ada," ujarnya dengan suara yang penuh penegasan. "Hasilnya, muncullah dua orang pelaku yang bernama Yatno dan Parman."


Ketika nama-nama pelaku tersebut diucapkan, ruangan terasa semakin tegang. Aisha dan Nisa menatap layar TV dengan perasaan campur aduk. Mereka merasa lega karena para pelaku telah teridentifikasi, tetapi juga merasa geram dan marah atas kekejaman yang telah dilakukan.
Pembawa acara kemudian menampilkan foto-foto para pelaku, memperlihatkan wajah mereka kepada penonton. Wajah Yatno, lelaki berusia 55 tahun, dan Parman, berusia 47 tahun, terpampang jelas di layar TV. Mereka terlihat dingin dan tanpa penyesalan.

Saat wajah Yatno dan Parman ditampilkan di layar TV, Nisa merasa jantungnya berdegup kencang. Dia merasakan kejutan yang melanda dirinya secara mendadak ketika menyadari bahwa dua orang itu adalah orang yang hendak melakukan percobaan pemerkosaan terhadap dirinya di halte bus tadi.



Tangan Nisa gemetar saat dia menatap wajah-wajah pelaku yang terpampang di layar TV. Dia tidak bisa menahan rasa terkejutnya, dan mulai merasa gemetar oleh konfrontasi yang tak terduga ini.

Aisha memperhatikan ekspresi wajah Nisa, dan segera merangkulnya dengan erat. Dia merasakan getaran kecemasan yang mengalir dari tubuh Nisa, dan mencoba memberinya dukungan dan kekuatan.
"Nisa, kau baik-baik saja?" tanya Aisha dengan suara lembut, mencoba menenangkan sahabatnya yang terkejut.


Bersambung...........
 
DIARY ANISA (Aisha & Nisa)
Part 6 *Hospital*
Genre: Lesbian,21+








Nisa, dengan tegas namun penuh keberanian, memutuskan untuk melaporkan keberadaan Yatno dan Parman, pelaku pemerkosa berantai yang telah menjadi ancaman bagi keamanan masyarakat. Dengan langkah cepat, dia mengambil handphone dan menelepon kantor polisi.

"Hello, apakah ini kantor polisi?" tanya Nisa begitu sambungan terhubung.

"Iya, ada yang bisa saya bantu?" jawab petugas di seberang telepon dengan sigap.

"Saya mau melaporkan... tadi saya melihat pelaku pemerkosa berantai. Mereka bernama Yatno dan Parman, persis seperti yang ada di berita. Saya bertemu dengan mereka di halte bus di taman kota," ungkap Nisa dengan suara yang tetap mantap.

"Terima kasih atas informasinya. Kira-kira kapan saudari ketemu dengan mereka?" tanya petugas dengan serius.

"Barusan, Pak. Saya ketemu tidak sampai 1 jam yang lalu," jawab Nisa dengan cepat.

"Baik, informasi dari saudari sungguh sangat bermanfaat. Kini kami akan mengerahkan tim untuk ke lokasi tersebut untuk melakukan pencarian," kata petugas dengan tegas.

"Terima kasih, Pak. Semoga cepat tertangkap," ucap Nisa, merasa lega bahwa langkahnya bisa membantu dalam penangkapan para pelaku.

"Terima kasih atas kerjasamanya," balas petugas sebelum telepon ditutup dengan tegas.

Nisa menarik nafas lega. Meskipun masih ada ketegangan, dia merasa lega karena telah melakukan hal yang benar. Dia berharap dengan cepat para pelaku bisa ditangkap, sehingga masyarakat bisa merasa aman dan tenang kembali.

"gimana Nisa?" tanya Aisha

"Alhamdulillah, sudah diurus oleh pihak kepolisian. Semoga saja segera tertangkap si pemerkosa berantai," jawab Nisa dengan suara lega, meskipun masih terlihat sedikit tegang.

"Iya, semoga saja," sahut Aisha, sambil mengangguk setuju.

"Nah, aku mau mandi dulu ya," ucap Nisa sambil berdiri dari tempat tidur.

"Baiklah, hati-hati ya," ujar Aisha sambil memberi senyum semangat.

Nisa melangkah menuju kamar mandi yang terletak di dalam ruangan rawat inap rumah sakit tersebut. Langkahnya terasa agak lemah karena kecapean di tambah kondisi mentalnya karena hampir saja menjadi korban pemerkosaan di halte bus tadi, tetapi dia tetap berusaha untuk tetap kuat. Mandi mungkin akan memberinya sedikit kelegaan setelah peristiwa yang menegangkan itu.


Nisa memasuki kamar mandi yang terletak di dalam ruangan rawat inap rumah sakit. Cahaya lembut dari lampu di langit-langit memancar, menciptakan suasana yang tenang di dalam ruangan kecil itu. Langkahnya terdengar samar-samar di lantai yang terbuat dari keramik putih bersih.

Dia menutup pintu kamar mandi dengan lembut di belakangnya, memastikan privasinya terjaga. Nisa kemudian memandang ke arah cermin besar di dinding. Bayangan wajahnya terlihat sedikit pucat, mencerminkan ketegangan dan kelelahan setelah peristiwa yang baru saja dialaminya.

Nisa membuka semua pakaianya hingga terpampang tubuh telanjang nya yang sexy, payudara nya yang bulat itu terpampang menambah keseksian tubuh Nisa

Nisa menyalakan showr dengan perlahan, mendengarkan aliran air yang mengalir dengan lembut di sekujur tubuh telanjangnya

Suara air yang mengalir terdengar lembut, hampir seperti melodi yang menenangkan di telinganya. Dia membiarkan dirinya terpesona oleh suara aliran air, menciptakan momen kedamaian di dalam kamar mandi.

Dia mengarahkan air hangat ke tubuhnya, merasakan sentuhan lembutnya pada kulitnya. Air itu menetes ke bahunya, mengalir turun ke seluruh tubuhnya hingga ke payudara nya yang bulat sekal dengan puting berwarna pink menambah keseksian tubuh Nisa

Sambil masih menikmati sensasi air yang menyegarkan, Nisa meraih sabun mandi yang ia letakan di rak dekatnya. Dia memijat sabun itu di telapak tangannya, menciptakan busa yang lembut dan harum. Dengan gerakan lembut, dia mulai menyabuni seluruh tubuhnya, membiarkan aroma harum sabun mengisi kamar mandi.

Setiap gerakan sabun di kulitnya memberinya sensasi menyenangkan, seolah-olah mencuci semua beban yang dia rasakan. Dia menyabuni setiap inci tubuhnya dengan telaten, tidak melewatkan satu pun bagian. Sabun itu membersihkan dan menyegarkan, membawa kesegaran baru ke dalam tubuh dan pikirannya.

Sementara Nisa menyabuni tubuhnya dengan telaten, dia juga tidak lupa untuk merawat bagian sensitif seperti kedua payudaranya. Dengan gerakan lembut, dia menyabuni kedua payudaranya, memijatnya dengan lembut untuk menjaga kekencangan dan keindahan payudara nya.

Baginya, menjaga kesehatan dan penampilan tubuh adalah hal yang penting, apalagi dia akan mengikuti audisi model di kampus nya sedangkan bentuk payudara yang ideal merupakan persyaratanya

Nisa merasakan dirinya semakin rileks dengan setiap gerakan menyabuni. Dia meresapi momen itu sepenuhnya, merasakan kedamaian dan ketenangan yang mengalir melalui dirinya. Di bawah pancaran air yang lembut dan aroma harum sabun, dia merasa seperti tenggelam dalam dunia sendiri yang penuh kedamaian.



Setelah menyabuni seluruh tubuhnya dengan telaten, Nisa kemudian membiarkan air mengalir lagi, membersihkan busa sabun dari kulitnya. Dia merasakan kesegaran dan kebersihan yang menyegarkan, merasa lebih baik dari sebelumnya.

Dengan hati yang lebih ringan dan pikiran yang lebih jernih, Nisa akhirnya membuka mata dan menghela nafas lega. Dia merasa siap menghadapi apa pun yang akan datang, membawa semangat dan keteguhan hati yang baru ditemukan dari dalam kamar mandi yang penuh kedamaian itu.

Setelah selesai membersihkan diri dan menyegarkan tubuhnya di kamar mandi, Nisa dengan hati-hati memakai semua pakaiannya yang telah dia persiapkan sebelumnya. Dia merasa lebih segar setelah mandi yang menyegarkan tadi.

Dengan cepat, Nisa mengeringkan rambutnya dengan handuk dan menyisirnya dengan jari-jarinya. Dia memastikan penampilannya rapi sebelum memutuskan untuk keluar dari kamar mandi.

Nisa pun mengambil selimut yang akan digunakannya sebagai alas tidur karena dia sedang menjaga dan merawat Aisha maka Nisa tidur di bawah lantai

.Menjaga dan merawat Aisha adalah prioritasnya saat ini, bahkan jika itu berarti Nisa harus tidur di lantai.

Dengan lembut, Nisa menyusun selimut di lantai, menciptakan tempat tidur yang nyaman untuk dirinya sendiri. Meskipun lantai terasa dingin, dia tidak mempermasalahkannya. Yang terpenting baginya adalah memastikan bahwa Aisha mendapatkan perawatan yang baik dan dukungan yang dia butuhkan saat ini.

"Ngapain kamu tidur di situ, nanti kedinginan," kata Aisha dengan nada tegas, menunjukkan kepeduliannya terhadap kenyamanan Nisa.

"Aku gak papa kok, kamu gak usah khawatir," jawab Nisa dengan lembut, mencoba menenangkan sahabatnya.

"Aduh, gak bisa gitu. Kamu harus tidur di sampingku, ini sini," ucap Aisha sambil menunjuk ke tempat tidurnya.

Nisa ragu-ragu, mengingat bahwa tempat tidur itu seharusnya untuk mereka yang sedang dalam perawatan. Namun, Aisha tetap kukuh dengan permintaannya.

"Emang boleh? Kan itu kasur untuk yang sedang dalam perawatan," ujar Nisa, mencoba memberikan alasan.

"Alah, malam-malam begini juga tidak ada perawat yang nengok. Sini, gak apa-apa," sahut Aisha dengan tegas, memastikan bahwa Nisa mengikuti keinginannya.

Akhirnya, Nisa luluh dengan paksaan Aisha. Dia tahu bahwa Aisha peduli dan ingin memastikan bahwa dia merasa nyaman. Dengan hati yang hangat, Nisa mengikuti Aisha dan bersiap untuk tidur di samping sahabatnya, merasa lega bahwa mereka bisa bersama dalam situasi yang sulit ini.

Pov Nisa

Aku tidur di samping Aisha, tapi perasaanku terasa begitu aneh. Ada rasa nyaman yang menyebar dalam keadaan seperti ini, merayap di dalam hatiku dengan hangat. Kini aku berbaring menyamping, menatap wajahnya yang begitu dekat.

Kenapa jantungku menjadi gugup? Rasanya seperti ada getaran kecil di dalam dadaku setiap kali aku melihatnya. Matanya yang tertutup, wajahnya yang cantik, semuanya begitu memikat. Aku merasa hangat dan aman di sampingnya, seolah-olah aku telah menemukan tempat yang tepat untuk berada.

Deg deg deg deg. Jantungku berdegup kencang, seolah-olah ingin melompat dari dadaku. Aku merasa sesuatu yang aneh, sesuatu yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Apakah ini yang namanya cinta?

Pov Aisha

Jantungku berdebar kencang ketika wajah Nisa begitu dekat dengan wajahku, hanya berjarak tiga jari. Aku merasakan getaran yang aneh, seolah-olah ada semacam kekuatan magis yang menarik kami satu sama lain. Entah apa yang terjadi, tapi aku merasa berdebar-debar dengan perasaan ini yang tak terkendali.

Tiba-tiba, tangannya memeluk ku dengan lembut, membuat jantungku berdegup semakin kencang. Rasanya seperti ada ledakan denyut jantung yang meletup-letup di dalam dadaku saat tubuhnya menyatu dengan diriku dalam kehangatan pelukan itu.

Aku bisa merasakan getaran dari sentuhan tubuhnya yang hangat, seolah-olah memancarkan kehangatan yang membakar hatiku.

Saat tangannya melingkari tubuhku, rasanya seperti dunia di sekelilingku berhenti berputar. Hanya ada kami berdua, terperangkap dalam momen yang intim dan penuh makna

Pov Nisa


Ahhh, kenapa aku memeluk tubuhnya? Seolah-olah tangan ku bergerak sendiri, tapi memeluknya begitu membuatku nyaman. Sensasi hangat dari tubuhnya yang mendekapku erat membuatku merasa seperti di rumah, seakan aku telah menemukan tempatku yang sejati.

Apa yang terjadi padaku? Perasaanku bercampur aduk, tapi ada kekuatan yang mendorongku untuk tetap berada di dalam pelukan ini. Rasanya begitu benar, begitu alami, seolah-olah tubuhku telah mengetahui apa yang sebenarnya aku butuhkan tanpa harus aku katakan.


Tiba-tiba, dia membalas pelukanku dengan hangat, membuat jantungku berdetak semakin kencang. Sekarang, kita saling memeluk erat dalam tidur malam ini, menyatukan diri dalam kehangatan dan kedamaian yang mengalir di antara kami.

Pov Author

Dalam kedamaian malam yang sunyi, mereka berdua terlelap dalam kehangatan pelukan mereka. Di antara selimut yang hangat dan pelukan yang erat, mereka tenggelam dalam alam mimpi yang damai sampai tiba tiba di tengah malam Aisha merasakan sesuatu di bibirnya


Pov Aisha


Apa ini? Seolah ada yang bergerak-gerak di bibirku. Aku membuka mata sedikit dan terkejut melihat bahwa bibirku menyatu dengan bibir Nisa.

Ya Ampun, Nisa menciumku!

Saat itu, dunia seolah berhenti berputar. Detik demi detik terasa seperti abadi, seperti waktu berhenti sejenak untuk memberiku kesempatan meresapi momen ini. Tubuhku terasa tegang, tak bergerak, tak bisa menghentikan getaran yang melintasi setiap serat dagingku.


Tapi ada juga getaran lain yang muncul. Getaran hangat dari ciuman Nisa, yang membuat jantungku berdegup semakin kencang. Rasanya seperti aliran listrik yang menyapu melalui tubuhku, meninggalkan jejak-jejak sensasi yang tak terlupakan.

Dalam keadaan terpesona, aku merasakan diriku terhanyut oleh kelembutan ciuman itu.

Dalam keadaan terkejut dan takut akan reaksi apa yang akan terjadi selanjutnya, aku pun berpura-pura terdiam, membiarkan Nisa terus mencium bibirku. Hatiku berdebar kencang, mencoba mencerna semua yang terjadi dengan cepat.

Di balik kedamaian pura-puraku, pikiranku berkecamuk. Apa artinya ciuman ini? Apa yang seharusnya aku lakukan? Pertanyaan-pertanyaan itu berputar-putar di dalam kepalaku, menciptakan kekacauan emosional yang sulit untuk ditangani.

Namun, di tengah semua itu, ada juga sensasi aneh yang menyebar di dalam diriku. Rasanya seperti ada kebahagiaan yang timbul, tetapi juga kebingungan yang dalam. Aku merasa seperti terjebak dalam labirin emosi yang rumit, tidak tahu arah yang seharusnya aku ambil.

Dengan hati yang berat, aku berusaha memutuskan bagaimana seharusnya aku bereaksi terhadap ciuman ini. Namun, ketika aku melihat ekspresi Nisa yang begitu tenang dan hangat, aku merasa seakan-akan dunia ini tidak lagi begitu rumit. Mungkin, di antara segala kekacauan dan pertanyaan yang melanda, ada juga peluang untuk menemukan sesuatu yang indah dan berarti.

Seuatu indah dan berarti itu adalah menikmati ciuman Nisa

Bersambung......
 
Terakhir diubah:
DIARY ANISA (Aisha & Nisa)
Part 7 *In The Moment*
Genre: Lesbian,21+,Eksibisionis








Keesokan harinya, Nisa terbangun dengan perlahan, masih dalam posisi tidur sambil memeluk Aisha. Saat matanya terbuka, ekspresi kaget melintas di wajahnya. "Ya Ampun, ternyata aku tidur dalam posisi seperti ini," gumamnya pelan, sambil mencoba mengingat kembali momen sebelumnya.

Saat ingatannya mulai kembali, dia tersenyum sendiri. Meskipun awalnya terkejut, dia merasa hangat melihat bagaimana dia dan Aisha tidur dalam pelukan erat satu sama lain. Rasanya seperti telah menemukan ketenangan dan kedamaian dalam kebersamaan mereka.

Dengan hati yang penuh sukacita, Nisa mencium lembut kening Aisha yang masih tertidur. Dia merasa bersyukur atas kehadiran sahabatnya yang selalu ada dalam setiap momen, baik dalam kegembiraan maupun kesulitan.

Nisa pun beranjak ke kamar mandi meningalkan Aisha yang masih tertidur,Saat dia memasuki kamar mandi, Nisa merasakan semilir udara segar yang menyambutnya. Dia memandang dirinya di cermin, senyuman lembut terukir di wajahnya.

Setelah selesai mandi, Nisa menyadari bahwa Aisha sudah bangun. Senyum terukir di wajahnya saat mendengar sapaan pagi dari sahabatnya.

"Aisha: Pagi-pagi udah cantik aja," ucap Aisha dengan senyum ceria.

Nisa hanya tersenyum mendengar kalimat gombal dari Aisha. "Dasar gombal," balasnya sambil tertawa ringan. "Oh ya, aku mau beli sarapan dulu ya, sama mau ke ATM."

Aisha mengangguk mengerti. "Iya, hati-hati ya. Aku juga mau mandi. Sebentar lagi perawat akan datang untuk membawa sarapan untukku.Oh ya nanti kita sarapan bareng ya"

Nisa mengangguk sebagai tanggapan. "Siap di tunggu aja ya Insyallah aku akan segera kembali."

Oh ya, sekedar informasi, setiap pagi, siang, dan sore, pasien selalu mendapatkan makanan gratis dari pihak rumah sakit, tapi tidak dengan keluarga pasien. Oleh karena itu, Nisa pergi mencari sarapanya sendiri

Saat Nisa tiba di warteg, dia langsung menuju ke meja pesanan dan hendak memesan menu kesukaan nya yaitu bubur ayam. "Bang, pesan itu ya, bubur ayamnya bungkus satu aja," ucapnya dengan ramah pada pelayan di sana.

"Ok, sabar ya, neng, lagi antri ini," jawab abangnya sambil tersenyum.

"Ok, bang," jawab Nisa dengan senyum. Dia pun bersedia menunggu dengan sabar.

Saat Nisa menunggu pesanannya, dia merasa bahwa banyak mata yang memandanginya. Wajahnya yang cantik dan berseri, kulitnya yang putih dan bersih, serta senyum manisnya membuatnya tampak memesona. Bibir tipisnya yang sedikit tersenyum, dan aroma harum yang terpancar dari tubuhnya, semuanya menarik perhatian setiap orang di sekitarnya.

Selain wajah nya yang cantik tubuh Nisa juga sexy,Payudaranya yang besar mencuat di balik baju dan hijabnya, menambah kesan misterius dan memikat dari penampilannya sebagai wanita berhijab. Setiap gerakan tubuhnya memancarkan keanggunan dan daya tarik yang tak terbantahkan.

Tubuh Nisa terbentuk dengan indah, seperti gitar yang melengkung dengan lekuk yang pas.

Saat dia bergerak, lekukan indah pada pinggul dan bokongnya terlihat begitu alami, menambah daya tarik yang tak terbantahkan dari penampilannya. Bokongnya yang padat dan indah memberikan sentuhan keseksian yang tak tertandingi, seolah mengundang pandangan untuk mengagumi keanggunannya.


Saat pesanannya sudah jadi, Nisa mendengar panggilan dari abang warteg. "Ini, neng, pesanannya sudah jadi," ucap abang warteg dengan ramah.

"Berapa, bang?" tanya Nisa dengan sopan.

"10.000, neng," jawab abang warteg sambil tersenyum.

Nisa segera mengambil pesanannya dan membayar dengan uang pas

Tanpa menunggu lebih lama lagi, Nisa segera meninggalkan tempat itu karena merasa tidak nyaman dirinya menjadi pusat perhatian

Setelah meninggalkan warteg, Nisa melihat seorang penjual buah-buahan tidak jauh dari sana. Langkahnya terhenti sejenak ketika dia melihat tumpukan buah buahan segar di meja penjual.

"Pak, ada buah anggur?" tanya Nisa dengan ramah pada penjual buah.

"Ada, neng. Ini buahnya," jawab bapak penjual buah dengan senyum.

"Harganya berapa, pak?" tanya Nisa lagi.

"40 ribu aja, neng," jawab penjual buah dengan tegas.

Nisa mengernyitkan keningnya sedikit. "Bisa kurang, pak?"

"Enggak bisa, neng. Udah pas harganya itu," jawab bapak penjual buah dengan mantap.

Setelah melakukan negosiasi dengan penjual buah, Nisa membayar dengan uang pas dan segera meninggalkan tempat itu.

kemudian dia menuju atm untuk mengambil uang di sebuah supermarket,Sesampainya di tempat tujuan, Nisa bergegas menuju mesin ATM untuk mengambil uang. Dengan harapan tinggi, dia memasukkan kartu ATM-nya ke dalam slot mesin ATM.

Namun saat dia memasukan kartu ATM mesin itu tidak dapat memproses kartu nya,Nisa mencoba lagi, berharap bahwa ini hanya masalah kecil yang bisa diselesaikan dengan mencoba beberapa kali lagi. Namun, hasilnya tetap sama. Mesin ATM tetap tidak dapat memproses kartu ATM-nya,


Tiba-tiba, seorang pria di belakangnya mencoba membantunya. Beberapa kali pria itu mencoba, tetapi mesin ATM masih tidak bisa memproses transaksi. Kemudian, pria di antrian ketiga belakangnya juga ikut mencoba membantu. Meskipun usaha mereka, mesin ATM tetap tidak dapat memproses transaksi. Nisa merasa terharu oleh kebaikan orang-orang yang mencoba membantunya.

Namun, tanpa disadarinya, pria pertama secara diam-diam menukar kartu ATM aslinya dengan kartu ATM palsu yang telah mereka siapkan. Kedua pria tersebut, ternyata telah bersekongkol untuk menipu Nisa dan menguras seluruh isi ATM-nya.


Dengan kartu palsu buatan mereka yang berhasil masuk ke mesin ATM, kedua orang itu meminta Nisa untuk memasukkan PIN-nya. Karena merasa curiga, Nisa enggan melakukanya. Namun, kedua pria itu agak memaksa, malah membuat Nisa semakin tidak nyaman.

Merasa terdesak, Nisa akhirnya memutuskan untuk mengambil langkah bijaksana. Dia menelepon pihak bank untuk meminta bantuan. Dengan hati yang berdegup kencang, Nisa menjelaskan situasinya dan memohon agar kartu ATM-nya diblokir segera.

Setelah beberapa saat telepon dengan pihak bank, Nisa merasa lega ketika akhirnya kartu ATM-nya berhasil diblokir. Kedua orang itu terlihat kecewa karena rencana mereka gagal.

Nisa bergegas meninggalkan ATM, hatinya masih berdegup kencang setelah menghindari upaya penipuan tadi. Dia segera kembali ke ruang rawat inap tempat Aisha berada. Begitu sampai di sana, Nisa duduk di sisi tempat tidur Aisha dengan napas yang agak tersengal.

"Duh, Aisha, kamu gak akan percaya apa yang baru saja terjadi," ucap Nisa dengan suara gemetar, mencoba menjelaskan kejadian yang baru saja dialaminya.

Nisa pun menceritakan kejadian upaya penipuan tadi kepada Aisha dengan detailnya Aisha yang mendengar itu langsung mengangkat kepalanya, matanya terbuka lebar mendengar cerita Nisa. "Ya ampun, Nisa! Lain kali hati-hati ya, sayang," ujar Aisha dengan ekspresi khawatir.

Nisa mengangguk, merasa terharu dengan perhatian dan kepedulian Aisha. "Iya, makasih ya, kamu udah perhatian," ucapnya dengan suara lembut.|


"Yuk, sekarang kita sarapan kata Nisa

Aku juga bawain nih buah kesukaanmu," ujar Nisa dengan tersenyum lebar sambil menunjukkan buah anggur kepada Aisha.

Aisha terkejut dan senang. "Wah, kamu kok tau banget kalau aku suka anggur," ucapnya dengan senyum mengembang.

"Ya udah, yuk kita sarapan dulu, nanti baru kita makan angurnya," ajak Nisa sambil menggoyangkan buah anggur dengan gembira.


Tanpa menunggu lebih lama lagi, mereka berdua duduk di sisi tempat tidur Aisha untuk melakukan sarapan bersama

Cahaya pagi yang masuk melalui jendela memberikan sentuhan hangat pada momen mereka. Mereka saling bertukar senyum, merasakan kebahagiaan dalam kesederhanaan sarapan pagi bersama di dalam ruangan rawat inap itu.


Di antara suapannya, mereka berbagi cerita dan tawa, seolah lupa sejenak tentang keadaan yang melingkupi mereka. Dalam momen ini, kebersamaan mereka menjadi penyembuh, memberikan mereka kekuatan untuk menghadapi apa pun yang mungkin terjadi.

Nisa tiba-tiba memberikan suapan pada Aisha, Aisha terkejut tetapi kemudian dengan senyum ia menerimanya. Dengan hati yang hangat, dia membuka mulutnya dan menerima makanan yang disuapkan oleh sahabatnya itu.

Saat suapan masuk ke dalam mulutnya, Aisha merasa tersentuh dan hangat. Namun, tiba-tiba wajahnya memerah saat dia menyadari bahwa Nisa sedang melihatnya dengan penuh kasih sayang. Perasaan malu dan rasa salah tingkah merasuki dirinya, membuatnya tidak bisa menatap mata Nisa.

Pov Aisha

Mataku membulat kaget saat Nisa tiba-tiba saja menyuapi aku. Jantungku berdebar begitu kencang, rasanya seperti ingin melompat keluar dari dadaku. Apakah ini yang namanya cinta? Pikiranku melayang-layang, mencoba mengerti perasaan aneh yang muncul di dadaku.

Rasanya tidak biasa, tapi menyenangkan. Terkadang, setiap kali Nisa berada di dekatku, aku merasakan getaran aneh di dalam diriku. Mungkin ini memang cinta, pikirku dalam hati, mencoba merenungkan perasaan yang semakin memenuhi benakku.

Wajahku memerah saat Nisa memandangku dengan penuh kelembutan. Entah apa yang ada di matanya, tapi aku bisa merasakan kehangatan yang mengalir dari pandangannya. Mungkin, hanya dengan kebersamaan seperti ini, aku bisa menemukan jawabannya.

apakah aku akan membalas suapanya? aku rasa iya,dengan hati yang berdebar, aku mengambil sesuap makanan dan menyuapkannya pada Nisa. Mata kami bertemu sejenak, dan aku bisa merasakan getaran yang sama di dalam matanya. Tanpa kata-kata, ada pengertian yang dalam di antara kami.

Pov Nisa

Saat Aisha membalas suapan ku, hatiku berdebar-debar. Apakah ini pertanda bahwa dia juga merasakan hal yang sama seperti yang kurasakan?

Wajahnya yang cantik dan manis saat mengunyah makanan itu membuatku semakin terpesona. Entah bagaimana, setiap gerakan dan senyumannya membuatku semakin yakin bahwa ini adalah awal dari sesuatu yang istimewa di antara kami.

Tiba-tiba, aku merasakan sesuatu yang menempel di bibirku. Saat kupertimbangkan, ternyata sebutir nasi kecil terperangkap di sana. Sebelum sempat bereaksi, tangan Aisha dengan lembut menyapu sebutir nasi itu. Wajahku memerah, dan aku merasa tersipu malu.

Aisha tersenyum manis kepadaku, matanya penuh dengan kehangatan. Aku bisa merasakan getaran positif dari setiap sentuhan ringannya. Entah bagaimana, momen-momen seperti ini terasa begitu intim, meskipun kami hanyalah teman.

Author POV

Mereka pun menghabiskan sarapan pagi dengan saling menyuapi satu sama lain dengan romantis. Setiap suapan dipenuhi dengan tatapan sayang dan senyuman yang menyala di antara mereka.

"Ayo, saatnya kita ke menu pencuci mulut," kata Nisa sambil mengambil sebuah mangkuk berisi buah anggur.

"Ayoo, itu buah kesukaanku!" seru Aisha dengan antusias.

Duduk berdampingan, mereka berdua menikmati buah anggur itu dengan penuh kenikmatan. Setiap gigitan diikuti dengan senyum dan tawa kecil yang saling berbagi. Dalam kebersamaan yang intim, mereka merasa hangat dan dekat satu sama lain.


Tiba-tiba, Nisa dengan lincah meletakkan sepotong anggur itu di bibirnya sendiri, lalu dengan lembut mengarahkannya ke arah Aisha. "Nih, mau enggak?" tanyanya dengan senyuman lembut.

Aisha terkejut oleh tawaran itu, hatinya berdebar-debar dalam kekagetan. Dia melihat anggur itu dengan tatapan yang bercampur antara malu dan pengen. Rasanya seperti mencium Nisa secara tidak langsung apabila Aisha menerima tawaranya

Setelah sejenak terdiam, Aisha akhirnya tersenyum dan mengangguk. "Tentu saja, aku mau," ujarnya dengan suara lembut, masih terlihat sedikit terpesona oleh kejutan tadi.

Dengan hati yang berdebar-debar, Aisha akhirnya menjulurkan bibirnya untuk mengambil sepotong anggur yang ada di mulut Nisa. Detik-detik itu terasa seperti selamanya, dan dalam sekejap, bibir mereka pun bersentuhan.

Saat bibir mereka bertemu, ada getaran yang mengalir di antara mereka. Rasanya seperti waktu berhenti sejenak, dan mereka terperangkap dalam momen yang penuh keintiman. Sentuhan itu singkat, tapi meninggalkan kesan yang mendalam pada keduanya.

Tiba-tiba, pintu kamar mereka terbuka, dan keduanya terkejut melihat seorang dokter bersama seorang perawat masuk.


"Saudari Aisha alhamdulillah sekarang di perbolehkan untuk pulang" kata dokter itu


Aisha hampir tidak percaya. "Beneran, Dok? Akhirnya aku bisa pulang?" ucapnya dengan rasa syukur yang jelas terpancar dari wajahnya.

"Itu berarti Aisha sudah sembuh total kan?" tanya Nisa dengan penuh harap.

"Alhamdulillah, kondisi Aisha sudah sembuh total. Dia hanya kekurangan oksigen dan pingsan karena peristiwa kebakaran kemarin, tapi sekarang kondisinya sudah fit total," jelas dokter dengan senyum di wajahnya.


"Jadi, berarti Aisha sudah boleh melakukan aktivitas seperti biasanya termasuk olahraga juga kan, Dok?" tanya Nisa, mencoba mengkonfirmasi.

"Tentu saja boleh. Tubuh Aisha sudah membaik 100 persen. Bahkan, dengan olahraga, itu akan membuat tubuhnya semakin sehat," tegas dokter dengan keyakinan.



Keduanya merasa lega mendengar kabar baik tersebut. Nisa tidak sabar untuk membawa Aisha pulang dan memulai kehidupan normalnya kembali. Dalam kebersamaan mereka, mereka merasakan rasa syukur yang mendalam dan atas kesembuhan Aisha mereka berjanji untuk menjaga kesehatan dan kebahagiaannya dengan sebaik mungkin.

Setelah menyelesaikan administrasi di rumah sakit, mereka bergegas ke depan rumah sakit untuk memesan taksi online.

Sambil menunggu taksi tiba, mereka terlibat dalam percakapan yang penuh kegembiraan.


"Akhirnya aku bisa menghirup udara bebas," gumam Aisha, sementara dia masih berdiri dengan anggun di bawah sinar matahari pagi. Matanya terpejam, menikmati setiap hembusan udara segar yang masuk ke paru-paruny


Aisha menarik nafas dalam-dalam. Dia membusungkan dadanya dan merenggangkan kedua tangannya, membuat kedua payudaranya yang terekpos meski tertutup dengan pakaian dan hijab nya .

"Eh jangan gitu keliatan tuh teteknya" cecar Nisa, menunjuk pada bagian atas baju Aisha yang memperlihatkan bentuk dari kedua payudaranya.

Aisha tersentak, lalu cepat-cepat menutupi dadanya dengan kedua tangan, mencoba menahan malu. "Eh, maaf ya," gumamnya sambil tersenyum malu.


Nisa hanya tertawa kecil melihat reaksi Aisha. Meskipun demikian, kehangatan di antara mereka tetap terasa. Mereka saling tersenyum, merasakan kedekatan yang terjalin di antara mereka dalam momen-momen kecil seperti itu.

"Aisha, besok kita joging yuk," usul Nisa dengan antusias, sementara dia menatap Aisha dengan penuh semangat. "Dokter bilang kan kamu juga boleh olahraga"

"Ayuk, aku juga pengen olahraga nih. Pengen membentuk tubuh seksi ku," sambung Aisha, sambil tersenyum lebar.

"Kita besok pagi joging di taman kota ya, asyik banget! Seru soalnya," kata Nisa, semakin bersemangat. "Tapi jangan lupa bawa air minum ya."

"Nisa !!! Aku juga udah siap,. Botol minumku juga baru aku pesen dari online," jawab Aisha dengan penuh semangat, sambil menunjukkan botol minumnya yang baru.

Setelah mereka saling berbincang dan menyepakati rencana untuk besok, akhirnya taksi yang mengantar mereka pulang ke kost tiba di hadapan mereka

tanpa di sadari ternyata sedari tadi sesorang telah memperhatikan Aisha dan Nisa,orang tersebuit menguping pembicaraan mereka berdua

orang misterius itu adalah Yatno dan Parman seorang pemerkosa berantai yang hentak mencari mangsa nya

Yatno dan Parman mengintai dari kejauhan, menyimak setiap kata-kata yang terucap dari bibir Nisa dan Aisha. Mata mereka berbinar-binar dengan kegembiraan saat mereka menemukan potensi mangsa yang sempurna untuk keinginan mereka yang gelap dan mengerikan.


Bersambung...........
 
Terakhir diubah:
,,ya amplooopp,,si Yatno ama si Parman,masih ngintil-in aja tuh orang ber 2,,penasaran kaya nya tuh orang ber 2 sama me2x hijaber,, he-he-he,, terimakasih banyak untuk update an cerita nya, juragan,,
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd