DIARY ANISA (Aisha & Nisa)
Part 7 *In The Moment*
Genre: Lesbian,21+,Eksibisionis
Keesokan harinya, Nisa terbangun dengan perlahan, masih dalam posisi tidur sambil memeluk Aisha. Saat matanya terbuka, ekspresi kaget melintas di wajahnya. "Ya Ampun, ternyata aku tidur dalam posisi seperti ini," gumamnya pelan, sambil mencoba mengingat kembali momen sebelumnya.
Saat ingatannya mulai kembali, dia tersenyum sendiri. Meskipun awalnya terkejut, dia merasa hangat melihat bagaimana dia dan Aisha tidur dalam pelukan erat satu sama lain. Rasanya seperti telah menemukan ketenangan dan kedamaian dalam kebersamaan mereka.
Dengan hati yang penuh sukacita, Nisa mencium lembut kening Aisha yang masih tertidur. Dia merasa bersyukur atas kehadiran sahabatnya yang selalu ada dalam setiap momen, baik dalam kegembiraan maupun kesulitan.
Nisa pun beranjak ke kamar mandi meningalkan Aisha yang masih tertidur,Saat dia memasuki kamar mandi, Nisa merasakan semilir udara segar yang menyambutnya. Dia memandang dirinya di cermin, senyuman lembut terukir di wajahnya.
Setelah selesai mandi, Nisa menyadari bahwa Aisha sudah bangun. Senyum terukir di wajahnya saat mendengar sapaan pagi dari sahabatnya.
"Aisha: Pagi-pagi udah cantik aja," ucap Aisha dengan senyum ceria.
Nisa hanya tersenyum mendengar kalimat gombal dari Aisha. "Dasar gombal," balasnya sambil tertawa ringan. "Oh ya, aku mau beli sarapan dulu ya, sama mau ke ATM."
Aisha mengangguk mengerti. "Iya, hati-hati ya. Aku juga mau mandi. Sebentar lagi perawat akan datang untuk membawa sarapan untukku.Oh ya nanti kita sarapan bareng ya"
Nisa mengangguk sebagai tanggapan. "Siap di tunggu aja ya Insyallah aku akan segera kembali."
Oh ya, sekedar informasi, setiap pagi, siang, dan sore, pasien selalu mendapatkan makanan gratis dari pihak rumah sakit, tapi tidak dengan keluarga pasien. Oleh karena itu, Nisa pergi mencari sarapanya sendiri
Saat Nisa tiba di warteg, dia langsung menuju ke meja pesanan dan hendak memesan menu kesukaan nya yaitu bubur ayam. "Bang, pesan itu ya, bubur ayamnya bungkus satu aja," ucapnya dengan ramah pada pelayan di sana.
"Ok, sabar ya, neng, lagi antri ini," jawab abangnya sambil tersenyum.
"Ok, bang," jawab Nisa dengan senyum. Dia pun bersedia menunggu dengan sabar.
Saat Nisa menunggu pesanannya, dia merasa bahwa banyak mata yang memandanginya. Wajahnya yang cantik dan berseri, kulitnya yang putih dan bersih, serta senyum manisnya membuatnya tampak memesona. Bibir tipisnya yang sedikit tersenyum, dan aroma harum yang terpancar dari tubuhnya, semuanya menarik perhatian setiap orang di sekitarnya.
Selain wajah nya yang cantik tubuh Nisa juga sexy,Payudaranya yang besar mencuat di balik baju dan hijabnya, menambah kesan misterius dan memikat dari penampilannya sebagai wanita berhijab. Setiap gerakan tubuhnya memancarkan keanggunan dan daya tarik yang tak terbantahkan.
Tubuh Nisa terbentuk dengan indah, seperti gitar yang melengkung dengan lekuk yang pas.
Saat dia bergerak, lekukan indah pada pinggul dan bokongnya terlihat begitu alami, menambah daya tarik yang tak terbantahkan dari penampilannya. Bokongnya yang padat dan indah memberikan sentuhan keseksian yang tak tertandingi, seolah mengundang pandangan untuk mengagumi keanggunannya.
Saat pesanannya sudah jadi, Nisa mendengar panggilan dari abang warteg. "Ini, neng, pesanannya sudah jadi," ucap abang warteg dengan ramah.
"Berapa, bang?" tanya Nisa dengan sopan.
"10.000, neng," jawab abang warteg sambil tersenyum.
Nisa segera mengambil pesanannya dan membayar dengan uang pas
Tanpa menunggu lebih lama lagi, Nisa segera meninggalkan tempat itu karena merasa tidak nyaman dirinya menjadi pusat perhatian
Setelah meninggalkan warteg, Nisa melihat seorang penjual buah-buahan tidak jauh dari sana. Langkahnya terhenti sejenak ketika dia melihat tumpukan buah buahan segar di meja penjual.
"Pak, ada buah anggur?" tanya Nisa dengan ramah pada penjual buah.
"Ada, neng. Ini buahnya," jawab bapak penjual buah dengan senyum.
"Harganya berapa, pak?" tanya Nisa lagi.
"40 ribu aja, neng," jawab penjual buah dengan tegas.
Nisa mengernyitkan keningnya sedikit. "Bisa kurang, pak?"
"Enggak bisa, neng. Udah pas harganya itu," jawab bapak penjual buah dengan mantap.
Setelah melakukan negosiasi dengan penjual buah, Nisa membayar dengan uang pas dan segera meninggalkan tempat itu.
kemudian dia menuju atm untuk mengambil uang di sebuah supermarket,Sesampainya di tempat tujuan, Nisa bergegas menuju mesin ATM untuk mengambil uang. Dengan harapan tinggi, dia memasukkan kartu ATM-nya ke dalam slot mesin ATM.
Namun saat dia memasukan kartu ATM mesin itu tidak dapat memproses kartu nya,Nisa mencoba lagi, berharap bahwa ini hanya masalah kecil yang bisa diselesaikan dengan mencoba beberapa kali lagi. Namun, hasilnya tetap sama. Mesin ATM tetap tidak dapat memproses kartu ATM-nya,
Tiba-tiba, seorang pria di belakangnya mencoba membantunya. Beberapa kali pria itu mencoba, tetapi mesin ATM masih tidak bisa memproses transaksi. Kemudian, pria di antrian ketiga belakangnya juga ikut mencoba membantu. Meskipun usaha mereka, mesin ATM tetap tidak dapat memproses transaksi. Nisa merasa terharu oleh kebaikan orang-orang yang mencoba membantunya.
Namun, tanpa disadarinya, pria pertama secara diam-diam menukar kartu ATM aslinya dengan kartu ATM palsu yang telah mereka siapkan. Kedua pria tersebut, ternyata telah bersekongkol untuk menipu Nisa dan menguras seluruh isi ATM-nya.
Dengan kartu palsu buatan mereka yang berhasil masuk ke mesin ATM, kedua orang itu meminta Nisa untuk memasukkan PIN-nya. Karena merasa curiga, Nisa enggan melakukanya. Namun, kedua pria itu agak memaksa, malah membuat Nisa semakin tidak nyaman.
Merasa terdesak, Nisa akhirnya memutuskan untuk mengambil langkah bijaksana. Dia menelepon pihak bank untuk meminta bantuan. Dengan hati yang berdegup kencang, Nisa menjelaskan situasinya dan memohon agar kartu ATM-nya diblokir segera.
Setelah beberapa saat telepon dengan pihak bank, Nisa merasa lega ketika akhirnya kartu ATM-nya berhasil diblokir. Kedua orang itu terlihat kecewa karena rencana mereka gagal.
Nisa bergegas meninggalkan ATM, hatinya masih berdegup kencang setelah menghindari upaya penipuan tadi. Dia segera kembali ke ruang rawat inap tempat Aisha berada. Begitu sampai di sana, Nisa duduk di sisi tempat tidur Aisha dengan napas yang agak tersengal.
"Duh, Aisha, kamu gak akan percaya apa yang baru saja terjadi," ucap Nisa dengan suara gemetar, mencoba menjelaskan kejadian yang baru saja dialaminya.
Nisa pun menceritakan kejadian upaya penipuan tadi kepada Aisha dengan detailnya Aisha yang mendengar itu langsung mengangkat kepalanya, matanya terbuka lebar mendengar cerita Nisa. "Ya ampun, Nisa! Lain kali hati-hati ya, sayang," ujar Aisha dengan ekspresi khawatir.
Nisa mengangguk, merasa terharu dengan perhatian dan kepedulian Aisha. "Iya, makasih ya, kamu udah perhatian," ucapnya dengan suara lembut.|
"Yuk, sekarang kita sarapan kata Nisa
Aku juga bawain nih buah kesukaanmu," ujar Nisa dengan tersenyum lebar sambil menunjukkan buah anggur kepada Aisha.
Aisha terkejut dan senang. "Wah, kamu kok tau banget kalau aku suka anggur," ucapnya dengan senyum mengembang.
"Ya udah, yuk kita sarapan dulu, nanti baru kita makan angurnya," ajak Nisa sambil menggoyangkan buah anggur dengan gembira.
Tanpa menunggu lebih lama lagi, mereka berdua duduk di sisi tempat tidur Aisha untuk melakukan sarapan bersama
Cahaya pagi yang masuk melalui jendela memberikan sentuhan hangat pada momen mereka. Mereka saling bertukar senyum, merasakan kebahagiaan dalam kesederhanaan sarapan pagi bersama di dalam ruangan rawat inap itu.
Di antara suapannya, mereka berbagi cerita dan tawa, seolah lupa sejenak tentang keadaan yang melingkupi mereka. Dalam momen ini, kebersamaan mereka menjadi penyembuh, memberikan mereka kekuatan untuk menghadapi apa pun yang mungkin terjadi.
Nisa tiba-tiba memberikan suapan pada Aisha, Aisha terkejut tetapi kemudian dengan senyum ia menerimanya. Dengan hati yang hangat, dia membuka mulutnya dan menerima makanan yang disuapkan oleh sahabatnya itu.
Saat suapan masuk ke dalam mulutnya, Aisha merasa tersentuh dan hangat. Namun, tiba-tiba wajahnya memerah saat dia menyadari bahwa Nisa sedang melihatnya dengan penuh kasih sayang. Perasaan malu dan rasa salah tingkah merasuki dirinya, membuatnya tidak bisa menatap mata Nisa.
Pov Aisha
Mataku membulat kaget saat Nisa tiba-tiba saja menyuapi aku. Jantungku berdebar begitu kencang, rasanya seperti ingin melompat keluar dari dadaku. Apakah ini yang namanya cinta? Pikiranku melayang-layang, mencoba mengerti perasaan aneh yang muncul di dadaku.
Rasanya tidak biasa, tapi menyenangkan. Terkadang, setiap kali Nisa berada di dekatku, aku merasakan getaran aneh di dalam diriku. Mungkin ini memang cinta, pikirku dalam hati, mencoba merenungkan perasaan yang semakin memenuhi benakku.
Wajahku memerah saat Nisa memandangku dengan penuh kelembutan. Entah apa yang ada di matanya, tapi aku bisa merasakan kehangatan yang mengalir dari pandangannya. Mungkin, hanya dengan kebersamaan seperti ini, aku bisa menemukan jawabannya.
apakah aku akan membalas suapanya? aku rasa iya,dengan hati yang berdebar, aku mengambil sesuap makanan dan menyuapkannya pada Nisa. Mata kami bertemu sejenak, dan aku bisa merasakan getaran yang sama di dalam matanya. Tanpa kata-kata, ada pengertian yang dalam di antara kami.
Pov Nisa
Saat Aisha membalas suapan ku, hatiku berdebar-debar. Apakah ini pertanda bahwa dia juga merasakan hal yang sama seperti yang kurasakan?
Wajahnya yang cantik dan manis saat mengunyah makanan itu membuatku semakin terpesona. Entah bagaimana, setiap gerakan dan senyumannya membuatku semakin yakin bahwa ini adalah awal dari sesuatu yang istimewa di antara kami.
Tiba-tiba, aku merasakan sesuatu yang menempel di bibirku. Saat kupertimbangkan, ternyata sebutir nasi kecil terperangkap di sana. Sebelum sempat bereaksi, tangan Aisha dengan lembut menyapu sebutir nasi itu. Wajahku memerah, dan aku merasa tersipu malu.
Aisha tersenyum manis kepadaku, matanya penuh dengan kehangatan. Aku bisa merasakan getaran positif dari setiap sentuhan ringannya. Entah bagaimana, momen-momen seperti ini terasa begitu intim, meskipun kami hanyalah teman.
Author POV
Mereka pun menghabiskan sarapan pagi dengan saling menyuapi satu sama lain dengan romantis. Setiap suapan dipenuhi dengan tatapan sayang dan senyuman yang menyala di antara mereka.
"Ayo, saatnya kita ke menu pencuci mulut," kata Nisa sambil mengambil sebuah mangkuk berisi buah anggur.
"Ayoo, itu buah kesukaanku!" seru Aisha dengan antusias.
Duduk berdampingan, mereka berdua menikmati buah anggur itu dengan penuh kenikmatan. Setiap gigitan diikuti dengan senyum dan tawa kecil yang saling berbagi. Dalam kebersamaan yang intim, mereka merasa hangat dan dekat satu sama lain.
Tiba-tiba, Nisa dengan lincah meletakkan sepotong anggur itu di bibirnya sendiri, lalu dengan lembut mengarahkannya ke arah Aisha. "Nih, mau enggak?" tanyanya dengan senyuman lembut.
Aisha terkejut oleh tawaran itu, hatinya berdebar-debar dalam kekagetan. Dia melihat anggur itu dengan tatapan yang bercampur antara malu dan pengen. Rasanya seperti mencium Nisa secara tidak langsung apabila Aisha menerima tawaranya
Setelah sejenak terdiam, Aisha akhirnya tersenyum dan mengangguk. "Tentu saja, aku mau," ujarnya dengan suara lembut, masih terlihat sedikit terpesona oleh kejutan tadi.
Dengan hati yang berdebar-debar, Aisha akhirnya menjulurkan bibirnya untuk mengambil sepotong anggur yang ada di mulut Nisa. Detik-detik itu terasa seperti selamanya, dan dalam sekejap, bibir mereka pun bersentuhan.
Saat bibir mereka bertemu, ada getaran yang mengalir di antara mereka. Rasanya seperti waktu berhenti sejenak, dan mereka terperangkap dalam momen yang penuh keintiman. Sentuhan itu singkat, tapi meninggalkan kesan yang mendalam pada keduanya.
Tiba-tiba, pintu kamar mereka terbuka, dan keduanya terkejut melihat seorang dokter bersama seorang perawat masuk.
"Saudari Aisha alhamdulillah sekarang di perbolehkan untuk pulang" kata dokter itu
Aisha hampir tidak percaya. "Beneran, Dok? Akhirnya aku bisa pulang?" ucapnya dengan rasa syukur yang jelas terpancar dari wajahnya.
"Itu berarti Aisha sudah sembuh total kan?" tanya Nisa dengan penuh harap.
"Alhamdulillah, kondisi Aisha sudah sembuh total. Dia hanya kekurangan oksigen dan pingsan karena peristiwa kebakaran kemarin, tapi sekarang kondisinya sudah fit total," jelas dokter dengan senyum di wajahnya.
"Jadi, berarti Aisha sudah boleh melakukan aktivitas seperti biasanya termasuk olahraga juga kan, Dok?" tanya Nisa, mencoba mengkonfirmasi.
"Tentu saja boleh. Tubuh Aisha sudah membaik 100 persen. Bahkan, dengan olahraga, itu akan membuat tubuhnya semakin sehat," tegas dokter dengan keyakinan.
Keduanya merasa lega mendengar kabar baik tersebut. Nisa tidak sabar untuk membawa Aisha pulang dan memulai kehidupan normalnya kembali. Dalam kebersamaan mereka, mereka merasakan rasa syukur yang mendalam dan atas kesembuhan Aisha mereka berjanji untuk menjaga kesehatan dan kebahagiaannya dengan sebaik mungkin.
Setelah menyelesaikan administrasi di rumah sakit, mereka bergegas ke depan rumah sakit untuk memesan taksi online.
Sambil menunggu taksi tiba, mereka terlibat dalam percakapan yang penuh kegembiraan.
"Akhirnya aku bisa menghirup udara bebas," gumam Aisha, sementara dia masih berdiri dengan anggun di bawah sinar matahari pagi. Matanya terpejam, menikmati setiap hembusan udara segar yang masuk ke paru-paruny
Aisha menarik nafas dalam-dalam. Dia membusungkan dadanya dan merenggangkan kedua tangannya, membuat kedua payudaranya yang terekpos meski tertutup dengan pakaian dan hijab nya .
"Eh jangan gitu keliatan tuh teteknya" cecar Nisa, menunjuk pada bagian atas baju Aisha yang memperlihatkan bentuk dari kedua payudaranya.
Aisha tersentak, lalu cepat-cepat menutupi dadanya dengan kedua tangan, mencoba menahan malu. "Eh, maaf ya," gumamnya sambil tersenyum malu.
Nisa hanya tertawa kecil melihat reaksi Aisha. Meskipun demikian, kehangatan di antara mereka tetap terasa. Mereka saling tersenyum, merasakan kedekatan yang terjalin di antara mereka dalam momen-momen kecil seperti itu.
"Aisha, besok kita joging yuk," usul Nisa dengan antusias, sementara dia menatap Aisha dengan penuh semangat. "Dokter bilang kan kamu juga boleh olahraga"
"Ayuk, aku juga pengen olahraga nih. Pengen membentuk tubuh seksi ku," sambung Aisha, sambil tersenyum lebar.
"Kita besok pagi joging di taman kota ya, asyik banget! Seru soalnya," kata Nisa, semakin bersemangat. "Tapi jangan lupa bawa air minum ya."
"Nisa !!! Aku juga udah siap,. Botol minumku juga baru aku pesen dari online," jawab Aisha dengan penuh semangat, sambil menunjukkan botol minumnya yang baru.
Setelah mereka saling berbincang dan menyepakati rencana untuk besok, akhirnya taksi yang mengantar mereka pulang ke kost tiba di hadapan mereka
tanpa di sadari ternyata sedari tadi sesorang telah memperhatikan Aisha dan Nisa,orang tersebuit menguping pembicaraan mereka berdua
orang misterius itu adalah Yatno dan Parman seorang pemerkosa berantai yang hentak mencari mangsa nya
Yatno dan Parman mengintai dari kejauhan, menyimak setiap kata-kata yang terucap dari bibir Nisa dan Aisha. Mata mereka berbinar-binar dengan kegembiraan saat mereka menemukan potensi mangsa yang sempurna untuk keinginan mereka yang gelap dan mengerikan.
Bersambung...........