Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Quint

Status
Please reply by conversation.
lanjuuutt.... selamat menikmati.


Chapter 14 : Float

Narator :
Diva dan Venus dengan para core mereka sedang melakukan pencarian intensif di daerah bagian mereka.
Diva sedang terbang dengan menunggangi punggung TIS'AH. Venus digendong KUHR yang menaiki angin puyuhnya.
Mereka berpatroli dengan jarak 100 meter masing-masing agar tidak terlalu jauh dan mereka bisa saling menjaga.
Jarak yang harus mereka tempuh bila memakai core hanya berkisar 30 menit bergerak perlahan. Tetapi mereka tidak menemukan tanda-tanda iblis sama sekali.
Satu jam kemudian, mereka sudah mencapai ujung bidang berbentuk segitiga bagian mereka.
“Wah... Tidak ada tanda-tanda iblis sama sekali, Ven... " seru Diva masing di punggung TIS'AH.
“Iya... sepertinya... mereka sama sekali menghilang... Tidak asik sama sekali... " jawab Venus.
“Eh... ujung daerah kita ini di sini, kan? Aku mau telepon mbak Putri dulu... " kata Diva lagi mengeluarkan HP-nya.

Putri dan Hellen yang juga berpatroli di daerah bagiannya baru saja sampai di ujung segitiga itu, ketika ia menerima telepon Diva.
“Ya, halo, Div...? Gimana?... Ada?” tanya Putri yang bertengger di punggung XOTA. Hellen juga masih bersama BRO yang melayang dengan sayap kecilnya.
“Gak ada, mbak... Kami sudah sampe ujung... tapi nggak ada tanda-tanda iblis itu... Mbak Putri sudah sampe juga?” tanyanya balik.
“Sudah... Kami sudah sampe ujung... Memang tidak ada tanda-tanda sama sekali... Sangat mencurigakan... Eh, sebentar... Ada yang masuk... si Athena... Kita ngomong bertiga aja, ya... " lalu Putri menekan beberapa tombol HP-nya agar bisa teleconferene dengan beberapa orang sekaligus.
“Mbak... Kami sudah sampe ujung, nih... Tapi gak ada iblisnya... Apa cara kita salah, ya?” tanya Athena di sana. Ia berdiri di atas gedung tinggi yang telah didaki ATABUKI. Aphrodite berada di gedung tinggi sebelahnya bersama THUNDER.
“Nggak tau juga... Bagaimana keadaan di sana? Apa saja yang kalian lihat?” tanya Putri sedikit putus asa.
“Hanya gedung-gedung... rumah... tiang listrik... menara telepon... parabola... Hanya itu saja... " jawab Athena.
“Kalau Diva...? Apa saja yang kau lihat?” tanya Putri lagi pada Diva disana.
“Sama aja, mbak... Gedung... pohon... rumah... tiang listrik... menara... lapangan bola... Itu saja... Biasa saja... " jawab Diva malas.
“Tidak ada yang spesial... Gedung... Rumah... Menara... Pohon... Huh... " kesal Putri.
“Eh... Tunggu dulu... Menara yang kalian lihat itu menara apa? Menara telepon selular, ya?” tanya Putri mencoba berspekulasi.
“Iya... Menara telepon selular... Menaranya berwarna merah dan putih, mbak... " jawab Diva.
“Iya, mbak... Sama... Menara telepon di sini juga warnanya merah dan putih... " sambung Athena.
“Wah... Jadi kemungkinan besar... titik yang kita buat di peta itu adalah menara-menara telepon selular ini, ya... Di sini juga menara telepon selular itu berwarna merah dan putih... " simpul Putri mulai mendapat titik terang.
“Apa mungkin dua daerah yang lainnya juga mempunyai titik ujung yang merupakan menara telepon selular...?” pikir Putri.
“Kalau begitu kita kembali kumpul di rumah... Ayo! Yang cepat!” perintah Putri pada para adik sepupunya itu.
Dengan kecepatan yang signifikan, mereka berenam melesat pulang dengan core mereka masing-masing.
Dalam beberapa menit saja, mereka semua sudah kembali berkumpul di kamar Putri.
Saat mereka melalui jendela, Satria dan Carrie baru saja memakai kembali baju mereka. Tentu saja mereka sewot.
“Enak kalian, ya...? Kami capek-capek di luar... Kalian berdua enak-enakan di sini... Mana si Dewi?” seru Putri pada Satria. Carrie hanya bisa cekikian di balik Satria.
“Ada apa? Ribut banget... " kata Dewi yang sudah masuk membawa cemilan di tangannya.
“Lihat peta ini... Rupanya... titik yang kita buat di peta ini... adalah menara telepon selular... Kita sudah lihat di tiga daerah... Kemungkinan besar... yang dua lagi... pasti juga menara yang sama... " kata Putri.
“Ya... Lihat dulu, dong... " jawab Dewi langsung.
“Ok... Sekarang kita bagi dua... Diva, Venus dan Aphrodite... pergi ke daerah yang ini... Aku, Athena dan Hellen akan ke daerah yang ini,” seru Putri memberi arah lanjutan misi.
Sebentar saja mereka telah sampai di sana dan melihat apa yang Putri duga. Ternyata memang titik yang mereka buat di peta itu memang merupakan menara telepon selular.
Setelah itu mereka kembali berkumpul di kamar Putri.
“Pasti ada apa-apanya dengan menara telepon selular itu... Ayo... kita cari tau siapa pemilik menara-menara itu... " seru Putri.
Hellen yang paling jago di antara mereka dengan teknologi komputer, mencoba mencari tahu dengan mengakses jaringan maya internet dari kamarnya.
Dari beberapa kali mencari didapatlah data kalau menara telepon selular itu dimiliki oleh perusahaan telekomunikasi SERVNET.
Perusahan ini merupakan anak perusahan dari jaringan bisnis internasional yang berpusat di Amerika. Perusahaan telekomunikasi SERVNET ini baru beroperasi selama satu setengah dan berkembang pesat.
“Aku curiga kalau orang yang di balik layar kemunculan iblis-iblis ini... adalah pemilik perusahaan SERVNET ini... " seru Putri menyimpulkan.
“Benar... Untuk apa dia membuat menara yang membentuk bintang terbalik jika tidak bertujuan untuk mencari HOLY LIGHT... " sambung Dewi.
“Oke... Coba kita cari siapa pemilik perusahaan itu... atau setidaknya... direkturnya... " kata Hellen meneruskan pencariannya.
“Eh, Len... Ini program-mu yang mana... Baru lo buat, ya?” tanya Diva karena bentuk interface program yang sedang digunakan Hellen untuk mencari informasi ini lain dengan yang biasa dijual umum.
“Ini Papa yang ngasih... Nama programnya CHIC... Kata Papa... program ini hanya seperempat dari program aslinya... Password-nya aja pake nama Papa... R O N... Tapi... Gila canggih banget...! Masuk kemana aja bisa... Lihat ini... Kita sudah masuk ke dalam perusahaan SERVNET... tanpa kesulitan... Kita bahkan dapat previlege penuh untuk mengakses semua data... Canggih banget, kan?” seru Hellen.
“Wah... aku mau copy juga, ah... " seru Diva yang juga tertarik dengan teknologi.
“Nggak bisa di-copy... Aku udah coba... Maksudnya mau kujual sama teman-temanku... Aku sudah coba berbagai cara... Mungkin ini di-full protect sama Papa... Supaya nggak bisa menyebar luas... " kata Hellen.
“Ya, udah nanti aku minta sama Papa aja copy-nya... " sesal Diva. “Tapi kalau seperempatnya saja sudah canggih begitu... Apalagi yang full version-nya... " sambungnya.
“Pasti ini bagian proyek rahasia Papa, Div... Eh... Ini dia... Direkturnya... " seru Hellen.
Di layar komputer mereka melihat susunan direksi perusahaan itu hingga seluruh manajemennya.
“Walaupun kita tau siapa orang di balik ini semua... Kita masih belum tau... apa motif mereka melakukan ini...? Kita harus berbicara dengan orangnya secara langsung untuk mengetahuinya... " kata Satria dari kerumunan belakang.
“Benar... Tapi aku tidak punya ide untuk itu... " kata Putri.
“Iya... Itu sama saja kita menyodorkan diri pada musuh... dan mengaku kalau kitalah yang mereka cari... " sambung Dewi.
“Hellen rasa... mereka sudah mengetahui kita... tapi mereka menyerahkan segala urusan ini pada para iblis... "
“Apa untungnya mereka kalau iblis menguasai dunia?... Mereka juga, kan pasti menderita... Perjanjian apa yang kira-kira mereka buat dengan iblis...?” tanya Athena.
“Supaya semua setan pake HP mereka?” canda Aphrodite ngawur. Mereka semua jadi tertawa. Setidaknya canda itu meredakan suasana tegang.
“Ok... Begini saja... Lo bilang kalau program ini canggih banget... Bisa nggak kita menyadap pembicaraan telepon perusahaan yang sebesar itu... Mereka pastinya juga jago, dong dalam teknologi... " usul Putri.
“Bisa... Rasanya aku bisa melakukan apa saja dengan CHIC ini... " jawab Hellen mantap.
“Kita sadap pembicaraan telepon para petinggi-petinggi perusahaan saja... Karena mereka yang mempunyai kuasa untuk memberi keputusan... Terutama orang ini... Kurnia Tantowi... " tunjuk Putri pada gambar susunan manajemen perusahaan SERVNET. Sang direktur!
“Aku bisa mengakses database server mereka dan memasuki inventory tagihan telepon mereka... Walaupun para direktur... tidak dikenai biaya tagihan telepon... Tapi pasti ada rincian nomor-nomor yang pernah mereka dial... Kita ambil... sebulan terakhir saja, ya...?” seru Hellen semangat sekali.
Berbagai nomor telepon yang pernah dihubungi direktur SERVNET dalam sebulan terakhir kemudian bermunculan di layar komputer.
“Coba kita lihat... Nomor yang paling sering dihubunginya... Bukan telepon rumahnya atau istrinya... melainkan satu nomor ini... Juga bukan sekretarisnya... Tapi wakilnya... Dalam satu jam saja... Dia bisa dua puluh lima kali menelepon atau ditelepon nomor ini... Pasti dia sangat percaya dan tergantung sekali dengan wakilnya ini... Coba kita lihat orangnya... " kata Hellen kembali pada susunan organisasi manajemen perusahaan.
“Gabriel... Ini wakilnya... Catatan teleponnya juga hanya ada sedikit nomor... Paling sering dia hanya menelepon si direktur itu. Nampaknya dia jarang menggunakan telepon... " baca Hellen pada data-data yang sampai padanya.
“Kita konsentrasi pada dua orang ini saja... Coba pantau percakapan mereka berdua... " minta Putri pada Hellen.
“Gampang... Eh... si Kurnia Tantowi menelepon si Gabriel, nih... Coba kita dengarin... " seru Hellen senang sekali karena penyelidikan mereka berjalan mulus.
“Halo pak Gabriel... Bagaimana perkembangan terakhir rencana kita?” tanya sang direktur.
“Masih berjalan lancar... Kita akan segera memasuki tahap kedua... Tunggu sebentar pak Kurnia... Kita tidak bisa lagi berbicara lewat alat ini... Tut!” tiba-tiba orang yang bernama Gabriel itu memutuskan pembicaraan.
“Wah... apa dia tau kalau disadap? Jago juga, tuh orang... Kukira kita tidak bakal ketahuan... " seru Hellen yang juga dengan cepat memutuskan hubungannya dengan server utama perusahaan telekomunikasi itu.
“Kalian dengar tadi kata si Gabriel tadi... Mereka akan memasuki tahap kedua... Tahap kedua untuk apa? Apa tahap pertama mereka sudah selesai? Apa yang mereka maksud itu adalah masalah LUCIFER ini?” tanya Dewi.
“Yah... bisa apa saja... Mungkin saja mereka membicarakan masalah perusahaan... " potong Putri.
“Len... Teruskan saja sadap telepon mereka... Tapi jangan sampai mereka tau lagi... Ada kemungkinan mereka berdua tidak akan bertelepon lagi... Ada sesuatu yang kurasakan dari nada suara si Gabriel tadi... Sepertinya... aku pernah mendengarnya... " kata Satria.
“Bagaimana kalau begini saja... Kita lacak gelombang telepon mereka... Dengan begitu kita bisa tau... Mereka ada dimana... " kata Hellen.
“Wah... bisa begitu? Hebat sekali...?” seru Aphrodite senang sekali mendengarnya.
“Hm... Iya betul... Kalau kita tau di mana si Kurnia sama si Gabriel itu berada... " kata Dewi terus memperhatikan layar komputer melihat gelombang sinyal telepon selular buruan mereka.
“Betul yang mas Satria bilang... Mereka tidak saling bertelepon lagi... Mereka bertemu... Mereka bertemu di sebuah gedung... di lobby-nya... Tapi ini bukan gedung kantor mereka... Gedung itu sebuah hotel... " baca Hellen.
“Kenapa mereka tidak bertemu di kantor saja...? Kantornya jadi nggak berguna,” tanya Aphrodite.
“Eh... Sinyal si Gabriel hilang!” seru Hellen kaget. Lalu ia berusaha membuka window baru untuk melacak sinyal wakil direktur SERVNET itu.
“Dapat!... Dia ada di... depan... rumah kita... " seru Hellen perlahan.
“Apa??!” berbondong mereka menuju jendela untuk dapat melihat kehadiran orang itu.

Kurnia Tantowi


Gabriel

Mereka hanya bisa melihat ada seorang lelaki berdiri agak jauh dari pintu pagar rumah mereka. Lalu ia bergerak mundur, menjauh... Lalu sama sekali menghilang dari pandangan.
“Kemana dia pergi, Len?” tanya Putri mengikuti Hellen kembali ke komputer.
“Menurut sinyalnya... masih di depan pagar... " ucap Hellen.
Segera mereka semuanya keluar dari kamar Hellen dan menuju pintu pagar.
Disana mereka hanya menemukan pecahan HP. Kemungkinan besar itu milik si Gabriel tadi.
“Wah... Dia sudah tau rumah kita... " seru Hellen memungut pecahan HP itu. Rupanya sinyal itu berasal dari HP-nya yang dibanting pecah.
“Bagaimana dia bisa sampai di sini secepat itu... Tadi dia ada di lobby hotel itu, kan?” tanya Aphrodite.
Semua terdiam.
Benar! Bagaimana mungkin? Awalnya mereka melacak sinyal teleponnya berada di lobby sebuah hotel bersama sang direktur. Saat sinyalnya tiba-tiba menghilang, ia terlacak kembali berada di depan pagar rumah mereka.
“Bagaimana kalau dia itu salah satu iblis juga... " pecah Satria membuka kembali pemikiran mereka.
“Benar... Dia pasti salah satu prajurit utama... Lihat saja ia bisa mengetahui kalau kita mengawasinya... " Putri membenarkan pendapat Satria.
“Iya... Lihat saja... dia dengan mudah berpindah tempat... dari hotel kemari dalam sekejap... " tambah Diva.
“Kurasa... berpindah tempat dengan cepat itu pekerjaan standar bagi mereka... Waktu kita bertemu prajurit pertama... si kerbau CHEMOSH... Ia datang ke dunia melewati sebuah gerbang dimensi bersama anak buahnya... Lalu si ASMODEUS... Juga lewat gerbang itu sendirian... Si AZAZEL juga pernah menggunakannya waktu di sekolah bertemu core asing berwarna merah itu... “ kata Dewi.
“Mereka saja yang kelas dua bisa melakukannya... Apalagi bagi yang kelas satu... Kurasa itu hanya pekerjaan mudah... " lanjut Dewi lagi. Lalu mereka semua masuk kembali.
“Untung saja Papa sudah memasang pelindung di rumah... " gumam Satria.
“Papa sudah memasang apa...?” tanya Putri karena mendengar gumaman itu.
“O iya... Aku belum cerita, ya? Tadi malam Papa datang... Papa bilang... ia dan oom Ron memasang sebuah pelindung yang mengelilingi rumah. Kata XOXAM... Pelindung ini sangatlah kuat sampai LUCIFER sekalipun belum tentu bisa menembusnya... " cerita Satria.
“Papa? Datang? Tadi malam? Kok aku gak tau?” tanya Putri heran.
“Itu juga yang aku baru tau... Yang datang itu cuma bayangannya aja... Ia bisa nembus pintu segala, kok... " jawab Satria.
“Bayangan? Apa maksudmu... Coba... coba jelasin yang betul, dong..?” Putri tambah nggak mengerti. Yang lainnya jadi ikut mendengarkan, ingin tau.
“Ternyata... Bakat keluarga itu memang ada... Papa dan oom Ron itu sebenarnya juga punya kekuatan yang sangat besar... Tapi dia belum menjelaskan bagaimana bentuk kekuatan mereka... Yang jelas sangat kuat... Buktinya mereka bisa membuat pelindung yang bahkan LUCIFER aja nggak bisa tembus... " cerita Satria lagi.
“Wah... aku baru tau itu... Kenapa Papa tidak pernah cerita, ya? Dulu waktu dia kubanting dengan jurus Tae kwondo-ku... dia jatuh juga... " kata Hellen.
“Kurasa mereka sedang berusaha menjauhi masalah... Tapi karena kita masih anak-anak mereka... Mereka ikut sedikit membantu dengan membuat pelindung... Bagaimana mungkin mereka meninggalkan anak-anak di rumah yang tidak aman...?” teori Dewi.
“Aku jadi penasaran... Sekuat apa Papa dan oom Ron, ya?” kata Putri pingin tahu. “O ya, Satria...? Papa bilang apa tadi malam?” ujar Putri ingat lagi.
“Hanya bilang... Ia mendukungku kalau aku bertanggung jawab... dan tidak menyakiti Carrie... Itu aja... " jawab Satria.
“Betul itu... Aku juga bisa menghajarmu kalau kau tak bertanggung jawab pada temanku ini... Apalagi menyakitinya... " seru Putri merangkul Carrie. Sedang Carrie senyum-senyum saja. Entah mengerti atau tidak.
“XOXAM... Keluar!” seru Satria.
“XAM... Barusan... ada iblis di depan pagar tadi... Apa kau tau siapa dia?” tanya Satria pada core-nya itu.
“Sebentar... " core itu terbang ke pintu gerbang dan melayang di sana untuk beberapa saat. Lalu ia kembali lagi.
“Dia ASHTAROTH... " jawab XOXAM.
“Benar, kan? ASHTAROTH... Kita tidak bisa diam-diam lagi... Sudah jelas-jelas dia mengetahui tempat kita... Untung saja ada pelindung buatan Papa dan oom Ron... Kalau tidak... kita pasti sudah akan bertarung dengan iblis kelas satu itu... " kata Satria yang segera dibenarkan yang lainnya.
“Aku juga pernah merasakan kehadiran BEELZEBUB... Pemimpin para prajurit iblis... Tapi hanya sedikit saja... Ia yang paling kuat dan sulit dihadapi... Ia dan ASHTAROTH yang paling pandai menyembunyikan hawa iblisnya... " tiba-tiba XOXAM berbicara tanpa ditanya.
“BEELZEBUB?... Yang paling kuat? Bahkan XOXAM tidak mengetahui dengan pasti dimana ia mendapat tanda hawa iblis pemimpin prajurit utama itu... " gumam Dewi.
“Tapi... Kau bisa mengetahui itu tadi ASHTAROTH... dari mana...?” tanya Dewi.
“Ia sengaja melakukannya dengan memecahkan benda itu... " jawabnya. Ia menunjukkan dirinya dengan memecahkan HP tadi.
“Ia menantangku... " lanjut XOXAM. Ia terlihat marah dengan menggengam tinjunya kuat-kuat.
“Sudah, XAM... Kau jangan terpancing... " tenang Satria pada core andalannya itu. “Bila kau terpancing... semuanya bisa jadi kacau... "
Mendengar perintah tuannya, XOXAM jadi tenang tak lagi emosi. Emosi itu hanya milik tuannya, Satria.
Selanjutnya mereka meneruskan pekerjaan mereka. Meneliti perusahaan telekomunikasi SERVNET itu.
 
kalo cerita gini emqng sepi peminat ya

padahal seru timelinenya
 
Mngkn lom pada baca smua suhu
Lo dh ngikutin alur dari awal bakalan paham
 
Kaya musik atau karya seni lain gans,
Semua ada genre dan peminat atau "pasar"nya masing-masing.
Sering kali yang sederhana dan simple emang lebih laku :p

Tapi yang penting terus berkarya dengan gaya sendir suhu :semangat:
 
Chapter 15 : Enter Sheila

Seorang gadis remaja baru turun dari mobilnya. Ia lalu masuk ke dalam sebuah taman dan mulai mengambil photo. Ia begitu asyiknya memotret berbagai objek yang dianggapnya menarik.
Ia lalu berjalan berkeliling sambil terus membidikkan kameranya. Namanya...


Sheila :
Namaku Sheila... Umurku 19 tahun... Sekarang sedang semester III Fakultas Komunikasi dan Jurnalistik. Memotret ini sudah menjadi hobiku sejak kecil.
Ulang tahun keenam, aku sudah dibelikan Papa Iqbal sebuah kamera DSLR kelas pemula. Padahal waktu itu aku belum bisa sama sekali memegangnya karena terlalu berat.
O iya... Aku anak kedua... dari dua bersaudara. Saudaraku adalah bang Eros. Kami beda 2 tahun. Sekarang dia semester V di fakultas Hukum.
Kegiatan memotretku kali ini adalah bagian dari tugas kuliahku. Aku harus menyerahkan tugas ini yang kuberi judul ‘Good Time of Our Life’ hari Senin depan.
Aku sudah dapat berbagai objek bagus dari beberapa tempat. Taman ini nampaknya cukup menyenangkan karena sejuk yang dihasilkan pepohonannya yang rimbun.
Ada sebuah pohon yang paling besar di tengah taman yang tetap dijaga kelestariannya. Aku tidak tau nama pohonnya. Batangnya yang besar kalau dipeluk tiga pria dewasa baru dapat melingkarinya. Cabangnya banyak juga besar. Daunnya yang rimbun meneduhkan orang yang duduk di bawahnya.
Ada beberapa bangku taman yang memungkinkan pengunjung untuk duduk, melakukan banyak aktifitas mereka.
Hm... Itu objek yang bagus. Bila mereka bersantai, berarti mereka sedang senang. Sesuai kan dengan tema judul tugasku.
Ada keluarga kecil yang terdiri dari sepasang suami istri dan seorang anaknya yang masih balita. Anaknya berlari-lari senang di sekitar orang tuanya. Momen yang bagus.
Setelah beberapa kali mengambil gambar mereka, aku berjalan lagi mencari objek lain. Nah itu ada...
Ada seorang pria besar sedang duduk sendirian di bangku taman. Ia memakai semacam jas hujan yang juga menutupi kepalanya. Ia terlihat tenang sekali karena aku melihat beberapa ekor burung hinggap dan makan di sekitarnya.
Bagus... Burung-burung saja tidak takut padanya. Momen yang bagus sekali. Heh?
Kenapa tidak kelihatan di kamera? Padahal dia masih duduk di sana... Apa dia... hantu?
Aduh... kenapa lagi ini...? Tapi kalau dia benar-benar hantu... Pasti hantu yang baik... Para burung itu saja tidak takut padanya.
Aku dari kecil memang sering sekali melihat mahluk halus seperti hantu ini. Tapi beberapa bulan ini... aku tidak pernah lagi melihat mereka. Tetapi sekarang muncul lagi?
Aku juga ingat kalau aku sering ngobrol dengan mereka... sampai aku dikira gila oleh teman-temanku. Tetapi orang tuaku tidak pernah menganggap itu sebagai hal yang buruk.
Mama Tika pernah bilang kalau aku bahkan bisa menolong mereka jika sanggup. Papa juga mendukung itu.
Kenapa tidak kucoba saja lagi? Baiklah.
“Selamat sore... Boleh aku duduk di sini...?” sapaku setenang mungkin. Ia menoleh padaku dan menunduk memberi kode.
Aku tidak dapat melihat wajahnya yang tertutup. Ada sebuah tonjolan yang lumayan panjang dari dahinya yang juga tertutup. Tapi hantu ini besar sekali. Aku harus menengadah supaya bisa melihat kepalanya.
“Kau bisa melihatku?” tanyanya tiba-tiba.
“... Iya... Aku bisa melihatmu... " jawabku bingung.
“Apa kau juga bisa melihat rakyatku?” tanyanya lagi.
“Rakyatmu...?” tanyaku heran. Apa dia seorang pemimpin?
“Rakyatku adalah para peri pohon... Mereka sedang berterbangan di sekitar kita sekarang... Aku bisa melihat mereka... tapi mereka tidak bisa melihatku... " katanya. Ada nada sedih dari perkataannya.
“Maaf... Aku tidak bisa melihat mereka... Mungkin karena mereka terlalu kecil... " jawabku menghiburnya.
“Mungkin karena alam dan dimensi kami sudah berbeda... Aku bukan lagi pemimpin mereka... Mereka sudah tidak mau melihatku lagi... " katanya lagi penuh kesedihan.
“Apa ada yang bisa kubantu... e... Siapa namamu...?” tanyaku simpati.
“LAILEB... " jawabnya singkat.
“Aku Sheila... Mm... bagaimana kau bisa jadi sebesar ini...? Bukankah rakyatmu... peri pohon itu kecil...?” tanyaku.
“Ini sudah terjadi ribuan tahun lalu... Aku mempunyai kerajaan peri yang besar. Aku menguasai berbagai jenis peri... Peri pohon yang paling utama... peri air, peri api, peri malam dan berbagai peri jenis lainnya yang jumlahnya sangat banyak... " ceritanya.
“Aku tidak puas dan ingin meluaskan wilayahku hingga ke daerah manusia... Keinginan ini membuat para prajurit langit menghukumku... Aku tidak terima dan membuat persekutuan dengan kekuatan kegelapan dengan jaminan kepalaku... " sambungnya.
“Sejak itu aku terus meluaskan daerahku hingga para prajurit langit kembali menghukumku... Aku dan sekutuku kalah dalam pertarungan... dan kerajaan periku hancur, Para rakyatku terpecah belah... " ia menunduk sedih.
“Tapi tanpa kepalaku... aku tak bisa mengembalikan wujud periku... Sekutuku... tidak akan mengembalikan kepalaku sampai perjanjian kami terpenuhi... " kini aku bisa melihat kesedihannya yang mendalam.
Aku bisa melihat sedikit bagian kepalanya yang tersingkap. Ia memakai sejenis helm dari logam dan rupanya itu sebuah tanduk yang menonjol dari dahinya.
“Apa kau tidak bisa memutuskan perjanjian itu dan mengambil kepalamu...?” tanyaku.
“Perjanjian tidak boleh diputuskan sampai tujuan terpenuhi... " jawabnya.
Hmm... Prinsip para mahluk halus ternyata lebih kuat dari manusia yang katanya mahluk paling mulia.
“Kalau boleh tau... Perjanjian kalian apa?” tanyaku sesopan mungkin agar tidak kedengaran terlalu ikut campur.
“Membangkitkan pemimpin mereka... " jawabnya.
“Oo... “ cuma itu yang bisa keluar dari mulutku. Entah apa maksudnya. Aku bahkan tidak tau bagaimana cara menolongnya.
“Terima kasih... kau mau mendengarkan ceritaku... " katanya lalu berdiri. “Tidak pernah ada yang pernah mau mendengarkan ceritaku... Terima kasih... " ia lalu melangkah pergi.
“LAILEB... Semoga berhasil, ya... Aku doakan semoga kau bisa memimpin rakyatmu lagi... " seruku padanya memberi semangat agar ia tidak terlalu sedih. Ia mengangguk lalu menghilang.
Sebuah kisah yang sangat menarik... Sayangnya dia tidak bisa difoto... Dia bisa menjadi objek yang sangat menarik untuk diamati. Emosinya sangat misterius tapi nyata. Sayang...

*****************************************************************************

Iqbal

“Halo...? Papa...? Aduh, pa... Sheila kangen sekali sekali sama Papa... sama Mama... Bagaimana keadaan Papa...?” tanyaku senang sekali mendapat telepon dari Papa di Paris.
“Papa baik-baik saja... Mama juga... Sheila gimana di sana...? Tidak apa-apa, kan?” tanya Papa balik.
“Baik, pa... Bang Eros juga baik... Papa sudah telepon dia?” tanyaku lagi.
“Iya... Abis telepon Sheila ini... Papa mau telepon Eros lagi... " jawab Papa di sana.
“Papa berapa lama lagi, sih di sana...?” tanyaku manja.
“Papa, kan baru seminggu di sini... Baru sebentar, kan... Kan rencananya dua minggu..” jawabnya.
“Ng.. Nanti bawa oleh-oleh, ya...?” mintaku lagi. "Yang baaaaanyak... sekali... "
“Iya... Nanti Papa bawain oleh-oleh yang banyak... " jawabnya. “Papa mau minta tolon, nih...?”
“Apa itu, pa?”
“Cuma... pesan dari oom-mu... Oom Ron dan oom Buana minta kalian sesekali melihat adik-adik kalian yang di jalan Merak itu, loh... Mereka, kan masih kecil-kecil... Bagaimana? Sheila udah lama nggak kesana, kan?” minta Papa.
“Boleh, pa... Tapi kalau Sheila gak sibuk, ya pa... " tawarku.
“Sheila kapan nggak sibuknya?” tanya Papa lagi.
“Sekarang juga nggak sibuk... he..he... he... " candaku.
“O iya... Tau nggak... nanti pulangnya... oom Ron sama oom Buana... sekalian, deh sama tante Dara dan Tami bakal ngasih oleh-oleh buat Sheila... Bagaimana?” tawar Papa. Ini baru seru.
“Ok... Ok... Sheila pergi sekarang, ya?” semangatku. Kalau yang namanya dikasih hadiah, aku langsung bergerak. Kebiasaan anak manja kata Mama.
“Nah, gitu, dong... Ok, ya... Udahan dulu... Papa mau telepon bang Eros lagi... Baik-baik, ya? Dag... " kata Papa.
“Dag, Papa... " jawabku menutup telepon.
Iya, ya... Aku udah lama juga nggak main-main ke jalan Merak. Apa karena aku terlalu sibuk dengan kuliahku? Padahal di sana lumayan asik... Ada banyak sepupuku di sana... Ada si kembar lima... Ada Putri... Satria... Eh,... udah sebesar apa mereka sekarang?
Aku jadi pingin ketemu mereka sekarang. Pergi sekarang aja, ah... Sore ini kuliahku, kan kosong.
Segera kuarahkan mobilku ke sana. Dan dalam setengah jam setelah melewati kemacetan jalan aku memasuki wilayah jalan Merak.
Sang satpam yang berjaga di depan membukakan pintu untukku. “Mereka ada, pak?” tanyaku padanya. Bagus... Mereka ada. Biasanya jam segini mereka kadang ada les tambahan.
Aku langsung saja ke ruangan lingkaran tempat tangga menuju kamar si kembar lima itu.
Aku paling suka kamar Diva yang nyaman... Kosong? Tidak ada... Mungkin di kamar Athena... Tidak ada juga... Kamar Venus? Nggak juga... Kamar Aphrodite? Kamar yang aneh ini juga kosong... Kalau begitu kamar Hellen... Aku nggak bisa masuk... Pintu besinya dikasih password untuk masuk... Passwordku dulu pasti sudah diganti anak tomboy itu. Setelah dibel beberapa kali tak ada jawaban. Mereka ada dimana, ya?
Kalau begitu mereka pasti ada di kamar Putri... Aku ke rumah sebelah aja.
Saat turun kutanya para pembantu tentang mereka. Benar juga, katanya mereka tadi rame-rame pergi ke rumah sebelah.
Aku langsung menuju kamar Putri dan masuk. Benar, kan?
“Halo semuanya... " sahutku riang karena aku menemukan mereka semua di satu tempat. Bahkan Satria yang cowok sendiri, juga ada di sini.
Mereka sedang ngapain? Seperti sedang menyusun strategi perang dengan peta yang mereka kerumuni. Mereka menatapku seperti kaget.
“Eh, sori... sori... Aku mengagetkan kalian, ya?” kataku merapat pada mereka semua. Tanganku kutopangkan pada bahu Putri dan Dewi.
“Kalian sedang apa...? Kelihatannya serius sekali... " tanyaku pingin tahu.
Mereka tidak ada yang menjawab. Menyapaku pun tidak. Kenapa mereka ini?
“Eh.. iya lupa... Dewi? Kukira kau di apartemennya tante Elisa?” tanyaku. Mungkin dia mau menjawabku.
“Dewi udah pindah kemari lagi... Dewi sekolah di sini aja... " jawabnya.
“Kenapa?... Kesepian, ya disana sendirian...? Memangnya enak nungguin apartemen orang... " kataku mendukung tindakannya.
“Eh... Kalian kok diam gitu, sih? Ada apa...? Ngomong, dong..?” desakku makin penasaran. “Putri... Ada apa ini..? Kalian mau buat pemasaran apa? Pake pembagian wilayah begini segala... "
“Gak ada apa-apa, kak Sheila... " jawabnya sembunyi.
“Masak gak ada apa-apa... gak percaya... Kalian kok tegang begitu, sih? Aku makin curiga kalau kalian begitu... Kalian gak bisa bohong sama aku... " desakku.
“Papa Iqbal, oom Ron sama oom Buana sudah minta aku melihat keadaan kalian... Aku jadi bertanggung jawab atas semua perbuatan kalian... " sambungku. Mereka tetap bungkam.
“Eh... Cewek bule itu siapa?” tanyaku agak berbisik pada Putri di sampingku. Ia sepertinya sangat dekat dengan Satria.
“Pacarnya Satria, kak Sheila... " jawab Putri.
“Hmm... Bagus... Sudah ada kemajuan anak itu... " jawabku senang.
Aku kembali memperhatikan cewek bule itu... Cantik... Menarik... Body-nya oke... Selera Satria boleh juga rupanya. Hng?
Apa itu? Pelan-pelan aku bisa melihat cahaya yang bila semakin dilihat dengan teliti akan semakin terang keluar darinya.
Apa anak ini punya cahaya sendiri? Cahayanya terang sekali... Cahaya yang keluar dari tubuhnya. Berkilau.
“Do you feel anything funny flowing within you...?” ("Apa kau merasakan sesuatu yang aneh mengalir di dalam dirimu?") tanyaku padanya.
“No... " ("Tidak") jawabnya bingung.
“Are you sure? Don’t feel like some sort of energy raying around you... I saw a bright light... shine from your body... Awesome... " ("Kau yakin? Apa tidak terasa semacam energi sinar di sekelilingmu. Aku melihat sinar terang, bersinar dari tubuhmu. Luar biasa") kataku lagi.
“No... I feel normal... Oh... you see a bright light from me? She saw the light... She can see my light... " ("Tidak. Aku merasa normal saja. Oh kamu melihat sinar terang dari tubuhku? Dia melihat sinar itu. Dia bisa melihat sinarku") seru anak itu seperti senang sekali.
“Hei... Kenapa dia senang sekali... kalau aku bisa melihat sinarnya..? Apa dia semacam lampu penerang?” heranku.
“Namanya Carrie, kak Sheila... pacar Satria... " jelas Dewi.
“So... You knew that I’m the HOLY LIGHT...?” ("Jadi, kau tau bahwa aku sang HOLY LIGHT?") tanyanya lagi.
“Wow... wow... Wait a sec... What’s that again? HOLY LIGHT? What in the name is that? A lame joke?” ("Wow-wow. Tunggu sebentar. Apa tadi? HOLY LIGHT? Apa itu? Candaan yang gak lucu?") heranku. Aku melihat Putri dan Dewi berbisik. Apa yang mereka sembunyikan?
“Tunggu sebentar... Aku akan kembali sebentar lagi... " seruku lalu keluar kamar dan menuju halaman.
Aku harus menelepon seseorang... Oom Ron... Ia pasti mau menjelaskan sesuatu.
“Halo... Oom Ron... Ini Sheila, oom... " sapaku setelah diangkat olehnya.

Ron & Buana
“O... Sheila... Ada apa? Nanti oom bawa oleh-olehnya, deh... " jawabnya.
“Makasih, oom... Gini, oom... Mereka itu kenapa, sih? Adik-adikku itu... Kok pada aneh semua...?” tanyaku.
“Papamu belum cerita?” balik oom Ron bertanya.
“Cerita apa?”
“Kalau mereka itu baru mulai mendapat kekuatan... Dan sedang ada masalah yang cukup besar... Mereka menghadapi para iblis... Itu, kan bagiannya Sheila... Makanya kami minta Sheila juga ikut membantu mereka... " jelas oom Ron.
“Masalah detailnya... oom sendiri kurang tau... Tapi kami sudah memasang pelindung di rumah yang tidak akan bisa ditembus mahluk jahat apapun... Tapi Sheila tau, kan... kalau itu tidak cukup... " lanjutnya.
“O... Begitu... Pantas aja mereka diam aja Sheila tanyain. Oke, oom... Sheila akan bantu sebisanya... Jangan lupa oleh-olehnya, oom... Dag... " seruku.
“Dag... "
Huh mereka ini... Baru dapat kekuatan aja bingungnya begitu... Heh... aku juga dulu begitu... Ok... Kita lihat apa yang bisa aku lakukan. Aku kembali masuk ke kamar Putri dan menghampiri mereka lagi.
“Baiklah... kalau kalian tidak mau cerita... Aku tidak akan bertanya... Tapi bagaimana kalau yang... " aku menghentikan kata-kataku didepan Satria. Kuletakkan tanganku di dadanya dan...
“... ini yang menjawabku...!” seruku sambil menarik sesuatu dari dalam badan Satria.
Mereka terkaget sekali melihat tindakanku.
Aku menarik keluar sesosok tubuh berwarna keperakan dari dalam tubuh Satria. Aku mencengkramnya tepat di bagian leher.
Sepertinya dia agak emosi karena kuperlakukan begitu. Ia bermaksud menghantamku dengan cakarnya.
“Jangan XAM!” seru Satria mencegahnya. Terlambat! Ia sudah mengayunkan tangannya tanpa bisa dihentikan.
Aku hanya mengangkat tangan kiriku untuk menangkisnya.
Satu senti kemudian, cakarnya yang pasti tajam telah berhenti seperti tertahan. Sikunya bergetar menahan tolakan. Ia akhirnya tak tahan dan tangannya terpental ke samping. Kulepas cengkraman tanganku di lehernya.
“Kak Sheila?” kaget mereka semua melihat kejadian itu.
“Kenapa? Kalian pikir aku ini selemah itu... Aku bahkan pernah membanting naga Double Draco milik oom Ron sama oom Buana... " kataku menyombongkan diri. Biar mereka tau rasa...
“Kak Sheila bisa melihat core di dalam tubuh kami...?” tanya Putri takjub sekali.
“Core? O... ini namanya core? Ya... aku bisa melihatnya... Aku bisa melihatnya di dalam tubuh kalian... Warnanya macam-macam... Yang satu ini tadi berwarna hitam..” tunjukku pada core yang tadi akan menyerangku.
“Ada satu lagi... berwarna putih... Di Putri... warnanya hijau... Dewi warnanya biru... Di tubuh mereka juga ada... Warna-warni juga... " jelasku menunjukkan apa yang kulihat.
“Aku tadi sudah tanya sama oom Ron... tentang ada apa dengan kalian... Oom bilang cuma... aku harus harus membantu kalian soal masalah iblis-iblis itu... Aku sedang ada waktu... jadi sekarang aku di sini untuk membantu... " jelasku.
“Kalian bisa cerita apa saja... Aku tidak akan heran atau kaget dengan cerita seperti apapun... " tawarku pada mereka.
“Bagaimana?... Ada yang mau cerita...?” tanyaku lagi.
“Biar aku yang cerita, kak Sheila... " Diva menawarkan diri.
“Bagus... Sebentar, ya... Aku duduk dulu... " kataku lalu mencari tempat yang enak untuk duduk. Di atas tempat tidur Putri yang besar. Mereka semua ikut duduk denganku.
Aku menarik si Carrie agar duduk di dekatku. Aku ingin merasakan sinarnya sambil mendengarkan cerita ini. Ia menurut saja kala aku melingkarkan tanganku di pinggangnya.
Diva mulai bercerita... Aku mendengarkan dengan seksama yang juga terkadang ditambahi yang lain...
 
“Nah... Begitu, dong... Cerita... Aku tidak pernah heran atau kaget mendengar cerita seram begitu... Aku pulang aja, ah... Berat juga, nih,” seruku lalu ngacir ke pintu. Mereka melongo melihat pintu yang kututup.
“He... he... Bercanda... Bercanda, kok... " kataku yang muncul lagi di pintu. Mereka menghela nafas. Mereka melotot memandangiku protes dengan tingkahku barusan. Kebiasaan buruk memang.
“Aku sudah pernah mengalami dan melihat yang lebih parah dari kejadian kalian ini... " sombongku lagi.
“Eh... Kak Sheila tadi bilang... Double Draco punya Papa sama oom Buana...? Maksudnya apa...?” tanya Hellen.
“Double Draco itu salah satu kekuatan formasi kekuatan oom Ron dan oom Buana... Mereka sekarang punya dua formasi... Enam Agung dan Neo Enam Agung... Nah... Double Draco itu ada di Neo Enam Agung... " jelasku.
“Dibanding dengan kekuatan Papa Iqbal atau tante Elisa... satu Double Draco ini jauh lebih kuat lagi... Double Draco ini sebenarnya adalah dua naga yang menggabungkan diri... Jadi kekuatannya sangat luar biasa... " lanjutku.
“Walau begitu... masih bisa kukalahkan... Double Draco yang sebesar itu pernah kubanting... Hebat, kan?” sombongku lagi.
“Jadi... yang paling kuat itu... kak Sheila... " tanya Hellen lagi semakin kagum.
“Belum tentu... Aku belum pernah coba bertarung dengan bang Eros... atau dengan kalian... " jawabku jujur.
“Bang Eros... juga bisa?” tanya Athena.
“Ya, dong... Mungkin dia lebih kuat dari aku... Kalian pikir... kalian ini lahir di keluarga yang bagaimana...? Tidak ada anggota keluarga yang tidak punya kekuatan... Apa istilahnya...?” tanyaku pada diri sendiri...
“Bakat keluarga... " jawab Satria.
“Ya... itu... Bakat Keluarga... Kalian harusnya senang ada di keluarga ini... Tidak ada yang berani menghadapi kita kalau kita semua bersatu... Ha... ha... ha... " candaku lagi.
“Apalagi cuma... iblis-iblis kecil kaya LUCIFER itu... Itu masalah mudah... " sombongku lagi. ("Aku orang sombong, ya?")
“Jadi... Gimana menyelesaikan masalah ini, kak Sheila...?” tanya Satria. Mungkin dia khawatir sekali dengan keadaan pacarnya yang cantik ini.
“Jangan pernah keluar dari rumah... Di sini tempat yang paling aman... Kalian tau kenapa... Karena rumah ini sudah dijaga dengan baik oleh Neo Enam Agung... " jelasku.
“Aku sempat melihat Double Draco melayang di atap rumah... si Proto Equus hitamitu berlomba lari keliling rumah dengan si Strider Equus itu... Rezona Red Claw CX-85 bersama si singa emas di depan pintu dan Triple Spinning Quarn ada di belakang... " jelasku tentang apa yang kulihat.
“Tak ada yang bisa melewati mereka... Di sini... tempat yang paling aman... Jelas!” tandasku.
“Tapi itu tidak menyelesaikan masalah dengan tetap bersembunyi... " kata Putri.
“Benar... Tidak perlu semua menghadapi iblis-iblis itu... Misalnya... kalian semua pergi menghajar mereka... Satria tetap di sini menjaga Carrie... " pendapatku.
“Kami sudah tau itu, kak... " jawab Putri lagi. “Tapi persoalannya tidak segampang itu... Kita bahkan tidak tau mereka ada dimana...?”
“Itulah gunanya kakakmu ini... Aku bisa melihat apa yang kalian atau para core kalian ini tidak bisa lihat... " sombongku lagi.
“Besar kemungkinan... Kalau sisa prajurit utama iblis itu ada di tiap menara telepon selular ini... Ingat..? Mereka ada delapan... CHEMOSH, ASMODEUS, AZAZEL, BELIAL, ASTARTE, BAPHOMET, ASHTAROTH dan BEELZEBUB... Kalian sudah mengalahkan tiga... yang kelas duanya... "
“Berarti tinggal lima prajurit utama kelas satu... Mereka menguasai masing-masing satu menara untuk tetap mempertahankan posisi serang mereka terhadap rumah ini... "
“Artinya mereka ada di menara telepon itu?” tebak Dewi.
“Tepat sekali... Kita bisa buktikan... Kalian pilih menara yang mana... Kita ke sana... dan menghajar satu iblis dulu... " tawarku.
Mereka memilih satu menara yang ada di bagian atas kiri peta. “Ayo kita ke sana... Satria dan Carrie tetap saja di sini... Biarkan para girlies yang kerja... OK?” seruku pada mereka. Mereka senang sekali mendengar semangatku.
Putri, Dewi, Diva, Athena, Venus, Aphrodite dan Hellen masing-masing sudah siap dengan core mereka... Aku naik apa? Ah... ada akal...
“Oom Ron... Pinjam Rezona-nya, ya... Sebentar aja... ya?” bujukku padanya lewat telepon.
Beres... Karena sudah diizinkan... Aku segera memerintahkan salah satu formasi Neo Enam Agung ini untuk membentuk CHAKTI...
“CHAKTI... ARMED!” dan menyelimuti badanku dengan armor merahnya. Sekarang aku bisa terbang. He... he...
“Ayo... Ke sana!” ajakku pada mereka semua.
Bersama-sama dengan kecepatan tinggi kami menuju menara telepon selular yang akan kami serang...
Sebentar saja kami sudah berada di dekat menara itu.
Aku maju yang paling depan.
Kusisihkan armor Rezona yang menutupi tangan kananku. Akan kubuat prajurit utama iblis itu keluar. Dengan paksa!
HEAAAHH! Seruku mengembangkan telapak tanganku, mengirimkan satu gelombang pukulan. Lalu semakin membesar hingga bisa mencakup seluruh puncak menara itu.
SWEENKKKKK! Deru angin menghantam menara itu.
Aku tidak bermaksud menghancurkan menara... karena bukannya apa-apa... HP-ku operatornya adalah SERVNET... hanya membuat untuk iblis itu keluar...
“Kurang ajar!... Siapa itu?!” seru sebuah suara yang menggema.
Sesosok tubuh kemudian keluar dari balik puncak menara. Ia melayangkan tubuhnya dengan ringan dan berputar hingga ia bisa berhadapan denganku.
Mahluk iblis ini berbentuk lumayan ganjil. Kepalanya berbentuk aneh, seperti campuran kepala buaya dan anjing. Ada sepasang tanduk di kepalanya yang juga dihiasi rambut kasar. Lalu setelah rambut kasar itu ada rambut panjang yang tergerai sampai melewati bahunya.
Ia memakai semacam pakaian yang terbuka pada bagian dadanya yang mempuyai plat dengan sejenis simbol. Pada bagian bahu dan lengannya menggembung besar, tertiup angin hingga bergoyang-goyang. Kakinya seperti anjing, melengkung dengan tapak kaki plus kuku tajam mirip dinosaurus raptor yang jempolnya lebih besar dari yang lain.
Ia menyilangkan tangannya di dada menunjukkan ketenangannya.
“Apa kau yang menyerangku...? Manusia?” tanya iblis itu.
“Betul... Aku mau tanya... Yang mana di antara ini yang kamu... BELIAL, ASTARTE, BAPHOMET, ASHTAROTH atau BEELZEBUB...?” tanyaku.
“Siapa yang ingin tahu...?” tanya iblis ini balik.
“Aku... Sheila... Nggak... Cuma untuk membuktikan teoriku pada adik-adikku ini saja... " jawabku tak terpancing tantangannya.
“Sheila?... Aku tidak tau ada yang bernama Sheila dalam lima bintang atau tiga sinar... Kau yang mana?” tanyanya balik.
“Hei... Gantian, dong... Kau belum menjawab pertanyaanku... Kau yang mana dari nama-nama tadi...?” potongku sebelum dia menguasai pembicaraan.
“Hmm... Aku ASTARTE... " jawabnya.
“ASTARTE...? Bagus... " gumamku. “Hei... Kalian dengar itu... Yang ini ASTARTE... " seruku pada mereka yang ada di belakangku.
“Mau melihat pertunjukan bagus?” seruku lagi. “Yah... Aku juga perlu pertunjukan bagus... Sudah lama sekali tidak begini... "
“CHAKTI... HOMMING MISSILES!” seruku dan dari armor di bagian tanganku bermunculan misil-misil mini yang segera meluncur ke arah ASTARTE.
Ia lumayan kaget karena diserang begitu. Ia menghindar. Tapi itu sudah kuantisipasi dengan mengejarnya ke arahnya bergerak.
“BRADJA SONA!” seruku lagi melepaskan sebuah pukulan dari jarak dekat. Ia masih sempat menangkis dengan menyilangkan tangannya di dada.
Walau begitu, ia belum tau kekuatan pukulan ini kalau dengan kekuatan penuh. Ia lumayan terdorong.
“Hebat juga kau, manusia... " sepertinya ia mulai serius. “NO STRING ATTACHED!” ia melancarkan sebuah serangan.
Ada berpuluh helai semacam tali yang meluncur dari tubuhnya dan melibat tangan, kaki, badan dan leherku. Ia berusaha menghentikan gerakku dan menyerangku dengan sebuah pukulan yang mematikan. Boleh saja...
“CHAKTI... FULL ARMOR PROTECT!” perintahku pada robot formasi Neo Enam Agung berwarna merah ini.
Tepat dugaanku, ASTARTE melayangkan sebuah cakaran dengan berputar menggunakan kakinya yang berkuku tajam. “REAR VIEW MIRROR!”
Tidak apa-apa... Tidak ada yang bisa menembus armor Rezona kalau dalam mode FULL ARMOR PROTECT... Seluruh tubuhku diselimuti logam misterius yang tidak meninggalkan satupun bagian tubuhku terbuka.
Hanya ada kilatan cahaya dari benturan logam dan benda keras yang terjadi.
“CHAKRA!” aku berusaha melepaskan semua tali yang membelengu tubuhku.
Sebuah kilatan cahaya bulat yang berputar kencang memutuskan semua tali itu. Cahaya itu lalu kuletakkan di ujung jari telunjukku.
“DOUBLE CHAKRA!” seruku pelan. Sebuah CHAKRA berganda menjadi dua... Rasakan ini... Aku kemudian melemparkan senjata sinar ini.
Kedua CHAKRA ini berputar berdesing dari dua arah hingga ASTARTE lumayan bingung untuk menentukan arah mana ia harus menghindar. Kena kau!
ASTARTE menghindar dengan melompat ke atas hingga kedua CHAKRA-ku saling menyilang. Ia memandangi ke bawah. Salah besar. TSSSIIIIIIIING!
Ia sempat mendongak. SREK!
Sebuah luka menggores kepalanya juga memutuskan tali yang melintang di dahinya itu.
Dia hanya terpaku pada dua CHAKRA saja... Padahal aku bisa membuat banyak CHAKRA sekaligus karena yang ketiga melukai kepalanya. He... he... Tau rasa. Mau main-main denganku.
Ia kelihatan sangat marah. Rambutnya yang panjang berkibar-kibar karena luapan energinya. Dikiranya mungkin begitu keren sekali...
“WILD CARD!” serunya.
Wah dia juga punya CHAKRA... Tunggu... Itu bukan CHAKRA... Bentuknya segi empat... Seperti kartu... Banyak sekali.
“CHAKTI... TIME TRIAL SPEED!” perintahku pada Rezona Red Claw CX-85.
Segera semua armorku menipis untuk mengurangi semua friksi udara untuk dapat bermanuver dengan lincah di antara hujan kartu serangan ini.
Dengan kecepatan tinggi dan ruangan yang sempit, Rezona membawaku melewati semua serangan itu dengan mudah. Hebat sekali CHAKTI ini... Andai saja ini milikku...
ASTARTE kelihatan geram karena ia tidak bisa membalas lukanya. Ia bersiap dengan serangan baru. Tubuhnya bergetar.
“HELL... FREEZES OVER!” serunya.
Dari balik tubuhnya terbuka sebuah pintu dimensi menghembuskan angin yang anehnya luar biasa dingin.
Dinginnya angin ini segera dijawab dengan munculnya bongkahan es yang di-summon-nya dari neraka dingin, mungkin dimaksudkannya untuk menghimpitku. Tidak boleh tinggal diam...
“CHAKTI... QUICK HIT ATTACK!” sekarang aku baru memakai mode bertarung langsung dengan CHAKTI ini. Semua kekuatan armornya dipusatkan pada bagian tangan untuk serangan cepat ini.
Booster Jet yang menambah kecepatan Rezona membawaku menghancurkan semua bongkah es itu hingga berkeping dengan pukulan tangan.
Setelah semuanya habis, aku segera menuju iblis itu dan menghajarnya dengan cepat. Harus segera diselesaikan...
“CHAKTI... DISENGAGE... OFF!” seruku saat masih didepan ASTARTE. Segera CHAKTI melepaskan dirinya dariku. Jangan dikira aku gila mau melepaskan armor ini tanpa sebab.
“BRADJAAAAA... SONAAAA!” seruku dengan cepat.
Benar! Ini adalah pukulanku dengan kekuatan penuh!
Saat memakai Rezona sebagai CHAKTI, kekuatanku terhambat oleh armor itu.
Hantaman pukulanku menghantamnya dengan telak, tepat di dadanya. Di plat dengan simbol itu...
Aku lalu terdorong mundur karena kuatnya pukulanku sendiri. Aku jatuh.
“CHAKTI... ARMED!” segera saja Rezona kembali menyelimuti tubuhku dengan armornya yang tak tertandingi. Aku aman sekarang. Bagaimana si ASTARTE...
Ia tak memakai baju lagi sekarang... Ia pasti terluka parah... Rasain... Harimu memang sial bertemu dengan aku... Sheila yang hebat... He... he... he...
“Bagaimana ASTARTE...? Masih bisa bertahan? Aku masih bisa melayanimu lagi... Tapi kuakui... Kau hebat juga masih hidup setelah menerima BRADJA SONA-ku dengan tenaga penuh... " seruku padanya.
Sepertinya ia meringis menahan sakit... Hei... Tunggu... Ada yang datang... Aku melihatnya dari radar Rezona...
“Kakak... " seru ASTARTE lirih...
Kakak...? Mahluk yang baru datang ini... kakaknya ASTARTE? Perkembangan bagus.
“Kau tidak apa-apa, dik?” tanya mahluk itu.
“Aku terluka, kak MET... " jawabnya meringis perih.
“Tidak apa-apa... " ia menenangkan adiknya sambil memandangi aku yang telah melukai adiknya. MET? Memet? Math (Matematika)? Komet? Preeet?
“MET...? Kau pasti BAPHOMET, ya?” tebakku.
BAPHOMET ini berbentuk seperti domba yang berwarna putih... Dengan tanduk yang melengkung. Ia memakai armor yang juga berwarna putih. ("Kukira iblis itu selalu dalam kegelapan hingga berpenampilan hitam-hitam... (" ") Ia memakai sayap yang berkibar di punggungnya. Di bahu ada pelindung yang berbentuk tengkorak binatang juga di kedua tangannya. Hanya yang di kanan lebih besar dari pada yang kiri. Juga pada sepatunya begitu juga.
Ia juga memakai tengkorak itu untuk melindungi selangkangannya... Ini yang membuatnya jadi aneh... Ia harusnya tidak memakai itu. Apa gak geli atau sakit, ya?
Di armor badannya ada hiasan ukiran gothic. Perlente juga... juga sebuah simbol si dada kanannya...
“Hebat... Kau bisa melukai adikku... Kami akan membalas kalian... Tunggu saja!” serunya mengancam. Memangnya aku takut apa... Silahkan saja... Aku tunggu...
“Ayo... Kita pergi... " ajaknya lalu masuk ke sebuah pintu dimensi... Mungkin ia lebih realistis karena melihat kekalahan adiknya juga karena Putri, Dewi dan si kembar lima bersama para core mereka datang mendekat. Bisa mati konyol mereka...
“Gimana...? Hebat, kan? Iblis itu dengan mudah kukalahkan... " sombongku lagi.
Masih dengan melayang... adik-adik sepupuku memujiku karena telah bertarung dengan bagus...
Aku akhirnya mengajak mereka pulang...

*****************************************************************************
 
Kaya musik atau karya seni lain gans,
Semua ada genre dan peminat atau "pasar"nya masing-masing.
Sering kali yang sederhana dan simple emang lebih laku :p

Tapi yang penting terus berkarya dengan gaya sendir suhu :semangat:

thank you bro logan sudah mampir baca ceritaku ini.
kira-kira genre begini memang sepi peminat ya, karena pake label fantasy walo setting nya tetap dunia biasa ini.

yg lain thank you juga.
 

Sheila
Sampai di rumah aku kembali membanggakan diriku.
Rezona Red Claw CX-85 sudah ku kembalikan posisinya, menjaga gerbang rumah.
... Sampai efek pertarungan tadi mulai terasa...
Badanku terasa panas dingin... Aduh... Aku benci sekali pada saat begini... Aku terpaksa harus menggunakan PUPPET MASTER lagi...
“Kak Sheila kenapa...? Apa kakak terluka...?” tanya Athena khawatir pada keadaanku.
“Enggak... nggak pa-pa... Ini sudah biasa terjadi... Aku hanya perlu melakukan sesuatu agar efek pertarungan tadi bisa hilang... Sebentar... " jawabku sambil mencari-cari sesuatu dalam tasku. Mana, sih?...
“Waduh... Mana PUPPET MASTER-ku... Apa ketinggalan di rumah...? Waduh... Gimana, nih?... " bisa-bisanya aku meninggalkan barang yang penting seperti itu.
“Nih... PUPPET MASTER-mu... Ceroboh sekali meninggalkannya di mobilku... " seru seseorang yang baru datang.
“Wah... Makasih, bang Eros... " hamburku padanya setelah aku mendapatkan PUPPET MASTER-ku. Untung saja dibawa bang Eros.
“Bang Eros kapan datangnya...?” tanya Putri heran.
“Baru aja... Jendela kamarmu, kan terbuka... “ jawabnya enteng saja. “Kenapa... nggak liat, ya?”
Ah... Yang penting aku sudah mendapatkan PUPPET MASTER-ku...
PUPPET MASTER adalah sebuah boneka kecil yang berguna untuk saat-saat seperti ini. Dengan mencabut sebuah jarum yang menusuk kepala boneka ini akan membuatnya membesar sehingga seukuran manusia dewasa.
Juga dengan begitu mengaktifkan sebuah medan energi berbentuk lingkaran yang bisa dimasuki pemiliknya, aku...
“Ya, udah... Masuk sana... Lain kali aku nggak mau membawakan PUPPET MASTER-mu lagi... Biar aja ilang sekalian... " ancam bang Eros. Aku melengos aja cuek...
“Bang Eros... PUPPET MASTER itu untuk apa...?” tanya Hellen penasaran.
“Lihat saja... " jawabnya setelah melihat aku masuk.

Eros :
Sheila sudah masuk ke dalam medan energi dan membuatnya menjadi tanpa busana lagi.
Saat itu aku melihat mereka kaget sekali, tak percaya.
Memang fungsi utama PUPPET MASTER jenis ini memang untuk tugas ini... Karena tadi aku mengetahui kalau Sheila baru saja bertarung yang pasti membuatnya kehilangan banyak energi. Ia perlu memulihkan energi itu kembali.
Sheila menyentuhkan jarinya pada semacam tombol pada dahi boneka yang membesar itu untuk mengaktifkannya.
Secara virtual, boneka itu berubah bentuk menjadi seorang lelaki yang juga telanjang di depan Sheila.
Sheila nampak senang sekali. Apalagi melihat penis boneka itu lumayan besar.
“Bang Eros... Ini PUPPET MASTER yang mana? Kok lain dari yang biasa Sheila pake?” tanyanya sambil menggenggam penis boneka itu.
“Ya... yang itu baru abang up grade... Masih yang lama, kok?” jawabku.
PUPPET MASTER memang buatanku. Aku punya banyak sekali tipe PUPPET MASTER. Tapi yang ini memang dirancang khusus untuk mengembalikan stamina Sheila setelah habis pertarungan. Dengan cara berhubungan seks dengannya.
Sheila sudah berpelukan dengan boneka itu setelah penisnya masuk ke vagina adikku. Boneka ini lalu mulai bekerja dengan memompakan penisnya keluar masuk dengan kecepatan konstan.
Sheila keenakan dengan begitu ia bisa mengembalikan staminanya lagi.
Aku lupa kalau mereka, adik-adik sepupuku ini juga sedang menonton Sheila dengan melongo. Aku geli sendiri. Kaya baru pertama sekali nonton bokep.
Sheila akhirnya selesai dan keluar dari medan energi itu dan mendapatkan kembali pakaiannya. Ia kelihatan sangat segar.
“Makasih, bang Eros... " katanya mencium pipiku.
“Ya..ya... Jangan ditinggal lagi... " jawabku.
“Bang... bang... Eros... itu tadi apa?” tanya Hellen.
“PUPPET MASTER... Namanya PUPPET MASTER... Yang tadi itu punya Sheila... gunanya mengembalikan kondisi tubuh menjadi fit kembali sehabis bertarung... " jawabku.
“Wah... kaya kami juga, dong... Kami juga bisa main sama core kami... Ya, kan?” seru Venus.
“Hmm... Begitu, ya... Jadi dasarnya sama aja... Tapi PUPPET MASTER bang Eros bukan cuma untuk itu... " ujarku. “Masih ada PUPPET MASTER lain yang berfungsi lain... Seperti ini... "
Aku mengeluarkan beberapa PUPPET MASTER yang kubawa. Bentuknya bermacam-macam.
“Wah, bang Eros udah besar masih main boneka... " kata Aphrodite menimpali.
Aku mesem aja... Memang aneh, sih... Sudah besar begini... hobiku membuat boneka seperti ini...
“He... he... Enggak dong... Ini kan bukan untuk main-main“ belaku. “Contohnya ini... " aku mencabut jarum dari kepala sebuah boneka. Setelah membesar, aku menyentuh tombol kepalanya.
Ia menjadi seorang wanita yang berpakaian sihir. Memegang sebuah lingkaran mirip hula hop.
“Gunanya untuk teleport... Kita bisa berpindah tempat dalam waktu singkat... " seruku memberi contoh. “Kita coba yang dekat saja, ya... Kesana... " tunjukku pada sudut kamar.
Aku memegang bahunya agar saat ia teleport, aku bisa terikut. Boneka ini mengangkat lingkaran itu ke atas dan menjatuhkannya... FLUP!
Kami menghilang dan muncul kembali di sudut ruangan.
“Wah... hebat...!” seru mereka semua.
“Apa lagi yang ada, bang?” tanya Hellen bersemangat sekali.
“Hmm... Ini... " jawabku mengaktifkan satu PUPPET MASTER lagi. Masih berbentuk wanita dengan pakaian ketat berwarna merah dan sebuah jet pack di punggungnya.
“Yang ini untuk terbang dengan cepat... " jelasku.
“Bonekanya... apa perempuan semua, bang? Bang Eros kaya nggak pernah punya pacar, ya... Bonekanya perempuan mulu semua... " timpal Aphrodite lagi.
Anak ini...? Aku jadi mesem lagi...
“Ada!... Ini!... " kata Sheila mengambil sebuah boneka dari saku celanaku. Aku tak sempat mencegahnya saat ia mengaktifkan boneka itu.
“Ini... Ini pacar bang Eros... Orangnya seperti ini... Nggak benar kalau bang Eros nggak punya pacar... " seru Sheila semangat sekali membelaku.
“Cantik, ya...?” seru Aphrodite memuji boneka itu.
Boneka ini kubuat semirip mungkin dengan Isabel, pacarku. Boneka yang ini tidak kuberi kemampuan apapun karena hanya untuk kulihat kalau aku rindu padanya.
“Tapi boneka ini, nggak bisa ngapa-ngapain... Paling juga.. dibukain bajunya sama bang Eros... he... he... he... " goda Sheila yang lalu menjauhi jangkauan jitakanku. Mereka tertawa semua.
“Ya... Isabel-ku sedang ada di luar negri... kuliah... Makanya ini kubuat untuk selalu bisa melihatnya... Bonekaku juga ada padanya... " jelasku.
“Luar negrinya dimana, bang?” tanya Diva.
“Australia... Di Perth... " jawabku lagi.
“Sama dengan Carrie, dong... Rumahnya, kan di Perth juga... " celetuk Aphrodite.
Carrie? O... bule ini... Pacar Satria? Bagus juga pilihan anak ini...
“O iya... Abang sampe lupa bilang... Kalau abang juga disuruh Papa Iqbal... juga Papa kalian... Untuk membantu... Agar lebih mudah dalam menyelesaikan masalah ini... Bagaimana? Sudah mengerti, ya?” seruku menjelaskan.
“Kalau begitu... Abang perlu tau situasinya dulu... Coba Putri... cerita sama bang Eros, ya...?” mintaku. Si Putri yang paling tua di antara mereka.
Ia mulai bercerita...

“Apa... kalian belum mengetahui... pemilik core misterius yang berwarna merah itu... ZOV?” tanyaku menganalisa cerita mereka.
Mereka menggeleng.
“ZOV tidak pernah muncul lagi sejak itu... Jadi kami tidak punya jejaknya... atau siapa yang memanggilnya..” jawab Satria.
“Aku curiga... kalau pemilik ZOV itu... punya hubungan erat dengan iblis-iblis ini... Karena AZAZEL... saat itu sangat takut padanya... Setidaknya ia sederajat dengan prajurit kelas satu... " terkaku.
“Siapapun dia... Rasanya ia sangat dekat dengan kalian... Ia selalu tau semua gerakan kalian... Ia sudah bergerak tanpa kalian sadari... dan mempengaruhi... salah satu dari kalian... " kataku.
“Maksudnya...?” tanya Dewi.
“Rumah ini... dari awal kemunculan ZOV... sudah mereka ketahui... Dan... Sheila bilang kalau ia melihat medan energi gelap mengelilingi daerah kita ini... yang berbentuk bintang terbalik... Mereka sedang berusaha melemahkan kekuatan daerah ini... " teoriku.
“Untungnya ada pelindung ini... Sehingga menjadi stabil kembali... Apalagi tadi... Sheila sudah mengacaukan satu menara hingga keseimbangan mereka sendiri menjadi goyah... "
“Mau tak mau... mereka harus merubah rencana mereka... Atau menunggu lebih lama lagi... " tandasku.
Mereka jadi lebih berpikir lebih keras lagi.
 
Chapter 16 : Devil’s Associate

Di rumah Vivi Anne, ia sedang sedirian di kamarnya yang luas itu. Ia sedang memegangi bola bergerigi yang telah diambilnya dari Satria. Ia memandangi bola itu seolah sedang memandangi pemiliknya.


Vivi Anne :
How’d I describe this boy anyway?... He’s kinda average boy you’d see everyday at school... on the street... Just ordinary... But how’d ever since I jumped on him... I cannot resist his vision outta my head. ("Bagaimana cara menggambarkan cowo ini? Dia hanya cowo biasa yang biasa kau liat tiap hari di sekolah, di jalan. Biasa saja. Tapi sejak aku mendekatinya, aku tidak bisa membuangnya dari pikiranku")
Now... he’s filling me all over... This thing keeps me ringin’... when I felt his lips... when I humped on his cock... and when he unconciously creamed me... ("Sekarang ia memenuhi pikiranku. Perasaan ini terus mengganggu saat kurasakan bibirnya, saat kubermain dengan kemaluannya dan saat ia tidak sadar berejakulasi padaku")
Oh... shit! Why did I let him cream inside me...??! I’ve been told that... he’s having such virus... to deal with the devil... ("Sial! Kenapa aku biarkan ia ejakulasi di dalam? Aku sudah diberitahu kalau ia mengandung virus itu, yang berkenaa dengan para iblis")
“BEELZEBUB! Come before me!” I cried out loud. ("BEELZEBUB! Kemari segera!” panggilku kuat-kuat")
In just split second... That man blinkin’ before me. ("Hanya dalam hitungan detik, orang itu muncul di hadapanku")
“What is it, my dear LILITH?” he pleaded. ("Ada apa, LILITH-ku tersayang? jawabnya")
“Did you know what I did after I took this sphere from Satria just then?” asked me. ("Apakah kau tau apa yang kulakukan kemudian setelah mengambil bola ini dari Satria?” tanyaku")
“As a matter of fact, I did... You laid with him... " he answered. ("Sebenarnya, aku tahu. Kau tidur dengannya” jawabnya")
“Why didn’t you stop me? Letting him creamed me... You knew he got the virus!” my tone got uphill. ("Kenapa kau tidak mengentikanku? Membiarkannya nembak di dalamku. Kau tau dia punya virus itu!” suaraku meninggi")
“It won’t affect anything bad to you, my dear princess... However... it had given a good advantage... “ ("Hal itu tidak menyebabkan hal buruk padamu, tuan putriku tersayang. Malahan itu memberikan keuntungan baik")
“Didn’t I tell you about what had happened to our dreadful second class comrade... AZAZEL... which happened to be pieces again... ten times... " ("Sudahkah kuberitahu apa yang telah terjadi pada teman kelas dua kita yang menyedihkan itu, AZAZEL, yang kebetulan menjadi kepingan lagi, sepuluh kali")
“Those five stars quint had smacked the ten of AZAZELs with their VIOLENCE’s form... I believe that soon... you’ll get your VIOLENCE state as well... " ("Lima bintang kembar lima itu telah menghancurkan sepuluh AZAZEL dengan bentuk VIOLENCE mereka. Aku yakin segera... kau juga akan mendapatkan bentuk VIOLENCE-mu")
“As a matter of fact,... the virus... we, the devil scared of... trigger a good effect on you that own a core... Every core owner has a VIOLENCE form... See?” this man-form demon explained widely. ("Sebenarnya, virus itu, yang para iblis takuti, memicu efek yang baik untukmu yang memiliki core. Setiap pemilik core memiliki bentuk VIOLENCE. Paham?” iblis berbentuk manusia ini menerangkan seluas-luasnya")
“Really...?” his explanation relieved me. Even amused me. ("Benarkah?” penjelasannya melegakanku. Bahkan menyenangkanku")
“How’d I transform into that VIOLENCE stuff?” I asked again with real high anxiety. ("Bagaimana cara aku berubah ke bentuk VIOLENCE itu?” tanyaku antusias sekali")
“I’m not really sure... It comes in various ways... In your case... Maybe we need a second trigger to unseal it... " he said. ("Aku tidak begitu yakin. Ada berbagai cara. Dalam kasusmu, mungkin kita perlu pemicu kedua untuk membukanya” katanya")
“My destiny, you mean?” I guessed. ("Takdirku, maksudmu” tebakku")
“Precisely... " he shorted. ("Tepat sekali” jawabnya singkat")
“My destiny to be the lord of the darkness’ bride?” ("Takdirku untuk menjadi pengantin Penguasa kegelapan?")
“Your destiny to slay the quint... You’ve never face these quint girls in person, haven’t you?” his says made me more dazzled. ("Takdirmu untuk membantai si kembar lima. Kau belum pernah bertemu dengan mereka langsung, kan?” perkataannya semakin membuatku bingung.
“You mean... I gotta encounter these girls to achieve my VIOLENCE?” I insisting my guess. I don’t really need the encounter word since it will sound like I have to fight those quintuplet. ("Maksudmu, aku harus menghadapi cewe-cewe ini untuk mendapatkan VIOLENCE-ku?” aku menekankan pada tebakanku. Aku tidak seharusnya memakai kata menghadapi karena seolah aku aku harus bertarung dengan kembar lima itu")
“Correct... With our help... of course... We’ve found those girls’ weakness against one thing... " ("Benar. Dengan bantuan kami tentunya. Kami sudah menemukan kelemahan kelimanya pada satu hal")
“Their parent?” cut me in while. ("Orang tua mereka?” tebakku cepat")
“No... We cannot handle their parent this very moment... They’re more powerful than we can imagine... " ("Tidak. Kita saat ini belum bisa berhadapan dengan orang tua mereka. Mereka jauh lebih kuat dari yang bisa kita bayangkan")
“... It’s their boyfriend, I said... " ("Maksudku pacar mereka")
“Well... Understood... " pleaded me. It’s quite a down. Boyfriends as weakness. I don’t recognize that feeling since I never got any boyfriend. ("Baiklah. Paham” jawabku. Mengesalkan memang. Pacar sebagai kelemahan. Aku tidak paham perasaan itu karena aku belum pernah punya pacar")
That stupid thing called love... tch..! Bullshit! ("Hal bodoh yang disebut cinta. Cih! Omong kosong!")
“Do your gangs plan something... that I can participate in, BEELZEBUB man?” I asked him now in curiousity. ("Apa kelompokmu merencanakan sesuatu yang aku bisa aku ikuti, BEELZEBU?” tanyaku sekarang dengan penasaran")
“Indeed... Soon we’ll a perform the second wave raid... Everything is ready as we speak... I’ll let you know... If you excuse me... my dear LILITH... " he then merged himself into the faint dark shadow. ("Ada. Segera kita akan melaksanakan serbuan gelombang kedua. Semua sudah siap saat kita berbincang ini. Aku akan memberitahumu. Sekarang saya permisi, LILITH-ku tersayang” ia kemudian menghilang di bayangan gelap")
Soon, heh?... I can’t wait any longer... My prince awaits me down there... I wonder how’d he really think of me... that LUCIFER guy...? Does he really love me? I can’t believe it just like that. ("Segera, ya? Aku tak sabar menunggu lagi. Pangeranku menungguku di bawah sana. Apa pendapatnya tentangku, si LUCIFER itu? Apa ia benar-benar mencintaiku? Aku tidak bisa percaya begitu saja")
And that head of main fighters of demon... BEELZEBUB... He keeps calling me... his dear LILITH... What’s the connection between us? ("Dan ketua prajurit iblis itu, BEELZEBUB, ia terus memanggilku–LILITH tersayangku. Apa hubungan antara kami berdua?")
He’s been visiting me every night at my previous old-bored Catholic boarding school... ("Ia selalu mengunjungiku setiap malam di sekolah asrama Katolik lamaku")
I think... he really loves school girl... that makes him disguise in teacher profession as he’s doin’ now in my up-going school... ("Kupikir, ia sangat menyukai cewek sekolah sehingga ia menyamar menjadi guru seperti yang sekarang dilakukannya juga di sekolahku sekarang")
He also did the same way when introduced himself six months ago. That time, he showed up as a new transfered lecturer-monk from Israel. He looked as average as another Caucasian male in deep with his Christian teaching. ("Itu juga yang dilakukannya saat memperkenalkan dirinya enam bulan lalu. Saat itu, ia muncul sebagai rahib pengajar yang baru ditransfer Israel. Ia terlihat seperti lelaki Kaukasia biasa yang memperdalam pengajaran Kristen")
He turned out to be approaching me real close as sudden appearrance at my quarter. ("Ternyata ia mendekatiku sedekat kemunculan tiba-tibanya di kamarku")

“Good lord, mister Lecturer... You surprised me... Are you lost...?” tanya Vivi Anne yang lumayan kaget mendapati guru baru itu tiba-tiba muncul di kamar asramanya. ("Ya, Tuhan, tuan pengajar. Anda mengejutkanku. Apa anda tersesat?")
“You can call me BEELZEBUB... " ("Kau boleh memanggilku BEELZEBUB") jawab lelaki itu memperkenalkan diri.
“I thought your name is Michael... " ("Saya pikir nama anda Michael") heran Vivi Anne.
“I used that name to dishonor the angel that had disgraced me from heaven... " ("Aku menggunakan nama itu untuk mencela malaikat yang mengusirku dari surga") jawabnya membingungkan.
“What?” ("Apa") kaget Vivi Anne.
“You... you’re... from heaven..?” ("Anda-anda dari surga?") cengang gadis muda ini.
“Was... in heaven... Michael drove me out from there... and ever since... I serves another lord... " ("Dulunya di surga. Michael mengusirku dari sana. Dan sejak itu aku melayani tuan yang lain") jawabnya.
“Wait a second... BEELZEBUB... you said?” ("Tunggu sebentar, BEELZEBUB, kata anda?") ia menunggu jawaban dari pria itu. Ia mengangguk.
“You... demon... O... my God... Spare me...!” ("Anda iblis. Ya, Tuhan. Ampuni aku!") Vivi Anne menjadi panik setelah mengetahui siapa pria ini sebenarnya.
“Don’t be scared, my dear LILITH... I shall unfold of what you really are... " ("Jangan takut, LILITH-ku tersayang. Saya akan menunjukkan siapa dirimu sebenarnya") seru iblis kelas tinggi ini.
Ia menyentuhkan telapak tangan kanannya ke dahi Vivi Anne yang gemetar ketakutan.
______________________________________________________

I felt blitz and lively sparks of bright and dark light came thru’ my head and enlight all my thought and memory. For that moment, I can understand what and who I am. ("Aku merasakan sinar dan letupan cahaya terang dan gelap di dalam kepalaku dan membuka pikiran dan memoriku. Untuk saat itu, aku paham apa dan siapa diriku")
LILITH
That name echoing in my head. That’s my name... ("Nama itu bergema di kepalaku. Itu namaku")
Unconciously, I had seated on my bed with him as my breath receding normal. ("Tanpa sadar, aku terduduk di ranjangku dengannya seiring nafasku kembali normal")


Pria itu, BEELZEBUB, mengarahkan kepala Vivi Anne ke bawah. Di pangkuannya sudah mencuat penisnya yang menegang keras. Besar sekali!
Vivi Anne mengulum benda itu dan menghisapnya dengan kuat. Mereka begitu sampai beberapa lama. Padahal itu saat pertama sekali baginya.
Lalu BEELZEBUB membaringkannya di ranjang asrama itu dan mulai menindih Vivi Anne. Iblis itu mengambil perawan gadis itu dengan cepat.


Whew... What was I thinkin’... A demon took my cheery... in this very monastery... And the worst thing is... I like it! ("Wow. Apa yang kulakukan? Iblis mengambil keperawananku di asrama biara ini. Dan yang terburuknya adalah... aku menyukainya!")
He excused himself leavin’ my quarter in blitz second of fading. That’s how he always visits me for the rest of couple months. Until he explained the situation. ("Ia permisi meninggalkan aku dengan cepat menghilang. Begitulah caranya selalu mengunjungiku selama beberapa bulan kemudian. Sampai ia menjelaskan keadaannya.

“We had located a very good sign of the appearance of the HOLY LIGHT... somewhere in Indonesia... And soon we’ll prepare anything necessary to acquire it... " ("Kita telah menemukan tanda yang sangat bagus tentang kemunculan HOLY LIGHT, disuatu tempat di Indonesia. Dan segera kita akan menyiapkan apa-apa yang diperlukan untuk mendapatkannya")
I also prepared myself to move to Indonesia... Learning the language and other stuffs necessary... To this town where I’m now located. Prepared the transfering me to the same school as the HOLY LIGHT is. ("Aku juga mempersiapkan diri untuk pindah ke Indonesia. Mempelajari bahasanya dan hal lain yang diperlukan. Ke kota ini dimana aku sedang berada sekarang. Menyiapkan kepindahanku ke sekolah dimana HOLY LIGHT sekarang berada")
I’m not the same Vivi Anne as I’m used to be. I have a goal. A purpose. ("Aku bukan Vivi Anne yang dulu lagi. Aku punya target. Sebuah tujuan")

*****************************************************************************
 
“Vivi Anne... Tugas kita kemarin sudah kukumpulkan sama ketua kelas... " sapa Satria saat ia teman semejanya itu sudah masuk kelas.
Saat itu Carrie sedang duduk di samping Satria. Duduk di bangku Vivi Anne. Ia hanya tersenyum tetapi tidak kepada Carrie.
“Would you mind...?” ("Kau keberatan?") katanya dingin pada Carrie.
“What?” ("Apa?") tanya Carrie pura-pura cuek.
“I want to sit down on my own chair... So please... " ("Aku mau duduk di kursiku. Tolong... ") serunya menjelaskan.
Carrie yang selalu terbiasa duduk di situ agak tersinggung karena selama ini Yudha, teman semeja lama Satria akan duduk di tempat lain atau keluar kelas selama ia di situ. Tapi apa daya.
Entah mungkin ngambek atau marah, Carrie langsung saja berdiri dan keluar kelas.
Satria yang akan mengejarnya ditahan Vivi Anne yang menghalangi jalannya.
“So... Bagaimana kabarmu hari ini, Satria...?” tanya Vivi Anne membuka pembicaraan.
“Baik... " jawabnya pendek. Ia tidak berkonsentrasi pada Vivi Anne karena ia tadi bermaksud mengejar Carrie.
“Apa kamu tahu... apa yang kita lakukan kemarin...?” tanya Vivi Anne misterius.
“Hah?” mendengar itu, Satria baru mulai memperhatikan Vivi Anne. “Melakukan apa...?”
“Kamu tidak ingat?... Kita... " Vivi Anne menjawabnya sambil mendekatkan wajahnya pada Satria.
“Heh?” Satria tercekat tak bisa bernafas saat teman semejanya itu mencium bibirnya.
“... melakukan itu?" sambungnya setelah ciumannya selesai.
Satria merapatkan punggungnya pada dinding kelas. Ia menatap nanar pada seisi kelas... Sepertinya tidak ada yang melihat kejadian tadi... Kecuali...
... Yudha... Ia sedang mengerjakan sesuatu di mejanya, di belakang. Ia memberikan kode kalau ia akan tutup mulut. Aman... Ia memang teman sejati.
“Apa... apa lagi yang kita lakukan kemarin?... Kenapa aku tidak ingat?” tanya Satria kelihatan panik.
“Hanya itu saja... Kamu tidak ingat sama sekali...?” Vivi Anne balik bertanya.
“Hanya itu? Apa kau yakin?” desak Satria. Ia curiga kalau apa yang dicium Carrie kemarin kalau ia habis berhubungan seks itu benar. Dan itu dengan anak ini... Kenapa dia bisa lupa?
“Ya... Hanya itu saja... Eh... Kelas akan dimulai... Ibu guru sudah datang... " Vivi Anne mengalihkan pembicaraan karena pelajaran akan segera dimulai.
Satria masih kebingungan sendiri. Ia berkali-kali mencuri pandang pada teman semejanya ini. Ia sama sekali tenang. Seperti tidak ada kejadian apapun.
Saat Satria sudah mulai bisa berkonsentrasi pada pelajaran, yang dengan susah payah dicapainya. Cup...
Dengan cepat, Vivi Anne mengecup pipinya! Benar...
Satria kaget setengah mati. Ia khawatir kalau teman-teman sekelasnya melihat perbuatan Vivi Anne tadi.
Sepertinya aman... Lagi-lagi hanya Yudha yang melihat. Ia kembali memberi kode tutup mulut. Benar-benar teman sejati. Tapi anak ini tidak boleh dibiarkan... Bisa-bisa dia jadi kelewatan.
Satria menulis sesuatu di bukunya dalam huruf besar.
STOP! DON’T DO IT AGAIN!
("Hentikan! Jangan lakukan lagi!")
Ia memberikan tulisan itu pada Vivi Anne agar bisa dibacanya. Ia tersenyum dan membuat tulisan sebagai jawaban.
I WON’T STOP. I LIKE YOU.
("Aku tidak akan berhenti. Aku suka kamu")
Satria bingung sekali. Ia tidak mau membuat tulisan lagi kecuali diam menerima nasibnya dan pasrah.
Sekali lagi ia mengecup pipi Satria dengan cepat dan membuat sebuah tulisan lagi.
I CAN’T HELP IT. I LIKE YOU.
("Aku tidak bisa berhenti. Aku suka kamu")
Satria sudah tidak dapat lagi mencegahnya. Ia hanya bisa berpikir bagaimana caranya agar Carrie tidak tau mengenai hal ini. Ia tau pasti kalau pacarnya itu sangat tidak suka dengan teman semeja barunya ini.
Saat jam istirahat, Carrie tidak mau lagi datang ke kelas Satria. Ia lebih suka gabung dengan Putri dan Dewi di kantin. Saat Satria ke sanapun, ia diam saja.
Mungkin masih ngambek. Satria pun tidak bisa lagi berpikir bagaimana cara meredakan emosi pacarnya ini. Ia hanya memikirkan bagaimana agar kejadian selama di kelas tadi tidak diketahui Carrie.
Apa diceritakan saja? Bunuh diri namanya. Ia sudah terlalu banyak membuat masalah dengan wanita... Pertama dengan ibu Karen... Vita dan Shanti... Suster Susan... dan sekarang Vivi Anne. Apa Carrie masih bisa bersabar?
Oo... Masalah datang... Dengan langkah ringan Vivi Anne datang menghampiri mereka yang sedang makan di kantin.
“Hai... Boleh bergabung?” sapanya dengan ramah. Ia sama sekali tak membuat kesan kalau ia sedang bermasalah dengan Carrie yang jelas-jelas bersama mereka.
Putri dan Dewi jelas tak punya alasan menolaknya... Ia duduk tepat di depan Satria. Ia memesan teh botol.
Ia masih bisa ngobrol dengan Putri dan Dewi sementara Satria dan Carrie diam saja.
Untung saja kejadian ini hanya sampai di situ saja karena jam istirahat telah berakhir. Satria menghela nafas lega. Apa dia lupa kalau Vivi Anne duduk di sampingnya sepanjang waktu sekolah? Kasihan...
Sepulang sekolah, di mobil, Carrie tetap diam dan hanya melihat keluar jendela. Satria pun tak punya keberanian untuk menegurnya. Padahal sebelum-sebelumnya, mereka masih bisa bercumbu bahkan di dalam mobil sekalipun.

Carrie masih mogok bicara dengan Satria. Ia bahkan tidak mau masuk kamar Satria dimana ia selama ini tidur. Ia memilih ke kamar Putri.
“Err... You don’t speak to Satria this whole morning I pressume...?” ("Ng. Kau lagi diam-diaman sama Satria sepanjang pagi ini, ya?") tanya Putri.
“Don’t pressume anything..” ("Jangan mengira-ngira apapun") jawabnya dingin.
“Something happened and you came to my room... I know you... Something is really wrong here... " ("Sesuatu terjadi dan kau datang ke kamarku. Aku kenal lu. Sesuatu sedang terjadi di sini") korek Putri.
“Come on... I know what’s wrong... You’re jealous with that Chinesse-American girl, ain’t you? I can see that back in the canteen... " ("Ayolah. Aku tau ada apa. Kau cemburu dengan cewe China-Amerika itu, kan?") potong Dewi.
“O... that’s why... I dig it now... Like you don’t know... He won’t cheat on you... though he fucked ‘em, you know... " ("O, begitu. Aku paham sekarang. Kaya lu gak tau aja. Dia tidak akan menyelingkuhimu walaupun ia mengentoti mereka, kau tau?") jelas Putri menenangkan temannya itu.
“Do you know how many girls Satria had fucked?... Not including us... Most of ‘em... are by force... Do you want me to mention ‘em one by one...?” ("Apa lu tau berapa banyak cewe yang sudah dikentoti Satria? Tidak termasuk kita. Kebanyakan dari mereka dilakukan dengan cara paksa. Apa kau mau aku menyebutnya satu per satu?") tanya Putri mengingatkan.
“First... Mrs. Karen... She trapped Satria in her office... Vita and her sister Shanti... tied him up and raped him... that’s the worst one... with that nurse... named Susan... I can’t say it’s a force fuck but it’s not really a fuck... Just fed him with breast milk and cunt cream... That’s all... And you suspected him fucked that girl... Vivi Anne too...? Well, think it over, will you?” ("Pertama, bu Karen. Ia menjebak Satria di kantornya. Vita dan adiknya, Shanti, mengikat dan memperkosanya. Itu kejadian yang terburuk. Dengan suster itu yang bernama Susan. Aku tidak bisa menyebutnya sebagai ngentot paksaan tapi itu bukan entot betulan. Hanya memberinya makan dengan ASI dan cairan pepeknya. Hanya itu dan kau mencurigainya ngentot dengan cewe itu, Vivi Anne juga? Pikirkan lagi, ya?") jelas Putri panjang lebar.
Semua perkataan Putri tadi bahkan belum bisa meredakan kemarahan Carrie. Sepertinya cemburu buta. Mereka berdua, Putri dan Dewi hanya bisa menghela nafas.
Mungkin ia kini marah pada semua orang hingga ia keluar dari kamar Putri. Dewi sempat mengingatkannya agar tidak keluar rumah. Pekarangan masih aman.
Carrie sedang berusaha menenangkan dirinya dengan berjalan mengitari pekarangan rumah yang lumayan luas itu. Ia berpikir sendiri. Putri dan Dewi mengawasinya dari jendela.

“Put... kita buat Satria mengaku apa yang sebenarnya terjadi... Apa dia memang ada main sama Vivi Anne itu... Supaya jelas... " usul Dewi.
“Betul... Ayo... " setujunya. Berdua mereka menuju kamar Satria. Mereka langsung saja masuk.
Satria ditemukan sedang duduk di sudut kamarnya yang gelap. Ada apa dengannya?
“Kenapa ‘lo, Sat?” tanya Putri saat menemukan Satria dalam keadaan begitu.
“Hng? Oh... Nggak pa-pa, kok... Hanya bingung..” jawabnya. Dewi menyalakan lampu kamar itu.
“Bingung kenapa?” tanya Dewi kemudian.
“Aku sama sekali tidak ingat kalau aku dan Vivi Anne kemarin berciuman... " kata Satria mengaku.
“Berciuman... Kemarin...? Waktu kau di rumahnya itu?” jelas Dewi. Satria mengangguk.
“Aku sama sekali tidak ingat... Padahal tidak terjadi apa-apa padaku... Ia tidak memberiku obat tidur atau semacamnya... Aku tetap sadar sepanjang di sana... Tapi ia bilang kalau kami berciuman kemarin... " kenang Satria.
“Berarti dia bohong!” langsung saja Putri mengambil kesimpulan.
“Bohong?” tanya Satria pada dirinya sendiri. Masa ia tidak berpikir sejauh itu.
“Apa kau berharap kalau itu benar, heh?” goda Dewi. Putri tertawa.
“... Di kelas tadi... ia benar-benar menciumku... " aku Satria. Ia sebenarnya agak ragu menceritakannya. Tapi karena dua orang ini adalah saudara kembarnya, ia jadi berani.
“Di kelas?” berbarengan keduanya bengong.
“Apa tidak kelihatan orang?” tanya Putri penasaran. Satria menggeleng.
“Waktu itu pelajaran belum mulai... Yang lihat cuma si Yudha... Ia mau tutup mulut... Untung cuma dia saja... Dia baek sekali... " cerita Satria.
“Di bibir?” tanya Dewi lagi. Satria mengangguk lemah.
“Juga beberapa kali di pipi... " tunjuk pada Satria pada pipi kanannya. “Itu juga dia buat tiba-tiba... Juga cepat... Untungnya cuma Yudha lagi yang liat... " lanjut Satria.
“Gawat... Anak itu agresif sekali... Kau harus ceritakan ini pada Carrie... kalau nggak... nanti dia tambah salah paham... Dia aja nggak ngomong sama aku juga... " ujar Putri tentang teman bulenya itu.
“Ya... Kau harus minta maaf padanya... Kau juga harus janji... kalau kau tidak akan meninggalkannya... " dukung Dewi.
“Baik... Aku akan bicara padanya... " putus Satria.

Di kamar Hellen yang sedang kosong. Di meja belajarnya, sebuah kotak kecil berisi pecahan HP yang pernah dipecahkan Gabriel di depan pintu gerbang mereka, keluar sesuatu.
Itu merupakan bayangan hitam. Hitamnya massa ini lebih pekat dari hitamnya hitam. Seakan tidak akan ada sinar yang akan bisa membuatnya menjadi terang.
Bentuknya kecil saja tetapi cukup kuat. Ia mulai merayap dengan gerakan cepat. Melalui dinding dan keluar lewat jendela.
Kamera keamanan di kamar Hellen itu sempat menangkap pergerakannya yang membuat alarm peringatan penyusup berbunyi.
Pemilik kamar, Hellen tentu saja langsung mengetahui hal ini. Ia saat itu masih dalam perjalanan pulang dari sekolahnya. Mengetahui kalau ada penyusup di kamarnya ia langsung menyelidiki. Tapi ia tidak mendapat tanda kehidupan sebagai penyusup itu.

Carrie yang berjalan di sekitar pekarangan rumah akan segera mengetahui siapa penyusup itu!
Bayangan hitam kecil itu telah menemukan target buruannya. Carrie!
Ia segera berkembang dengan cepat dan membentuk sesosok mahluk yang lumayan besar. Ukurannya sebesar badak Afrika dengan kulit tebal yang berlapis-lapis dari dahi sampai ujung ekornya. Ia mempunyai sepasang tanduk yang menghadap ke depan. Keempat kakinya besar sekali dengan kuku tumpul. Dengus nafasnya membarakan uap panas.
Carrie takut sekali melihat mahluk itu, yang secara mendadak muncul di depannya, sampai ia terjatuh karenanya. Ia hanya bisa beringsut berusaha menjauh.
Kenapa mahluk ini bisa masuk? Padahal sudah dipasangi pelindung oleh Ron dan Buana. Pelindung hanya dibuat untuk menghalangi yang masuk sedangkan yang di dalam akan dilindungi. Karena itu pelindung ini tidak berfungsi baik.
Gabriel memasukkan mahluk ini ke dalam pecahan HP-nya yang kemudian dibawa masuk oleh Hellen. Sehingga saat waktunya tiba, bisa keluar dan sudah berada di dalam lingkungan pelindung Neo Enam Agung.
Satria, Putri dan Dewi mendengar teriakan Carrie. Segera saja mereka menuju asal suara itu. Ketiganya langsung mengeluarkan core mereka masing-masing agar lebih cepat tiba di sana.
Di halaman samping mereka melihat mahluk besar itu sedang berusaha melakukan sesuatu. Ia sedang mengambil nafas panjang. Mulutnya terbuka lebar dan...
SYUUUUTTT!
Mereka hanya bisa melihat Carrie tersedot dan mahluk itu membuka mulutnya lebar-lebar.
Ia menelan Carrie!
“CARRIE!” teriak Satria panik sekali. Ia sama sekali tidak memperdulikan apapun. Ia sangat marah saat melihat pacarnya ditelan monster itu.
Ia memasuki proses VIOLENCE lagi.
Bagaimana mungkin? Sphere VIOLENCE RAGE-nya sudah diambil Vivi Anne? Apa ini VIOLENCE-nya yang kedua?

Yang pertama yang dapat dilihat dengan mudah adalah rambut Satria tumbuh menjadi panjang sekali sampai berurai. Lalu rambut-rambut menutupi seluruh tubuhnya kecuali muka, dada dan telapak tangannya. Urat-urat masih terlihat menonjol di wajahnya seperti saat ia menjadi RAGE.

BEAST!

BEAST Satria berhasil menangkap kedua tanduk mahluk itu. Ia tampaknya hendak memaksa mahluk itu untuk mengeluarkan Carrie dari dalam perutnya.
BEAST Satria berhasil sedikit mengangkat kepala mahluk yang selalu menunduk itu dan akhirnya sama sekali mendongak ke atas.
“CARRIE!” serunya dengan suara yang menyeramkan. Lalu disusul dengan sebuah pukulan yang diarahkan ke bahunya yang berkulit tebal. PRAK!
Ternyata mahluk ini sangat kuat. Pukulan BEAST Satria hanya menimbulkan sebuah lembaman pada kulit bahunya.
Ia menggoyangkan kepalanya untuk melepaskan cengkraman BEAST Satria pada tanduknya. Berhasil! Genggaman BEAST Satria terlepas dan ia terdorong mundur.
Tapi BEAST Satria langsung maju lagi dengan beberapa pukulan baru yang disarangkannya ke dahi mahluk itu. Juga beberapa tendangan.
Satu tendangan yang diarahkan ke dagu ternyata lebih terasa bagi mahluk berkulit tebal ini. Ia menemukan jalan.
Serangan BEAST Satria kini diarahkan pada bagian tubuhnya yang tidak terlindungi kulit tebal. Bagian tubuh itu semuanya berada pada bagian tubuh bawah hingga ia harus membuatnya berdiri agar bisa mengahajar perutnya.
BEAST Satria mundur sebentar lalu menyiapkan sebuah pukulan. Lalu dengan cepat, sebuah upper cut menghajar dagu mahluk itu. Memang sangat keras sehingga ia mengangkat kepalanya.
Lalu disusul dengan tendangan yang juga sangat keras ke bagian leher membuat mahluk besar ini seperti berdiri dengan kaki belakangnya.
BEAST Satria lalu mengambil kesempatan untuk menghajar perut mahluk itu dengan harapan bisa membuat Carrie keluar dari sana.
Ia dengan penuh kekuatan berusaha untuk merobek perut mahluk itu. Tentu saja ia tidak dibiarkan begitu saja. Mahluk itu memukuli tubuh BEAST Satria.
Ternyata itu tidak begitu dirasakannya. Mungkin dalam VIOLENCE ini, kekuatan dan pertahanannya terhadap serangan sudah sangat tinggi sekali hingga pukulan keras mahluk itu tak terasa padanya.
“CARRRIIIEEE!” teriak BEAST Satria sangat menyeramkan. Jari tangannya sudah hampir terbenam pada kulit tebal mahluk itu.
“CAAA... RRRRIIIIIIEEEEEEEE!” dengan sebuah hentakan ia berhasil merobek perut mahluk itu lebar-lebar.
“Carrie...?” tapi BEAST Satria tak dapat menemukan Carrie disana. Ia jadi kebingungan harus berbuat apa lagi.
“Satria...! Carrie sudah dibawa lewat lubang itu!” seru Dewi di belakangnya. Ia dari tadi hanya bisa menyaksikan pertarungan itu bersama Putri, itu pun dari jarak yang aman.
Ia mencoba mencari arah yang ditunjuk Dewi. Benar! Di dalam perut mahluk itu ada sebuah lubang dimensi. Rupanya mahluk ini hanya sebuah alat untuk mengambil Carrie dan juga berfungsi sebagai pintu.
BEAST Satria menjadi sangat marah karena ia tidak akan mengetahui, kemana Carrie telah dibawa.
Ia meregangkan semua ototnya dengan kekuatan penuh. Sepertinya ia akan menghancurkan mahluk ini. Mahluk sebesar badak Afrika ini lalu ditendangnya hingga terbang tinggi ke atas. Lalu jatuh kembali.
Saat itulah pelindung baru berfungsi.
“Apa itu?” seru Putri saat melihat sesuatu muncul menyerang mahluk yang jatuh kembali itu. Benda itu berbentuk lingkaran dengan tiga buah benda tajam yang berputar dengan cepat.
Ia memotong-motong tubuh mahluk itu dengan mudah seperti memotong kertas. Sisa tubuhnya jatuh kembali ke halaman dan memudar hilang. Benda berputar itu lalu kembali masuk ke dalam lingkaran pelindung rumah.
“Kau!” paling BEAST Satria menoleh pada arah gerbang. Ada seseorang berdiri di sana.
“Itu Gabriel!” seru Putri mengingatkan.
Tanpa pikir panjang BEAST Satria langsung menghambur ke sana, melompati pintu gerbang tinggi itu dengan ringan.
Gabriel juga mundur menjauh lalu melayang tinggi. Melihat itu, BEAST Satria memikirkan sesuatu.
“XOXAM! JADILAH SAYAPKU!” perintahnya pada core-nya. Segera bagian tubuh XOXAM menyelimuti bahu BEAST Satria dan memunculkan sepasang sayapnya.
Ia lalu dengan mudah terbang mengikuti Gabriel.
“KEMBALIKAN CARRIE-KU!” teriaknya menakutkan.
Iblis yang berbentuk manusia itu hanya tersenyum tipis menunjukkan sebuah sphere berwarna hitam. Kemungkinan besar di dalam itulah sekarang Carrie berada.
“Ambil kalau bisa... " tantangnya. Ia lalu melayang mundur menjauh dengan ringan.
BEAST Satria mengejarnya dengan kemarahan yang makin memuncak. “XOXAM! BERIKAN CAKARMU!” teriaknya.
Di kedua tangan BEAST Satria kini terbentuk dua cakar seperti kepunyaan XOXAM. Ia bersiap mengayunkan senjata itu pada Gabriel.
“TOP SHIELD!” Gabriel membuat sebuah pelindung bagi dirinya. Ia kemudian berada dalam sebuah lingkaran energi pelindung yang dicakari BEAST Satria. Hanya ada bunga api yang terpercik dari pertemuan cakar XOXAM dan pelindung itu.
“Kau tahu siapa aku, kan...?” ujarnya mengejek BEAST Satria. Ia lalu mengubah dirinya. Perubahannya hanya sedikit saja. Hanya ada penambahan sepasang tanduk di atas kepalanya.
“ASHTAROTH... " serunya sombong. “Kau hebat juga... Walau VIOLENCE RAGE-mu sudah diambil... Ternyata masih ada VIOLENCE lain yang lebih kuat... BEAST... Hebat juga... Tapi tidak cukup kuat untukku... " katanya makin mengejek BEAST Satria.
BEAST Satria makin marah dan terus berusaha menghancurkan pelindung itu.
“Kurasa sudah cukup main-main kita... Aku masih ada pekerjaan lain... Sampai jumpa lagi di neraka... manusia... " serunya. Ia lalu masuk ke dalam sebuah lubang dimensi yang menutup dengan cepat.
Melihat itu, BEAST Satria makin putus asa karena harapan untuk menyelamatkan pacarnya, Carrie hilang sama sekali. Ia kembali meregangkan ototnya untuk melepaskan kemarahannya.
“CCCCCAAAAAARRRRRRIIIIIIIIEEEEEEE!”
Teriakan kemarahan BEAST Satria sangat memekakkan telinga ditambah lagi dengan gelombang suaranya yang memecahkan kaca-kaca rumah penduduk di radius berpuluh meter dari tempatnya melayang.
Ia tidak tau lagi harus berbuat apa. Dimana mencarinya. Sama sekali kosong. Ia tetap melayang. Mungkin berpikir...
Apa ia bisa berpikir dalam keadaan begitu...?
 
“Satria... Satria... Tenangkan dirimu... " bujuk Putri yang terbang bersama XOTA.
“Kita akan cari jalan menemukan kembali Cariie... Ayo... Satria... Tenanglah... " Dewi juga ikut membujuknya dengan terbang bersama XOLA.
“Heeerrrgghhh... " dengus BEAST Satria. Ia sepertinya tidak akan mau menenangkan dirinya. Ia tetap dalam keadaan marah dan tak terkendali. Matanya masih berkilatan dengan amarah dan dendam. Perasaan yang menakutkan. Sulit sekali berpikir jernih dalam kondisi ini. Hanya ada satu keinginan. Keinginan untuk menghancurkan.
“Lebih baik kita membuatnya lelah, Put..” usul Dewi.
“Bagaimana caranya... Kalau kita bertarung dengannya... kita tidak akan sanggup... " ingat Putri.
“Bagaimana kalau kita minta kembar lima itu saja yang bertarung dengannya dengan bentuk VIOLENCE mereka... Seimbang, kan? Satria kasihan sekali... Hanya itu yang bisa kita lakukan... " usul Dewi lagi.
“Itu mobil mereka... " tunjuk Putri pada jalanan. Mobil yang membawa kembar lima sepulang sekolah itu sedang menuju pulang.
“Diva! Kalian cepat turun dari mobil... Udah!... Jangan banyak tanya!... Ini keadaan darurat...! Pak Sudi disuruh langsung pulang saja! Cepat!” seru Putri menelepon Diva yang duduk di bangku depan.
Kembar lima itu sedang berdiri di tepi jalan kebingungan tentang apa yang terjadi. Saat itulah, Putri turun. Dewi tetap bersama BEAST Satria melayang di udara.
“Kalian lihat itu...! Itu Satria dalam bentuk VIOLENCE keduanya... Sangat menakutkan... Ia sama sekali tidak mau tenang... karena Carrie baru saja diculik Gabriel! Ia tidak akan bisa berubah menjadi manusia kalau tetap marah... " jelas Putri. Mereka semua menatap ke atas. BEAST Satria tetap di sana, seperti kebingungan.
“Lalu... Kami bisa apa, mbak?” tanya Hellen.
“Kalian berubah jadi VIOLENCE juga... dan hajar Satria... Tidak usah ragu-ragu... Dia sendirian... kalian berlima... Ini hanya untuk melemahkannya saja... Kalau dia sudah lemah... ia tidak akan marah lagi, kan?” jelas Putri lagi.
Mereka kaget sekali mendengarnya. Menghajar Satria? Orang yang mereka sayangi? Apa mereka sanggup?
“Ayo kalian jangan ragu... Ia sangat sedih sekarang... Sangat marah... Kalian tidak akan mengerti... Ia kehilangan Carrie... Ayo! Cepat berubah!” desak Putri hampir menangis.
“Mbak...?” Diva juga masih ragu.
“Kalau kami berdua, aku dan Dewi bisa berubah VIOLENCE,... Kami sendiri yang akan melakukannya... Tapi kami tidak bisa... Tolonglah... Cepat... " Putri kini mulai mengeluarkan air mata menyesali kenapa ia tidak bisa berubah untuk menolong Satria.
“SHOCK! VIOLENCE!” tiba-tiba Aphrodite berteriak.
Mereka menyaksikan perubahan Aphrodite menjadi VIOLENCE tepat di depan mata.
“Ayo... Kita tolong mas Satria... " kata SHOCK Aphrodite. Ia lalu melompat tinggi ke arah BEAST Satria.
Melihat kesungguhan Aphrodite itu, mereka yang lain juga ikut tergugah dan ikut menolong. Apalagi mengetahui kalau berubah VIOLENCE itu ternyata mudah. Tinggal konsentrasi dan berteriak. Untuk kembali menjadi manusia juga menyenangkan. Tinggal menghubungi para pria itu saja dan semua masalah beres.
“STREAM! VIOLENCE!”
“BLAZE! VIOLENCE!”
“RUSH! VIOLENCE!”
“TREMOR! VIOLENCE!”
Keempatnya berubah VIOLENCE hampir bersamaan lalu segera menghambur menuju BEAST Satria.
“Semoga berhasil!” seru Putri dari bawah.

SHOCK Aphrodite yang pertama sekali mencapai BEAST Satria dan langsung menyerang.
“SHOCK!” ia mengibaskan tangannya dan mengakibatkan sebuah titik petir menyengat BEAST Satria.
Ternyata itu tidak terlalu menyengat BEAST Satria. Ia bergetar sedikit menahan serangan listrik kejut itu. BEAST Satria kini malah memandang SHOCK Aphrodite dan yang menyusul di belakangnya sebagai musuh.
Setidaknya itu membuatnya lupa akan kehilangannya.

“RAGING BEAST!” serunya.
BEAST Satria kini berubah merah. Seluruh rambut yang awalnya berwarna abu-abu itu kini berubah merah. Tampaknya ia bertambah marah.
“HEAAAAAHHHHH!” dengan sebuah gerakan cepat ia masing-masing memukul kelima VIOLENCE lima bintang itu sekali.
Mereka semuanya terpental. TREMOR Hellen yang mempunyai pertahanan terkuat juga walau tidak sejauh yang dialami BLAZE Athena yang bertubuh ringan dan mendarat di atas pohon. STREAM Diva menyeimbangkan dirinya dengan terbang. RUSH Venus menolong jatuhnya dengan membuat angin dari bawah hingga tetap di udara. SHOCK Aphrodite mendaratkan dirinya di atas atap rumah penduduk.
“Wah... mas Satria tidak main-main... Ia benar-benar marah... Ia tidak ingat apa-apa sama sekali... " seru STREAM Diva kaget.
“Jangan menyerah! Kita buat mas Satria lelah... Dia membutuhkannya... Ayo!” seru BLAZE Athena menyerbu maju.
BLAZE Athena menyerang BEAST Satria dengan menggunakan ekor scorpion juga sengatan di tangannya. Tetapi tampaknya tubuh keras BEAST Satria yang berwarna merah ini sangat kuat. Rambut merah itu merupakan pelindung bagi kulitnya. Bahkan ia juga tak merasakan panas api yang di keluarkan BLAZE Athena. Karena momentum ketinggiannya berakhir ia mundur memberi kesempatan pada yang lain.
Dua buah misil kecil yang ditembakkan TREMOR Hellen menghantam bahu BEAST Satria disusul cakaran SHOCK Aphrodite yang terkuat bahkan tidak meninggalkan luka secuilpun pada BEAST Satria.
Melihat itu, TREMOR Hellen melepaskan MICRO SHOTS-nya untuk mengalihkan perhatiannya pada dirinya. Lalu serangan utama menyusul. Kepalan tangan kanannya ditembakkan! MACRO FIST! TREMOR Hellen tidak mau tanggung-tanggung menyerang.
BEAST Satria hanya bergeming sedikit saja menerima serangan itu. Sangat kuat! TREMOR Hellen bingung sendiri melihat itu.
SHOCK Aphrodite kembali menyerang lagi. Ia memperpanjang cakarnya dan membuat gerakan berkelebat berputar untuk menambah efek serangannya.
Melihat itu, BEAST Satria hanya perlu menyilangkan kedua tangannya untuk bertahan. Pergesekan serangan itu seperti menghantam metal yang sangat keras karena menyebabkan percikan bunga api.
“PUKULAN HIU” seru RUSH Venus dari jarak beberapa meter. Lalu menyusul beberapa pukulan yang berbentuk hiu menyerang BEAST Satria secara berputar. Ia tetap bertahan.
“CAKAR MERAK!” STREAM Diva kini mengambil giliran. Sepertinya dia ingin mencoba sesuatu. Serangan itu diarahkan pada bagian dada yang tidak ditumbuhi rambut.
Sebagai catatan, saat awal berubah tadi, BEAST Satria masih memakai baju kaos dan celana panjang yang sudah terkoyak karena pembesaran otot tubuhnya. Dan sekarang, ia sama sekali tanpa pakaian karena sudah dicabik-cabik serangan sebelumnya.
Dengan begitu, mereka bisa melihat seluruh tubuh BEAST Satria yang melayang menggunakan sayap XOXAM. Seluruh tubuhnya ditumbuhi rambut merah kecuali bagian dada, muka, telapak tangan dan kaki.
Serangan STREAM Diva diarahkan pada bagian dadanya. BEAST Satria tidak sempat menahannya...
SQUAK!
Seperti ada sesuatu yang terbuka... BEAST Satria meringis seperti menahankan sakit. Dan rasa kesakitan itu semakin hebat hingga tak tertahankan lagi dan...
“HHHHAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHH!” serunya keras sekali.
Ia melepaskan semua rasa sakit itu membuat sebuah gelombang suara yang lebih dahsyat lagi dari yang pertama dilakukannya.
Radiusnya kini lebih jauh dan membuat kerusakan yang lebih besar lagi pada lingkungan sekitarnya. Beberapa pohon terdekat bahkan tumbang dan seng serta genteng rumah berterbangan. Sangat kuat!
BEAST Satria kini melayang dengan kekuatan baru. Simbol yang dulu ada di dadanya kini muncul lagi. Berwarna merah dan menyala terang. Rambut merah panjangnya berkibaran karena luapan energi yang tak terbayangkan.
“Gawat... mas Satria makin marah... Hati-hati semuanya...! Ini semakin berbahaya!” seru STREAM Diva pada yang lain. Mereka juga pasti menyadari bahayanya BEAST Satria sekarang.
Mereka mengelilingi kakak sepupu yang berubah merah ini dengan penuh kewaspadaan.
“Kalian semua! Bawa Satria ke tempat yang sunyi! Di sini banyak penduduk! Berbahaya!” seru Putri dari bawah.
Benar juga... Kalau mereka bertarung habis-habisan, akan ada banyak kerusakan dan juga korban. Pertarungan harus dilakukan di tempat yang sepi. Bagaimana caranya? Mereka bahkan tidak bisa menyentuhnya.
Saat mereka kebingungan cara membawa BEAST Satria ke tempat yang sepi, seseorang datang!
“Serahkan padaku!” rupanya Sheila dengan memakai CHAKTI Rezona yang kembali dipinjamnya.
“DOUBLE DRACO!” serunya dengan lantang.
Dengan tiba-tiba muncul mahluk raksasa berbentuk naga dengan dua kepala. Sayapnya sangat lebar mengepak mendorongnya cepat.
BEAST Satria melihat itu dan terlambat untuk bertindak. Tubuhnya dicengkram oleh kedua tangan naga itu hingga tak bisa bergerak lagi. Ia hanya bisa meronta-ronta ingin bebas.
“Ikuti DOUBLE DRACO itu!” seru Sheila pada kembar lima juga pada Putri dan Dewi.
Mereka semua lalu bergegas mengejar naga itu menuju ke arah luar kota. Ini mungkin maksudnya membawa BEAST Satria menjauh dari tempat ramai.
DOUBLE DRACO lalu menjatuhkan BEAST Satria di tengah-tengah sebuah lapangan golf yang luas. Lalu naga itu membumbung tinggi dan menghilang di awan.
“Di sini tempat yang aman untuk bertarung!” seru Sheila.
Benar juga... Lapangan golf ini letaknya jauh dari kota dan berada di tengah ladang dan hutan. Lagipula lapangan golf ini milik keluarga mereka jadi segala kerusakannya bisa mereka jelaskan nanti.
“Aku ingin ikut bertarung dengan kalian... Tetapi nampaknya ini urusan para VIOLENCE... Semoga berhasil, ya?” seru Sheila. Ia ikut bergabung dengan Putri dan Dewi yang menonton dari jarak yang aman.
Kelima VIOLENCE lima bintang itu tetap mengelilingi BEAST Satria yang makin meradang.
“HEHHHHHHHH!” seru BEAST Satria menyiapkan sesuatu.
Rambut merah di bahunya bertambah tebal dan panjang hingga bersatu dengan rambut yang tumbuh di kepalanya.
“FURY BEAST!” serunya.
Sebuah gelombang energi yang semakin dahsyat menyapu tempat itu hingga seluruh pohon-pohon di sana tumbang. Putri dan Dewi bisa bertahan dengan bantuan core mereka sedang Sheila membuat pelindung dengan CHAKTI pinjamannya.
BEAST Satria kini berdiri dengan tegak di sana menanti serangan para lima bintang. Rambut merah semakin banyak tumbuh di tubuhnya. Ia semakin kuat.
Kenapa para lima bintang tidak juga menyerang? Ada apa dengan mereka?
“Heh... Kalian kenapa? Tunggu apa lagi? Cepat serang Satria sebelum dia bertambah kuat lagi!” seru Putri tak sabar. Ia sangat khawatir sekali melihat Satria yang makin tak terkendali.
Sesuatu memang terjadi pada kelima bintang lima ini. Seperti yang mereka ketahui, bila mereka ingin kembali menjadi manusia, mereka harus berhubungan badan dengan pemilik pasangan benda pemanggil core mereka. Dengan begitu, vagina mereka akan membuka dengan sendirinya di depan para pria itu.
Tetapi, kini hal itu terjadi pada mereka tanpa ada pemilik pasangan benda pemanggil core. Vagina mereka terbuka dan mereka kini sedang terangsang! Apa karena perubahan BEAST Satria menjadi FURY BEAST?
“Sudah! Terus lemahkan Satria! Main dengannya!” seru seseorang.
Itu Eros. Rupanya ia baru tiba dengan dibantu PUPPET MASTER-nya yang bisa terbang dengan Jet Pack.
Benar... Mereka bertujuan untuk membuat BEAST Satria lemah dan dengan seks dengan lima VIOLENCE lima bintang, pasti bisa membuatnya lelah. Bisa dibayangkan bila sesama VIOLENCE bersenggama.
Bila biasanya, Satria dalam keadaan normal saja bisa menghadapi kelimanya, bagaimana kalau dalam keadaan VIOLENCE? Masih tetap hebatkah?
Karena kelima VIOLENCE lima bintang ini semakin terangsang, mereka melakukan gerakan-gerakan yang sensual. Mereka bergerak berputar semakin mendekat. BEAST Satria hanya bisa memandangi mereka. Ia masih penuh kewaspadaan.
Untung saja daya tarik sensual lima bintang ini memang sangat besar karena BEAST Satria mulai menunjukkan tanda-tanda tertarik dengan tawaran mereka.
Dari selangkangan BEAST Satria yang tertutup rambut merah, mencuat batang penisnya yang luar biasa besar dan juga panjang. Berdiameter sekitar 3 inchi dan panjang 30 cm! Besar sekali!
Kelima VIOLENCE lima bintang itu sudah merapat pada BEAST Satria dan mulai meraba seluruh tubuhnya terutama penis raksasa itu.
Di ujung sana, tempat dimana Eros, Sheila, Putri dan Dewi berada, mereka merasa lega karena usaha mereka untuk menenangkan Satria mulai menunjukkan hasil. Tapi belum selesai.
Kini mereka menyaksikan bagaimana BEAST Satria menghujamkan penisnya yang luar biasa besar itu pada STREAM Diva yang mendapat giliran pertama.
Setelah beberapa lama, sekitar satu jam, barulah BEAST Satria selesai dengan STREAM Diva. Ia memuntahkan sperma BEAST-nya pada liang VIOLENCE ini.
Lalu kemudian menyusul untuk satu jam berikutnya, BLAZE Athena yang mendapat giliran. Setelah itu RUSH Venus satu jam juga. Berikutnya satu jam dengan SHOCK Aphrodite. Dan terakhir kalinya, satu jam yang kelima dengan TREMOR Hellen menjadi penutup seks VIOLENCE yang luar biasa ini.
Setelah berhubungan seks dengan BEAST Satria, para kembar lima ini sendiri yang menjadi kelelahan hingga mereka berubah menjadi manusia biasa lagi dan terbaring di sekitar BEAST Satria.
Para kakak sepupu mereka yang menonton jadi sibuk untuk mengangkut tubuh mereka, menyingkir dari BEAST Satria.
BEAST Satria selesai dengan kelimanya tapi sepertinya tidak lelah sama sekali... Strategi mereka gagal?
Ia sepertinya lupa apa yang harus dilakukannya. Ia berjalan kesana-kemari mencoba mengingat sebab ia jadi begini. Ia meraung-raung menyedihkan. Ia sepertinya menyesal meladeni kelima VIOLENCE tadi dan melupakan tujuan awal yang sama sekali tak bisa diingatnya lagi.
Di pinggir sebuah danau buatan dekat green, hole ke-18, BEAST Satria berteriak kuat dengan penuh duka...
“HHEEEEAAAAAAAAARRRRGGGGGGHHHHHHHH!”
Lalu ia jatuh tepat di pinggir danau kecil itu.
Para saudaranya memburunya kesana dengan khawatir. Putri, Dewi dan Sheila. Eros tetap menjaga kembar lima yang masih pingsan kelelahan.
Putri sempat mendengar suara Satria yang terakhir sebelum ia pingsan, “... Carrie... " Pelan sekali. Setidaknya ia telah ingat.
Tubuh Satria perlahan kembali menjadi normal dengan menghilangnya rambut merah yang menutupi seluruh tubuhnya. Rambut kepalanya juga kembali pendek seperti biasa.
 
Ternyata ada yg pny core selain keluarga satria to?ato jngn"....

di cerita ini, konsepnya semua mahluk hidup punya core tapi tidak banyak yang bisa mengendalikan core miliknya. apalagi keluarga Satria jenisnya adalah core istimewa.

thank you agan deviliant sudah mampir.
 
Bimabet
Chapter 17 : HOLY LIGHT

“We’d done something really wrong about his VIOLENCE... He has a better version of that RAGE... BEAST! I got so lucky that he believed that it won’t compete me... " ("Kita telah melakukan kesalahan besar tentang VIOLENCE-nya. Sekarang ia mempunyai versi yang lebih kuat dari RAGE; BEAST! Aku sangat beruntung saat ia percaya kalau kekuatannya itu tidak akan bisa menyentuhku") seru Gabriel alias ASHTAROTH pada Vivi Anne.
“A better version of RAGE? I’ve never been told about that... BEELZEBUB! You know something? Tell me!” ("Versi yang lebih kuat dari RAGE? Aku tidak pernah diberitahu tentang itu. BEELZEBUB! Kau tahu sesuatu? Beritahu aku!") seru Vivi Anne balik pada Michael alias BEELZEBUB.
“I have no idea about that either... I’m as clueless as you both... We misjudged this boy’s strength... And we cannot afford taking this BEAST and a stronger one appear... " ("Saya juga tidak mengetahuinya. Aku sama tak tahu seperti kalian berdua. Kita telah meremehkan kekuatan remaja itu. Kita tidak mungkin mengambil kekuatan BEAST ini juga dan malah yang lebih kuat akan muncul lagi") jelas Michael.
“But at least... If it shall appear... Our Lord shall vanquish him... with this HOLY LIGHT... " ("Tetapi setidaknya, jika itu terjadi, Tuan kita akan menghabisinya berkat bantuan HOLY LIGHT ini") sambungnya memegang sphere hitam yang berisi Carrie.
“When will we resurrect my prince?” ("Kapan kita akan membangkitkan kembali pangeranku?") tanya Vivi Anne tak sabar lagi.
“Soon, my dear LILITH... Soon... The preparation is about to settle in two more days... Right at the full moon of the Thirteenth Saturday... BLACK SABBATH... " ("Segera, LILITH-ku tersayang. Segera. Persiapannya sedang dilakukan dalam dua hari ini. Tepat pada bulan purnama Sabtu ke tiga belas. BLACK SABBATH") ujar Michael.
“How’d about those three lights and five stars... They won’t never stop their searching... " ("Bagaimana dengan tiga sinar dan lima bintang itu. Mereka tidak akan menghentikan pencarian mereka") tanya Gabriel.
“I have another plan for them, my comrade... Please... do summon another main comrades of ours... I shall share my thoughts of how to handle them... " ("Aku punya rencana lain untuk mereka, temanku. Tolong panggilkan teman-teman kita yang lain") jawab Michael.
Gabriel berkonsentrasi sebentar lalu muncullah dari kegelapan tiga sosok tubuh lainnya. Mereka ASTARTE, BAPHOMET dan BELIAL.
“What is the grudges... that made us summoned from our posts, BEELZEBUB?“ ("Ada masalah apa sehingga kami harus dipanggil dari pos, BEELZEBUB?") tanya iblis domba putih berarmor, BAPHOMET.
“As you acknowledge... We’ve made capturing the HOLY LIGHT... and soon we’ll be able to resurrect our Lord LUCIFER from his eternal sleep... And within two days from now... He shall be with us to rule this world again... " ("Seperti yang sudah kalian maklumi, kita sudah berhasil menangkap HOLY LIGHT dan segera kita akan bisa membangkitkan Tuan LUCIFER kita dari tidur abadinya. Dan dalam dua hari dari sekarang, Dia akan bersama kita untuk menguasai dunia ini lagi") jelas BEELZEBUB.
“And the preparation is ready as I speak right now... since the man who is ready to accept the essence soul of our Lord LUCIFER is now in his total hatred state... " ("Dan persiapan sudah siap saat saya berbicara saat ini juga karena lelaki yang sudah siap untuk menerima ruh inti Tuan LUCIFER kita sekarang sudah berada dalam keadaan total kebencian yang penuh") sambung pemimpin prajurit utama ini.
“Yeah... That’s right... I can’t wait any longer... " ("Ya, benar. Aku sudah tidak sabar lagi menunggu") seru ASTARTE menimpali.
“But don’t loosen your guard because in between those two days... anything can happen beyond our hands... That boy and his sisters are more powerful right now... Nevertheless... Our comrade,... ASTARTE had the taste of this new coming girl... She is one of his cousin... She’s also powerful... " ("Tapi jangan turunkan kewaspadaan kalian karena diantara dua hari ini, apapun bisa terjadi diluar kuasa kita. Remaja itu beserta saudara-saudaranya sekarang lebih kuat. Apalagi, teman kita, ASTARTE sudah merasakan gadis baru ini. Ia salah satu sepupunya. Dia juga kuat") ingat BEELZEBUB tentang orang yang baru muncul ini, Sheila.
“According to my sources... There’s one more of them... He is this girl’s brother... Use various kind of PUPPET MASTER... Also very strong... We should be aware of him... His skill in making types of PUPPET MASTER... is unlimited... How does he make those puppets... is unknown... " ("Menurut sumberku, ada satu lagi. Dia abang gadis tadi. Menggunakan berbagai jenis PUPPET MASTER. Dia juga sangat kuat. Kita harus waspada padanya. Kemampuannya dalam membuat berbagai PUPPET MASTER tidak terbatas. Bagaimana cara ia membuat oineka itu juga tidak diketahui") tambahnya.
“So... what can we do to handle them?” ("Jadi apa yang kita lakukan untuk menghadapi mereka?") tanya BAPHOMET.
“The only thing we could do is... Keep on stand guard... If ever one of you confront one of them... Never hesitate to back off... We’d better wait untill Lord LUCIFER blessed us with the ultimate power... " ("Satu-satunya yang bisa kita lakukan adalah, tetap siaga. Jikalau salah satu dari kalian menghadapi mereka, jangan ragu untuk mundur. Kita sebaiknya menunggu sampai Tuan LUCIFER menganugrahi kita dengan kekuatan tertinggi") jelas BEELZEBUB. Terang saja ia khawatir kalau-kalau lima prajurit utama sampai berkurang untuk menjaga bidang bintang terbalik. Mereka sudah kehilangan tiga prajurit walaupun hanya yang kelas dua.
“And never... let any of them know... that... This is our base station for the mission... Understood?” ("Dan jangan biarkan mereka tahu bahwa di sini adalah basis misi kita. Paham?") tanya BEELZEBUB pada tiap anggotanya. Mereka mengangguk paham.
“But I really want to repay my vengeance to that red armor girl... She really beat me off with humiliation... " ("Tapi aku ingin sekali membalas dendamku pada gadis berzirah merah itu. Dia benar-benar menghajarku sampai ku malu") ketus ASTARTE.
“You can do that after the blessing... " ("Kau dapat melakukan pembalasanmu setelah penganugrahan") jawab BEELZEBUB dengan bijaksana. “After the blessing... I let you do whatever you want to do... " ("Setelah penganugrahan, saya akan mengizinkanmu melakukan apa yang kau mau") tambahnya.
“Any question?” ("Ada pertanyaan?") tanyanya lagi. Ternyata dalam hierarki iblis pun, ada demokrasi yang seperti ini.
“BELIAL? Do you have any question?” ("BELIAL? Kau punya pertanyaan?") tanya BEELZEBUB pada iblis berbadan besar itu. Ia menggeleng. Ia sama sekali tidak bersuara.
“Ok... You may dismiss to your posts... Remember... Stand guard and avoid direct confrontation... " ("Baiklah. Kalian boleh bubar dan kembali ke pos masing-masing. Ingat, waspada dan hindari konfrontasi langsung") perintahnya.
Ketiganya kembali menghilang di kegelapan bayangan ruangan.
“Can we put this HOLY LIGHT onto the sacrificing statue?” ("Dapatkah kita meletakkan HOLY LIGHT ini ke patung pengorbanan?") tanya Gabriel.
“Sure... Let us go to the underground chamber... " ("Tentu. Mari kita menuju ruangan bawah tanah") jawab Michael setuju. “My princess... Would you mind?” ("Tuan Putriku, silahkan?") mintanya pada Vivi Anne.
Gadis itu lalu bergerak ke dekat ranjangnya dan memutar sebuah semacam kunci rahasia pada batang besi ranjang itu. Sebuah pintu rahasia terbuka di samping ranjang itu, menunjukkan sebuah tangga yang menuju ke bawah.
Mereka bertiga turun bersama-sama menuju ruangan rahasia. Ruangan ini berada di bawah tanah dan sangat tersembunyi.
Ruangan ini lumayan besar dengan penerangan yang dibuat sesuai dengan fungsinya. Tempat kebangkitan LUCIFER!
Ada sebuah patung seekor iblis tepat di tengah ruangan. Tangannya menjura ke atas seperti sedang memegang sesuatu. Juga ada sebuah meja besar yang terbuat dari batu di sampingnya. Di atasnya ada sebuah kotak panjang dari kayu.
Michael dan Gabriel berdiri di depan patung itu. Michael mengeluarkan sphere hitam itu di tangannya. “Come forth now the one who is inside this very sphere!” serunya.
Sphere hitam itu mulai terang dan berubah putih... lalu bersinar terang sekali.
Saat semuanya kembali normal, seseorang telah berdiri dengan tidak sadar sama sekali. Carrie...
“Walk her to the statue, my comrade” ("Bimbing dia ke patung, temanku") perintah Michael pada Gabriel. Carrie yang seperti tak sadar menurut saja saat dibimbing mendekat pada patung monster itu. Ia dibuat berdiri membelakangi patung dan tangannya diangkat ke atas hingga tepat di tangan patung monster yang sedang menjura itu.
Secara otomatis, seperti hidup, tangan patung itu mencengkram pergelangan tangan Carrie dengan erat.
“That’s it... “ ("Sudah") ujar Gabriel lega karena dengan begitu tinggal menunggu waktunya tiba untuk mengambil HOLY LIGHT dari tubuh gadis ini.
“Hng... Where am I...?” ("Ng. Dimana aku?") keluh Carrie sadar. Ia perlahan-lahan mencoba mengenali tempat ia berada dan dengan siapa dia berada di ruangan asing ini.
“Ah... You’re awake... We’ve been expecting to see you in thousands of years... And now the wait is about to end... " ("Ah. Kau sudah bangun. Kami sudah menantimu ribuan tahun. Dan sekarang penantian akan segera berakhir") seru Michael.
“Wait... wait!... Who the hell are you people? Hng? Vivi Anne??? Is that you?” ("Tunggu-tunggu. Siapa kalian orang? Ng? Vivi Anne? Apakah itu kau?") tanya Carrie lalu mengenali gadis yang berdiri paling belakang.
“Right... It’s me... " ("Benar. Ini aku") jawabnya datar.
“You... you’re the one behind all of this?” ("Kau dalang semua ini?") tanya Carrie tak percaya apa yang dilihatnya.
“Behind of what? I didn’t plot anything against you... I just play my role here... " ("Dalang apa? Aku tidak melakukan apa-apa padamu. Aku hanya memainkan peranku di sini") jawab Vivi Anne. Ia lalu berjalan ke depan, mendekati Carrie yang dikekang di patung.
“And now... You can help us... resurrecting our Lord to rule this world together... in the darkness... " ("Dan sekarang kau bisa menolong kami untuk membangkitkan Tuan kami untuk menguasai dunia ini bersama—dalam kegelapan") senang Vivi Anne dengan senyum kemenangan.
“No... No... Don’t do that! No... No... " ("Jangan-jangan. Jangan lakukan itu! Tidak-tidak") panik Carrie menyadari semua dan akhirnya ia berada di tempat ini. Ia akan segera dikorbankan untuk membangkitkan kembali penguasa kegelapan, LUCIFER.
“It’s okay... Don’t go panic... You don’t need this HOLY LIGHT anyway... We just take this part of you that barely useless because you don’t even know how to use it then... " ("Tidak apa-apa. Jangan panik begitu. Kau tidak memerlukan HOLY LIGHT ini juga. Kami hanya akan mengambil bagian dirimu yang tak berguna untukmu karena kau juga tak tau bagaimana menggunakannya") kata Vivi Anne.
“How could I not going panic... You’re gonna kill me...!” ("Bagaimana mungkin aku tidak panik. Kalian akan membunuhku!") seru Carrie hampir menangis.
“No... no... no... We don’t have to kill you for taking the HOLY LIGHT... We’ll set you free once the thing is taken... Trust me... " ("Tidak-tidak-tidak. Kami tidak harus membunuhmu untuk mengambil HOLY LIGHT ini. Kami akan membebaskanmu bergitu benda itu diambik. Percaya padaku") ujar Vivi Anne membelai rambut Carrie.
“I’m not gonna die...?” ("Aku tidak akan mati?") heran Carrie. Karena selama ini ia berpikir bila mereka mengambil HOLY LIGHT dari dirinya, ia akan mati.
“You’re not gonna die... " ("Kau tidak akan mati") tegas Vivi Anne.
Carrie merasa lega sekali. Ia lebih baik merelakan benda yang tidak dibutuhkannya diambil mereka.
“But you will wish... that you are die... " ("Tapi kau akan berharap lebih baik mati saja... ") lanjut Vivi Anne mengejutkan.
Carrie tercekat mendengarnya. Ia tidak bisa berbicara lagi. Ia hanya bisa memandangi ketiganya pergi menaiki tangga. Vivi Anne tertawa-tawa sepanjang jalan sampai suaranya menghilang dengan ditutupnya pintu rahasia di kamar atas.
Carrie tinggal seorang diri di ruangan itu. Ia mulai menangis sendiri. Menyesali kenapa saat begini harus terjadi. Ia mengingat semua rentetan kejadian yang pernah terjadi padanya.
Semuanya hanya berakhir pada Satria. Bila dicoba pada sudut lain, ujung-ujungnya pasti menyangkut Satria. Ia jadi merindukan Satria.
Kenapa pada saat-saat terakhir pertemuan mereka, ia malah menjauhi Satria karena alasan yang terlalu dipaksakan. Padahal ia sudah sangat baik padanya selama ini. Melindungi dan menjaganya. Bahkan ia sanggup berkorban nyawa.
Di sana, sambil terkekang oleh patung monster, Carrie menangis sendirian. Menangisi kebodohannya sendiri...

*****************************************************************************

“Bagaimana keadaan Satria?” tanya Sheila pada Putri yang duduk di ruang tamu.
“Belum tau, kak... Dia masih tidur di kamar... " jawab Putri. Ia sepertinya belum tidur sejak kemarin.
“Kakak lihat dia dulu, ya?” kata Sheila lalu beranjak menuju kamar Satria.
Dengan perlahan ia membuka pintu kamar karena tidak mau menganggu Satria yang sedang istirahat.
“Heh... Siapa kamu?” seru Sheila kaget melihat sesosok tubuh sedang duduk di atas tubuh adik sepupunya itu.
Ia menoleh ke arah Sheila... Ia bukan manusia... Seperti core?
“Menjauh darinya!” seru Sheila merasa harus menolong Satria dengan menyiapkan sebuah pukulan. “BRADJA SONA!”
Energi pukulan dahsyat Sheila itu secara mengejutkan terblok dan terserap oleh perlindungannya. “Jangan serang aku... Aku adalah VOXA... Core kedua tuanku, Satria... " cegahnya membuat Sheila mengurungkan serangan berikutnya.
Core kedua Satria?
Mahluk yang seluruhnya berwarna putih ini lalu berdiri. Ia sepertinya baru saja berhubungan seks dengan Satria karena Sheila sempat melihat keluarnya penis Satria dari vagina corenya.
Sheila juga sempat melihat bagaimana vagina core yang bertubuh seperti wanita ini memudar lalu rata sama sekali dengan gundukan selangkangannya.
“Kau baru main... dengan Satria?” tanya Sheila. Core putih bernama VOXA ini mengangguk. “Kau bermaksud menyembuhkannya, kan?” Ia mengangguk lagi.
“Sudah saatnya aku keluar untuk membantu tuanku... " katanya. Ia berdiri saja di samping Satria yang masih tertidur.
“Besar juga... Pantas aja banyak perempuan yang suka pada anak ini... Kontolnya besar sekali... Nggak si Putri, si Dewi... si kembar lima... Apalagi si Carrie... " gumam Sheila sendiri setelah melihat penis Satria yang masih tegang setelah seks dengan VOXA tadi.
“He... he... VOXA... Kau diam-diam aja, ya...? Aku mau coba tuanmu sebentar aja... " kata Sheila menanggalkan celana dan CD-nya setelah mengunci pintu kamar. Rupanya dia juga ingin mencoba bagaimana kedahsyatan Satria.
Langsung saja Sheila memasukkan penis Satria yang masih menegang itu ke liang vaginanya yang sudah basah karena terangsang.
“Hmm... Ooohhhhhhh... Enak sekali... Oohhh... Hmm... Hmmm... " seru Sheila sambil menaik-turunkan pantatnya, mengocok penis Satria dengan perlahan. Ia menumpukan tangannya tepat di samping leher Satria yang masih tidur.
Anak ini ("Satria")... anehnya masih bisa tidur saat nikmat begitu? Mungkin ia sedang mimpi indah, ya?
Sheila juga makin semangat memompakan penis Satria karena semakin lama semakin nikmat. Ia bergoyang-bergoyang sendiri sampai tempat tidur Satria itu berderit. Lenguh dan dengung kenikmatannya memenuhi kamar yang tidak terlalu besar itu.
Core putih itu terus mengawasi Sheila yang sedang mengerjai tuannya kalau-kalau ia melakukan sesuatu yang bisa mencelakakannya.
“Hoh.. hoh... Kenapa... kenapa dia nggak... nembak-nembak juga, ya...? Anak ini memang luar biasa... Ooh... ooh... Satria... Satria... Bangun, Satria... " seru Sheila mengguncang kepala anak itu.
“Jangan bangunkan dia... " seru VOXA mencegah Sheila. Itu membuat Sheila urung membangunkan Satria. Pasti ada alasan tertentu.
“Kenapa? Kenapa tidak boleh dibangunkan?” tanya Sheila terus bergoyang.
“Proses penyembuhannya masih berjalan... Di samping itu dia masih bersedih... Karena merasakan kesedihannya itulah aku keluar... Biarkan dia istirahat... Teruskan saja pekerjaanmu... karena itu bisa membuatnya sedikit senang... " jelas VOXA.
“Hmm... Begitu... Kau benar-benar bisa mengerti perasaannya karena kau berasal dari dirinya... Baik kalau begitu... " kata Sheila terus menggoyang badannya.

Apa yang sedang terjadi pada Satria sebenarnya dalam tidurnya? Sepertinya mimpi...

Satria :
Di mana aku sekarang? Sebuah padang rumput yang sangat luas... Aku hanya sendirian...
Tempat ini luas sekali... Aaahhh... Udaranya sejuk dan segar... Sangat menyenangkan sekali selamanya bisa begini...
Rumput hijau, langit biru... air jernih... Seperti impian di pedesaan yang tenang...
Tapi kalau aku cuma sendiri... Sepertinya semua ini tidak akan ada artinya... Tidak bisa membagi kegembiraan ini...
Carrie...
Ya... Carrie... Aku harus mengajak Carrie ke tempat indah ini... Tetapi di mana dia?
Itu dia... Ia sedang berdiri di tepi sebuah tebing... memandang jauh ke lembah sana. Bagus! Ada Carrie di sini...
“Carrie... Come with me... There’s a beautiful spot over there... " ajakku padanya.
Kenapa dengannya? Ia sama sekali tidak mau melihat padaku... Apalagi aku tidak bisa melihat wajahnya...
Apa dia memang Carrie?
“Carrie?” tanyaku berusaha melihat wajahnya.
Mengejutkan sekali. Ia bukannya memalingkan wajahnya, ia malah melangkah ke depan! Itu, kan tebing!
“Carrie! Don’t do that! It’s dangerous! Carrie...!” seruku mencegah ia melangkah lagi.
Ia tetap melangkah... Aku tidak bisa mencegahnya... Aku bahkan merasa kalau aku menjauh dan semakin menjauh darinya...
“Carrie!... Carr... rriiiie!” seruku karena ia sudah berada tepat di tepi tebing. Dan...
“CAAAAAARRRRRRIIIIIIIE!” aku melihatnya jatuh...
Seluruh tubuhnya diselimuti sinar terang yang menyilaukan untuk beberapa saat. Lalu ia sama sekali tanpa busana dan ada banyak sejenis kain yang berwarna putih menyelimuti seluruh tubuhnya. Dari kepala, tangan, badan dan kakinya. Apa ini?
Carrie lalu meluncur jatuh...
“CAAAAARRRRRRRRIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIE!”

“Heh! Kenapa? Kenapa, Satria?” seru Sheila kaget.
“Carrie... Carrie... " seru Satria dengan nafas memburu.
“Ng?” Satria tertegun sebentar menyadari sesuatu. Sheila tersenyum dipaksakan.
CROOOOTT! Satria menembakkan spermanya tanpa disadarinya. Sheila sendiri aja kaget karena ia tidak menyangka akan seperti itu. Ia hanya bisa menikmati saat cairan hangat itu memenuhi liangnya.
Dengan buru-buru, Sheila sudah kembali mengenakan pakaiannya.
“Apa yang terjadi padamu, Satria?” tanya Sheila.
“Aku tidak tau... Aku tidak ingat... " jawab Satria bingung. Ia memandang sekeliling kamarnya seperti mencari sesuatu.
“Siapa dia?” saat ia melihat VOXA di sudut kamar. Core putih itu maju mendekat.
“Namaku VOXA... Aku adalah core keduamu, tuanku... " kata core berbentuk wanita itu.

VOXA


XOTA


XOLA


XOXAM
“Core keduaku?... Jadi kau core putih itu... " tanya Satria padanya. Mahluk itu mengangguk.
“Carrie... Aku tadi bermimpi tentang Carrie... Ia jatuh ke dalam jurang... Sangat menakutkan... " seru Satria mengingat mimpinya tadi.
“Apa lagi yang kau ingat?” tanya Sheila mencoba menggali apa saja yang Satria ingat tentang kejadian ini.
“Seluruh badan Carrie ditutupi... sejenis kain yang berwarna putih... Seperti mengikat seluruh badannya... Kepala... tangan... kaki... Yang paling kuingat... matanya...! Tidak ada korneanya... hanya putih semuanya... Menakutkan!” ingat Satria.
Sheila mendengarkan dan mencoba menebak apa arti mimpi itu.
“Sepertinya itu bukan hanya sekedar mimpi... Itu seperti... semacam pandangan masa depan akan apa yang akan terjadi... " jelas Sheila.
“Maksud kak Sheila... Carrie akan menjadi seperti itu... " tanya Satria khawatir.
“Itulah yang akan terjadi... kalau kita tidak bisa menemukan Carrie secepatnya... " kata Sheila jelas.
“Hei... Buka pintunya! Siapa yang di dalam?” seru Putri dari balik pintu.
“O iya... Aku lupa membuka kuncinya... " ingat Sheila tentang pintu yang tadi dikuncinya sebelum main dengan Satria tadi. Putri dan Dewi masuk dan langsung menemui Satria.
“Kak Sheila... ngapain ‘pake kunci pintu segala, sih?... Kamar Satria ini nggak pernah dikunci, tau?” sewot Putri. Sheila hanya mesem malu. Ia nggak mau ketahuan main sama Satria.
Begitu melihat VOXA, Putri dan Dewi langsung kaget. Segera saja ia diperkenalkan dengan core baru itu.
“Nak, Satria... Ada temannya yang datang... " seru seseorang dari balik pintu. Mungkin salah seorang pembantu.
“Ada temanmu yang datang... Siapa yang tau apa yang terjadi padamu...?” tanya Putri. Satria pun tidak tau. VOXA lalu diminta masuk kembali.
Dewi membukakan pintu kamar dan membawa orang itu masuk. Ia Yudha.

Yudha

“Eh, Yud... ‘Kirain siapa?” seru Satria setelah melihat temannya itu.
“Kamu kenapa, Satria? Sakit?” tanya anak itu. Ia seperti segan dengan ketiga orang lain di situ. Mereka, Sheila, Putri dan Dewi permisi keluar.
“Iya... Agak sedikit sakit, nih... " jawab Satria kemudian. “Ada apa, Yud... Tumben kau mau datang kemari malam-malam begini..?”
“Ah... Cuma main-main aja, kok... Aku bosan di rumah... Nggak ada orang... Enakan aku kemari aja... " jawab Yudha.
“Eh... Kau tadi liat waktu si Vivi Anne itu menciumku, kan?” tanya Satria. Karena Yudha ini teman akrabnya ia berani bertanya seperti itu.
“Ya, liat... Ada tiga kali, kan?... Pertama di bibir... kedua dan ketiga di pipi... Jelas aku liat, dong... " jawabnya.
“Ya... Untung cuma kamu yang liat... Coba kalo yang lain... Bisa jadi gosip besar... Eh, kau jangan bilang orang lain, ya?” minta Satria pada temannya ini.
“Beres... Itu masalah kecil... Si Vivi Anne itu memang pembuat masalah... Aku juga liat kalo dia menggoda guru baru itu... Pak Michael... Kau liat... caranya memandang pak Michael?” cerita Yudha.
“Sepertinya mereka sudah saling mengenal... " tebak Satria.
“Mungkin juga... Mungkin juga kalau mereka bahkan ada main di belakang... Karena... aku kasih tau satu rahasia... Aku melihat pak Michael di rumah Vivi Anne tadi... " kata Yudha.
“Di rumah Vivi Anne? Masa’?” kaget Satria.
“Benar... Tadi waktu aku mau kemari... aku, kan lewat jalan Pelikan... jalan rumah si Vivi Anne itu... Makanya aku bisa tau kalo pak Michael ada di sana... " terang Yudha.
“Wah... Ada apa mereka itu...? Masa pacaran sama anak muridnya?” kata Satria heran.
“Info-mu benar-benar bagus, Yud... ‘Makasih, ya... " kata Satria senang sekali mendapat informasi tentang Vivi Anne yang lumayan membuatnya bisa mengatur siasat tentang anak itu.
“Eh,... aku nggak liat Carrie dari tadi... Dia tinggal di sini, kan?” tanya Yudha.
“Ng... ng... Dia... dia pulang ke rumahnya... " jawab Satria ragu-ragu. Rasanya ia ingin menceritakan apa yang terjadi tapi tak mungkin.
“Kenapa... kalian berantem, ya?” selidik Yudha.
“Ng... Sedikit salah paham aja, kok... Ya... gara-gara si Vivi Anne itu tadi... " jelas Satria.
“Oh... Benar, kan... si Vivi Anne itu memang selalu membuat masalah... " kata Yudha.
“Selalu membuat masalah? Bagaimana kau tau kalo dia sering membuat masalah... " heran Satria.
“Bukan rahasia kalo si Vivi Anne itu suka menggoda orang... Bukan cuma kamu aja... Anak kelas 3 aja ada yang berantem gara-gara memperebutkan dia... " cerita Yudha.
“Jadi bukan hanya aku... " gumam Satria. Entah lega atau apa. “Biar begitu... dia tidak boleh dibiarkan terus mengganggu aku dan Carrie... " gumam Satria lagi.
“... Soalnya... Aku juga mulai takut sama anak itu... Dia suka yang aneh-aneh... Dia juga terang-terangan berani mengganggu aku kalo Carrie ada... Serem, nggak?” kata Satria.
“He... he... Eh... ngomong-ngomong... kau sakit apa? Parah nggak?” tanya Yudha.
“Ah... cuma capek aja, kok... "jawab Satria.
“Besok masuk, kan?” tanyanya lagi.
“Mm... Belum tau... " jawabnya. Ia memikirkan tentang Carrie lagi. Bagaimana menyelamatkan Carrie dari iblis-iblis itu? Apa ia masih selamat?
“Ok, deh... Mungkin kau mau istirahat lagi... Aku pulang dulu, ya?” serunya langsung berdiri.
“Eh... Makasih, ya?... Mau menengok aku... " kata Satria. Ia mengantar temannya itu hingga keluar. Ia sendiri yang membukakan pintu gerbang dan menutupnya kembali saat mobil Yudha tak terlihat lagi.
“Tumben dia mau kemari, ya?” tanya Putri.
“Kenapa? Dia kan temanku... " jawab Satria.
“Bukan itu... Sudah berapa kali dia kemari...?” tanyanya lagi.
“Hm... " hanya itu yang bisa diingatnya.
“Iya, kan... Anak itu hanya mau sampai depan pagar saja... Kalian udah berteman berapa lama? Tidak pernah mau masuk?... Makanya kubilang... tumben dia mau kemari... " jelas Putri tentang kebiasaan teman Satria yang satu itu.
“Ah... ‘biarin... Nanti juga dia akan sering kemari... " kata Satria membela.
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd